Professional Documents
Culture Documents
Grup B11
1. Bryant Elbert 180100079
2. Daniel Alexander 180100090
3. Krishnaabalan Sivabalan L 180100260
4. Cut Safira Alifa 180100210
5. Varian Andrew Hartono 180100176
6. Naomi Laksita Laras 180100029
7. Aqasha Islamy Sodi 180100216
8. Muhammad Syaiful Afiq 180100192
9. Calvin Sanjaya 180100077
10. Tengku Afifah Rahma 180100142
11. Haza Athirach 180100252
PATOFISIOLOGI CRS
RESEARCH ABOUT RUBELLA :
While the mechanism of rubella-induced hearing loss has not been fully
explained, the virus causes direct cochlear damage and cell death in the
organ of Corti and stria vascularis (Lee & Bowden, 2000).
RUBELLA-GG.JANTUNG
- Headache - Chills
- Conjunctivitis
- redness., swelling, pain eye
- Anorexia
- General discomfort
- Nausea
- Swollen lymph nodes
25-50% no symptoms
FAKTOR RESIKO
CONGENITAL RUBELLA
SYNDROME
– IgM
- Normal : - (negative) = Imun
+ (Positive) = Tak ada perlindungan harus dipantau lagi
- Kasus : 31,1 IU/ml
Skrining Perkembangan KPSP
– Mengangkat badannya ke posisi berdiri
– Belajar berdiri selama berpegangan pada kerusi
– Berjalan dituntut / dititah
– Menggenggam erat pensil
– Memasukkan benda ke dalam mulut
– Mengulang / meniru bunyi yang didengari
– Menyebut 2-3 dulu kata yang sama tanpa erti
– Mengeksplorisasi sekitar , ingin tau
– Senang diajak main Ciuk Ba
DIAGNOSA DAN DIAGNOSA BANDING
RUBELLA DAN CONGENITAL RUBELLA
SYNDROME
(SINDROM RUBELLA KONGENITAL)
DIAGNOSA RUBELLA
– Campak
– Demam dengue(DHF)
– Eritema infeksiosum
– Roseola infantum: Infeksi virus yang menyerang bayi atau anak-anak,
ditandai dengan gejala demam dan ruam merah muda di kulit.
Umumnya penyakit ini dialami oleh anak usia 6 bulan sampai 2
tahun
– Roseola terjadi karena infeksi virus herpes.
DIAGNOSA SINDROM RUBELLA
KONGENITAL
– Anamnesis
– Untuk mendiagnosa rubella congenital maka harus ada riwayat terjadi rubella pada ibunya, yang
ditandai dengan gejala-gejala di atas.
– Pemeriksaan fisik
– Kepala dapat kita temukan adanya microcephali
– pada mata biasanya ditemukan tanda kelainan di bola mata berupa adanya katarak dan
peningkatan tekanan intra okuler atau biasa disebut glaucoma.
– Pada telinga terdapat kelainan pendengaran yaitu ketulian yang dapat dideteksi setelah usia
masa pertumbuhan.
– Pada pemeriksaan jantung dapat ditemukan adanya kelainan berupa patent duktus arteriosus
ditandai dengan adanya murmur derajat I-IV.
– Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk menunjang diagnosis infeksi virus rubella dan untuk status imunologis.
1. Isolasi virus
dapat diisolasi dari faring 1 minggu sebelum dan hingga 2 minggu setelah munculnya ruam. Jarang dilakukan.
2. Pemeriksaan serologi
Membantu menetapkan diagnosis rubella kongenital. Dalam hal ini dilakukan imunoasai IgM terhadap rubella
b. Membantu menetapkan diagnosis rubella akut pada penderita yang dicurigai. Untuk itu perlu dilakukan
imunoasai IgM terhadap penderita
c. Memeriksa ibu dengan anamnesis ruam “rubellaform” di masa lalu, sebelum dan pada awal kehamilan. Sebab
ruam kulit semacam ini, dapat disebabkan oleh berbagai macam virus yang lain
d. Memantau ibu hamil yang dicurigai terinfeksi rubella selama kehamilan sebab seringkali ibu tersebut pada awal
kehamilannya terpajan virus rubella (misalnya di BKIA dan Puskesmas)
e. Mengetahui derajat imunitas seseorang pascavaksinasi.
Adanya antibodi IgG rubella dalam serum penderita menunjukkan bahwa penderita tersebut pernah terinfeksi virus
dan mungkin memiliki kekebalan terhadap virus rubella. Penafsiran hasil IgM dan IgG ELISA untuk rubella sebagai uji
saring
Pemeriksaan RNA Virus
-PCR
-RT-LAMP
Diagnosa Banding Sindrom Rubella Kongenital
Sediaan
(oral) : Tablet 500 mg dan 650 mg
Sirup 120 mg/ 5 mL dan 160/5mL
Dosis : per oral 10-15 mg/kgBB/dosis, tiap 4-6 jam
2. Ibuprofen
Imunisasi
b. Imunisasi Tambahan
c. Imunisasi Khusus
2. Imunisasi Pilihan
Dapat diberikan kepada anak sesuai dengan kebutuhannya untuk melindungi dari penyakit menular tertentu
a. Imunisasi Rutin
Imunisasi Dasar
Umur Jenis
0 bulan Hepatitis B0
1 bulan BCG, Polio 1
2 bulan DPT-HB-Hib 1, Polio 2
3 bulan DPT-HB-Hib 2, Polio 3
4 bulan DPT-HB-Hib 3, Polio 4, IPV
9 bulan Campak /Measles Rubella (MR)
Catatan :
– Pemberian Hepatitis B paling optimal diberikan pada bayi <24 jam pasca persalinan, dengan
didahului suntikan vitamin K1 2-3 jam sebelumnya, khusus daerah dengan akses sulit,
pemberian Hepatitis B masih diperkenankan sampai <7 hari
– Bayi lahir di Institusi Rumah Sakit, Klinik dan Bidan Praktik Swasta, Imunisasi BCG dan Polio 1
diberikan sebelum dipulangkan
– Pemberian BCG optimal diberikan sampai usia 2 bulan, dapat diberikan sampai usia <1 tahun
tanpa perlu melakukan tes mantoux
– Bayi yang telah mendapatkan Imunisasi dasar DPT-HB-Hib 1, DPT-HB-Hib 2, dan DPT-HB-Hib 3
dengan jadwal dan interval sebagaimana Tabel 1, maka dinyatakan mempunyai status
Imunisasi T2
Diberikan kepada anak Baduta, anak usia sekolah, dan wanita usia
subur (WUS) termasuk ibu hamil
– Tes IgM paling membantu pada bayi kurang dari 2 bulan, meskipun dapat terdeteksi
selama 12 bulan.
– IgG antibodi spesifik pada individu sehat menunjukkan kekebalan terhadap rubela.
Pemantauan IgG spesifik rubela (misalnya pada 3, 6, dan jika perlu pada usia 12 bulan)
juga dapat mengkonfirmasi infeksi baru rubela kongenital pasca-lahir jika IgG spesifik
rubela tetap tinggi
– Konfirmasi laboratorium infeksi rubela kongenital atau sindrom pada bayi harus
memenuhi salah satu kriteria berikut:
– Untuk bayi ≥6 bulan tetapi <12 bulan, terdeteksi IgM rubela dan antibodi IgG, atau
pemeriksaan serial antibodi IgG rubela menetap/meningkat, ditentukan setidaknya
2 kali pemeriksaan dengan paling tidak berjarak 1 bulan serta dalam kondisi tidak
diberikan vaksin rubela.
– Untuk bayi <12 bulan, deteksi virus rubela oleh kultur virus atau Polymerase Chain
Reaction (PCR) dalam sampel klinis yang tepat (tenggorokan, nasofaring, atau
usapan hidung, darah, urin, atau spesimen cairan serebrospinal).
Interpretasi
Pencegahan