You are on page 1of 29

“ASUHAN

KEPERAWATAN PADA
PASIEN DENGAN
GANGGUAN SISTEM
IMUN (RHEUMATOID
ARTHRITIS)”
• Nama Anggota Kelompok 4 :
• Dhiya’ Uddin Azzam (1902012806)
• Dimas Febrian (1902012790)
• Dzakirotun Nafi’ah (1902012789)
• Tri Vidia Ning Putri (1902012802)
• Nur Khoirun Nisa (1902012796)
• Evi Munika (1902012833)
• Layyinatul Ma’rifah (1902012796)
• M. Romadlon Ilham (1902012825)
• Nur Laili Rahmawati (1902012805)
• Oetari Kintan Prahasti (1902012838)
• Rizqi Indah Fitrianti (1902012837)
• Ahmad Rizal.S (1902012829)
• Ubaidillah Afif (1902012801)
LATAR BELAKANG

•Rheumatoid Arthritis (RA) merupakan penyakit inflamasi sistemik kronik yang menyebabkan tulang sendi
destruksi, deformitas, dan mengakibatkan ketidakmampuan. Prevalensi penyakit muskuloskeletal pada lansia
dengan Rheumatoid Arhtritis mengalami peningkatan mencapai 335 juta jiwa di dunia. Rheumatoid Arhtritis
telah berkembang dan menyerang 2,5 juta warga Eropa, sekitar 75 % diantaranya adalah wanita dan
kemungkinan dapat mengurangi harapan hidup mereka hampir 10 tahun (Breedveld, 2003). Survei terbaru
oleh Center of Disease Control (CDC) di Amerika Serikat menunjukkan bahwa 33% (69.9 juta) penduduk AS
mengalami gangguan muskuloskeletal. Sementara itu, hasil survei di benua Eropa pada tahun 2004
menunjukkan bahwa penyakit rematik merupakan penyakit kronik yang paling sering dijumpai.
•WHO (2016) mendata penderita gangguan sendi di Indonesia mencapai 81% dari populasi, hanya 24% yang
pergi kedokter, sedangkan 71% nya cenderung langsung mengkonsumsi obat-obatan pereda nyeri yang terjual
bebas. Angka ini menempatkan Indonesia sebagai Negara yang paling tinggi menderita gangguan sendi jika
dibandingkan Negara-negara di Asia lainnya seperti Hongkong, Malaysia, Singapura, dan Taiwan. Faktor-
faktor yang mempengaruhi penyakit sendi adalah umur, jenis kelamin, genetik, obesitas dan penyakit
metabolic, cedera sendi, pekerjaan dan olah raga.
DEFINISI

• Rheumatoid Arthritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik


yang walaupun manifestasi utamanya adalah poli artritis yang progresif, akan
tetapi penyakit itu juga melibatkan seluruh organ tubuh. (ILMU PENYAKIT
DALAM, edisi ketiga jilid I hal. 62 – 70. RASYAH, H. M. ADNAN).
• Rheumatoid Arthritis merupakan penyakit jaringan penyambung sistemik
dan kronis dikarakteristikan oleh inflamasi dari membran sinowal dari sendi
diartrol dial. (AR) dicirikan oleh periode remisi dan eksaserbasi. Pada
eksaserbasi berulang, kartilago artikuler akhirnya rusak dan digantikan oleh
jaringan fibrosa. (RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL
BEDAH, volume 2. EGC Tahun 1994. BARBARA ENGRAM. HAL 300)
• Rheumatoid Arthritis merupakan gangguan kronik yang menyerang berbagai
sistem organ. Penyakit ini adalah salah satu dari sekelompok penyakit
jaringan penyambung difus yang diperantarai oleh imunitas dan tidak
diketahui sebab-sebabnya (Patofisiologi, Edisi 4 Buku II EGC. 1994. SILVIA
A. PRICE, LORRING, W. WILSON. Hal. 1225).
ETIOLOGI

Walaupun belum dapat dipastikan sebagai penyebab, faktor genetik, hormonal, infeksi dan head shock
protein telah diketahui berpengaruh kuat dalam menentukan pola morbiditas penyakit ini.
• Faktor genetik dan beberapa faktor lingkungan, telah lama diduga berperan dalam timbulnya penyakit
ini. Hal ini terbukti dari terdapatnya hubungan antara produk kompleks tustokompatibilitas utama
kelas II, khususnya HLA – DR4 dengan AR seropositif. Karena adanya temuan terhadap antigen
tustokompatibilitas spesifik (HLA) pada anggota keluarga.
• Kecendurungan wanita untuk menderita AR dan serig dijumpai pada wanita yang sedang hamil
menimbulkan dugaan terdapatnya faktor keseimbangan hormonal sebagai salah satu faktor yang
berpengaruh pada penyakit ini.
• Karena pemberian hormon estrogen eksternal tidak menghasilkan perbaikan sebagaimana yang
diharapkan.
• Infeksi telah diduga merupakan penyebab AR. Dugaan faktor infeksi sebagai penyebab AR juga
timbul karena umumnya omset penyakit ini terjadi secara mendadak dan timbul dengan disertai oleh
gambaran inflamasi yang mencolok. Agen infeksius yang diduga merupakan penyabab AR antara lain
adalah bakteri mikoplasma atau virus.
• Heat Shock Protein (HSP) adalah sekelompok protein berukuran sedang (60 sampai 90 Kda) yang
dibentuk oleh sel selruuh spesiec sebagai respon terhadap stress.
PATOFISIOLOGI

• Inflamasi Mula-Mula Mengenai Sendi-Sendi Sinovial Seperti Edema, Kongesti Vaskular, Eksudat
Febrin Dan Infiltrasi Selular. Peradangan Yang Berkelanjutan, Sinovial Menjadi Menebal,
Terutama Pada Sendi Artikular Kartilago Dari Sendi. Pada Persendian Ini Granulasi Membentuk
Pannus, Atau Penutup Yang Menutupi Kartilago. Pannus Masuk Ke Tulang Sub Chondria.
Jaringan Granulasi Menguat Karena Radang Menimbulkan Gangguan Pada Nutrisi Kartilago
Artikuer. Kartilago Menjadi Nekrosis. Tingkat Erosi Dari Kartilago Menentukan Tingkat
Ketidakmampuan Sendi. Bila Kerusakan Kartilago Sangat Luas Maka Terjadi Adhesi Diantara
Permukaan Sendi, Karena Jaringan Fibrosa Atau Tulang Bersatu (Ankilosis). Kerusakan Kartilago
Dan Tulang Menyebabkan Tendon Dan Ligamen Jadi Lemah Dan Bisa Menimbulkan Subluksasi
Atau Dislokasi Dari Persendian. Invasi Dari Tulang Sub Chondrial Bisa Menyebkan Osteoporosis
Setempat. Lamanya Arthritis Rhematoid Berbeda Dari Tiap Orang. Ditandai Dengan Masa
Adanya Serangan Dan Tidak Adanya Serangan. Sementara Ada Orang Yang Sembuh Dari
Serangan Pertama Dan Selanjutnya Tidak Terserang Lagi. Yang Lain. Terutama Yang Mempunyai
Faktor Rhematoid (Seropositif Gangguan Rhematoid) Gangguan Akan Menjadi Kronis Yang
Progresif.
KLASIFIKASI DAN KRITERIA
DIAGNOSTIK ARTRITIS REUMATOID

Pada tahun 1987 ARA (Amaerican Rheumatism Association) telah mempublikasikan


susunan kriteria klasifikasi Reumatoid Artritis dalam format tradisional yang baru.
Diagnosis tidak hanya bersandar pada suatu karakteristik, tetapi berdasarkan pada suatu
evaluasi dari sekolmpok tanda dan gejala.
Karakteristik diagnostik adalah sebagai berikut :
• 1. Kekakuan pagi hari (Sekurangnya satu jam)
• 2. Artritis pada tiga atau lebih sendi
• 3. Artriitis sendi-sendi jari-jari tangan
• 4. Artritis yang simetris.
• 5. Nodula Reumatoid
• 6. Faktor Reumatoid dalam serum.
• 7. Perubahan-perubahan radiologik (Erosi atau dekalsifikasi tulang).
• Definisi Karakteristik tersebut sebagai berikut :
• 1. Kekakuan pada pagi hari pada persendian dan disekitarnya, sekurangnya
selama 1 jam sebelum perbaikan maksimal.
• 2. Pembengkakan jaringan lunak atau persendian atau lebih efusi (bukan pertumbuhan
tulang) pada sekurang-kurangnya 3 sendi secara bersamaan yang diobservasi oleh
seorang dokter. Dalam kriteria ini terdapat 14 persendian yang memnuhi kriteria yaitu
PIP, MCP, pergelangan, siku, pergelangan kaki dan MTP kiri dan kanan.
• 3. Sekurang-kurangnya terjadi pembengkakan satu persendian tangan seperti yangtertera
diatas.
• 4. Keterlibatan sendi yang sama. Seperti yang tertera pada kriteria 2 pada kedua belah
sisi (keterlibatan PIP, MCP, atau MTP bilateral dapat diterima walaupun tidak mutlak
bersifat simetris).
• 5. Nodul subkutan pada penonjolan tulang atau permukaan ekstensor atau daerah juksta-
artikular yang diobservasi oleh seorang dokter.
• 6. Terdapatnya titer abnormal faktor reumatoid serum yang diperiksa dengan cara yang
memberikan hasil positif kurang dari 5 % kelompok kontrol yang diperiksa.
• 7. Perubahangambaran radiologis yang radiologis khas bagi artritis reumatoid pada
pemeriksaan sinar x tangan posteroanterior atau pergelangan tangan yang harus
menunjukkan adanya erosi atau dekalsifikasi tulang yang berlokasi pada sendi atau
daerah yang berdekatan dengan sendi (perubahan akibat osteo artritis saja tidak memnuhi
persaratan.
MANIFESTASI KLINIS

Adanya beberapa gambaran klinis yang lazim ditemukan pada penderita artritis reumatoid. Gambaran klinis ini tidak harus timbul
sekaligus pada saat yang bersamaan oleh karena penyakit ini memiliki gambaran klinis yang sangat bervariasi.
1. Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, anoreksia, berat badan menurun dan demam. Terkadang kelelahan dapat demikian
hebatnya.
2. Poliartritis simetris terutama pada sendi perifer, termasuk sendi-sendi ditangan, namun biasanya tidak melibatkan sendi-sendi
interfalangs distal. Hampir semua sendi diartrodial dapat terserang.
3. Kekakuan dipagi hari selama lebih dari 1 jam : dapat bersifat generalisata tetapi terutama menyerang sendi-sendi. Kekakuan ini
berbeda dengan kekakuan sendi pada osteo artritis, yang biasanya hanya berlangsung selama beebrapa menit dan selalu kurang dari satu
jam.
4. Artritis erosif merupakan ciri khas penyakit ini pada gambaran radiologik. Peradangan sendi yang kronik mengakibatkan erosi ditepi
tulang dan ini dapat dilihat pada radiogram.
5. Deformitas : kerusakan dari struktur penunjang sendi dengan perjalanan penyakit. Pergeseran ulnar atau deviasi jari, subluksasi sendi
metakarpotalangel, deformitas boutannlere dan leher angsa adalah beberapa detormitas tangan yang sering dijumpai pada penderita.
6. Nodula-nodula reumatoid adalah massa subkutan yang ditemukan pada sekitar 1/3 orang dewasa. Lokasi yang paling sering dari
detormitas itu adalah bursa olekranon (Sendi siku) atau disepanjang permukaan ekstensor dari lengan.
7. Manifestasi ekstra–artikular, artritis reumatoid juga dapat menyerang organ-organ lain diluar sendi. Jantung (perikarditis), paru-paru
(pleuritis), mata dan pembulu darah dapat rusak.
DIAGNOSTIK TEST

• Pemeriksaan laboratorium terdapat :


a. Auto antibodi Suatu faktor anti-gama globulin (IgM) yang bereaksi terhadap
perubahan IgG. Titer yang tinggi, lebih besar dari 1 : 160 biasanya dikaitkandengan
nodula reumatoid. Penyakit yang berat, vaskulitis dan prognosis yang buruk.
b. LED (Laju Endap Darah) Suatu indeks peradangan yang bersifat tidak spesifik.
Pada artritis reumatoid nilainya dapat tinggi (100 mm / jam atau lebih tinggi). Hal ini
berarti bahwa laju endap darah dapat dipakai untuk memantau aktivitas penyakit.
c. Protein C – reaktif biasanya positif.
d. Leukosit normal atau meningkat sedikit.
e. Anemia normalistik hipokrom akibat adanya inflamasi yang kronik.
f. Trombosit meningkat.
g. Kadar albumin serum turun dan globulin naik.
• • Pemeriksaan sinar x dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada
jaringan lunak, erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan
berkembang menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi dan subluksasio.
• • Scan radio nuklida : identifikasi peradangan sinovium.
• • Pemeriksaan artroskopi langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan
irregularitas / degenerasi tulang pada sendi.
• • Pemeriksaan aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih
besar dari normal = buram, berkabut, munculnya warna kuning.
• • Pemeriksaan Biopsi membran sinovial : menunjukkan perubahan inflamasi dan
perkembangan panas.
• • Arthrography : akan memberikan visualisasi radiografi setelah udara dan media
kontras dimasukkan ke sendi, hal ini berguna untuk melihat ligament (ikatan sendi)
dan kartilago (tulang rawan) yang tidak bias tervisualisasikan dengan menggunakan
sinar x saja.
• Myelography : Ini digunakan untuk mengevaluasi kerusakan jaringan chorda spinalis
dan ujung-ujung syaraf. Tes ini mencakup pemeriksaan huroskopi ruangan
subarachnoid setelah dilakukan injection dan media kontra.
PENATALAKSANAAN

• Tujuan utama dariprogram pengobatan adalah sebagai berikut :


1. Untuk menghilangkan nyeri dan peradangan.
2. Untuk mempertahankan fungsi sendi dan kemampuan maksimal dari penderita.
3. Untuk mencegah dan / atau memperbaiki detormitas yang terjadi pada sendi.
Ada sejumlah cara penatalaksanaan yang sengaja dirancang untuk mencapai
tujuan-tujuan ini : Pendidikan, istirahat, latihan fisik dan temoterapi, gizi dan
obat-obatan.
• Langkah-Langkah :
1. Pendidikan yang cukuop tentang penyakit kepada penderita, keluarganya, dan siapa saja
yang berhubungan dengan penderita.
2. Istirahat adalah penting karena artritis rheumatoid biasanyadisertai rasa lelah yang
hebat.
3.Latihan-latihan spesifik dapat bermanfaat dalam mempertahankan fungsi sendi, sendi
yang sakit sedikitnya dua kali sehari
4. Alat-alat pembantu dan adaptif mungkin diperlukan untuk melakukan aktivitas kehidupan
sehari-hari.
5. Penderita difritis reumatoid tidak memerlukan diit khusus.
6. Pemberian obat adalah bagian yang penting dari seluruh program penatalaksanaan
penyakit ini.
ada 4 indikasi untuk pemakaian kortikosteroid :
1. Peradangan diredakan dengan mengambatpembentukan prostaglandin.
2. Inhibisi kemotaksis dan fagositosis lekosit dan monosit, stabilisasi enzim-enzim
lisosomal.
3. Pencegahan perubahan pada membran kapiler.
4. Penekanan imunitas ditimbulkan dengan mengurangi prosess antigen dari sel-sel refikulo
endotelial atau monosit makrofag, serta perubahan fungsi limfosit.
KOMPLIKASI

1. Sindrom sjogrens
2. Neuropati
3. Anemia, leukopenia (Carpenito Lynda Juall. 1999. Rencana Asuhan
Keperawatan dan Dokumentasi Keperawatan / Edisi 2. Jakarta : EGC)
ASUHAN KEPERAWATAN

• I. PENGKAJIAN
• a. Identitas
• Nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan, agama, alamat, dll.
• b. Keluhan Utama
• Pada pasien dengan artritis reumatoid, mengeluh nyeri sendi dan nyeri tekan disertai dengan kemerahan dan bengkak pada
jaringan lunak sekitar sendi.
• c. Riwayat Penyakit Sekarang
• P : Provokatif (Sebab Masalah)
• Apakah yang menyebabkan klien merasa nyeri pada sendi yang disertai dengan kemerahan dan bengkak pada jaringan lunak.
• Q : Quality (Kualitas, kuantitas masalah
• Kaji tingkat nyeri yang dirasakan oleh pasien, apakah nyeri yang dirasakan :
• Ringan : 0 – 3
• Sedang : 3 – 7
• Berat : 7 – 10 Dan apakah selama aktivitas daat melakuakn kesehariannya.
• R : Reagent (Tempat, area yang dirasakan Tanyakan pada pasien, apakah dapat menunjukkan letak lokasi nyeri yang
dirasakan ?
• S : Sifikti & Skill (Usaha yang dilakukan) Tanyakan usaha apakah yang telah dilakukan oleh pasien untuk mengatasi nyeri ?
• T : Time (Waktu) Berapa lama rasa nyeri yang dialami pasien biasanya ? (Obat dapat menuntaskan penyakitnya / rasa nyeri
hanya dalam jangka waktu sementara)
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Tanyakan kepada pasien, apakah mempunyai riwayat penyakit infeksi lain ? atau gangguan sistem normonal yang berhubungan
dengan faktor genetika / keturunan ?
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Tanyakan pada pasien, apakah ada keluarga yang menderita penyakit “AR” ? atau penyakit turunan lainnya misalnya DM, HT,
atau Riwayat penyakit keluarga lain yang berhubungan dengan penggunaan makanan, vitamin, riwayat perikarditis lesi katup, dll ?
f. Pengkajian Psikososial – Spiritual
a. Psikologi : Apakah pasien merasa cemas terhadap penyakitnya ?
b. Sosial : Kaji, Bagaimana hubungan interaksi pasien dengan dokter, perawat, keluarga, dan sesama pasien lain.
c. Spiritual : Kaji, apakah pasien menjalankan ibadahnya menurut keyakinan dan agama yang pasien anut ?
•  
II. PEMENUHAN KEBUTUHAN
A. Pola Makan
• Kaji kebiasaan makan klien selama dirumah sakit atau dirumah
• Biasanya nafsu makan menurun
• Kesulitan untuk mengunyah
• Terjadi penurunan berat badan.
B. Pola Minum
• Kaji kebebasan pola minum klien selama dirumah sakit, maupun dirumah.
• Nampak penurunan / masukan cairan yang tidak adekuat.
• Terjadi kekeringan pada membran mukosa
c. Eliminasi Alvi (BAB)
• Kaji pola kebiasaan BAB pasien ; warna, dan konsistensinya.
D. Eliminasi Urine (BAK)
• Kaji pola kebiasaan BAK pasien : warna, bau, dll.
E. Istirahat Tidur
• Berhubungan dengan nyeri sendi, nyeri tekan, menyebabkan pasien sulit untuk istirahat tidur yang disertai karena adanya pengaruh gaya hidup
atau pekerjaan.
F. Aktifitas
Klien membatasi kegiatan yang berlebihan, biasanya pada klien dengan artritis
reumatoid berhubungan dengan keterbatasn rentang gerak, atrofi otot, kulit
kontraktur / kelainan pada sendi dan otot, yang dapat berpengaruh besar bagi
kegiatan kesehariannya.
G. Kebutuhan Kebersihan Diri
Biasanya klien dengan penyakit semacam ini akan mengalami kesulitan
melaksanakan aktivitas perawatan pribadi. Ketergantungan pada orang lain.
 

. PEMERIKSAAN FISIK
III

Kaji obervaasi tanda-tanda vital (TTV)


TD :
S:
N:
Pernafasan : Pada umumnya klien dengan penyakit seperti ini tingkat kesadaran dalam keadaan sadar /compus mentis dengan
GCS : 4-5-6 Pada umumnya suhu tubuh mengalami demam ringan (Selama periode eksaserbasi), dan biasanya takikardi.
PENGKAJIAN PERSISTEM
Sistem Integumen
Kulit nampak mengkilat,
Turgor, tekstur (penebalan pada kulit)
Integritas (lecet, kemerahan, luka, gengguan siikulasi ke ekstremitas).
Sistem Muskuloskeletal
Inspeksi :
- Perhatian keadaan sendi-sendi pada leher, spina servikal, spina torakal, lumbai, bahu siku, pergelangan, tangan dan jari tangan,
pinggul, lutut, ekstermitas bawah dan panggul
- Amati kemerahan dan bengkak pada jaringan lunak sekitar sendi.
Palpasi :
- Adanya nyeri sendi padadaerah yang disertai kemerahan / bengkak. Dengan skala nyeri :
Ringan : 0 – 3
Sedang : 3 – 7
Berat : 7 – 10
- Temperatur hangat pada sendi yang nyeri.
Sistem penglihatan
Inspeksi : Kelainan mata yang sering dijumpai pada “AR” adalah kerato konjungtivitis sicca yang
merupakan manifestasi sindrom sjogren. Pada keadaan itu gejala ini sering kali tidak dirasakan oleh pasien
pada episode episkleritis yang ringan. Dapat pula dijumpai gejala skleritis yangsecara histologis
menyerupai nodul reumatoid dan dapat terjadi erosi sklera sampai pada palpasi koroid serta menimbulkan
gejala sklero malaia pektorans sebagai akibat terjadi kebutaan.
Sistem Pernafasan
Gejala keterlibatan saluran nafas atas ini dapat berupa nyeri tenggorokan, nyeri menelan / disfunia yang
sering dirasakan pada pagi hari dengan gejala efusi pleura dan fibrosa paru luas.
Sistem Kardiovaskuler
Pada “AR” jarang dijumai gejala perikarditis berupa nyeri dada gangguan faal jantung akan tetapi pada beberapa pasien dapat
pula dijumpai gejala perikarditis konstriktif yang berat. Lesi inflamatis yang merupakan nodul reumatoid dapatdijumpai pada
miokardium dan katup jatung/. Lesi dapat menyebabkan disfungsi katup, tenoken embolisasi, g3 konduksi aortitis dan
kardiomopati.
Sistem Persyarafan
Pada sistem ini gejala tidak begitu jelas “AR” berhubungan dengan miesopati akibat insabilitas vertebra, servikal, neuropati
zepitan, /neuropati iskemik akibat nasulilitis.
Sistem Pencernaan
Pada kasus ini kx tidak mengalami traktus gastrointeskinalis yang spesifik, namun dalam hal ini “AR” dapat mengakibat
kanulkus peptikum. Pada G I (Gastritis) merupakan komplikasi utama obat anti inflamasi dari gejala “AR”.
Sistem Reproduksi
Tidak adanya penyakit kelamin.
Sistem Perkemihan
Dapat ditentukan adanya neuro karotis pati dan papilar ginjal.
 
IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan perubahan patologis oleh artritis rheumatoid.
2. Mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal, intoleransi terhadap aktivitas, penruunan
kekuatan otot.
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan ketidakseimbangan mobilitas, perubahan penampilan tubuh.
V. INTERVENSI DAN RASIONAL
Diagnosa 1 : Nyeri berhubungan dengan perubahan patologis oleh Artritis Rheumatoid.
Tujuan : Nyeri yang dirasakan klien dapat berangsur berkurang.
Kriteria Hasil :
• Menunjukkan nyeri hilang / terkontrol .
• Dapat tidur / istirahat dan dapat berpartisipasi dalam aktivitas sesuai kemampuan.
• Intervensi :
1. Selidiki keluahan nyeri, catat lokasi dan intensitas. (skala 0 -10). Catat faktor-faktor yang mempercapat dan tanda-tanda
rasa sakit non verbal.
R / : Membantu dalam menentukan kebutuhan manajemen nyeri dan keefektifan program.
2. Berikan matras / Kasur keras / bantal kecil. Tinggikan linen tempat tidur sesuai kebutuhan.
R / : Matras yang lembut / empuk. Bantal yang besar akan mencegah pemeliharaan kesejajaran tubuh yang tepat,
menempatkan stress pada sendi yang sakit. Pennggian linen tempat diur menurunkan tekanan pada sendi yang terinflamasi /
nyeri.
3. Biarkan pasien mengambil posisi yang nyaman pada waktu tidur atau duduk dikursi. Tingkatkan istirahat ditempat tidur
sesuai indikasi.
R / : Pada penyakit berat / eksaserbasi, tirah baring mungkin diperlukan (sampai perbaikan obyektif dan subjektif didapat)
untuk membatasi nyeri / cedera sendi.
4. Dorong untuk sering mengubah posisi. Bantu pasien untuk bergerak titempat tidur, sokong sendi yang sakit diatas dan
dibawah, hindari gerakan yang menyentak.
R / : mencegah terjadinya kelelahan umur dan kekakuan sendi. Menstabilkan sendi, mengurangi gerakan ataurasa sakit pada
sendi.
5. Anjurkan pasien utnuk mandi air hangat atau mandi pancuran pada waktu tidur, sediakan waslap hangat untuk
mengompres sendi-sendi yang sakit beberapa kali sehari. Pantau suhu air kompres, air mandi dan sebagainya.
R / : Panas meningkatkan relaksasi otot dan mobilitas menunrunkan rasa sakit dan melepaskan kekakuan dipagi hari.
Sensitivitas pada panas dapat dihilangkan dan loka dermal dapat disembuhkan.
Diagnosa 2 : Mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal, intoleransi terhadap aktivitas,
penurunan kekuatan otot. Tujuan : Dapat bergerak / mampu dengan sengaja bergerak dalam ligkungan
fisik. Kriteria Hasil :
• Mempertahankan fungsi posisi dengan tidak hadirnya atau pembatasan kontraktur.
• Mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan dan fungsi dari dan / atau kompensasi bagian
tubuh.
• Mendemonstrasikan teknik / perilaku yang memungkinkan melakukan aktivitas.
Intervensi :
1. Evaluasi / lanjutkan pemantauan tingkat iflamasi / rasa sakit pada sendi.
R / : Tingkat aktivitas / latihan tergantung dari perkembangan / resolusi dari proses inflamasi.
2. Pertahankan istirahat tirah baring / duduk jika diperlukan. Jadwal aktivitas untuk memberikan periode
istirahat yang terus menerusdan tidur malam hari yang tidak terganggu.
R / : Istirahat sistemik dianjurkan selama eksaserbasi akut dan seluruh fase penyakit yang penting untuk
mencegah kelelahan, mempertahankan kekuatan.
3. Dorong badan mempertahankan postur tegak dan duduk ; tinggi, berdiri, jalan.
R / : Memaksimalkan fungsi sendi, mempertahankan mobilitas.
4. Berikan lingkungan yang aman, misalnya menaikkan kursi / kloset, menggunakan pegangan-pegangan tangga
pada bak / pancuran dan toilet, penggunaan alat bantu mobilitas atau kursi roda penyelamat.
R / : Menghindari cedera akibat kecelakaan / jatuh.
5. Berikan matras busa / Pengubah tekanan
R / : Menurunkan tekanan pada jaringan yang mudah pecah ntuk mengurangi risiko imobilitas / terjadi dekubitus.
• Diagnosa 3 : Gangguan citra tubuh berhubungan dengan ketidak seimbangan
mobilitas, perubahan penampilan tubuh.
• Tujuan : Perubahan pada gaya hidup / kemampuan fisik untuk melanjutkan
peran. Kriteria hasil :
• Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk
menghadapi penyakit.
• Adanya perubahan gaya hidup.
• Menyusun tujuan / rencana realistis untuk masa depan.
Intervensi :
1. Dorong pengungkapan mengenai maslaah tentang proses penyakit, harapan masa depan.
R / : Berikan kesempatan untuk mengidentifikasi rasa takut/ kesalahan konsep dan menghadapinya secara
langsung.
2. Diskusikan arti dari kehilangan / peruabhaan pada pasien / orang terdekat. Memastikan bagaimana
pandangan pribadi pasien dalam mefungsikan gaya hidup sehari-hari termasuk aspek-aspek seksual.
R / : Mengidentifikasi bagaimana penyakit mempengaruhi persepsi diri dan interaksi dengan orang lain akan
menentukan kebutuhan terhadap intervensi / konseling lebih lanjut.
3. Susunan batasan pada perilaku maladaptif. Bantu pasien untk mengidentifikasi perilaku positif yang
dapat membantu koping.
R / : Membantu pasien untuk mempertahankan kontrol diri, yang dapat meningkatkan perasaan harga diri.
4. Ikut sertakan pasien dalam merencanakan perawatan dan membuat jadwal aktivitas.
R / : Meningkatkan perasaan kompetensi / harga diri, mendorong kemandirian dan mendorong partisipasi
dalam terapi.
IMPLEMENTASI
Merupakan tindakan pelaksanaan dari intervensi yang telah dibuat untuk dapat
mengatasi diagnosa keperawatan yang telah ada.
EVALUASI
1. Apakah rasa nyeri yang dirasakan pasien berangsur berkurang / hilang ?
2. Apakah mobilitas fisik pasien telah teratasi ?
3. Apakah gangguasn citra tubuh pasien terhadap mobilitas fisik telah terjadi
perubahan ?
KESIMPULAN

Rheumatoid Arthritis (RA) adalah suatu penyakit yang bersifat progesif, yang
cenderung menjadi kronis dan menyerang sendi serta jaringan lunak. Rheumatoid
Arthritis merupakan penyakit multisistem yang kronis karena dapat menebabkan
sejumlah gejala diseluruh tubuh dengan manifestasi sistemik yang bervariasi.
Hingga kini penyebab Rheumatoid Arthritis tidak diketahui, tetapi beberapa
hipotesa menunjukkan bahwa Rheumatoid Arthritis konstrusif oleh faktor-faktor :
IMUN ( Antigen-Antibodi ) seperti interaksi antara IGC dan faktor rematoid,
gangguan metabolisme, genetik, faktor lain : nutrisi dan faktor lingkungan
( pekerjaan dan psikososial )

You might also like