You are on page 1of 50

CASE REPORT

GANGGUAN CEMAS MENYELURUH


Preceptor:
dr. Tendry Septa, Sp.KJ(K)
dr. Cahyaningsih Fibri R, Sp.KJ., M.Kes
dr. High Boy K Hutasoit, Sp.KJ

Oleh:
Andestya Nanda Pratama (2018012048)
Leonardo Arwin Hadi W (2018012040)
Kadek Erwin Wijaya (2018012046)
Karina Azlia Amanda (2018012018)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN JIWA


RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI LAMPUNG
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2022
01
Anamnesis
IDENTITAS PASIEN

Tn. S , laki-laki, usia 23 tahun, Islam, belum menikah,


pendidikan terakhir SMA, tidak bekerja, saat ini
berstatus mahasiswa, tempat tinggal kost daerah
Sukarame, Kota Bandar Lampung, datang ke Poli
Rumah Sakit Jiwa Provinsi Lampung pada tanggal 21
Maret 2022 pukul 11:00 WIB. Dilakukan pemeriksaan
pada pasien tanggal 21 Maret 2022.
WAWANCARA
Wawancara
PSIKIATRI
dilakukan secara autoanamnesis dan
alloanamnesis (Kakak sepupu pasien) di Poliklinik
Rumah Sakit Jiwa Provinsi Lampung pada pada
tanggal 21 Maret 2022 pukul 11:00 WIB
KELUHAN UTAMA

Pasien mengeluhkan perasaaan cemas yang


dirasakan sejak 2 tahun yang lalu
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien laki-laki usia 23 tahun datang ke Poli Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Provinsi Lampung dengan
sepupunya dan atas keinginan sendiri. Pasien datang dengan keluhan utama merasa cemas yang
dirasakan sejak 2 tahun lalu. Pasien mengatakan rasa cemas tersebut muncul terus menerus, dengan
durasi 30 menit setiapi serangan, disertai dengan dada berdebar, sesak dan mual hingga muntah.
Pasien mengatakan merasa cemas berlebihan terhadap apa yang belum terjadi seperti cemas akan masa
depannya, jika pasien berada ditempat sepi ia merasa cemas dan takut jika dia meninggal tidak ada
yang mengetahui, cemas akan mengalami kegagalan, cemas jika orang tuanya sakit dan meninggal. Hal
ini membuat pasien takut keluar rumah hingga mengurung diri di kamar selama 1 tahun. Keluhan ini
dirasakan selama 1 tahun pertama, sehingga perkuliahan pasien tidak terurus. Satu tahun yang lalu,
pasien sudah menjalankan pengobatan alternatif “orang pintar” dan pasien merasakan keluhan
membaik setelah di berikan obat herbal karena pasien merasa percaya terhadap orang tersebut.
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pada tahun kedua, menurut pasien keluahan sudah mulai berkurang, sesak seperti tercekik sudah tidak
dirasakan, namun cemas, berdebar dan berkeringat dingin masih dirsakan dengan intensitas serangan
2-3 kali dalam seminggu dengan durasi ± 5 -10 menit pada malam hari.

Pada 3 bulan terakhir, pasien memutuskan untuk berobat ke dokter umum, untuk melakukan
pemeriksaan terhadap keluahan perutnya yang tidak membaik dan pasien di diagnosis dyspepsia.

Pasien tidak memiliki riwayat perokok aktif serta penggunaan narkoba dan konsumsi alkohol.

Dikarenakan keluhan cemas, dan jantung berdebar dan berkeringat dingin tidak berkurang, pasien
memutuskan untuk berobat ke RSJ Prov. Lampung, dan mendapat dukungan dari keluarganya
PATIENT MEDICAL TIMELINE
Pasien merasakan cemas dan gelisah

keluahan mual semakin parah


Pasien berobat alternatif, dan masih mersakan cemas berlebih sehingga pasien berobat ke dokter
umum dan di diagnosis dyspepsia.
2 YEARS
AGO 1 YEARS
3 MONTH AGO ACTUAL
AGO
TREATMENT

Pasien berusaha menghibur diri jika cemas, dengan bermian


• Pasien merasakan cemas dan gelisah • Pasien merasakan cemas game
dan gelisah
• Cemas muncul hilang timbul
• keluahan sudah mulai
NOW
• dada berdebar, sesak dan mual
hingga muntah, sesak seperti tercekik berkurang, sesak seperti
dan berkeringat dingin tercekik sudah tidak
dirasakan, namun cemas, • merasa cemas yang dirasakan sejak 2
• Mengganggu perkuliahan pasien tahun lalu.
• Pasien berobat ke pengobatan berdebar dan berkeringat
dingin masih dirsakan • rasa cemas tersebut muncul terus
alternatif (“orang pintar”) menerus, dengan durasi 30 menit setiapi
dengan intensitas serangan
2-3 kali dalam seminggu serangan, disertai dengan dada berdebar,
dengan durasi ± 5 -10 sesak dan mual hingga muntah
menit pada malam hari.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

Riwayat Penggunaan Riwayat Penyakit


Riwayat Medis Umum
Zat Psikoaktif Psikiatri

Pasien mengatakan tidak Pasien tidak memiliki


Pasien memiliki riwayat pernah menggunakan narkoba, keluhan psikiatri
penyakit dispepsia minum alkohol, maupun sebelumnya
merokok
RIWAYAT PERKEMBANGAN
PSIKOSOSIAL
Riwayat Prenatal dan Perinatal

Pasien merupakan anak keempat dari 4 (empat) bersaudara. Pasien lahir dalam cukup usia,
kehamilan, dan lahir secara normal di bidan.

Riwayat Bayi dan Balita (0-3 tahun)

Pasien tumbuh dan berkembang sesuai usia. Pasien diasuh oleh kedua orang tuanya
RIWAYAT PERKEMBANGAN
PSIKOSOSIAL
Riwayat Masa Kanak Pertengahan (3-7 tahun)

Pasien tinggal bersama orang tua dan kakaknya dan merupakan anak yang aktif.

Riwayat Masa Kanak Akhir dan Remaja


Pasien merupakan anak yang dapat bergaul dengan teman-temannya. Pasien menempuh
pendidikan SD, SMP, SMA, dan sekarang masih kuliah
Riwayat Pendidikan
Pasien menempuh SD selama 6 tahun, SMP 3 Riwayat Psikoseksual
tahun, dan SMA 3 tahun. Nilai sesuai kriteria Saat ini pasien tidak melakukan seks dengan
ketuntasan minimal, tidak pernah tinggal kelas, lawan jenis dan lainnya.
tidak ada masalah dari sekolah.
Riwayat Pekerjaan Riwayat Aktivitas Sosial
Saat ini pasien tidak bekerja Hubungan pasien dengan keluarga dan teman-
temannya baik.
Riwayat Pernikahan
Pasien belum menikah. Riwayat Ekonomi
Pasien belum bekerja, namun masih
Riwayat Kehidupan Bergama menempuh perkuliahan. Pasien tinggal
Pasien pemeluk agama islam. Pendidikan tinggal sendiri di kost, pasien dalam kategori
agamanya didapat dari keluarga dan lingkungan perekonomian menengah-kebawah.
sekitar. Pasien merupakan orang yang
menjalankan nilai agamanya sesuai keyakinan Riwayat Pelanggaran Hukum
yang dianut. Pasien tidak pernah terkait dengan hukum.
Riwayat Kondisi Sekarang di Lingkungan Tempat Tinggal
Pasien selama serangan tinggal dirumah bersama ibunya, dan satu tahun
terakhir tinggal sendiri di kost, dan tidak memiliki masalah baik di rumh
maupun di kost terhadapt penghuni lain.

Riwayat Keluarga
Pasien merupakan anak ke-4 dari 4 bersaudara. Pasien belum menikah Dari
keluarga tidak ada yang memiliki keluhan seperti pasien atau keluhan kejiwaan
lainnya.

Stressor Psikososial
Hubungan pasien keluarganya baik. Pasien merasa lebih cemas ketika
memikirkan masa depan, dan kesehatan ibunya.
Genogram
02
Status Mental
DESKRIPSI UMUM
Kesadaran : Compos mentis

Penampilan : Pasien laki-laki tampak sesuai usia, berperawakan kurus cukup


berisi, warna kulit sawo matang, perawatan diri baik, berpakaian rapi dan bersih
menggunakan baju kaos berwarna hitam, dan berjaket, celana panjang hitam, jam tangan,
dan mengunakan sepatu.

Sikap Terhadap Pemeriksa : Pasien kooperatif dengan pemeriksa.

Perilaku dan Aktivitas Psikomotor : Pasien dapat duduk tenang dan kontak
mata baik.
Pembicaraan
Pembicaraan pasien spontan, lancar, artikulasi jelas, volume sedang, kualitas
cukup, kuantitas sedikit, dan dapat menjawab sesuai pertanyaan.

Suasana Perasaan
1. Mood : Eutimia
2. Afek : Luas
3. Keserasian : Mood dan afek serasi

Gangguan Persepsi
Tidak terdapat halusinasi, delusi, derealisasi dan depersonalisasi.

Pikiran
Bentuk Pikir : Bentuk pikiran realistis.
Produktivitas Pikir : Produktivitas pikir pasien sesuai.
Arus Pikir : Arus pikir pasien lancar.
Isi Pikir : Tidak terdapat waham
Sensorium dan Kognisi

Orientasi : Orientasi orang, waktu dan tempat baik.

Daya Ingat : Daya ingat segera, jangka pendek, jangka sedang dan jangka panjang baik.

Konsentrasi : Pasien dapat fokus dan memperhatikan konsentrasinya selama wawancara.

Kapasitas membaca dan menulis: Pasien dapat membaca dengan baik dan lancer menulis

kalimat sederhana.

Visuospasial : Baik.
Pikiran Abstrak : Baik.
Kemampuan informasi dan intelegensi: Tingkat intelegnesi pasien baik sesuai tingkat
pendidikannya.
Pengendalian impuls
Selama wawancara pasien kooperatif dan dapat mengendalikan impuls.

Daya Nilai
Daya Nilai Sosial : Baik
Uji Daya Nilai : Baik

Tilikan
Tilikan derajat 4
 
Taraf Dapat Dipercaya
Kesan dapat dipercaya.
 
Reality Testing Ability
Tidak terganggu
03
Pemeriksaan
Diagnostik Lebih
Lanjut
Status Generalis

Tingkat kesadaran compos mentis, keadaan umum tampak tidak sakit, status generalis kesan dalam batas normal.

Pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan tekanan darah 100/70 mmHg, nadi 84x/menit, pernapasan 20x/menit, suhu

36,60C.

Status Internus

Pada pemeriksaan kepala, mata, THT, leher, paru, jantung, dan abdomen kesan dalam batas normal. Pada ekstremitas tidak

ditemukan adanya bekas luka pada keempat ekstremitas.

Status Neurologis

Status neurologis sistem sensorik dan motorik kesan dalam batas normal.
LABORATORIUM
Hasil Pemeriksaan Hematologi (21 Maret 2022):

No Parameter Hasil Nilai Rujukan


1. Hemoglobin 17,2 g/dL 14-18 g/dL
2. Eritrosit 5,0 juta/uL 3,8-5,2 juta/uL
3. Leukosit 10.000 /uL 3.600-11.000/uL
4. Trombosit 317.000 /uL 150.000-440.000 /uL
5. Basofil 0% 0-1%
6. Eosinofil 0% 2-4%
7. Neutrofil batang 0% 3-5%
8. Neutrofil segmen 68 % 50-70%
9. Limfosit 26 % 25-40%
10. Monosit 6% 2-8%
11. Hematokrit 46 % 35-47%
12. SGOT 33 U/L 0-35 U/L
13. SGPT 42 U/L 0-35 U/L
04
Ikhtisar Penemuan
Bermakna
IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Pasien laki-laki usia 23 tahun datang ke POLI Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Provinsi Lampung dengan
kakaknya atas keinginan sendiri. Pasien datang dengan keluhan utama merasa cemas yang dirasakan sejak 2 tahun
lalu. Pasien mengatakan rasa cemas tersebut muncul terus menerus, dengan durasi 30 menit seklai
serangan, disertai dengan gejala dada berdebar, sesak, mual hingga muntah.

Pasien mengatakan merasa cemas berlebihan terhadap apa yang belum terjadi seperti masa depan,
bagaimana jika ia mengalami kegagalan, bagaimana jika orang tuanya sakit dan meninggal, dan
bagaimana jika dia berada ditempat sepi lalu dia meninggal tidak ada yang mengetahui. dikarenakan
hal tersebut, pasien takut keluar hingga mengurung diri di kamar selam 1 tahun. Keluhan ini dirasakan
selama 1 tahun peratama, sehingga perkuliahan pasien tidak terurus.

Pada 1 tahun pertama pasien sudah menjalankan pengobatan alternatif “orang pintar” dan pasien
mersakan keluhan membaik setelah di berikan obat herbal karena pasien merasa percaya terhadap
orang tersebut.
IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Pada tahun kedua, menurut pasien keluahn sudah mulai mengurang, sesak seperti tercekik sudah tidak dirasakan, namun
cemas, berdebar dan berkeringat dingin masih dirasakan dengan intensitas serangan 2-3 kali dalam seminggu dengan durasi
± 5 -10 menit pada malam hari.

Pada 3 bulan terakhir, pasien memutuskan untuk berobat ke dokter umum, untuk melakukan pemeriksaan terhadap keluahn
perutanya yang tidak membaik, dan pasien di diagnosis dyspepsia.

Dikarenakan keluhan cemas, dan jantung berdebar dan berkeringat dingin tidak berkurang, pasien memutuskan untuk
berobat ke RSJ Prov. Lampung, dan mendapat dukungan dari keluarganya

Pemeriksaan status mental didapatkan secara umum baik, tidak ditemukan waham maupun halusinasi, dan tilikan derajat 4.
Pemeriksaan fisik tidak ditemukan abnormalitas baik pada status generalis, status internus, status neurologis, maupun hasil
laboratorium.
05
Formulasi
Diagnosis
FORMULASI DIAGNOSIS
Pasien tidak memiliki riwayat terjatuh, trauma kepala, kejang, ataupun keluhan pada penyakit system
saraf pusat lainnya. Pasien mengatakan sebelumnya tidak pernah dirawat di rumah sakit, oleh karena
itu gangguan mental organic (F00) dapat disingkirkan.

Pasien tidak memiliki riwayat konsumsi alcohol dan narkoba, sehingga gangguan mental dan perilaku
akibat penggunaan zat psikotik (F10) dapat disingkirkan.

Pada pemeriksaan status mental pasien, tidak ditemukan adanya gangguan persepsi, seperti halusinasi,
ilusi, derealisasi, dan depersonalisasi. Pasien juga tidak mengalami waham sehingga diagnosis
skizofrenia, gangguan skizotipal, dan gangguan waham (F20) dapat disingkirkan.

Pada pasien juga tidak didapatkan gangguan mood/afektif sehingga diagnosis (F30) gangguan
mood/afektif dapat disingkirkan.
FORMULASI DIAGNOSIS
Pada pasien didapatkan keluhan yang menonjol berupa cemas yang dialami sejak 1 tahun yang lalu dan
termasuk dalam gangguan neurotik, gangguan somatoform, dan gangguan stres (F4). Pasien merasa
cemasnya hilang timbul, disertai dengan jantung berdebar-debar dan keringat dingin.

Pasien juga merasakan kecemasan ini membuat pasien tidak bersemangat, malas, dan takut untuk keluar
lumah selama ± 6 bulan. Pasien juga sering menyendiri di dalam kamarnya dan melamun memikirkan
banyak hal. Pasien saat pasien sedang menempuh pedidikan kuliah. Pasien juga sering cemas terhadap
apa yang belum terjadi seperti masa depan. Pada pasien ditemukan gejala anxietas yang menonjol, oleh
karena itu pasien dapat didiagnosis F41.1 yaitu Gangguan Cemas Menyeluruh. Sehingga diagnosis klinis
pada Aksis I adalah F.41.1.
FORMULASI DIAGNOSIS
Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik maupun pemeriksaan diagnostic lebih lanjut saat ini tidak ditemukan
adanya kelainan sehingga tidak ada diagnosis untuk saat ini, namun pasien di diagnosis dispepsia 3 bulan yang lalu, di
karenakan keluhan tidak nyaman di perutnya dan dibawa ke dokter, jadi pada Aksis III, pasien mengalami dispepsia. Pada
anamnesis dengan pasien didapatkan informasi bahwa pasien tidak memiliki masalah dengan keluarga maupun teman
sebayanya. Sehingga pada aksis IV, pasien tidak memiliki masalah yang berkaitan dengan lingkungan psikososial.

Untuk aksis V pada pasien skor GAF (Global Assessment of Functioning) adalah 70-61 berarti ditemukan beberapa gejala
ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik. Berdasarkan gejala-gejala yang ditemukan,
diagnosis pada pasien adalah Gangguan Cemas menyeluruh (F.41.1) dengan diagnosis banding Gangguan Campuran
Anxietas Lainnya (F.41.3), Gangguan Panik (F.41.0), dan Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi (F.41.2)
06
Evaluasi
Multiaksial
EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I : Gangguan Cemas Menyeluruh(F.41.1)
Aksis II : Belum ada diagnosis
Aksis III : Dispepsia
Aksis IV : Tidak ada diagnosis
Aksis V : GAF 70-61
07
Daftar
Masalah
DAFTAR MASALAH
Organobiologik
Pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan adanya kelainan. Pada pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan kelainan.

Genetik
Tidak ada keluarga yang memiliki gangguan jiwa. 

Sosiologik
Tidak ditemukan adanya hendaya dalam bidang sosial.
 
Psikologik
Pada pasien didapatkan gejala cemas disertai jantung berdebar-debar dan keringat dingin.
08
Diagnosis
Banding dan
Prognosis
DIAGNOSIS BANDING

Gangguan Campuran Anxietas Lainnya (F.41.3)


Gangguan Panik (F.41.0)
Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi (F.41.2)
PROGNOSIS
Quo ad vitam : Bonam
Quo ad functionam : Bonam
Quo ad sanationam : Dubia ad Bonam
09
Rencana
Terapi
PSIKOFARMAKOTERAPI
Golongan Selective Serotonin Re-uptake Inhibitor (SSRI):
Fluoxetin tab 1x20mg
Golongan Benzodiazepin:
Alprazolam 1x0,3mg
Vitamin
Vitamin B6 1x10 mg
PSIKOTERAPI
Latihan relaksasi secara teratur dan terus menerus untuk
meredakan dan menenangkan pasien dari gangguan cemas
secara relatif cepat.
Konsultasi dengan dokter.
Psikoterapi dinamik yang berutujuan mengajak pasien
untuk lebih memahami diri dan kepribadiannya, bukan
hanya sekedar menghilangkan gejalanya saja.
10
Diskusi
DISKUSI
Kecemasan adalah respons terhadap situasi tertentu yang mengancam, dan merupakan hal
yang normal terjadi menyertai perkembangan, perubahan, pengalaman baru atau belum
pernah dilakukan, serta dalam menemukan identitas diri dan arti hidup. Pada kadar yang
rendah, kecemasan membantu individu untuk bersiaga mengambil langkah-langkah mecegah
bahaya atau untuk memperkecil dampak bahaya tersebut (Kaplan dan Sadock, 2010).
DISKUSI
Gangguan cemas menyeluruh (Generalized Anxiety Disorder, GAD) merupakan gangguan
yang ditandai dengan kecemasan dan kekhawatiran yang berlebihan dan tidak rasional
bahkan terkadang tidak realistik terhadap berbagai peristiwa kehidupan sehari-hari. Kondisi
ini dialami hampir sepanjang hari, berlangsung sekurangnya selama 6 bulan.dan sulit
dikendalikan serta berhubungan dengan gejala-gejala somatik (Redayani, 2013). Perbedaan
antara gangguan cemas menyeluruh dan kecemasan yang normal ditekankan dalam kriteria
yang menggunakan kata-kata yang berlebihan dan sulit dikendalikan; dan gejala yang
menyebabkan penurunan yang signifikan Gangguan kecemasan yang didapatkan pada
pasien berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan status mental yang telah dilakukan sesuai
dengan kriteria diagnostik gangguan cemas menyeluruh (F41.1) menurut PPDGJ-III.
DISKUSI
Adapun pedoman diagnostik gangguan cemas menyeluruh tersebut antara lain:
1. Penderita harus menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang berlangsung hampir
setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan, yang tidak terbatas atau
hanya menonjol pada keadaan situasi khusus tertentu saja (sifatnya “free floating” atau
mengambang).
2. Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur sebagai berikut:
3. kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung tanduk, sulit
konsentrasi, dsb)
4. ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai); dan
5. overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung berdebar-debar, sesak
napas, keluhan lambung, pusing kepala, mulut kering, dsb)
6. Pada anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan untuk ditenangkan serta
keluhan-keluhan somatik berulang yang menonjol.
7. Adanya gejala-gejala lain yang sifatnya sementara (untuk beberapa hari), khususnya
depresi, tidak membatalkan diagnosis utama gangguan cemas menyeluruh, selama hal
tersebut tidak memenuhi kriteria lengkap dari episode depresif (F32.-), gangguan cemas
fobik (F40.-), gangguan panic (F41.0), atau gangguan obsesif-kompulsif (F42.-) (Maslim,
2013).
DISKUSI
Pada pasien ini ditemukan adanya gangguan kecemasan dan kekhawatiran yang berlebihan
dan sulit untuk dikendalikan yang terjadi hampir setiap hari selama 2 tahun, yang tidak
terbatas pada keadaan situasi khusus tertentu saja sehingga menyebabkan suatu distress
(penderitaan). Pada pasien, kecemasan biasanya timbul karena perasaan khawatir
seandainya keluargnya ada yang masuk rumah sakit. Selain itu, pasien juga mudah
mengkhawatirkan sesuatu yang belum terjadi, seperti jika diakeluar rumah dan meninggal
tidak ada yang menemukan dia, sehingga pasien memilih untuk mengurung diri dikamar.
Kecemasan ini biasanya diikuti dengan gejala-gejala seperti sesak napas, leher tegang
seperti tercekik, jantung berdebar-debar, dan mual. Pada pasien, tidak ditemukan gejala
seperti sedih, maupun halusinasi dan waham. Pada pemeriksaan status internus,
neurologis, dan penunjang tidak terdapat kelainan.
DISKUSI
Terdapat beberapa teori yang menjelaskan faktor yang diduga menyebabkan terjadinya gangguan
cemas menyeluruh. Teori-teori tersebut antara lain :

01. Teori Biologi


Pada pasien GAD juga ditemukan sistem
02. Teori Kognitif-
Perilaku
serotogenik yang abnormal. Adanya distorsi pada pemrosesan informasi dan
Neurotransmiter yang berkaitan dengan pandangan yang sangat negatif terhadap
GAD adalah GABA, serotonin, kemampuan diri untuk menghadapi ancaman
norepinefrin, glutamat, dan
kolesistokinin

03. Teori Genetik


Terdapat hubungan genetik pasien GAD dan
gangguan Depresi Mayor pada pasien wanita.
Sekitar 25% dari keluarga tingkat pertama
penderita GAD juga menderita gangguan yang
sama.
DISKUSI
FARMAKOTERAPI
Pada pasien ini diberikan terapi psikofarmaka berupa obat golongan Selective Serotonin
Reuptake Inhibitor (SSRI) yakni Fluoxetin 1x20mg, golongan benzodiazepin yakni Alprazolam
1x0,5 mg, serta vitamin B6 1x10 mg. Selain itu, pada pasien juga diberikan psikoterapi
suportif. Fluoxetine merupakan antidepresan golongan Selective Serotonin Re-Uptake
Inhibitor (SSRI) yang efek sampingnya rendah, strategi dosis sederhana, dan tolerabilitas
yang baik (Burke, 2001). SSRI merupakan obat terbaru dengan batas keamanan yang luas
dan memiliki spektrum efek samping obat yang berbeda-beda. SSRI diduga dapat
meningkatkan serotonin ekstraseluler yang semula ngaktifkan autoreseptor, aktivitas
penghambat pelepasan serotonin dan menurunkan serotonin ekstraseluler ke kadar
sebelumnya (Neal, 2006).
DISKUSI
Obat anti-cemas memiliki beberapa sinonim, antara lain psikoleptik, transquilizer minor dan
anksiolitik. Sindrom cemas disebabkan hiperaktivitas dari sistem limbik yang terdiri dari
dopaminergik, nonadrenergik, seretoninergik yang dikendalikan oleh GABA-ergik yang
merupakan suatu inhibitor neurotransmiter. Obat anticemas benzodiazepine akan bereaksi
dengan reseptornya yang akan meng-inforce the inhibitory action of GABA neuron, sehingga
hiperaktivitas tersebut mereda
DISKUSI
PSIKOTERAPI

• Terapi kognitif-perilaku
• Terapi suportif
• CBT
DAFTAR PUSTAKA
Amir, Nurmiati. 2012. Luaran terapi pada gangguan depresi major. Cermin Dunia Kedokteran. 39(2):32-40.

Burke WJ, McArthur-Miller DA. 2001. Exploring treatment alternatives: weekly dosing of fluoxetine for the
continuation phase of major depressive disorder. J Clin Psychiatry. 2001;62(Suppl 22): 38–42.

Elvira S, Hadisukanto G. 2013. Buku Ajar Psikiatri. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Johnson MR dan Lydiard RB. 1998. Comorbidity of major depression and panic disorder. J. Clin. Psychol. 54: 201–210.

Kementerian Kesehatan. 2015. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Jiwa.

Maslim R. Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ – III dan DSM 5. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-
Unika Atmajaya. 2013.
Terima
Kasih

You might also like