You are on page 1of 11

RANGKUMAN

MEKFLU
BAGIAN
10 & 12
I Gde Wahyu Divano Aryana
(30720009)
ALIRAN SATU, DUA & TIGA
DIMENSI

Aliran yg paling sederhana adalah aliran satu dimensi, dalam hal mana parameter-parameter aliran dapat
dinyatakan sebagai fungsi dari waktu & tempat pada satu arah koordinat saja.
≈ salah satu contoh adalah suatu aliran melalui pipa tertutup (conduct), dimana kecepatan di tiap penampang
adalah tetap, tetapi hanya berubah menurut jaraknya di sepanjang aliran.

Dalam aliran dua dimensi parameter-parameter aliran merupakan fungsi dari waktu & jarak di dua koordinat
ruang (misalnya x & z) saja.

Pada umumnya aliran adalah tiga dimensi dalam arti bahwa parameter-parameter aliran berubah dalam tiga
arah koordinat x, y & z »»» beberapa kondisi aliran tidak terdapat perubahan dalam salah satu arah salib sumbu.
DEBIT ALIRAN (DISCHARGE)

Debit aliran (Q) : jumlah kuantitas cairan yg melalui suatu penampang tertentu dalam satu satuan waktu

Kecepatan aliran : variabel pada penampang dimana cairan mengalir


PERSAMAAN
KONTINUITAS

Penerapan konsep volume kontrol yang paling sederhana adalah penurunan persamaan kontinuitas.

Persamaan kontinuitas yang menyatakan bahwa di dalam aliran cairan termampatkan/ditekan (compressible)
jumlah aliran tiap satuan waktu adalah sama di semua penampang di sepanjang aliran, hal ini juga menerapkan
“hukum ketetapan masa” pada konsep volume kontrol.
PERSAMAAN ENERGI

Penurunan persamaan energi dilakukan dengan menerapkan hukum ketetapan energi dalam konsep volume
kontrol dengan bantuan hukum dari thermodinamika

Dimana :

E  Q  W

ΔE = total energi
QH = pemindahan panas pada sistem
W = kerja yg dilakukan pada atau oleh sistem

E  Ek  E p  Eu
FAKTOR KOREKSI
MOMENTUM ( β )
Apabila pembagian kecepatan aliran di suatu penampang adalah
seperti pada gambar 3.16, maka besarnya momentum yang diambil dari
harga kecepatan rata-rata (ũ) juga perlu diberi faktor koreksi. Faktor
koreksi untuk momentum adalah β yang besarnya dapat ditentukan dari
persamaan berikut ini :


2 2
 u dA    u A
sehingga : 2
1 u
    dA
A u  (3.11.3)

Seperti halnya faktor koreksi α, harga faktor koreksi β


juga selalu lebih besar daripada satu.
Penerapan hukum ketetapan momentum dalam
penggunaan konsep volume kontrol akan menghasilkan
persamaan momentum. Apabila H adalah besarnya
momentum di dalam suatu sistem aliran maka :
 
dH dm V H mV
 (3.12.1) dan h  (3.12.2)
dt dt m m

Dengan memasukkan Persamaan (3.12.1) dan


Persamaan (3.12.2) kedalam persamaan (3.6.12) didapat :

 
d  mV 
     V dV   V  V d  
dt 
t CV 
CA


A 

(3.12.3)
Menurut hukum Newton II, jumlah gaya-gaya yang bekerja pada aliran adalah :

 

 d  mV 
dV
F  m.a  m.   
(3.12.4)
dt dt
atau
 
d  mV 
   

  

 F 
dt
 
t CV
 V dV    V 

V d A 

(3.12.5)
CA

Persamaan (3.12.5) tersebut menunjukkan bahwa resultante gaya-gaya yang bekerja pada
volume kontrol sama dengan pertambahan (linier) dari besarnya momentum di dalam volume
kontrol dalam suatu waktu tertentu dengan jumlah netto momentum dari aliran yang keluar
dari volume.
Untuk aliran tetap

d A2 
persamaan (3.12.5) dapat
y V2
 disederhanakan menjadi :
u2
Fx 
 
2
 F    V V d A 
CA
u1

V1
x
d A1

(3.12.6)
1

Gambar 3.16.Aliran tetap


melalui suatu volume kontrol

Apabila u dalah komponen kecepatan di arah x maka


jumlah gaya-gaya yang bekerja di arah x adalah :

F x
  2 A2 V2 u 2  1 A1 V1 u1 (3.12.7)
Dengan menggunakan hukum kontinuitas yaitu
V1 A1 = V2 A2 = Q, maka untuk aliran cairan dengan
kerapatan konstan adalah :
F x
  Q  u 2  u1  (3.12.8)
Persamaan (3.12.8) menjadi :
F x   Q   u 2  u1  (3.12.9)
F y   Q   v 2  v1  (3.12.10)

F z   Q   w2  w1  (3.12.11)
u, v dan w adalah komponen-komponen kecepatan di arah
x, y dan z (seperti urutan).
Adapun resultante gaya-gaya tersebut adalah :

F 
2 2 2
Fx  Fy  Fz (3.12.12)
Selanjutnya Persamaan (3.12.9) s/d (3.12.11) disebut
“ persamaan momentum “.
PANCARAN MEMBENTUR SUATU PERMUKAAN
S
Untuk menjelaskan lebih lanjut 
A1 
V0
penerapan persamaan momentum pada
u  V cos 
panjaran yang membentur suatu
0
 
A0 
V0

bidang, dimisalkan suatu pancaran yang V0 sin
m

membentur suatu permukaan datar F

yang lebar dan terletak pada



V0

A
2
kemiringan θo terhadap horizontal
seperti pada Gambar 3.19 berikut ini : Gambar 3.19. Pancaran
membentur suatu bidang

You might also like