You are on page 1of 15

Kunyit (Curcuma Domestica Rhizome Extract)

sebagai Antidiare

Oleh :
Niken Claudya Ecfrencylie, S.Farm
1720333647

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2017
PENDAHULUAN

Penyakit infeksi seperti saluran pernafasan dan diare


merupakan salah satu penyebab kematian terbesar di dunia
(Jayalakhsmi, Ravesha dan Amruthes, 2011) yang disebabkan
oleh mikroba patogen (Jawetz, Melnick, dan Adelberg’s, 2005).
Selama ini penyakit infeksi diatasi dengan menggunakan
antibiotika. Penggunaan antibiotika yang tidak rasional bisa
membuat mikroba patogen menjadi resisten (Refdanita, et al.,
2004) dan munculnya mikroba resisten ini penyebab utama
kegagalan pengobatan penyakit infeksi (Ibrahim, et al., 2011).
Oleh sebab itu, diperlukan alternatif dalam mengatasi masalah
ini dengan memanfaatkan bahan-bahan aktif antimikroba dari
tanaman obat.
• Diare merupakan penyakit yang ditandai dengan
bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya (>3
kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi
cair), dengan/tanpa darah dan/atau lendir (Suraatmaja,
2007). Diare disebabkan oleh transportasi air dan
elektrolit yang abnormal dalam usus.
ETIOLOGI

Dasar semua diare adalah gangguan transportasi larutan


usus, perpindahan air melalui membran usus berlangsung
secara pasif dan hal ini ditentukan oleh aliran larutan
secara aktif maupun pasif, terutama natrium, klorida dan
glukosa (Ulshen, 2000). Faktor yang dapat menyebabkan
diare seperti faktor lingkungan, faktor perilaku masyarakat,
rendahnya pengetahuan masyarakat tentang diare serta
malnutrisi (Adisasmito, 2007). Diare akut karena infeksi
disebabkan oleh masuknya mikroorganisme atau toksin
melalui mulut (Suharyono, 2008)
PATOFISIOLOGI

Menurut Sukandar, dkk (2008) terdapat 4 mekanisme


patofisiologis yang mengganggu keseimbangan air dan
elektrolit yang mengakibatkan terjadinya diare, yaitu :
1. Perubahan transport ion aktif yang disebabkan oleh
penurunan absorbsi natrium atau peningkatan sekresi
klorida.
2. Perubahan motilitas usus
3. Peningkatan osmolaritas luminal
4. Peningkatan tekanan hidrostatik jaringan
Curcuma Domestica Rhizome (Kunyit)

• Kandungan senyawa :
Terpenoid, alkaloid, flavonoid, minyak atsiri, fenol dan kurkuminoid
(meliputi kurkumin, desmetoksikurkumin dan bisdesmetoksi-kurkumin)
yang berfungsi sebagai antimikroba.
• Aktivitas Biologi
Kunyit mempunyai efek sebagai antihepatotoksik,
antiinflamasi, antibakteri, antiperoksidasi, spasmolitik,
meningkatkan sekresi empedu, menurunkan kadar
kolesterol darah, serta dapat mencegah perlemakan hati
(Sujatno, 1997). Kunyit banyak dimanfaatkan sebagai
antimikroba karena kandungan senyawa aktifnya mampu
mencegah pertumbuhan mikroba, diantaranya mengobati
keputihan, diare, obat jerawat dan gatal-gatal (Rukmana,
2004). Curcuma berpeluang sebagai obat infeksi yang
disebabkan oleh mikroba patogen seperti C. albicans, S.
aureus dan E. coli (Jawetz, et al., 2005).
Mekanisme Aktivitas :
• Menurut Heinrich, et al., (2009) senyawa flavonoid mampu merusak
dinding sel sehingga menyebabkan kematian sel dengan menghambat
pembentukan protein sehingga menghambat pertumbuhan mikroba.
• Kandungan senyawa lain seperti senyawa tanin juga dapat merusak
membran sel.
• Alkaloid dalam rimpang Curcuma mampu mendenaturasi protein sehingga
merusak aktivitas enzim dan menyebabkan kematian sel (Robinson, 1991).
• Zat aktif yang terkandung dalam rimpang kunyit dapat menghambat
pertumbuhan bakteri yaitu kurkuminoid (meliputi kurkumin,
desmetoksikurkumin dan bisdesmetoksi-kurkumin) dimana dari ketiga
senyawa tersebut, kurkumin merupakan komponen terbesar. Kurkumin
mempunyai efek antimikroba, anti-inflamasi, anti-oksidan, dan antikanker.
• Toksisitas
Tikus yang dipuasakan semalam dan kurkumin yang diberikan
intragasik di dosis 2 g/kg BB menunjukkan bahwa tidak ada efek kematian
dan merugikan dengan dosis ini (Kumar, 2010).
Ekstrak etanol rimpang kunyit yang diberikan peroral pada mencit (selama
24 jam) dengan dosis 0,5; 1,0; dan 3 g/kg BB menunjukkan tidak ada perbedaan
signifikan antara kelompok perlakuan dan kontrol terhadap perubahan morfologi
eksternal, hematologi, spermatogenik, pertambahan berat badan dan berat organ
vital yang diamati, sedangkan pemberian selama 90 hari pada dosis 100 mg/kg
BB per hari juga menunjukkan hal yang sama seperti di atas (Acuan Sediaan
Herbal Volume 7 Edisi 1, 2012).
• Interaksi
Interaksi dengan tanaman obat lain: Piperin, zat aktif yang terkandung
dalam lada, dapat meningkatkan bioavailabilitas kurkumin.
Interaksi dengan obat-obatan: Kemungkinan berinteraksi dengan obat
antikoagulan, antiplatelet, heparin dan agen trombolitik. Secara teori,
kurkumin dapat meningkatkan aktivitas obat-obatan tersebut sehingga
meningkatkan resiko pendarahan.
• Dosis
Uji In Vivo : Dosis 1 g/kg BB tikus (Kumar, 2010 dan Chaithra, 2015).
Uji Klinis : 180 mg/hari dan 120 mg/hari (Elfahmi, 2006).
Perhitungan Dosis In Vivo

• Curcuma Domestica Rhizome Extract


Dosis = 1 g/kg BB tikus (Kumar, 2010 dan Chaithra, 2015)
= 1000 mg/1000 g BB tikus
= 1 mg/g BB tikus
= 200 mg/200 g BB tikus x 56 (Konversi ke manusia)
= 11200 mg/200 g BB manusia
= 11,2 g/70 kg BB manusia
KESIMPULAN

Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan, kunyit


(Curcuma Domestica Rhizome) mempunyai senyawa aktif Kurkumin
yang dapat digunakan sebagai antidiare dengan dosis 180 mg/hari
atau 120 mg/hari yaitu dengan merajang atau menghaluskan kunyit
kemudian dididihkan dengan segelas air hingga tersisa 1/3 gelas.
Setelah dingin airnya disaring dan diminum (Indartiyah et al, 2012).
DAFTAR PUSTAKA

• Adisasmito, W. 2007. Faktor Resiko Diare pada Bayi dan Balita di Indonesia, Systemic Review

Penelitian Akademik Bidang Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia: Jakarta.

• BPOM RI. 2012. Acuan Sediaan Herbal Volume 7 Edisi 1. Direktorat Obat Asli Indonesia:

Jakarta.

• Chaithra, D., dkk. 2015. Antidiarrhoeal Activity Of Curcuma Neilgherrensis Wt. World Journal Of

Pharmacy And Pharmaceutical Sciences Volume 4, Issue 09, 545-555. Department of

Botany, Sri Venkateswara University

• Elfahmi. 2006. Phytochemical and Biosynthetic Studies of Lignans, with a Focus on Indonesian.

Facilitair Bedrijf, University of Groningen, the Netherlands Medicinal Plants.

• Heinrich, M. 2009. Farmakognosi dan Fitoterapi. Buku Kedokteran Indonesia: Jakarta.

• Ibrahim, T.A., B. O. Opawale and J. M. A. Oyinloye. 2011. Antibacterial activity of Herbal Extracts

Against Multi Drug Resistent Strains of Bacteria from Clinical Original. Life Sciences

Leaflets 15: 490-498.

• Indartiyah, Ndarie., et al. 2012. Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman

Obat. Direktoral Jenderal Holtikultural. Kementerian Pertanian RI. Jakarta


• Jawetz, E., J. L. Melnick dan E. Adelberg. 2005. Mikrobiologi Kesehatan. Penerbit Buku Kesehatan. Jakarta.

Jurnal e-Biomedik (eBm), Volume 4, Nomor 1, Januari-Juni 2016.

• Jayalakshmi, B., K. A. Ravesha and K. N. Amruthes. 2011. Phytochemical Investigations and Antibacterial

Activity of Some Medicinal Plants Against Phatogenic Bacteria. Applied Pharmacheutical Science. 1(5):124-

128.

• Kumar, A., dkk. 2010. Effect of Curcumin on The Intestinal Motility of Albino Rats. Indian J Physiol Pharmacol

2010; 54 (3) : 284–288.

• Refdanita, R. Maksum, A. Nurgani dan P. Endang. 2004. Pola Kepekaan Kuman Terhadap Antibiotik di Ruang

Rawat Intensif Rumah Sakit Fatmawati Jakarta. Makara Kesehatan. 8(2): 41-48.

• Robinson, T. 1991. Kandungan Organik Tumbuhan Tingkat Tinggi. ITB. Bandung.

• Rukmana, R. 2004. Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan. Kanisius. Yogyakarta.

• Suharyono. 2008. Diare Akut Klinik dan Laboratorik. Rhineka Cipta: Jakarta.

• Sukandar, dkk. 2008. Iso Farmakoterapi Buku 1. PT. ISFI Penerbitan: Jakarta.

• Sujatno, M. 1997. Efek attapulgit, ekstrak daun Psidium guajava, dan ekstrak akar Curcuma domestica terhadap

diare akut nonspesifik. Majalah Kedokteran Indonesia 46 (4): 199-200.

• Suraatmaja, Sudaryat. 2007. Kapita Selekta Gastroenterologi. Sagung Seto: Jakarta.

• Ulshen, Martin. 2000. Manifestasi Klinis Penyakit Saluran Pencernaan. In: Behrman, Kliegman & Arvin, Nelson,

ed. Ilmu Kesehatan Anak Vol. 2 Edisi 15. EGC: Jakarta.


TERIMAKASIH

You might also like