You are on page 1of 14

STRUKTUR KAYU

KAYU SEBAGAI BAHAN KONSTRUKSI

Eriza islakul ulmi S.T., M.T.


NIDN 11 221092 01
MATERIAL KAYU

Keterangan :
Pada penampang kayu, bagian yang paling baik
A = Kulit luar (outer bark) digunakan untuk kayu struktural adalah di
B = Kulit dalam (inner bark) sebelah dalam dari lapisan kayu, yaitu bagian
C = Kayu Gubal yang warnanya lebih gelap disebut dengan kayu
D = Kayu Teras teras (heartwood), berfungsi sebagai penguat
E = Lapisan Kambium (lingkaran tahun) pohon karena memiliki dinding sel yang lebih
F = Jari-jari teras tebal dan kuat. Pada bagian ini tidak terdapat
G = Kayu Hati (heartwood)
zatzat makanan, sehingga jika dipakai sebagai
bahan konstruksi akan awet
KEKUATAN KAYU
Kode : Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI)
SNI Kayu 2002

Kode Tambahan
ASTM
SNI Pengujian
KEKUATAN KAYU
ENV 1995-1-1, Design of timber structures. Part 1-1 General rules and rules and building
ASTM D 4442-92, Standard test methods for direct maisture content measurement of wood and wood base materials
ASTM D9, Terminology relating to wood
ASTM D 2395, Test method for specific grafity of wood and wood-base materials
ASTM D 4442, Test methods for direct maisture content measurement of wood-base materials
SNI 03-3527-1994, Mutu kayu bangunan
SNI 14-2023-1990, Kayu lapis structural
SNI 03-3972-1995, Metode pengujian modulus elastisitas tekan dan kuat tekan sejajar serat kayu konstruksi berukuran struktural
SNI 03-3974-1995, Metode pengujian modulus geser kayu konstruksi berukuran structural
SNI 01-2704-1992, Kayu lapis penggunaan umum
SNI 03-1726-1989, Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk rumah dan gedung
SNI 03-1727-1989, Tata cara perencanaan pembebanan untuk rumah dan gedung
SNI 2013 ( spesifikasi desain
untuk konstruksi kayu)
Nilai desain acuan untuk kayu yang dipilah secara
visual dan kayu dimensi yang dipilah secara
mekanis

Keterangan :
Kuat Lentur :Fb
Kuat tarik sejajar serat :Ft
Kuat tekan sejajar serat Fc
Kuat Geser : Fv
Kuat tekan Tegak lurus S eratFc
KEKUATAN KAYU
Kuat acuan berdasarkan pemilahan secara visual
Pemilahan secara visual harus mengikuti standar pemilahan secara visual yang baku.Apabila pemeriksaan
visual dilakukan berdasarkan atas pengukuran berat jenis, maka kuat acuan untuk kayu berserat lurus tanpa
cacat dapat dihitung dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
◦Kerapatan  pada kondisi basah (berat dan volum diukur pada kondisi basah, tetapi kadar airnya lebih kecil
dari 30%) dihitung dengan mengikuti prosedur baku. Gunakan satuankg/m 3 untuk 
◦Kadar air, m% (m  30%), diukur dengan prosedur baku.   m 
1. 000  1  
◦Hitung berat jenis pada m% (Gm) dengan rumus: Gm =   100 

Gm
◦Hitung berat jenis
1  0,265 adasar
Gm 
(Gb) dengan30rumus:
 m
Gb = ; dengan a = 30

◦Hitung berat jenisGpada


b kadar air 15% (G15) dengan rumus:
G15 = 1  0,133 Gb 
Contoh soal
Suatu jenis kayu mempunyai kerapatan ρ = 0,7 pada kadar air 12%. Tentukan nilai-nilai kuat acuan kayu
secara visual.
Penyelesaian :
- Kerapatan ρ = 0,7 gr/cm3 = 700 kg/m3 , dengan kadar air m = 12%
- Berat jenis pada m% :
Gm = ρ/[1000(1+m/100)] = 700 / [1000(1+12/100)] = 0,625
- Berat jenis dasar :
a = (30-m)/30 = (30-12)/30 = 0,6 Gb = Gm/(1+0,265aGm) = 0,625 (1+0,265.0,6) = 0,72
- Berat jenis pada kadar air 15% :
G15 = Gb/(1-0,159Gb) = 0,72 / (1 – 0,159.0,72) = 0,81
Estimasi kuat acuan berdasarkan atas berat jenis pada kadar air 15%, untuk kayu berserat lurus tanpa
cacat :
Modulus elastisitas lentur :
◦ Ew = 16500G0,7 = 16500 . 0,810,7 = 14237 MPa

Lentur :
◦ Fb = 17130G1,13 = 17130 . 0,811,13 = 13500 kPa

Tarik sejajar serat = tekan sejajar serat:


◦ Ft =, Fc// = 7600G0,89 = 7600 . 0,81 0,89 = 6300 kPa

Geser sejajar serat :


◦ Fv = 2190G1,13 = 2190 . 0,811,13 = 1725 kPa

Tekan tegak lurus serat :


◦ Fc┴ = 2160G2,09 = 2160 . 0,812,09 = 1390 kPa
KEKUATAN KAYU
MODULUS ELASTISITAS SNI KAYU 2002
 Untuk kayu dengan serat tidak lurus dan / atau mempunyai
PKKI LAMA cacat kayu, estimasi nilai modulus elastiitas lentur acuan
dari Tabel dibawah harus direduksi dengan mengikuti
ketentuan pada SNI 03-3527-1994 UDC 691.11 tentang
“Mutu Kayu Bangunan”, yaitu dengan mengalikan estimasi
nilai modulus elastisitas lentur acuan dari Tabel dibawah
tersebut dengan nilai rasio tahanan yang ada pada Tabel
berikut yang bergantung pada Kelas Mutu kayu. Kelas
Mutu ditetapkan dengan mengacu pada Tabel Kelas Mutu

Kuat Acuan Rumus estimasi

Modulus Elastisitas Lentur, Ew (MPa) 16.000 G0,7


G adalah berat jenis kayu pada kadar air 15%
KEKUATAN KAYU
Nilai Koreksi Mutu Kayu

Macam Cacat Kelas Mutu A Kelas Mutu B Kelas Mutu C


Kelas Mutu Nilai Rasio Mata kayu:
Tahanan Terletak di muka lebar 1/6 lebar kayu ¼ lebar kayu ½ lebar kayu
Terletak di muka sempit 1/8 lebar kayu 1/6 lebar kayu ¼ lebar kayu
A 0,80
Retak 1/5 tebal kayu 1/6 tebal kayu ½ tebal kayu
B 0,63
Pingul 1/10 tebal atau lebar kayu 1/6 tebal atau lebar ¼ tebal atau lebar
C 0,50
Arah serat 1 : 13 kayu kayu
Saluran damar 1/5 tebal kayu eksudasi 1:9 1:6
tidak diperkenankan 2/5 tebal kayu ½ tebal kayu
Gubal Diperkenankan Diperkenankan Diperkenankan
Lubang serangga Diperkenankan asal Diperkenankan asal Diperkenankan
terpencar dan ukuran terpencar dan ukuran asal terpencar dan
dibatasi dan tidak ada dibatasi dan tidak ada ukuran dibatasi
tanda-tanda serangga tanda-tanda serangga dan tidak ada
hidup hidup tanda-tanda
Cacat lain (lapuk, hati serangga hidup
rapuh, retak melintang) Tidak diperkenankan Tidak diperkenankan Tidak
diperkenankan
PERATURAN PEMBEBANAN
Beban Nominal
1. Beban mati (D), beban mati yang diakibatkan oleh berat sendiri konstruksi permanen, termasuk
dinding, lantai, atap, plafon, partisi tetap, tangga, dan peralatan layan tetap
2. Beban hidup (L), beban hidup yang ditimbulkan oleh penggunaan gedung, termasuk pengaruh kejut.
3. Beban hidup di atap (La), beban hidup di atap yang ditimbulkan selama perawatan oleh pekerja,
peralatan, dan material, atau selama penggunaan biasa oleh orang dan benda bergerak.
4. Beban hujan (H), beban hujan yang ditimbulkan oleh adanya genangan air hujan.
5. Beban angin (W), beban angin termasuk dengan memperhitungkan bentuk aerodinamika bangunan
dan peninjauan terhadap pengaruh angin topan, puyuh, dan tornado, bila diperlukan.
6. Beban gempa (E), beban gempa yang ditentukan menurut SNI 03-1726-1989, atau penggantinya.
KODE PEMBEBANAN

1,4D (6.2-1)
1,2D + 1,6L + 0,5 (La atau H) (6.2-2)
1,2D + 1,6 (La atau H) + (0,5L atau 0,8 W) (6.2-3)
1,2D + 1,3W + 0,5L + 0,5 (La atau H)(6.2-4)
1,2D + 1,0E + 0,5L (6.2-5)
0,9D + (1,3W atau 1,0E) (6.2-6)
PERATURAN PEMBEBANAN
Pengaruh struktural akibat beban-beban lainnya, termasuk tetapi tidak terbatas pada berat dan tekanan
tanah, pengaruh temperatur, susut, kelembaban, rangkak, dan beda penurunan tanah, harus ditinjau di
dalam perencanaan.
Pengaruh struktural akibat beban yang ditimbulkan oleh fluida (F), tanah (S), genagan air (P), dan
temperatur (T) harus ditinjau dalam perencanaan dengan menggunakan faktor beban: 1,3F; 1,6S; 1,2P;
dan 1,2T.
KONSEP PERENCANAAN
Tahanan rencana dihitung untuk setiap keadaan Kombinasi pembebanan Faktor waktu ()
batas yang berlaku sebagai hasil kali antara 1,4D (6.2-1) 0,6
tahanan terkoreksi, R’, faktor tahanan, , dan faktor
waktu, . Tahanan rencana harus sama dengan 1,2D + 1,6L + 0,5 (La atau H) (6.2-2) 0,7 jika L dari gudang
atau melebihi beban terfaktor, Ru: 0,8 jika L dari ruangan umum
1,25 jika L dari kejut*
Ru   R’
1,2D + 1,6 (La atau H) +
Faktor tahanan,  (0,5L atau 0,8 W) (6.2-3) 0,8
Jenis Simbol Nilai
Tekan c 0,90 1,2D + 1,3W + 0,5L +
0,5 (La atau H)
Lentur b 0,85 (6.2-4) 1,0
1,2D + 1,0E + 0,5L
Stabilitas s 0,85 0,9D + (1,3W atau 1,0E)
Tarik t 0,80
Geser/puntir v 0,75 (6.2-5) 1,0
Sambungan z 0,65
(6.2-6) 1,0

You might also like