You are on page 1of 19

"ASUHAN

KEPERAWATAN ANAK
DENGAN GANGGUAN
GIZI KWASHIOKOR"
Nama: Ega Salsabilla Arnasya
Nim : P17240201004/2A
Mata Kuliah: Keperawatan Anak
“Pengertian Kwashiokor”

 Kata “kwarshiorkor” berasal dari bahasa Ghana-Afrika


yang berati “anak yang kekurangan kasih sayang ibu”.
Kwashiorkor atau busung lapar adalah salah satu
bentuk sindroma dari gangguan yang dikenali sebagai
Malnutrisi Energi Protein (MEP) Dengan beberapa
karakteristik berupa edema dan kegagalan
pertumbuhan,depigmentasi,hyperkeratosis.
 Jadi kwashiorkor, adalah suatu syndrome klinik yang
timbul sebagai akibat adanya kekurangan protein
dengan intake karbohidrat yang normal atau tinggi
dikenali sebagai Malnutrisi Energi Protein (MEP) dengan
beberapa karakteristik berupa edema dan kegagalan
pertumbuhan,depigmentasi,hyperkeratosis
“Ciri-Ciri Penderita Kwashiokor”

 Rambut halus, jarang, dan pirang kemerahan kusam


 Kulit tampak kering (Xerosis) dan memberi kesan kasar dengan
 garis-garis permukaan yang jelas
 Didaerah tungkai dan sikut serta bokong terdapat kulit yang
 menunjukkan hyperpigmentasi dan kulit dapat mengelupas dalam
 lembar yang besar, meninggalkan dasar yang licin berwarna putih
 mengkilap
 Perut anak membuncit karena pembesaran hati.
 Pada pemeriksaan mikroskopik terdapat perlemkan sel-sel hati.
“Etiologi Kwashiokor”

Pola Makan Faktor Sosial


Protein (asam amino) adalah zat yang
Hidup di negara dengan tingkat
sangat dibutuhkan anak untuk tumbuh dan
kepadatan penduduk yang tinggi,
berkembang.Bayi yang masih menyusui
keadaan sosial dan politik tidak stabil,
umumnya mendapatkan protein dari ASI
ataupun adanya pantangan untuk
yang diberikan ibunya, kurangnya
menggunakan makanan tertentu dan
pengetahuan ibu mengenai keseimbangan
sudah berlansung turun temurun dapat
nutrisi anak berperan penting terhadap
menjadi hal yang menyebabkan
terjadi kwashiorkhor, terutama pada masa
terjadinya kwashiorkor
peralihan ASI ke makanan pengganti ASI.
“Etiologi Kwashiokor”

Faktor Ekonomi Faktor Infeksi penyakit lain

Kemiskinan keluarga /
Telah lama diketahui bahwa adanya
penghasilan yang rendah yang
interaksi sinergis antara MEP dan
tidak dapat memenuhi
infeksi. Infeksi derajat apapun dapat
kebutuhan berakibat pada
memperburuk keadaan gizi. Dan
keseimbangan nutrisi anak
sebaliknya MEP, walaupun dalam
tidak terpenuhi, saat dimana
derajat ringan akan menurunkan
ibunya pun tidak dapat
imunitas tubuh terhadap infeksi.
mencukupi kebutuhan
proteinnya.
"Epidemiologi"

Kasus anak yang terserang kwashiokor


ini sering dijumpai di daerah miskin,
persediaan makanan yang terbatas, dan
tingkat pendidikan yang rendah.
Penyakit ini menjadi masalah di negara-
negara miskin dan berkembang di
Afrika, Amerika Tengah, Amerika
Selatan dan Asia Selatan. Di negara
maju sepeti Amerika Serikat
kwashiorkor merupakan kasus yang
langka.
"Patofisiologi"

Pada defisiensi protein murni tidak terjadi katabolisme jaringan yang


sangat berlebihan karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori
dalam dietnya. Kelainan yang mencolok adalah gangguan metabolik dan
perubahan sel yang disebabkan edema dan perlemakan hati. Karena
kekurangan protein dalam diet akan terjadi kekurangan berbagai asam amino
dalam serum yang jumlahnya yang sudah kurang tersebut akan disalurkan ke
jaringan otot, makin kurangnya asam amino dalam serum ini akan menyebabkan
kurangnya produksi albumin oleh hepar yang kemudian berakibat timbulnya
odema. Perlemakan hati terjadi karena gangguan pembentukan beta liprotein,
sehingga transport lemak dari hati terganggu dengan akibat terjadinya
penimbunan lemak dalam hati
"Manifestasi Klinis"
Tanda atau gejala yang dapat dilihat pada anak dengan Malnutrisi protein
berat-Kwashiorkor, antara lain :

Gagal untuk menambah berat badan


Dermatitis, perubahan pigmen
kulit (deskuamasi dan vitiligo).
Edema gerenal (muka sembab,
punggung kaki, perut yang
membuncit)
Penurunan masa otot
Diare yang tidak membaik
Perubahan warna rambut
menjadi kemerahan dan mudah
Pertumbuhan linear terhenti. dicabut.
“Komplikasi”

Anak dengan kwashiorkor akan lebih mudah untuk terkena


infeksi dikarenakan lemahnya sistem imun. Tinggi maksimal
dan kempuan potensial untuk tumbuh tidak akan pernah
dapat dicapai oleh anak dengan riwayat kwashiorkor. Bukti
secara statistik mengemukakan bahwa kwashiorkor yang
terjadi pada awal kehidupan (bayi dan anak-anak) dapat
menurunkan IQ secara permanen.
“Pencegahan”
Upaya-upaya pencegahan yang dapat dilakukan memerlukan
sarana dan prasarana kesehatan yang baik untuk pelayanan
kesehatan dan penyuluhan gizi:
 Pemberian air susu ibu (ASI) sampai umur 2 tahun merupakan
sumber energi yang paling baik untuk bayi.
 Ditambah dengan pemberian makanan tambahan yang bergizi
pada umur 6 bln ke atas.
 Pencegahan penyakit infeksi, dengan meningkatkan kebersihan
lingkungan dan kebersihan perorangan.
 Pemberian imunisasi.
 Mengikuti program keluarga berencana untuk mencegah
kehamilan terlalu kerap.
 Penyuluhan/pendidikan gizi tentang pemberian makanan yang
adekuat merupakan usaha pencegahan jangka panjang.
 Pemantauan (surveillance) yang teratur pada anak balita di
daerah yang endemis kurang gizi, dengan cara penimbangan
berat badan tiap bulan.
“Pengkajian”
 Pengkajian secara umum dilakukan dengan metode head to too yang meliputi: keadaan
umum dan status kesadaran, tanda-tanda vital, area kepala dan wajah, dada, abdomen,
ekstremitas dan genito-urinaria.
 Fokus pengkajian pada anak dengan Kwashiorkor adalah pengukuran antropometri (berat
badan, tinggi badan, lingkaran lengan atas dan tebal lipatan kulit). Tanda dan gejala yang
mungkin didapatkan adalah:
• Penurunan ukuran antropometri
• Perubahan rambut (defigmentasi, kusam, kering, halus, jarang dan mudah dicabut)
• Gambaran wajah seperti orang tua (kehilangan lemak pipi), edema palpebra
• Tanda-tanda gangguan sistem pernapasan (batuk, sesak, ronchi, retraksi otot intercostal)
• Perut tampak buncit, hati teraba membesar, bising usus dapat meningkat bila terjadi diare.
• Edema tungkai
• Kulit kering, hiperpigmentasi, bersisik dan adanya crazy pavement dermatosis terutama
pada bagian tubuh yang sering tertekan (bokong, fosa popliteal, lulut, ruas jari kaki, paha
dan lipat paha)
“Pemeriksaan Penunjang”

Pada pemeriksaan laboratorium,


anemia selalu ditemukanterutama jenis
normositik normokrom karenaadanya Pemeriksaan radiologis juga perlu
gangguan sistem eritropoesis akibat dilakukan untuk menemukan adanya
hipoplasia kronis sumsum tulang di kelainan pada paru
samping karena asupan zat besi yang
kurang dalam makanan, kerusakan hati
dan gangguan absorbsi. Selain itu
dapat ditemukan kadar albumin serum
yang menurun.
"Diagnosa Keperawatan"

Diagnosa keperawatan yang mungkin


dapat ditemukan pada anak dengan
Kwashiorkor adalah:
 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh b/d asupan yang tidak adekuat,
anoreksia dan diare.
 Kekurangan volume cairan b/d penurunan
asupan peroral dan peningkatan kehilangan
akibat diare.
 Gangguan pertumbuhan dan perkembangan
b/d asupan protein yang tidak adekuat
“Rencana Keperawatan”
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d asupan yang tidak adekuat, anoreksia dan diare
Tujuan : Klien akan menunjukkan pening-katan status gizi.
Kriteria hasil : Keluarga klien dapat menjelaskan penyebab gangguan nutrisi yang dialami klien, kebutuhan
nutrisi pemulihan, susunan menu dan pengolahan makanan sehat seimbang. Dengan bantuan perawat,
keluarga klien dapat mendemonstrasikan pemberian diet (per sonde/per oral) sesuai program dietetik.

Intervensi Rasional
1. Jelaskan kepada keluarga tentang penyebab 1. Meningkatkan pemahaman keluarga tentang
malnutrisi, kebutuhan nutrisi pemulihan, susunan penyebab dan kebutuhan nutrisi untuk pemulihan
menu dan pengolahan makanan sehat klien sehingga dapat meneruskan upaya terapi
seimbang, tunjukkan contoh jenis sumber dietetik yang telah diberikan selama hospitalisasi.
makanan ekonomis sesuai status sosial ekonomi 2. Meningkatkan partisipasi keluarga dalam
klien pemenuhan kebutuhan nutrisi klien,
2. Tunjukkan cara pemberian makanan per sonde, mempertegas peran keluarga dalam upaya
beri kesempatan keluarga untuk melakukannya pemulihan status nutrisi klien.
sendiri. 3. Roborans meningkatkan nafsu makan, proses
3. Laksanakan pemberian roborans sesuai program absorbsi dan memenuhi defisit yang menyertai
terapi. keadaan malnutrisi.
4. Timbang berat badan, ukur lingkar lengan atas 4. Menilai perkembangan masalah klien.
dan tebal lipatan kulit setiap pagi.
“Rencana Keperawatan”
2. Kekurangan volume cairan tubuh b/d penurunan asupan peroral dan peningkatan kehilangan akibat
diare(Carpenito, 2000, hal. 411-419).
Tujuan : Klien akan menunjukkan keadaan hidrasi yang adekuat.
Kriteria hasil: Asupan cairan adekuat sesuai kebutuhan ditambah defisit yang terjadi. Tidak ada tanda/gejala
dehidrasi (tanda-tanda vital dalam batas normal, frekuensi defekasi ≤ 1 x/24 jam dengan konsistensi padat/semi
padat).

Intervensi Rasional
1. Lakukan/observasi pemberian cairan per 1. Upaya rehidrasi perlu dilakukan untuk
infus/sonde/oral sesuai program rehidrasi. mengatasi masalah kekurangan volume
2. Jelaskan kepada keluarga tentang upaya cairan.
rehidrasi dan partisipasi yang diharapkan dari 2. Meningkatkan pemahaman keluarga tentang
keluarga dalam pemeliharan patensi upaya rehidrasi dan peran keluarga dalam
pemberian infus/selang sonde. pelaksanaan terpi rehidrasi.
3. Kaji perkembangan keadaan dehidarasi 3. Menilai perkembangan masalah klien.
klien. Penting untuk menetapkan program rehidrasi
4. Hitung balans cairan. selanjutnya
“Rencana Keperawatan”
3. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b/d asupan kalori dan protein yang tidak adekuat
Tujuan : Klien akan mencapai pertumbuhan dan perkembangan sesuai standar usia.
Kriteria Hasil: Pertumbuhan fisik (ukuran antropometrik) sesuai standar usia. Perkembangan motorik, bahasa/
kognitif dan personal/sosial sesuai standar usia

Intervensi Rasional
1. Ajarkan kepada orang tua tentang standar 1. Meningkatkan pengetahuan keluarga tentang
pertumbuhan fisik dan tugas tugas keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan
perkembangan sesuai usia anak. anak.
2. Lakukan pemberian makanan/ minuman 2. Diet khusus untuk pemulihan malnutrisi
sesuai program terapi diet pemulihan. diprogramkan secara bertahap sesuai dengan
kebutuhan anak dan kemampuan toleransi
3. Lakukan pengukuran antropo-metrik secara
sistem pencernaan.
berkala. 3. Menilai perkembangan masalah klien.
4. Lakukan stimulasi tingkat perkembangan 4. Stimulasi diperlukan untuk mengejar
sesuai dengan usia klien. keterlambatan perkembangan anak dalam aspek
5. Lakukan rujukan ke lembaga pendukung motorik, bahasa dan personal/sosial.
stimulasi pertumbuhan dan perkembangan 5. Mempertahankan kesinambungan program
(Puskesmas/Posyandu) stimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak
dengan memberdayakan sistem pendukung yang
ada
“Implementasi dan Evaluasi “

Implementasi Evaluasi
Evaluasi yang bisa ditemukan: Nutrisi
Tindakan atau implementasi tubuh anak terpenuhi, Asupan cairan
dilakukan sama persis pasien terpenuhi atau adekuat sesuai
dengan intervensi atau kebutuhan ditambah defisit yang terjadi
rencana keperawatan yang sehingga anak tidak lagi mengalami
sudah dibuat dari diagnosa dehidrasi, asupan kalori dan protein
yang muncul terpenuhi dan pertumbuhan fisik anak
sudah sesuai dengan standar usia.
Daftar Pustaka
• idmgarut.(2009).Malnutrisi Energi Protein.http://
idmgarut.wordpress.com/2009/02/03/malnutrisi-energi-protein-mep-kwashiorkor/
.diakses pada 24 Agustus 2021
• Wikipedia.(2021). Kwashiokor. http://id.wikipedia.org/wiki/Kwashiorkor .diakses
pada 24 Agustus 2021
• Rhamnosa. (2006).Askep Kwashiokor pada anak. https://
fdokumen.com/document/askep-kwashiorkor-pada-anak.html . diakses pada 24
Agustus 2021
By:
Ega Salsabilla Arnasya
P1740201004/2A

You might also like