You are on page 1of 21

Pengujian Subtantif terhadap

utang usaha
1. AFIYATUN NISA’ (1962024)
2. FEBIOLAH ROUDOTUL JANNAH (1962183)
3. RAKA ARMANDA (1962043)
4. EKA ANIS ROFITA (1962149)
PENGUJIAN SUBSTANTIF ATAS
HUTANG USAHA
• Hutang usaha termasuk sebagai unsur utang lancar. Hutang lancar meliputi semua
kewajiban yang akan dilunasi dalam periode jangka pendek (satu tahun atau kurang dari
tanggal neraca atau dalam siklus kegiatan normal perusahaan). hutang usaha biasanya
juga dipengaruhi oleh volume transaksi yang tinggi dan karenanya sangat rentan
terhadap salah saji.
• Akan tetapi, bila dibandingkan dengan audit atas saldo aktiva, audit atas hutang usaha
lebih ditekankan pada asersi kelengkapan daripada asersi eksistensi atau kejadian.
Alasannya adalah bahwa jika manajemen termotivasi untuk memanipulasi hutang, maka
ia cenderung menetapkan hutang terlalu rendah agar dapat melaporkan posisi keuangan
yang lebih menguntungkan.
Prinsip akuntansi berterima umum dalam
penyajian utang lancar di neraca
• Perlu diketahui terlebih dahulu bahwa prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia dalam
penyajian utang lancar di neraca sebagai berikut:
1. Setiap jenis utang usaha lancar harus disajikan secara terpisah, jika jumlahnya material.
2. Utang kepada perusahaan afiliasi, pemegang saham, dan karyawan perusahaan harus
dipisahkan dari utang kepada pihak ketiga yang independen.
3. Aktiva yang dijaminkan dalam penarikan utang lancar harus diungkapkan dalam laporan
keuangan.
4. Aktiva dan utang tidak boleh digabungkan dalam jumlah neto.
5. Utang bersyarat harus dijelaskan dalam neraca.
Perbedaan karakteristik utang lancar dengan
aktiva lancar
1. Dalam penyajian aktiva lancar, klien berkecenderungan umum untuk menyatakan aktiva tersebut lebih
tinggi dari jumlah yang real. Kecenderungan ini sering kali didorong oleh motif untuk memberikan
gambaran kerja modul kerja yang lebih bain sehingga kelihatannya perusahaan memiliki likuiditas yang
baik.
2. Gambaran modul kerja yang baik dapat ditempuh dengan menurunkan nilai utang lancar, yaitu
umumnya dengan cara tidak mencatat utang lancar sehingga terdapat utang lancar yang tidak tercatat
didalam laporan keuangan (neraca).
3. Dalam penyajian aktiva lancar klien menghadapi masalah penilaian unsur-unsur aktiva lancar per
tanggal neraca.
4. Dalam penyajian utang lancar klien tidak menghadapi penilaian unsur-unsur utang lancar per tanggal
neraca.
Perbedaan pengujian substantif antara utang lancar
dengan aktiva lancar
• Pengujian substantif terhadap utang lancar ditujukan untuk menemukan adanya penyajian utang lancar yang lebih rendah
dari jumlah yang seharusnya, sedangkan aktiva lancar untuk menemukan penyajian aktiva lancar yang tinggi dari jumlah yang
seharusnya.
- Dalam pengujian substantif terhadap kas auditor melakukan pengujian fisik kas.
- Dalam pengujian sustantif terhadap piutang auditor mengirimkan konfirmasi terhadap debitur.
- Dalam pengujian substantif terhadap persediaan auditor melakukan pengamatan terhadap perhitungan fisik persediaan.
• Berbagai unsur tersebut dilakukan untuk menemukan adanya over statement dalam aktiva lancar. Di lain pihak pengujian
substantif terhadap utang lancar ditujukan untuk menemukan adanya utang yang belum dicatat (unrecord liabilities) pada
tanggal neraca.
• Dalam pengujian substantif terhadap aktiva lancar, auditor menghadapi masalah penentuan kewajiban nilai aktiva lancar
(nilai bersih yang dapat direalisasikan) yang dicantumkan ke dalam neraca. Dilain pihak, dalam pengujian substantif terhadap
utang lancar auditor menghadapi kewajiban perusahaan yang terjadi di masa lalu yang dalam jangka pendek harus dilunasi.
Tujuan pengujian substantif terhadap utang usaha

• Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang bersangkutan


dengan utang usaha.
• Membuktikan keberadaan utang usaha dan keterjadian transaksi yang berkaitan
dengan utang usaha yang dicantumkan di neraca.
• Membuktikan kelengkapan transaksi yang dicatat dalam catatan akuntansi dan
kelengkapan saldo utang usaha yang disajikan di neraca.
• Membuktikan kewajiban klien yang dicantumkan di neraca.
• Membuktikan kewajiban penyajian dan pengungkapan utang usaha di neraca.
PENENTUAN RISIKO DETEKSI UNTUK
PENGUJIAN RINCIAN
• Hutang usaha dipengaruhi baik oleh transaksi pembelian yang menambah saldo
maupun oleh transaksi pengeluaran kas yang menurunkan saldo tersebut. Jadi, risiko
pengujian rincian untuk asersi hutang usaha dipengaruhi oleh risiko inheren, risiko
prosedur analitis, dan faktor-faktor risiko pengendalian yang berkaitan dengan kedua
kelompok transaksi tersebut.
• Auditor menggunakan metodologi untuk menghubungkan penilaian risko
pengendalian yang tepat atas asersi kelompok transaksi guna mencapai penilaian
risiko pengendalian untuk asersi-asersi saldo akun hutang usaha. Metodologi tersebut
meliputi matriks risiko deteksi yang dapat diterima pada tahap pengujian rincian
Korelasi Komponen risiko-Asersi hutang
 
Usaha Eksistensi atau Kejadian     Penilaian atau Alokasi  
    Hak dan Kewajiban Penyajian dan Pengungkapan
Komponen Risiko Kelengkapan

Risiko Audit Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah

Risiko Inheren Tinggi Tinggi Sedang Tinggi Tinggi

Risiko Prosedur Analitis Sedang Tinggi Sedang Sedang Tinggi


         

Risiko Pengendalian-Transaksi Pembelian Rendah Tinggi Sedang Tinggi Sedang


         

Risiko Pengendalian-Transaksi Pengeluaran      

Kas  Sedang  Rendah Rendah Rendah Rendah


         

Risiko Pengendalian Gabungan Sedang Tinggi Sedang Tinggi Sedang


         

Risiko Pengujian Rincian yang Dapat Sedang Sangat Rendah Sedang Sedang Sangat Rendah

Diterima      
PERANCANGAN PENGUJIAN
SUBSTANTIF
• Tingkat risiko deteksi yang dapat diterima untuk setiap asersi laporan
keuangan yang signifikan dicapai dengan mengumpulkan bukti dan
pengujian rincian. Kerangka kerja umum untuk mengembangkan program
audit atas pengujian substantif dapat digunakan dalam merencanakan
pengujian substantif untuk hutang usaha.
PROSEDUR AWAL
• Titik awal bagi setiap pengujian audit adalah mendapatkan pemahaman tentang bisnis dan
industri klien. Pemahaman tentang signifikan siklus pembelian dalam perusahaan
menyediakan konteks untuk penilaian risiko yang penting. Pemahaman atas pemicu dan
penggerak ekonomi perusahaan, termin perdagangan standar, dan seberapa luas
konsentrasi bisnis dengan pemasok tertentu menyediakan konteks untuk mengevaluasi
hasil prosedur analitis, pengujian pengendalian, dan pengujian substantif.
• Prosedur awal lainnya untuk pengujian substantif atas hutang usaha adalah menelusuri
saldo awal kertas kerja tahun sebelumnya, dan menggunakan perangkat lunak audit
tergeneralisasi dalam memeriksa akun buku besar untuk melihat setiap ayat jurnal yang
tidak biasa, serta untuk mengembangkan daftar jumlah yang terutang pada tanggal neraca.
PROSEDUR ANALITIS
• Pada tahap awal pengujian substantive terhadap utang usaha, pengujian
analitik dimaksudkan untuk membantu auditor dalam memahami bisnis
klien dan menemukan bisang yang memerlukan audit lebih intensif.
• Tujuan auditor menerapkan prosedur analitis adalah untuk
mengembangkan ekspektasi atas saldo akun hutang dan hubungan antar
hutang usaha dengan akun-akun kunci seperti pembelian atau persediaan.
• Beberapa prosedur analitis yang dapat dilakukan untuk mendapatkan bukti
mengenai hutang usaha.
PENGUJIAN RINCIAN TRANSAKSI
• Tujuan pengujian saldo akun utang rinci adalah untuk memverifikasi :
 Keberadaan dan keterjadian
 Kelengkapan
 Kewajiban
 Penyajian dan pengungkapan
• Dalam melaksanakan pengujian rincian transaksi, auditor terutama akan
menitikberatkan pada pendeteksian kurang saji hutang yang dicatat serta hutang yang
belum tercatat. Seberapa luas setiap pengujian tersebut dilakukan akan bervariasi
menurut tingkat risiko deteksi spesifik yang diterima untuk asersi-asersi terkait.
Menelusuri Hutang yang Dicatat ke
Dokumentasi Pendukung
• Dalam pengujian ini, ayat jurnal kredit pada hutang usaha akan ditelusuri ke dokumentasi
pendukung dalam file klien, seperti voucher, faktur penjualan, laporan penerimaan, dan
pesanan pembelian.
• Pendebetannya akan ditelusuri ke dokumen transaksi pengeluaran kas, seperti buku
pengeluaran cek, atau memo dari penjual menyangkut retur pembelian dan pengurangan
harga.
• Pengujian ini terutama akan menghasilkan bukti untuk tujuan audit spesifik yang berkaitan
dengan empat dari lima asersi, terkecuali asersi kelengkapan. Aplikabilitas dari pengujian
ini terhadap asersi kelengkapan adalah terbatas karena pengujian ini tidak dapat
mendeteksi hutang yang tidak pernah dicatat.
Melaksanakan Pengujian Pisah Batas
Pembelian
• Pengujian pisah batas pembelian (purchases cutoff) mencakup penentuan
bahwa transaksi pembelian yang terjadi mendekati tanggal neraca telah
dicatat pada periode yang tepat. Hal ini dapat dilakukan dengan
menelusuri tanggal-tanggal laporan penerimaan ke ayat jurnal register
pendukungnya. Pengujian ini biasanya mencakup periode antara lima
sampai sepuluh hari bisnis sebelum dan sesudah tanggal neraca. Buku
yang diperoleh dari pengujian ini berkaitan dengan asersi eksistensi atau
kejadian dan kelengkapan untuk hutang usaha.
Melaksanakan Pengujian Pisah Batas
Pengeluaran Kas
• Pisah batas yang tepat atas transaksi pengeluaran kas pada akhir tahun
adalah sangat penting untuk penyajian kas dan hutang usaha yang benar
pada tanggal neraca. Bukti tentang pengujian pisah batas pengeluaran kas
(cash disbursement cutoff test) dapat diperoleh melalui observasi langsung
dan review atas dokumentasi internal.
• Bukti yang diperoleh dari pengujian ini juga berkaitan dengan asersi
eksistensi atau kejadian dan kelengkapan untuk hutang usaha.
Melakukan Pencarian Hutang yang Belum
Tercatat
• Pencarian hutang usaha yang belum tercatat (search for unrecorded
accountans payable) terdiri dari prosedur terdiri dari prosedur-prosedur
yang dirancang secara khusus untuk mendeteksi kewajiban signifikan
yang belum dicacat pada tanggal neraca. Dengan demikian, prosedur ini
berkaitan dengan asersi kelengkapan untuk hutang usaha.
PEMBAYARAN KEMUDIAN.
• Pemeriksaan atas pembayaran kemudian (subsequent payments) terdiri dari pemeriksaan
dokumentasi untuk cek-cek yang diterbitkan atau voucher yang dibayar setelah tanggal neraca.
Apabila dokumentasi ini menunjukkan behwa pembayaran tersebut adalah untuk membayar
kewajiban yang ada pada tanggal neraca, maka auditor harus menelusuri ke daftar hutang usaha
guna menentukan apakah hal tersebut sudah termasuk dalam daftar hutang usaha guna
menentukan apakah hal tersebut sudah termasuk dalam daftar hutang usaha.
• Pengujian ini dilakukan hingga akhir pekerjaan lapangan untuk memperbesar peluang
memperoleh bukti tentang hutang yang secara sengaja atau karena kurang teliti tidak dimasukkan
dalam daftar hutang pada tanggal laporan keuangan. Dengan demikian, pengujian ini melebihi
periode yang digunakan dalam pengujian pisah batas yang telah diuraikan sebelumnya.
PROSEDUR LAINNYA.
• Dokumentasi pendukung hutang yang telah dicatat, tetapi masih belum dibayar
sampai tanggal terakhir pekerjaan lapangan, juga harus diperiksa atas dasar
pengujian. Hal ini juga dapat mengungkapkan kewajiban yang ada tetapi belum
dicatat pada tanggal neraca. Prosedur lainnya yang dapat mengungkapkan
hutang yang belum dicacat meliputi: (1) menginvestigasi pesanan pembelian,
laporan penerimaan, dan faktur penjualan yang tidak sesuai pada akhir tahun,
(2) mengajukan pertanyaan kepada personil akuntansi dan pembelian tentang
hutang yang belum dicatat, serta (3) mereview anggaran modal, perintah kerja,
dan kontrak konstruksi untuk mencari bukti adanya hutang yang belum dicatat.
PENGUJIAN RINCIAN SALDO
• Dua pengujian yang termasuk dalam kategori ini adalah
• (1) konfirmasi hutang usaha, dan
• (2) rekonsiliasi hutang yang belum dikonfirmasi dengan laporan bulanan yang diterima oleh klien dari penjual atau
pemasok.
• Konfirmasi Hutang Usaha
• Prosedur ini bersifat oposional karena (1) konfirmasi ini tidak dapat menjamin bahwa hutang yang belum dicatat
akan dapat ditemukan, dan (2) bukti eksternal berupa faktur dan laporan bulanan penjual harus tersedia untuk
mendukung saldonya. Konfirmasi hutang usaha direkomendasikan apabila risiko deteksi rendah, terdapat kreditor
individual dengan saldo yang relatif besar, atau perusahaan mengalami kesulitan dalam memenuhi kewajibannya.
• Pengujian ini dapat memberikan bukti untuk semua asersi hutang usaha. Akan tetapi, bukti yang tersedia untuk asersi
kelengkapan bersifat dan mengirim permintaan konfirmasi kepada pemasok yang tidak mencatat kewajiban klien.
• Merekonsiliasi Hutang yang Belum Dikonfirmasi dengan Laporan Pemasok
• Dalam banyak kasus, para pemasok biasanya mengirimkan laporan bulanan yang bisa
dijumpai dalam file klien. Dalam kasus ini, jumlah yang terutang kepada pemasok
menurut daftar hutang klien dapat direkomendasikan dengan laporan tersebut.
• Bukti yang diperoleh dari prosedur ini juga berlaku untuk asersi yang sama seperti
konfirmasi, tetapi kurang dapat diandalkan karena laporan pemasok telah dikirimkan
kepada klien, dan bukan langsung kepada auditor. Selain itu, laporan ini mungkin
tidak tersedia dari pemasok tertentu.
PERBANDINGAN PENYAJIAN LAPORAN
DENGAN GAAP
• Hutang usaha harus diidentifikasikan secara tepat sebagai kewajiban
lancar. Jika saldo hutang mencakup pembayaran dimuka yang material
kepada beberapa pemasok untuk pengiriman barang dan jasa di masa
depan, maka jumlah semacam itu harus diklasifikasi sebagai uang muka
kepada pemasok dan dicatat sebagai aktiva. Selain itu, pengukuran juga
perlu dilakukan atas penjaminan dan serta kewajiban kontinjensi. Jadi,
penyajian dan pengungkapan manajemen harus dibandingkan dengan
persyaratan GAAP.

You might also like