You are on page 1of 15

Takaful Model

ASURANSI SYARIAH
18H08130803
Program Studi Ilmu Aktuaria
Dosen : Restu A. Putra, S.Si.,M.Aktr
Prodi Ilmu Aktuaria, Departemen Matematika
Universitas Hasanuddin
E-Mail : restuananda.putra17@gmail.com
Waktu : Senin, 09.10 – 11.40 WITA
Learning Objectives

The role of participants, the takaful and the


01
takaful company

The different models of takaful being


02 practiced in different parts of the world
Introduction
Takaful companies operating in different parts of the world have adopted different
models in order to offer their services. These models are derived from different
forms of Islamic muamalat (Islamic finance), observing the rules and regulations of
Islamic law. In Malaysia and Indonesia, the Mudarabah and wakalah models are
practiced, while in the Middle East, the wakalah model is in practice. In Pakistan
and South Africa, a mix of the wakalah-waqf and Mudarabah models in used. In this
chapter, we will discuss these models with special emphasis on the wakalah-waqf
model being practiced in Pakistan
Ta’awuni
Akad ta’awuni atau akad kooperatif, akad yang berdasarkan konsep persaudaraan dan kebersamaan
For-Profit Takaful Models
In addition to the ta’awuni (non-profit) model, other models have been developed that retain the
provisions of compensation and profit for the takaful service providers. These models are based on
different Islamic muamalat, including wakalah, Mudarabah, and waqf contracts.
Wakalah
Wakalah berasal dari bahasa arab yang artinya agent. The term wakalah is used in Islamic finance to
describe a contract of agency or delegated authority under which muwakkil (principal) appoints a
wakeel (agent) to carry out specific task on its behalf. Several takaful models are based on this
agent-principal relationship.

In the wakalah model, the takaful fund is the principal. The takaful fund appoints a takaful company
as a wakeel to provide various services. Because the takaful company only operates the takaful fund,
it is also called the takaful operator.
History of Takaful
Jauh sebelum agama Islam muncul, masyarakat Arab kuno telah mengenal suatu konsep yang hampir
sama dengan asuransi. Berdasarkan catatan Muhammad Ajib, Pada pasal ke-3 konstitusi Madina
tahun 622 M terdapat suatu budaya arab kuno yang disebut sebagai Al-Aqila (saling memikul dan
bertanggung jawab bagi keluarga).

Budaya aqila menjelaskan bahwa jika salah satu anggota suku terbunuh oleh suku lain, maka
keluarga atau ahli waris akan menerima sejumlah uang yang disebut dengan Al-Diyah. Al-Diyah
dijadikan sebagai kompensasi yang diterima oleh keluarga.

Budaya ini terus berkembang hingga pada masa Rasulullah SAW, yang kemudian diwajibkan pada
masa kekhalifahan Umar bin Khatab.
History of Takaful
Rasullah SAW pernah bersabda mengenai satu kasus tentang Aqilah yang diriwayatkan oleh Abu
Hurairah ra
“Dari Abu Hurairah ra: ‘Berselisih dua orang Wanita dari suku Huzail, kemudian salah satu
Wanita tersebut melempar batu kepada Wanita lain sehingga mengakibatkan kematian Wanita
tersebut beserta janin yang dikandungnya. Ahli waris dari Wanita yang meninggal mengadukan
peristiwa itu kepada Rasulullah SAW maka Rasulullah memutuskan ganti rugi dari pembunuhan
terhadap janin adalah dengan membebaskan seorang budak laki-laki atau Wanita. Dan kompensasi
atas Wanita tersebut dengan uang darah (diyat) yang dibayarkan oleh Aqilah-nya (kerabat dari
orang tua laki-laki).” (HR. Bukhari).
History of Takaful
Praktik Aqilah ini memiliki kemiripan konep dengan takaful yang pertama kali dibentuk. Awal mula
praktik takaful diawali oleh pendapat Dewan Yurisprudensi Islam Liga Dunia Muslim, Mekkah,
Arab Saudi yang menyepakati adanya “asuransi koperatif” (ta’min ta’awuni). Kepemilikan dana
pada asuransi merupakan hak peserta sepenuhnya.

Majma’ al-Fiqh al-Islami (Divisi Fikih Rabitah Alam al-Islami), pada Muktamar I tahun 1998, dan
Divisi Fikih OKI (organisasi Kerjasama Islam), mengeluarkan fatwa takful yang dibolehkan dengan
model ta’min ta’awuni yang dibangun atas dasar hibah dan tolong menolong.
History of Takaful
Pada dekade 70-an di beberapa negara yang mayoritas penduduknya muslim bermunculan asuransi
yang prinsip operasionalnya mengacu kepada nilai-nilai Islam dan terhindar dari ketiga unsur yang
diharamkan. Pada tahun 1979, pertama kali didirikan perusahaan asuransi atas dasar kooperatif di
Sudan yakni Faisal Islamic Bank of Sudan. Produk yang ditawarkan meliputi;
 Asuransi muatan laut
 Asuransi kapal
 Kebakaran dan pencurian
 Penerbangan
 Kecelakaan pribadi
 Rakayasa
 Ganti rugi para pekerja
History of Takaful
Menurut Mannan (1993), Islamic Insurance Co.Ltd tersebut menyelenggarakan dua akun yang
terpisah dan berbeda yaitu akun pemegang polis dan akun pemegang saham. Akun pemegang polis
dimasukkan dalam kredit beserta semua iuran mereka, dengan mempertimbangkan perlindungan
asuransi ditambah dengan keuntungan yang diterima pada investasi sumbangannya, dan didebitkan
dengan proporsi beban jasa dan klaim. Kelebihan yang ada setelah menyiapkan cadangan yang
diperlukan, dibagikan di antara para pemegang polis, sebanding dengan iuran yang mereka bayar.
Para pemegang saham tidak turut serta dalam suatu bagian pun dari kelebihan akun pemegang polis.
Pendapatan yang diperoleh dari investasi modal yang dikreditkan pada akun pemegang saham. Bila
ada kelebihan yang tersisa sesudah membayar bagian pengeluaran pemegang saham untuk masa
tertentu, maka kelebihan ini dapat dibagi antar pemegang saham.
History of Takaful
Keberhasilan program takaful, kemudian diikuti dengan berdirinya Dar al-Mal al Islam di Geneva,
Swiss dan Takaful Islami di Luxemburg, Takaful Islam Bahamas di Bahama, dan al-Takaful al-
Islami di Bahrain pada tahun 1983. Di Asia, takaful pertama kali didirikan di Malaysia pada tahun
1985 melalui sebuah perusahaan asuransi jiwa Takaful Malaysia, selanjutnya diikuti oleh negara lain
seperti Brunei, Indonesia, dan Singapura.

Di Indonesia, perkembangan takaful terkait dengan beroperasinya bank syariah. Perusahaan takaful
pertama kali didirikan pada tahun 1994 melalui PT Syarikat Takaful Indonesia (STI). STI memiliki
dua anak perusahaan yaitu PT Asuransi Takaful Keluarga (ATK) dan PT Asuransi Takaful Umum
(ATU).
PERKEMBANGAN
ASURANSI SYARIAH DI
INDONESIA
Difference Between
Takaful and Insurance
Prinsip Asuransi Konvensional Asuransi Syariah
Risk transfer , tertanggung memindahkan
seluruh risiko kepada penanggung dengan Sharing of Risk , seluruh tertanggung
membayar sejumlah kontribusi dan bersepakat untuk saling membantu satu
Konsep
tertanggung akan memperoleh ganti rugi dari sama lain. Premium berupa kontribusi
penanggung jika risiko terjadi berdasarkan sumbangan untuk membantu peserta lain.
kesepakatan yang telah disetujui.
Akad tabarru dan Akad Tijarah
Akad Investasi berdasarkan bunga (mudharabah, wakalah, wadiah, syirkah,
dan sebagainya)
Dana kontribusi merupakan milik peserta,
Kepemilikan dana kontribusi adalah
Kepemilikan Dana perusahaan hanya sebagai pihak yang
sepenuhnya milik pihak penanggung.
mengelola.
Perusahaan menjamin seluruh kerugian Peserta saling memberikan jaminan antar
Jaminan
berdasarkan kesepakatan. peserta lain.
Dewan Pengawas Tidak ada. Dewan Pengawas syariah.
Keuntugan Milik perusahaan Sistem bagi hasil (mudharabah)
Dana pembayaran Rekening perusahaan Rekening tabarru
THANK YOU

You might also like