You are on page 1of 22

Depression and suicidal ideation in schizophrenia

spectrum disorder: a cross-sectional study from a


lower middle-income country

Pembimbing :
dr. Hj Meutia Laksaminingrum, Sp. KJ

Merry Beatrix Da Clama Nusa


112019260
Publikasi :
5 April 2021
International Journal of Psychiatry in Clinical Practice
https://doi.org/10.1080/13651501.2021.1914664
Abstrak
Tujuan : Depresi sudh lama dianggap sebagai ciri signifikan dari skizofrenia dan sering dihubungkan dengan episode psikotik,
penyalahgunaan zat, kualitas hidup yang buruk dan bunuh diri. Namun terdapat kekurangan literatur tentang komorbiditas ini dari
negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah atau latar belakang budaya non-Barat.
Metode : Analisis cross-sectional dari data dasar dari uji coba terkontrol secara acak yang besar, memeriksa prevalensi depresi
dan ide bunuh diri pada pasien dengan gangguan spektrum skizofrenia. Sebanyak 298 peserta direkrut dari unit psikiatri rawat
inap dan rawat jalan diKarachi, Pakistan. Peserta menyelesaikan Calgary Depression Scale for Schizophrenia (CDSS), Positive
and Negative Syndrome Scale (PANSS), Euro Qol (EQ-5D) and Social Functioning Scale (SFS).
Hasil : Data menunjukkan bahwa 36% peserta dalam penelitian ini mengalami depresi dan 18% mendukung ide bunuh diri.
Depresi dikaitkan dengan skor gejala positif yang lebih tinggi dan penurunan kualitas hidup, tetapi tidak ada perbedaan yang
signifikan dalam gejala negatif dan fungsi sosial.
Kesimpulan: Depresi dan ide bunuh diri lazim terjadi pada pasien Pakistan yang didiagnosis dengan gangguan spektrum
skizofrenia. Evaluasi gejala depresi dalam kelompok ini dapat membantu mengidentifikasi individu yang berisiko lebih tinggi
untuk bunuh diri.
Pendahuluan
 Skizofrenia : gangguan mental kronis yang memiliki efek buruk pada kehidupan pasien dan pengasuh mereka.
Dimana hal ini dapat mempengaruhi semua bidang kehidupan dan merupakan salah satu penyebab utama kecacatan di
seluruh dunia.

 Skizofrenia : penyakit psikotik yang paling umum terkait dengan morbiditas jangka panjang dan tingkat kematian
yang tinggi.

 Depresi  ciri signifikan skizofrenia

 Depresi dapat terjadi kapan saja selama perjalanan skizofrenia. Rentan terjadi di tahap awal.

 Prevalensi depresi pada skizofrenia : 50% , dikaitkan dengan sejumlah hasil negatif termasuk kekambuhan yang lebih
sering, durasi yang lebih lama dari psikosis yg tidak diobati, penyalahgunaan zat, kualitas hidup yang buruk, dan
bunuh diri
Pendahuluan ..
 Di seluruh dunia (WHO) penyebab kematian kedua pada dewasa muda : Bunuh Diri
 90 % meninggal karena bunuh diri : penyakit mental
• 32-47 % kasus : Gangguan afektif
• 15-20 % : skizofrenia
• 8-11% : Gangguan kepribadian
• 8-17% : Ketergantungan alcohol

 Orang dengan skizofrenia memiliki harapan hidup hidup yang lebih pendek ( 14,5 tahun), Sebagian dari kematian dini dikaitkan dengan
bunuh diri dan kematian yang tidak wajar.
 Ide bunuh diri dan upaya bunuh diri lebih sering terjadi pada pasien dengan skizofrenia dan merupakan factor risiko untuk bunuh diri.
 Sebagian besar evidence base komorbiditas depresi pada gangguan spektrum psikotik berasal dari negara-negara berpenghasilan tinggi.
 Namun, 80% orang dengan penyakit mental, termasuk skizofrenia, tinggal di negara berpenghasilan rendah dan menengah (LMICs/
Low Middle Income Countries)
 Menetapkan prevalensi depresi dan ide bunuh diri pada pasien dengan gangguan spektrum skizofrenia di LMICs memiliki signifikansi
klinis yang besar, karena populasi pasien ini berisiko tinggi untuk bunuh diri.
 Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menetapkan prevalensi depresi dan ide bunuh
diri pada pasien dengan gangguan spektrum skizofrenia dari Pakistan.

 Tujuan sekunder : untuk membangun hubungan antara gejala depresi,


gejala positif skizofrenia, gejala negatif skizofrenia, fungsi sosial dan
kualitas hidup pada populasi ini.
Metode
Desain Penelitian :
Ini adalah analisis cross-sectional , double-blinded randomized control trial (RCT) (n=298)

Peserta : rawat inap dan rawat jalan Peserta yg setuju setelah diberi
departemen unit psikiatri di Karachi, informasi tentang uji coba 
Pakistan. memberikan persetujuan tertulis

Asisten peneliti mengkonfirmasi diagnosis peserta menggunakan


Wawancara Klinis Terstruktur untuk DSM-IV (SCID) dan menyelesaikan
penilaian klinis dasar untuk 298 orang yang direkrut untuk uji coba.
Kriteria Inklusi Eksklusi
Inklusi Eksklusi
• Pasien usia 18-65 tahun yang didiagnosis • Pasien dengan komorbid penyakit otak
skizofrenia, skizoafektif, psikosis yang organic
tidak ditentukan. • Diagnosis neurologis
• Gangguan kejang
• Sindrom ketergantungan obat dan
alcohol(tidak termasuk nikotin)
• Penyalahgunaan zat atau alkohol
Pengukur
an
CDSS PANSS EQ- 5D SFS

• Untuk menilai kualitas


• Untuk menilai keparahan
• Penilaian depresi hidup
gejala
pada skizofrenia • Sistem deskriptif dan
• 30 item
• 9 item skala analog visual • Mengukur berbagai
• 3 subskala : gejala
• Skor 0-3 (VAS) aspek fungsi social
positif, gejala negative
• Skor tinggi  • Sistem deskriptif : Skor • Skor yang lebih tinggi
dan skala psikopatologi
Tingkat keparahan yang lebih tinggi menunjukkan fungsi
umum
depresi menunjukkan kualitas social yang lebih baik.
• Skor yang lebih tinggi
hidup yang lebih
menunjukkan keparahan
rendah.
gejala yang lebih tinggi
• VAS : Semakin tinggi
skor , semakin baik
kualitas hidup
Analisis Statistik :
• SPSS 23 untuk Windows
• Pasien dibagi menjadi depresi atau tidak depresi
berdasarkan skor CDSS pada awal.
• Perbandingan dibuat antara kedua kelompok pada
sejumlah nilai studi lainnya, yang tidak
berpasangan uji-t digunakan untuk membandingkan
antara pasien depresi dan non-depresi. Persetujuan etis
• Korelasi Pearson digunakan untuk menganalisis • Sesuai dengan prinsip-prinsip Deklarasi Helsinki.
hubungan antara depresi dan hasil klinis lainnya. • Persetujuan etis diperoleh dari komite etika Institut
Kehidupan dan Pembelajaran Pakistan dan
Universitas Ilmu Kesehatan Dow
• Informed consent diperoleh dari semua peserta dan
mereka memiliki kebebasan untuk menarik
persetujuan setiap saat.
• Hak privasi semua peserta diamati setiap saat.
Hasil Penelitian

• Di antara semua rentang usia laki-laki peserta lebih


mungkin mengalami depresi daripada perempuan
• Usia rata-rata peserta depresi lebih tinggi pada usia 34
tahun
• Tingkat depresi dan ide bunuh diri menunjukkan bahwa
36% dari semua peserta dalam penelitian ini mengalami
depresi dan 18% mendukung ide bunuh diri
• Ada perbedaan yang signifikan dalam PANSS
positif antara mereka dengan dan tanpa
depresi
•• Skor positif
Perbedaan dan
skor EQnegative
VAS antarPANSS
kelompok 
berkorelasi positif satu sama lain
Individu yang mengalami depresi memiliki
• Berkorelasi negatif dengan EQ VAS dan
fungsi sosial.
kualitas hidup yang lebih rendah, rata-rata 10
unit lebih rendah daripada partisipan yang
tidak mengalami depresi
• Ide bunuh diri, skor fungsi sosial dan negatif
PANSS tidak bervariasi secara signifikan
Diskusi
• Sepengetahuan penulis, ini merupakan studi pertama yang menyelidiki prevalensi gejala
depresi dan ide bunuh diri pada pasien dengan gangguan spektrum skizofrenia dari
Pakistan.
• Pada penelitian ini, prevalensi kasus depresi 36% dan ide bunuh diri 18% dari peserta.
• Setelah peneliti memeriksa korelasi antara kualitas hidup yang berhubungan dengan
kesehatan dan gejala depresi  hubungan yang signifikan dengan peserta depresi yang
melaporkan kualitas hidup yang lebih buruk
• Korelasi yang signifikan secara statistic dari skor gejala positif PANSS dan depresi
• Tidak ada hubungan antara skor depresi dan gejala negative atau dukungan sosial
• Tingkat depresi pada skizofrenia : 20%- 60%
• Tergantung pada sejumlah faktor termasuk stadium Laporan dari negara berpenghasilan tinggi
penyakit (psikosis dini vs skizofrenia yang sudah ada) menunjukkan bahwa tingkat prevalensi depresi pada
skizofrenia berkisar dari 21% hingga 36%.
dan keadaan klinis (psikosis akut vs episode pasca
psikotik)

Spanyol (CDSS) : prevalensi depresi denga


Jerman : menggunakan CDSS sebagai ukuran depresi
skizofrenia 31%.
pada pasien skizofrenia akut yang dirawat di unit
Untuk pengetahuan , penelitian ini adalah yang paling
psikiatri rawat inap menemukan prevalensi depresi
sebanding dengan penelitian ini dalam desain dan
menjadi 36% saat masuk dan penurunan menjadi 21%
menggunakan instrumen yang sama untuk
pada saat keluar.
menegakkan diagnosis depresi dalam sampel mereka.
Namun, perbandingan temuan kami dengan
literatur yang ada dari LMIC dibatasi oleh
kurangnya penelitian, penggunaan berbagai
pendekatan metodologis dan heterogenitas dalam
instrumen penilaian klinis untuk
mengoperasionalkan depresi.
China (CDSS) : prevalensi depresi dengan
skizofrenia 15,1% (n: 351)

China menggunakan Montgomery and Asberg Depression Rating Scale


(MADRS) pada pasien skizofrenia (n : 623) yang dirawat oleh dokter
perawatan primer  prevalensi depresi 17,7%
Pendekatan metodologi yang mirip dengan penelitian ini
digunakan untuk menentukan ide bunuh diri pada individu
dengan skizofrenia dari Turki dilaporkan pada 31,6%
peserta.

Cina (2019): menggunakan HAMD sebagai ukuran untuk ide


bunuh diri menemukan tingkat prevalensi 14,9% (n :174 pasien
Skizofrenia)
Tingkat ide bunuh diri yang tinggi di Pakistan, mungkin
terkait dengan sejumlah faktor sosial budaya, termasuk Faktor risiko ide bunuh diri dan
tingkat melek huruf yang lebih rendah, pengangguran, upaya bunuh diri
status sosial ekonomi yang lebih rendah, ketimpangan
kesehatan dan stigma terhadap penyakit mental.

• Pengangguran merupakan faktor risiko yang terkenal untuk bunuh diri pada populasi umum
dan ini juga berlaku untuk individu dengan skizofrenia.
• Hubungan antara kemiskinan dan bunuh diri telah ditetapkan dalam pengaturan LMIC,
meskipun tidak secara khusus pada individu dengan skizofrenia.
India : mengidentifikasi tingkat melek huruf yang
rendah, pengangguran, hutang, bersama dengan
faktor-faktor lain sebagai risiko bunuh diri.

Literasi Kesehatan yang buruk telah dikaitkan


• Penyakit mental : fenomena supernatural di beberapa LMICs
dengan peningkatan risiko depresi dan bunuh
 menyebabkan stigma, isolasi pasien dan kurangnya
diri pada skizofrenia.
dukungan sosial.
• (Upthegrove 2013) Perasaan negatif 'kehilangan', 'jebakan',
'malu' dan pengucilan sosial : lebih umum pada pasien
psikosis episode pertama British Pakistan, bila dibandingkan
dengan rekan-rekan Kaukasia mereka.
Sebuah metaanalisis (Cassidy 2018) menyelidiki hubungan antara ide bunuh diri dan
skizofrenia  skor PANSS-positif yang lebih tinggi menunjukkan signifikansi batas
dengan peningkatan ide bunuh diri. (p :0,0668)
Jovanovic (2013) :
• Depresi pada gangguan spektrum skizofrenia memiliki hubungan yang kuat
dengan ide bunuh diri, yang merupakan faktor risiko untuk bunuh diri total.
• Evaluasi gejala depresi pada skizofrenia sebagai sarana penilaian risiko dapat
membantu mengidentifikasi pasien yang berisiko lebih tinggi untuk bunuh
diri

• Studi ini menunjukkan bahwa depresi dan ide bunuh diri yang lazim
pada pasien gangguan spektrum skizofrenia di Pakistan, yang sesuai
dengan literatur yang diterbitkan lebih luas.
• Tingginya tingkat ide bunuh diri tidak tergantung pada depresi,
menunjukkan bahwa pengobatan yang memadai dari gejala psikotik
juga dapat menjadi sarana penting untuk mengurangi risiko bunuh
diri total pada pasien dengan skizofrenia.
• Dalam sampel kami, faktor-faktor seperti kemiskinan, kurangnya kesejahteraan sosial, stigma yang terkait
dengan penyakit mental, tingkat melek huruf yang berkurang, dan pengangguran yang tinggi semuanya
dapat menjadi kontributor depresi dan ide bunuh diri.
TERIMA
KASIH

You might also like