You are on page 1of 37

TRAUMA ABDOMEN

z Oleh : dr.Fadhilla A Putri


z
DEFINISI TRAUMA ABDOMEN

 Trauma abdomen didefinisikan sebagai kerusakan


terhadap struktur yang terletak diantara diafragma dan
pelvis yang diakibatkan oleh luka tumpul atau tusuk.
(Ignativicus & Workman, 2006).

 Trauma tumpul abdomen paling sering mengakibatkan


cedera pada lien (40-45%), kemudian diikuti cedera pada
hepar(35-45%) dan usus halus (5-10%). Sebagai
tambahan 15% mengalami hematoma retroperitoneal.
z
ANATOMI ANATOMI
z

ANAMNESIS

 fatalitas dari kejadian ?

 tipe kendaraan dan kecepatan ?

 apakah kendaraan terguling ?

 bagaimana kondisi penumpang lainnya ?

 lokasi pasien dalam kendaraan ?

 tingkat keparahan rusaknya kendaraan ?


z

 apakah korban menggunakan sabuk pengaman?


Tipe sabuk pengaman?

 apakah airbag di samping dan depan korban


berfungsi ketika kejadian?

 apakah ada riwayat pengunaan alkohol dan obat-


obatan sebelumnya?
z
MEKANISME CEDERA

 Trauma kompresi

 terjadi bila bagian depan dari badan berhenti bergerak,


sedangkan bagian belakang dan bagian dalam tetap bergerak
ke depan. Organ-organ terjepit dari belakang oleh bagian
belakang thorakoabdominal dan kolumna vetebralis dan di
depan oleh struktur yang terjepit.
z

 Trauma sabuk pengaman (seat belt)


Karena pemakaian sabuk pengaman yang salah. Bila dipakai terlalu
tinggi (di atas SIAS) maka hepar, lien, pankreas, usus halus,
diodenum, dan ginjal akan terjepit di antara sabuk pengaman dan
tulang belakang, dan timbul burst injury atau laserasi. Hiperfleksi
vetebra lumbalis akibat sabuk yang terlalu tinggi mengakibatkan
fraktur kompresi anterior dan vetebra lumbal.
z

 Cedera akselerasi / deselerasi.

 Trauma deselerasi terjadi bila bagian yang menstabilasi organ,


seperti pedikel ginjal, ligamentum teres berhenti bergerak,
sedangkan organ yang distabilisasi tetap bergerak.
z
PERIKSA TANDA-TANDA VITAL

 Initial resuscitation dan penatalaksanaan pasien trauma


berdasarkan pada protokol Advanced Trauma Life Support.
Penilaian awal (Primary survey) mengikuti pola ABCDE, yaitu
Airway, Breathing, Circulation, Disability (status neurologis),
dan Exposure.
z
PEMERIKSAAN FISIK
 Inspeksi

 Perut depan dan belakang, dan juga bagian bawah dada dan
perineum, harus diperiksa apakah ada goresan, robekan,
ekimosis, luka tembus, benda asing yang tertancap,
keluarnya omentum atau usus kecil, dan status hamil.
z

 Seat belt sign, dengan tanda konstitusi atau abrasi pada


abdomen bagian bawah, sangat berhubungan dengan cedera
intraperitoneal.

 Perhatikan adanya distensi abdominal, yang biasanya


berhubungan dengan pneumoperitoneum, dilatasi gaster,
atau ileus sebagai akibat dari iritasi peritoneal
z

 Adanya kebiruan yang melibatkan region flank, punggung bagian


bawah (Grey Turner sign) menandakan adanya perdarahan
retroperitoneal yang melibatkan pankreas, ginjal, atau fraktur pelvis.

 Kebiruan di sekitar umbilicus (Cullen sign) menandakan adanya


perdarahan peritoneal biasanya selalu melibatkan perdarahan pankreas,
akan tetapi tanda-tanda ini biasanya baru didapati setelah beberapa jam
atau hari

• Fraktur costa yang melibatkan dada bagian bawah, biasanya


berhubungan dengan cedera lien atau hepar.
z
AUSKULTASI

 Auskultasi

 Penurunan bising usus dapat berasal dari adanya peritonitis


kimiawi karena perdarahan atau ruptur organ berongga.

 Adanya bising usus pada thorax menandakan adanya cedera


pada diafragma.
z
PERKUSI

 Perkusi

 dapat menunjukkan adanya peritonitis yang masih meragukan

 dapat menunjukkan adanya bunyi timpani di kuadran atas


akibat dari dilatasi lambung akut atau bunyi redup bila ada
hemoperitoneum.
z
PALPASI

 Palpasi

 Tujuan → Apakah didapati nyeri serta menentukan lokasi nyeri tekan


superficial, nyeri tekan dalam, atau nyeri lepas tekan

 Nyeri lepas tekan biasanya menandakan adanya peritonitis yang timbul


akibat adanya darah atau isi usus.

• Untuk menilai stabilitas pelvis, yaitu dengan cara menekankan


tangan pada tulang-tualng iliaka untuk membangkitkan gerakan
abnormal atau nyeri tulang yang menandakan adanya fraktur pelvis.
z

 Walaupun tidak ditemukan tanda dan gejala, adanya


perubahan sensoris atau cedera extraabdominal yang disertai
nyeri pada pasien trauma tumpul abdomen harus lebih
mengarahkan kepada cedera intrabdominal.

 Pada pasien sadar tanpa cedera luar yang terlihat, gejala yang
paling terlihat dari trauma tumpul abdomen adalah nyeri dan
peritoneal findings. Pada 90% kasus, pasien dengan cedera
visceral datang dengan nyeri lokal atau nyeri general.
z

 cedera intrabdominal bisa didapati pada pasien sadar dan


tanpa nyeri.

 Hipotensi pada trauma tumpul abdomen sering sebagai akibat


dari perdarahan organ padat abdomen atau cedera vasa
abdominal
z
LIEN

 Merupakan organ yang paling sering terkena kerusakan yang diakibatkan oleh

trauma tumpul. Sering terjadi perdarahan masif yang berasal dari lien yang

ruptur sehingga semua upaya dilakukan untuk memperbaiki kerusakan di lien

Trauma limpa dibagi 3 :

1) Cedera simpai

2) Cedera parenkim

3) Cedera hilus
z

Diagnosis :

- Rudapaksa dalam anamnesis

- Tanda kekerasan di pinggang kiri / perut kiri atas

- Patah tulang iga kiri bawah

- Tanda umum perdarahan (hipotensi, takikardi, anemia)

- Tanda massa di perut kiri atas

- Tanda cairan bebas di dalam rongga perut

- Tanda Kehr
z

Penatalaksanaan :
- Transfusi darah

- Splenorafi

- Splenektomi
z
HEPAR

 Karena ukuran dan letaknya, hati merupakan organ yang paling sering
terkena kerusakan yang diakibatkan oleh luka tembus dan sering kali
kerusakan disebabkan oleh trauma tumpul. Hal utama yang dilakukan apabila
terjadi perlukaan dihati yaitu mengontrol perdarahan dan mendrainase cairan
empedu.

Jenis kerusakan hepatobilier :

- Parenkim

- Pembuluh darah

- Sistem empedu (hemobilia)


z

 Tindakan bedah untuk mengatasi perdarahan hepatobilier :


 Sementara :
- Kempaan langsung

- Tamponade

- Perasat Pringle

- Klem ligamentum hepatoduodenale

 Menetap :
- Ligasi jahitan pembuluh langsung

- Debridemen dan ligasi

- Ligasi A. hepatika

- Debridemen ekstensif dan reseksi

 Terapi terbaik trauma kandung empedu : kolesistektomi


z
ESOFAGUS dan LAMBUNG

 Kadang-kadang perlukaan esofagus bawah disebabkan oleh


luka tembus. Karena lambung fleksibel dan letaknya yang
mudah berpindah, sehingga perlukaan jarang disebabkan
oleh trauma tumpul tapi sering disebabkan oleh luka tembus
langsung.
z
PANKREAS dan DUODENUM

 Walaupun jarang terjadi. Tetapi trauma pada abdomen yang


menyebabkan tingkat kematian yang tinggi disebkan oleh
perlukaan di pankreas dan duodenum, hal ini disebabkan
karena letaknya yang sulit terdeteksi apabila terjadi
kerusakan.
z
Usus halus :

Kerusakan dapat berupa robekan usus, perforasi, kontusio

memar, terlepasnya usus dari mesentrium, atau cedera


mesentrium, hematom / udem pada mesentrium, dan
hematom dinding usus
Gejala :

- Nyeri

- Defans muskular

- Ileus paralitik
z

- Leukositosis

- Udara bebas di bawah diafragma pada foto polos abdomen

 Lakukan pemeriksaan endoskopi diagnostik

 Tindak bedah segera bila tanda perdarahan / peritonitis

menjadi jelas
z
Ginjal :

 American Association for Surgery of Trauma membagi 5 grade :

 Grade I : kontusio ginjal ; terdapat perdarahan di ginjal tanpa adanya kerusakan


jaringan, kematian jaringan, maupun kerusakan kaliks. Hematuria dapat mikroskopik /
makroskopik, pencitraan normal.
 Grade II : hematom subkapsular / perineal yang tidak meluas, tanda kelainan parenkim
 Grade III : laserasi ginjal tidak melebihi 1 cm dan tidak mengenai pelviokaliks dan
tidak terjadi ekstravasasi
 Grade IV : laserasi lebih dari 1 cm dan tidak mengenai pelviokaliks / ekstravasasi urin.
Laserasi yang mengenai korteks, medula, dan pelviokaliks
 Grade V : cedera pembuluh darah utama, avulsi pembuluh darah yang mengakibatkan
gangguan perdarahan ginjal, laserasi luas pada beberapa tempat/ginjal yang terbelah
z

 Gambaran klinis :
- Jejas di daerah lumbal

- Riwayat trauma kostovertebra disertai nyeri dan jejas di

daerah kostovertebra
- Palpasi : nyeri tekan, ketegangan otot pinggang

- Hematuria makroskopik/mikroskopik merupakan tanda


utama cedera saluran kemih
 Diagnosis : pemeriksaan IVP
z
Vesica Urinaria :

 Gambaran Klinis :
- Umumnya fraktur tulang pelvis, anemia –

syok
- Nyeri tekan daerah suprapubik

- Penderita mengeluh tidak bisa BAK

- Kadang keluar darah dari uretra


z
Pemeriksaan Laboratorium

 Blood typing

 Hematocrit/Darah lengkap Serial

 Urinalisis
z
Pemeriksaan Penunjang Khusus

 Radiologi

 CT-scan

 USG dengan metode FAST (Focused Abdominal


Sonogram for Trauma)

 Diagnostic Peritoneal Lavage (DPL)

 Laparatomi (Gold Standard)


Algoritma Prosedur Pemeriksaan
z
Trauma Tumpul Abdomen
Trauma Tumpul Abdomen

Tanda peritonitis tidak USG : cairan


Hemodinamik stabil ya
generalisata ada bebas jelas

tidak ya ya tidak

Perubahan
USG : Cairan Bebas ya laparotomi konservatif
kesadaran,

Makroskopis
Tidak jelas DPL tidak ya hematuria,

CT-Scan ya tidak

USG ulang (30


menit),

HCt ulang (4
jam),

Observasi (8
z
INDIKASI LAPARATOMI

 Berdasarkan Evaluasi Klinik :

1. Trauma tumpul dengan hasil DPL dan USG


adanya internal bleeding

2. Trauma tumpul dengan hipotensi terus menerus


walaupun dilakukan resusitasi adekuat

3. Adanya tanda-tanda peritonitis dini atau lanjut


z

 Berdasarkan Evaluasi Radiologis (rontgen)

1. Adanya udara bebas (air sickle) atau ruptura


diafragma

2. CT-Scan memperlihatkan adanya ruptur organ –


organ berongga intraabdominal.
z
PENATALAKSANAAN

 Bed rest, puasa

 IVFD

 Antibiotik profilaksis

 Pasang NGT, DC

 Monitoring : KU, Tanda-tanda vital, lingkar abdomen, isi NGT,


produksi urine, Hb serial tiap 1 – 2 jam

 Bila dalam 2 x 24 jam keadaan baik (stabil) :

NGT di klem, dengan kelanjutan diet halus, dan mobilisasi

 Bila terdapat tensi turun, nadi meningkat, suhu meningkat, RR meningkat,


muntah kita harus memikirkan adanya perforasi atau peritonitis

 Bila ada tanda – tanda peritonitis, perforasi, internal bleeding maka harus
dilakukan laparotomi.
z
DAFTAR PUSTAKA

1. American College of Surgeon. 2004. Advanced Trauma Life Support.


Terjemahan IKABI (Ikatan Ahli Bedah Indonesia). First
Impression :USA

2. Jong, Wim de. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2 . EGC : Jakarta

3. King, Maurice . 2002. Bedah Primer Trauma. EGC : Jakarta

4. Marijata. 2006. Pengantar Dasar Bedah Klinis. Unit Pelayanan Kampus


fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada : Yogyakarta
5. Richard A Hodin, MD. 2007. General Approach to Blunt Abdominal
Trauma in Adult. UpToDate
6. Sabiston, David C. 1994. Buku Ajar Bedah Bagian 1. EGC : Jakarta

7. Sandy Craig, MD. 2006. Abdominal Blunt Trauma. E-Medicine


z

TERIMA KASIH

You might also like