You are on page 1of 34

Referat

Solusio Plasenta

Oleh :

Yassinta Allisya Noer 1610070100113


Echa Okta Anggraini 1610070100135
Resti Tunia 1610070100136
Wahdatul Fitri 1610070100141

Preseptor :
dr. Helwi Nofira, Sp.OG (K)

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR OBSTERI DAN GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
RSUD MOHAMMAD NATSIR
SOLOK
2022
01 BAB I
Latar Belakang
WHO Angka Kematian Ibu

Perdarahan Aborsi 13%


25%

Penyebab tidak
langsung 20% Infeksi 15 %

Eklampsia
12%
Penyulit Persalinan 7%
Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang
terjadi pada saat usia kehamilan mencapai
trimester ke-3 ( >20 minggu ) dan sebelum
proses persalinan

Penyebab utama perdarahan antepartum yaitu


plasenta previa dan solusio plasenta

Plasenta previa merupakan penyulit kehamilan


hampir 1 dari 200 persalinan atau 1,7 %
sedangkan untuk solusio plasenta 1 dalam 155
sampai 1 dari 225 persalinan atau <0,5%.
02 BAB II
Tinjauan Pustaka
Perdarahan Antepartum
Perdarahan antepartum merupakan perdarahan yang berasal
dari traktus genitalia setelah usia kehamilan 24 minggu dan sebelum
onset kelahiran janin.
Harus dibedakan antara perdarahan yang disebabkan oleh
karena penyebab obstetri dan nonobstetri (penyebab lokal).
Penyebab nonobstetri menghasilkan perdarahan yang menyebabkan
kehilangan darah yang relatif sedikit kecuali pada karsinoma cerviks
yang invasif.
Penyebab perdarahan trimester tiga

Penyebab Obstetri Penyebab Non-Obstetri


Bloody Show Keganasan atau displasia serviks
Plasenta Previa Servisitis
Solusio Plasenta Polip servikal
Vasa Previa Erosi serviks
DIC Laserasi
Ruptur Uteri  
Solusio Plasenta
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya
normal pada korpus uteri sebelum janin lahir. Biasanya terjadi
dalam trimester ketiga ataupun trimester kedua kehamilan.
Epidemiologi
Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia masih
merupakan angka tertinggi di negara Asean. Jumlah
kematian ibu pada tahun 2020 sebanyak 4.627.
Peningkatan dibandingkan tahun 2019 sebesar 4.221
kematian.

Sebagian besar penyebab kematian ibu pada tahun


2020 disebabkan oleh perdarahan sebanyak 1.330
kasus.

Tahun 2020 di provinsi Sumatera Barat


penyebab AKI terbanyak adalah perdarahan
sebanyak 33 orang
Epidemiologi
Insiden kejadian solusio plasenta mulai
dari 5,9 hingga 6,5 per 1.000 kelahiran
tunggal dan 12,2 per 1.000 kelahiran
kembar.

Frekuensi solusio plasenta di Amerika


Serikat adalah sekitar 1%, dan solusio
berat  kematian janin terjadi pada
0,12% kehamilan.

Penelitian oleh Suryani di RSUP Dr. M.


Djamil Padang periode 2002-2004
dilaporkan kejadian solusio plasenta
sebanyak 19 kasus dalam 4867
persalinan (0,39%) atau 1 dalam 256
persalinan.
Faktor Resiko
01 02

Hipertensi Ibu Trauma Uterus

03 04
Usia Multiparitas
Faktor Resiko
05 06
Penggunaan
Merokok Kokain

07
Riwayat Solusio
Plasenta
Klasifikasi
Menurut derajat pelepasan plasenta :

• Ruptur sinus marginalis


• Solusio Plasenta Parsialis
• Solusio plasenta totalis
• Concealed hemmorhage
Klasifikasi solusio plasenta berdasarkan gambaran klinis dan luasnya :

Solusio plasenta ringan


• Luas plasenta yang terlepas < 25%
• Jumlah darah yang keluar < 250 ml
• Gejala-gejala perdarahan sukar dibedakan dari plasenta previa
kecuali warna darah yang kehitaman.
• Belum terdapat komplikasi terhadap ibu dan janin.
Solusio plasenta sedang

• Luas plasenta yang terlepas telah melebihi 25% sampai 50%


• Jumlah darah yang keluar > 250 ml - 1.000 ml
• Gejala-gejala dan tanda-tanda sudah jelas seperti rasa nyeri
pada perut yang terus menerus, hipotensi, takikardia, dan
denyut jantung janin menjadi cepat
Solusio plasenta berat

• Luas plasenta yang terlepas > 50%, dan jumlah darah yang
keluar telah mencapai 1.000 ml atau lebih.
• Pertumpahan darah bisa terjadi ke luar dan ke dalam
bersama-sama.
• Gejala-gejala dan tanda klinis jelas, keadaan umum penderita
buruk disertai syok, dan hampir semua janinnya telah
meninggal.
Patofisiologi
Gejala Klinis
a. Solusio plasenta ringan (rupture sinus marginalis)
- Perut terasa agak sakit atau agak tegang yang sifatnya terus menerus
- Uteris agak tegang
- Warnanya kehitaman apabila terjadih perdarahan pervaginam
b. Solusio plasenta sedang
- sakit perut terus menerus
- perdarahan pervaginam dapat sedikit, tetapi perdarahan sebenarnya mungkin
telah mencapai 1000 ml
- Dinding uterus teraba tegang terus-menerus
- nyeri tekan sehingga bagian-bagian janin sukar untuk diraba
c. Solusio plasenta berat
- Janin telah meninggal
- Uterusnya sangat tegang seperti papan (defance musculaire) dan sangat nyeri
disertai perdarahan yang berwarna hitam.
- Fundus Uteri lebih tinggi daripada yang seharusnya
- terjadi kelainan pada pembekuan darah dan kelainan/gangguan fungsi ginjal
Diagnosis
Anamnesis
a. Perasaan sakit yang tiba-tiba di perut, kadang-kadang pasien dapat
menunjukkan tempat yang dirasa paling sakit.
b. Perdarahan pervaginam yang sifatnya dapat hebat dan sekonyong-konyong
(non-recurrent) terdiri dari darah segar dan bekuan-bekuan darah yang
berwarna kehitaman .
c. Pergerakan anak mulai hebat kemudian terasa pelan dan akhirnya berhenti
(anak tidak bergerak lagi).
d. Kepala terasa pusing, lemas, muntah, pucat, mata berkunang-kunang. Ibu
terlihat anemis yang tidak sesuai dengan jumlah darah yang keluar
pervaginam.
e. Kadang ibu dapat menceritakan trauma dan faktor kausal yang lain.
Diagnosis
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
a. Pasien gelisah, sering mengerang karena kesakitan.
b. Pucat, sianosis dan berkeringat dingin.
c. Terlihat darah keluar pervaginam (tidak selalu).
Palpasi
d. Tinggi fundus uteri (TFU) tidak sesuai dengan tuanya kehamilan.
e. Uterus tegang dan keras seperti papan yang disebut uterus in bois (wooden
uterus) baik waktu his maupun di luar his.
f. Nyeri tekan di tempat plasenta terlepas.
g. Bagian-bagian janin sulit dikenali, karena perut (uterus) tegang.
Diagnosis
Pemeriksaan Fisik
Auskultasi
Sulit dilakukan karena uterus tegang, bila denyut jantung terdengar biasanya di
atas 140, kemudian turun di bawah 100 dan akhirnya hilang bila plasenta yang
terlepas lebih dari satu per tiga bagian.
Pemeriksaan dalam
a. Serviks dapat telah terbuka atau masih tertutup.
b. Kalau sudah terbuka maka plasenta dapat teraba menonjol dan tegang, baik
sewaktu his maupun di luar his.
c. Apabila plasenta sudah pecah dan sudah terlepas seluruhnya, plasenta ini
akan turun ke bawah dan teraba pada pemeriksaan, disebut prolapsus
placenta, ini sering meragukan dengan plasenta previa
Diagnosis
Pemeriksaan Umum
Tekanan darah semula mungkin tinggi karena pasien sebelumnya menderita
penyakit vaskuler, tetapi lambat laun turun dan pasien jatuh dalam keadaan
syok. Nadi cepat, kecil dan filiformis.
Pemeriksaan Laboratorium
a. Urin : Albumin (+), pada pemeriksaan sedimen dapat ditemukan silinder dan
leukosit.
b. Darah : Hb menurun, periksa golongan darah, lakukan cross-match test.
Karena pada solusio plasenta sering terjadi kelainan pembekuan darah
hipofibrinogenemia, maka diperiksakan pula COT (Clot Observation test)
tiap l jam, tes kualitatif fibrinogen (fiberindex), dan tes kuantitatif fibrinogen
(kadar normalnya 15O mg%).
Diagnosis
Pemeriksaan Plasenta
Plasenta dapat diperiksa setelah dilahirkan. Biasanya tampak tipis dan cekung
di bagian plasenta yang terlepas (kreater) dan terdapat koagulum atau darah
beku yang biasanya menempel di belakang plasenta, yang disebut hematoma
retroplacenter.
Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)
Pada pemeriksaan USG yang dapat ditemukan antara lain :
a. Terlihat daerah terlepasnya plasenta
b. Janin dan kandung kemih ibu
c. Darah
d. Tepian plasenta
Diagnosis Banding
a. Plasenta Previa
a. Vasa Previa

b. Ruptur Uteri

c. Polip
Komplikasi
a. Komplikasi pada ibu
1. Perdarahan yang dapat menimbulkan : variasi turunnya tekanan darah
sampai keadaan syok, perdarahan tidak sesuai keadaan penderita anemis
sampai syok, kesadaran bervariasi dari baik sampai syok.
2. Gangguan pembekuan darah
3. Oliguria
4. Perdarahan postpartum
5. Koagulopati konsumtif, DIC
6. Utero renal reflex
7. Ruptur uteri
b. Komplikasi pada janin
1. Asfiksia ringan sampai berat dan kematian janin, karena perdarahan yang
tertimbun dibelakang plasenta yang mengganggu sirkulasi dan nutrisi kearah
janin. Rintangan kejadian asfiksia sampai kematian janin dalam rahim
tergantung pada beberapa sebagian plasenta telah lepas dari implantasinya di
fundus uteri.
2. Kelainan susunan sistem saraf pusat  
3. Retardasi pertumbuhan
4. Anemia
Penatalaksanaan
1. Solusio plasenta ringan
Apabila kehamilannya kurang dari 36 minggu, perdarahannya kemudian
berhenti, perutnya tidak menjadi sakit, uterusnya tidak menjadi tegang maka
penderita dapat dirawat secara konservatif di rumah sakit dengan observasi
ketat. Umumnya kehamilan diakhiri dengan induksi atau stimulasi partus pada
kasus yang ringan atau janin telah mati
2. Solusio plasenta sedang dan berat
Apabila perdarahannya berlangsung terus, dan gejala solusio plasenta
bertambah jelas, atau dalam pemantauan USG daerah solusio plasenta
bertambah luas, maka pengakhiran kehamilan tidak dapat dihindarkan lagi.
Apabila janin hidup, dilakukan operasi Sectio Caesar. Operasi Sectio Caesar
dilakukan bila serviks masih panjang dan tertutup, setelah pemecahan ketuban
dan pemberian oksitosin dalam 2 jam belum juga ada his. Apabila janin mati,
ketuban segera dipecahkan untuk mengurangi regangan dinding uterus disusul
dengan pemberian infuse oksitosin 5 iu dalam 500cc Dextrosa 5% untuk
mempercepat persalinan.
Prognosis
Prognosis ibu tergantung luasnya plasenta yang terlepas dari dinding uterus,
banyaknya perdarahan, ada atau tidak hipertensi menahun atau preeklamsia,
tersembunyi tidaknya perdarahan, dan selisih waktu terjadinya solusio plasenta
sampai selesainya persalinan. Angka kematian ibu pada kasus solusio plasenta
berat berkisar antara 0,5-5%. Sebagian besar kematian tersebut disebabkan oleh
perdarahan, gagal jantung dan gagal ginjal
03 BAB III
Kesimpulan
Kesimpulan
Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau seluruh permukaan maternal
plasenta dari tempat implantasinya yang normal pada lapisan desidua
endometrium sebelum waktunya yakni sebelum anak lahir. Sebab yang primer
dari solusio plasenta tidak diketahui, tetapi terdapat beberapa keadaan
patologik yang terlihat lebih sering bersama dengan atau menyertai solusio
plasenta dan dianggap sebagai faktor risiko. Klasifikasi dan penatalaksanaan
pada solusio plasenta didasarkan pada tingkat pemisahan dan lokasi pemisahan.
Terima Kasih

You might also like