You are on page 1of 27

Komplikasi Kala III Persalinan

1- Haemorrhagic Postpartum (HPP)


2- Retensio Placenta.
3- Inversio Uterus.
4- Syok dalam Obstetric (collapse)
Postpartum hemorrhage (PPH)
The most important single cause of maternal death in
both developing and developed countries.
Excessive bleeding occurs because of an abnormality
in one of four basic processes, referred to in the “4Ts”
mnemonic, either individually or in combination :
Tone (poor uterine contraction after delivery)
Tissue (retained products of conception or blood clots).
Trauma (to genital tract), or
Thrombin (coagulation abnormalities).
HAEMOSTASIS algorithm
H : Ask for help , S : Shift to operating theatre.
A : Assess (vitals, blood loss) & Bimanual compression.
resuscitate.
Non pneumatic or pneumatic
E : Establish etiology (4 T)
anti- shock garment.
Ecbolics (syntometrine,
ergometrine). T : Tissue & trauma to be
Ensure availability of blood.
excluded.
M : Massage the uterus. A : Apply compression sutures.
O : Oxytocin infusion & S : Systematic pelvic
prostaglandin. devascularisation.
I : Interventional radiology.
S : Subtotal /total hysterectomy.
Kompresi Uterus
The golden hour of : resuscitation
The golden hour of resuscitation : golden hour is the
time by which resuscitation must be initiated to ensure
better survival.
RULE of 30, IF :
SBP falls by 30 mmHg,
HR rises by 30 beats/min,
RR ? to 30 breaths/min,
Hct drop by 30%,
Urine output <30 ml/hr
She is likely to have lost at least 30% of her blood
volume, is in moderate shock leading to severe shock.
Stepwise administration of uterotonic
drugs
Starting with intravenous oxytocin, following with
intramuscular Methylergometrin and as last option
prostaglandine derivates as prostaglandine F2, E2 or
misoprostol.
In hypertensive patients, methylergometrin should be
avoided, as it should be done with prostaglandins in
asthmatic women.
Syok hemoragik dan septik
Etiologi
Syok hemoragik terjadi karena perdarahan akibat
abortus , KET, cedera pembedahan, perdarahan
antepartum, perdarahan postpartum atau koagulopati.
Syok septik biasanya ditimbulkan oleh penyebaran
endotoksin :
bakteri gram negatif  sering (coli, proteus,
pseudomonas, enterokokus, aerobakter).
bakteri gram positif  jarang (streptokokus,
stafilokokus, klostridium welchii)
Klasifikasi syok hemoragik
Syok ringan
Perdarahan < 20% volume darah  penurunan perfusi
jaringan dan organ non vital.
Tidak terjadi perubahan kesadaran, volume urin yg
keluar normal atau sedikit berkurang, dan mungkin
terjadi asidosis metabolik.
Syok sedang
Terjadi penurunan perfusi pada organ yang tahan
terhadap iskemia waktu singkat (hati, usus, ginjal).
Timbul oliguria (urin <0,5ml/kgBB/jam) dan asidosis
metabolik, tetapi kesadaran masih baik.
Klasifikasi syok hemoragik
Syok berat
Perfusi jaringan otak dan jantung sudah tidak adekuat.
Terjadi anuria, penurunan kesadaran (delirium, stupor,
koma) dan sudah ada gejala hipoksia jantung (EKG
abnormal, curah jantung turun)
Perdarahan ≥50%  menyebabkan henti jantung.
TD cepat menurun dan pasien jadi koma, nadi tidak
teraba  mati klinis (nadi tidak teraba, apneu)
Gejala klinik syok hemoragik
Syok ringan
Takikardia minimal, hipotensi sedikit, vasokonstriksi
tepi ringan : kulit dingin, pucat, basah. Urin normal /
sedikit berkurang. Keluhan : merasa dingin.
Syok sedang
Takikardia 100-120/menit, hipotensi sistolik 90-100
mmHg. Oliguria/anuria. Keluhan : haus.
Syok berat
Takikardia >120/menit, hipotensi sistolik < 60mmHg,
pucat sekali, anuria, agitasi, kesadaran menurun.
Gejala klinik syok septik
 Demam tinggi >38,9°C, sering diawali dengan menggigil,
kemudian suhu turun dalam beberapa jam (jarang hipotermi).
 Takikardia
 Hipotensi (sistolik < 90mmHg)
 Ptekia, leukositosis atau leukopenia, trombositopenia
 Hiperventilasi dengan hipokapnia
 Gejala lokal misalnya nyeri tekan di daerah abdomen,
perirektal
 Syok septik dicurigai pada : demam, hipotensi,
trombositopenia, atau koagulasi intravaskular yang tidak
dapat diterangkan penyebabnya.
Resusitasi syok hemoragik
Sebelumnya lakukan tindakan yang bertujuan untuk
pemulihan segera perfusi jaringan dan kapasitas
angkut oksigen yang adekuat
Posisi pasien : baringkan terlentang dengan kaki
ditinggikan
Bebaskan dan pelihara jalan nafas : tidur tanpa bantal,
kepala tengadah
Beri O2 5-10 L/menit melalui kanula hidung atau
sungkup muka
Resusitasi syok hemoragik
Resusitasi cairan
Kanul iv ukuran besar (16 G), pasang kateter vena sentral.
Petunjuk keberhasilan resusitasi : perbaikan tekanan
pengisian atrium, produksi urin, perbaikan kesadaran.
Awal : berikan cairan garam berimbang (RL, NaCl) 2-3
kali jumlah darah yang hilang dengan tetesan cepat selama
20-30 menit.
Pemberian D5% tidak dianjurkan  intoksikasi air dan
edema otak.
Cairan koloid : dekstran, albumin 5%, HES
Mengganti darah  transfusi.
Resusitasi syok hemoragik
Pemberian obat-obatan
Sodium bikarbonat
Vasokonstriktor
Kortikosteroid
Keberhasilan resusitasi
Tekanan pengisian atirum normal / mendekati normal
(tekanan vena sentral 3-8 cm H2O)
Produksi urin > 0,5 ml/kgBB/jam
Kesadaran bertambah baik
Perfusi jaringan meningkat
Curah jantung meningkat (>3,5 L/menit)
Resusitasi syok hemoragik
Kegagalan resusitasi
Peningkatan tekanan pengisian atrium dan produksi urin
> normal  pemberian cairan terlalu banyak  cairan
diperlambat
Tekanan pengisian atrium dan produksi urin < normal 
cairan lebih banyak
Penilaian
Observasi cermat : TD, nadi, respirasi, kesadaran, tekan
vena sentral
Ukur cairan masuk dan keluar
Periksa Hb dan Ht secara periodik
Lakukan analisis gas darah arteri
Medika mentosa pd syok septik
Terapi cairan
Cairan garam berimbang 1-2 L selama 30-60 menit 
perbaiki sirkulasi tepi dan produksi urin
Obat inotropik : Dopamin dosis awal <5µg/kgBB /menit
 aliran darah ginjal dan mesenterik ↑
Antibiotika : dosis > tinggi  iv
Tindakan pembedahan
Untuk mengeluarkan / drainasi sumber infeksi
Medika mentosa pd syok septik
Sodium bikarbonat
Utk koreksi asidosis metabolik yg berat
Kortikosteroid
Masih diperdebatkan. Deksametason 3 mg/kgBB (iv)
atau Metilprednisolon 30mg/kgBB diulangi tiap 4 jam
(bila perlu)
Heparin
Bila syok septik disertai koagulasi intravaskular
diseminata (DIC)
Inversio Uteri
Pendahuluan
Definisi:
The body of the uterus is partially or completely turned
inside out.
Etiology:
(I) Spontaneous inversion :
1- Partus Precipitatus.
2- Tali pusat pendek.
4- Submucous myoma.
(II) Iatrogenic inversion :
1. Penekanan fundus uteri
2. Tarikan tali pusat yang berlebihan.
Tingkatan
Tingkatan:
1. Tingkat I :
 Fundus uteri inversi kedalam cavum uteri.
2. Tingkat II :
 Fundus uteri inversi kedalam cavum uteri dan keluar melalui
serviks uteri.
3. Tingkat III :
 Seluruh uterus, termasuk cervix inversi kedalam vagina dan
tampak diluar vulva
N.B.
- Incomplete inversion : Tingkat I dan II.
- Complete inversion : Tingkat III.
Gejala dan Tanda
(A) Gejala:
1. Nyeri abdomaen bawah.
2. Sensasi penuh dalam vagina
 Terasa masih ingin mengejan setelah plasenta lahir
3. Vaginal bleeding
4. Subacute inversion:
 Gejala ringan dan bertahap menjadi berat ketika penderita
merasakan ada bekuan darah tertahan dan infeksi.
Inversio Uteri
Gejala dan Tanda
(B) Tanda:
 (1) Pemeriksaan Umum:
 Gejala Shock neorogenik
 Traksi peritoneum dan tekanan pada tuba, ovarium dan
intestinum
 (2) Abdominal examination:
 - Cupping fundus uteri -------- pada tingkat I dan II
 - Tidak teraba fundus uterus -------- pada tingkat III
 (3) Vaginal examination:
 Inversi uterus tingkat II dan III tampak ada massa lunak merah abu-
abu pada vagina dan vulva.
Penatalaksanaan
(1) Mengatasi shock
(2) Manual reduksi/reposisi:
Inversi uterus dilakukan reduksi secara manual dengan
anaesthesia, jangan dilakukan penundaan reduksi walau
uterus mengalami edema atau sulit dikembalikan.
Lokalisasi yang mengalami inversi dikembalikan
terlebih dahulu, dilanjutkan pada area fundus uteri
Massage uterus dan berikan ergometrine , oxytocin drip
dan antibiotics.
Manual Reduksi
Gejala dan Tanda
(3) Hydrostatic reduction:
Replacement is possible by fluid pressure with warm
saline delivered into the vagina through a wide bore tube
from a container held at a height of about 60 cm. The
vaginal introitus is closed by holding the labia major
together.
(4) Surgical reduction:
Dilakukan pada inversio subacute atau chronic inversio
Insisi cervix bagian posterior atau anterior kemudian
dilakukan reposisi uterus pervaginam atau perabdominan
Sekian

You might also like