You are on page 1of 27

Pertemuan Komite TSN,

ITAGI dan Mitra


Penemuan Poliovirus tipe 2 di Kab.Pidie, Aceh
9 November 2022
Sekilas Situasi Nasional
Situasi Aceh
Cakupan Imunisasi 5 tahun terakhir
2017 2018 2019 2020 2021 2022
NO KAB/KOTA
POLIO 4 IPV POLIO 4 IPV POLIO 4 IPV POLIO 4 IPV POLIO 4 IPV POLIO 4 IPV
1 SIMEULUE 77.0 66.8 46.6 45.7 68.0 65.1 56.4 56.4 49.9 50.6 34.7 33.7
2 ACEH_SINGKIL 62.9 13.4 39.3 25.5 52.4 20.7 50.7 18.9 48.0 23.0 44.0 22.5
3 ACEH_SELATAN 85.2 55.1 53.9 37.2 64.0 41.6 56.6 34.8 57.8 26.9 34.7 11.3
4 ACEH_TENGGARA 95.9 15.2 56.4 31.4 86.5 22.0 66.4 27.8 65.0 204.3 70.5 33.3
5 ACEH_TIMUR 63.3 13.3 46.1 16.5 58.0 8.0 42.0 8.4 43.4 2.3 32.1 5.0
6 ACEH_TENGAH 98.6 65.1 69.5 49.7 102.5 100.3 101.2 93.8 71.9 62.7 58.3 50.2
7 ACEH_BARAT 46.5 17.5 30.1 18.1 33.4 26.5 32.6 18.5 28.1 15.8 22.2 13.2
8 ACEH_BESAR 82.4 28.2 45.7 20.7 48.7 19.1 42.2 13.5 44.7 16.7 41.6 16.7
9 PIDIE 45.5 6.6 28.7 9.6 31.0 2.2 19.0 0.3 17.7 0.5 17.7 0.1
10 BIREUEN 68.7 28.3 49.7 22.1 43.8 17.4 31.4 7.4 21.5 7.9 22.5 7.6
11 ACEH_UTARA 79.9 12.8 51.4 2.7 74.5 5.3 65.7 0.0 67.5 0.0 49.5 1.4
12 ACEH_BARAT_DAYA 85.8 14.7 66.3 21.2 76.9 15.4 67.7 13.3 85.0 16.4 64.5 14.8
13 GAYO_LUES 82.1 33.5 44.3 11.3 51.0 23.6 59.1 38.8 43.9 21.5 51.1 33.5
14 ACEH_TAMIANG 77.0 37.5 61.3 39.1 78.0 63.3 70.4 15.0 71.3 47.2 53.3 23.2
15 NAGAN_RAYA 71.8 24.4 63.1 10.7 81.3 26.9 67.1 21.6 64.4 20.3 53.4 19.2
16 ACEH_JAYA 36.8 14.1 13.6 8.9 24.1 8.0 16.8 2.8 10.5 2.8 21.6 2.1
17 BENER_MERIAH 88.4 68.4 33.3 36.7 85.7 79.2 78.3 78.8 83.3 84.0 59.7 55.8
18 PIDIE_JAYA 54.7 29.2 31.2 16.3 30.5 11.1 23.9 6.6 24.2 7.7 24.3 4.8
19 KOTA_BANDA_ACEH 68.0 9.7 48.3 22.5 61.5 20.5 41.7 17.7 47.4 24.7 36.6 19.8
20 KOTA_SABANG 86.7 28.4 32.2 18.2 60.0 24.9 27.8 6.8 30.8 17.1 25.1 15.4
21 KOTA_LANGSA 75.9 27.2 66.1 41.2 53.0 55.5 82.9 38.8 94.5 77.7 73.3 51.6
22 KOTA_LHOKSEUMAWE 87.3 20.7 59.5 12.4 80.3 29.3 70.6 29.6 70.4 24.7 54.0 20.2
23 KOTA_SUBULUSSALAM 85.2 10.3 57.3 0.0 55.0 4.8 66.0 11.2 71.6 10.4 43.3 7.2
24 PROVINSI 72.9 24.6 48.0 20.9 60.1 25.6 51.7 19.4 50.9 28.2 41.5 16.5
Performa Surveilans AFP
Aceh, 2019 - 2022
5 100
88.8
4.5 84.4 84.7 4.33 85.7 90
80 79.1 79.4
4 77 80
3.68 3.69 73.6 74.4
3.6 3.6 71.8
68.2 69.2
3.5 3.42 70
3.16 64.1

Specimens Adequate
61.3
Non Polio AFP Rate

3 2.92 60

2.5 2.36 2.3 50


2 2.06
2 40
31.6 1.55
1.5
1.5 30
1.13
1 20
0.73
0.5 10

0 0
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022

Non Polio AFP Rate Non Polio AFP Rate Target (2/100000) Specimens Adequate Specimens Adequate Target (80%)

Indikator Surveilans AFP: Data 06 Nov 2022


• Non-Polio AFP minmal 2 per 100000 penduduk usia <15 tahun
• Persentase Spesimen Adekuat minimal 80% NPAFP Rate 2022 dihitung berdasarkan target triwulan 3
Performa Surveilans AFP Per Kab/Kota
Provinsi Aceh, Tahun 2019 - 2022
AFP 2019 AFP 2020 AFP 2021 AFP 2022 Target 2022

Target
Jml Jml NPAFP Rate
KAB/KOTA Jml Kasus NPAFP Spesimen Jml Kasus NPAFP Rate Spesimen NPAFP Spesimen Spesimen Penemuan
Laporan Laporan 2022
AFP Rate 2019 Adekuat AFP 2020 Adekuat Rate 2021 Adekuat Adekuat Kasus AFP
AFP AFP (Triwulan 4)
setahun
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
KOTA_SABANG 1 0.00 0.0 0 0.00 0.0 0 0.00 0.0 1 2.00 0.0 2
KOTA_BANDA_ACEH 1 2.00 0.0 2 3.08 50.0 1 1.67 0.0 0 0.00 0.0 2
ACEH_BESAR 5 5.00 100.0 2 1.62 100.0 5 3.54 0.0 6 4.42 33.3 4
PIDIE 4 2.67 100.0 0 0.00 0.0 0 0.00 0.0 4 1.67 50.0 4
ACEH_UTARA 1 0.50 100.0 1 0.51 100.0 0 0.00 0.0 1 0.55 100.0 8
ACEH_TIMUR 2 1.33 50.0 1 0.67 0.0 1 0.73 0.0 2 1.46 50.0 6
ACEH_TENGAH 1 2.00 100.0 1 1.48 0.0 0 0.00 0.0 1 1.60 0.0 2
ACEH_TENGGARA 0 0.00 0.0 0 0.00 0.0 0 0.00 0.0 0 0.00 0.0 2
ACEH_BARAT 1 2.00 0.0 0 0.00 0.0 0 0.00 0.0 0 0.00 0.0 2
ACEH_SELATAN 1 2.00 0.0 0 0.00 0.0 1 1.53 0.0 2 3.06 100.0 2
SIMEULUE 0 0.00 0.0 0 0.00 0.0 0 0.00 0.0 0 0.00 0.0 2
KOTA_LANGSA 2 4.00 0.0 0 0.00 0.0 0 0.00 0.0 0 0.00 0.0 2
BIREUEN 6 4.00 100.0 1 0.74 0.0 0 0.00 0.0 3 1.61 66.7 4
KOTA_LHOKSEUMAWE 1 2.00 100.0 0 0.00 0.0 1 1.69 100.0 0 0.00 0.0 2
ACEH_SINGKIL 0 0.00 0.0 0 0.00 0.0 0 0.00 0.0 0 0.00 0.0 2
ACEH_JAYA 1 2.00 0.0 1 2.00 100.0 1 2.00 0.0 1 0.00 0.0 2
NAGAN_RAYA 1 2.00 0.0 0 0.00 0.0 4 8.00 25.0 3 2.00 33.3 2
ACEH_BARAT_DAYA 1 2.00 100.0 0 0.00 0.0 1 2.00 100.0 1 2.00 100.0 2
ACEH_TAMIANG 1 1.00 100.0 1 1.06 100.0 1 1.15 0.0 5 4.59 100.0 4
GAYO_LUES 2 4.00 100.0 0 0.00 0.0 0 0.00 0.0 0 0.00 0.0 2
BENER_MERIAH 0 0.00 0.0 0 0.00 0.0 1 2.00 0.0 0 0.00 0.0 2
KOTA_SUBULUSSALAM 1 2.00 0.0 0 0.00 0.0 0 0.00 0.0 0 0.00 0.0 2
PIDIE_JAYA 6 12.00 100.0 3 6.00 100.0 3 6.00 100.0 4 8.00 100.0 2

Data 06 Nov 2022


Pidie
Tentang Kasus
Identitas dan Kronologi
18 Oktober 2022 25 Oktober
6 Oktober 2022 9 Oktober 2022 21 & 22 Oktober
Masuk RSUD TCD Sampel kirim
Anak mulai sakit Onset Lumpuh 2 spesimen diambil
Sigli Provinsi

8 Nov
27 Oktober 7 November 10/11 Nov
Isolat dikirimkan ke
Sampel kirim ke Notifikasi awal PV2 Estimasi hasil
Biofarma untuk
Jakarta + Sabin like 3 keluar
sekuensing

An Aizil Khabiral (L)


Lahir 26/8/2015
Usia 7 tahun 1 bulan
Alamat : Desa Mane, Kecamatan Mane, Kab.Pidie, Aceh
Monoparese tungkai kiri, tidak ada gangguan raba. Dx awal : Ischialgia
Riwayat imunisasi OPV : tidak ada, Riwayat imunisasi IPV : tidak ada
Riwayat bepergian : tidak ada
Gejala dan Tanda
Rencana Respon
1. Sesuai dengan IHR 2005, penemuan semua jenis poliovirus tipe 2 harus segera dilaporkan dalam waktu
<24 jam tanpa menunggu klasifikasi akhir. Draft surat sudah disusun dan diserahkan. Rencana untuk
mengirimkan notifikasi pada tanggal 9 November 2022.
2. Pertemuan dengan Komite Sertifikasi Nasional Polio dan ITAGI pada tanggal 9 November 2022 pukul 9.00-
11.00 WIB untuk mendapatkan rekomendasi terkait respon termasuk untuk menentukan usia sasaran ORI.
Dengan adanya penemuan poliovirus tipe 2, maka vaksin yang diperlukan untuk respon imunisasi dapat
berupa mOPV, tOPV atau nOPV2 sesuai dengan rekomendasi ITAGI dengan berkonsultasi dengan WHO.
3. Penyusunan respon plan
4. Perlu dilakukan pertemuan lintas sector dalam waktu 24 jam sejak tanggal notifikasi.
5. Pelaksanaan investigasi lanjutan akan dilakukan mulai tanggal 9 November 2022 dengan tim yang terdiri
dari tim Kementerian Kesehatan dan WHO ke Pidie, Aceh. Ada beberapa hal yang akan dilakukan oleh tim,
yaitu
• Mendapatkan data tambahan terkait kasus dan kontak eratnya.
• Melakukan pencarian kasus tambahan di wilayah tersebut baik di masyarakat maupun melakukan kunjungan ke Puskesmas dan rumah sakit
setempat, termasuk melakukan Hospital Record Review (HRR)
• Pengambilan spesimen kontak dan melakukan survei tinja pada kelompok sehat (healthy targeted sampling) sesuai indikasi dengan melihat
situasi di lapangan.
• Mengevaluasi potensi pengambilan sampel lingkungan.
• Mendapatkan data-data untuk penghitungan target/sasaran imunsiasi.
• Membawa media KIE untuk peningkatan surveilans, imunisasi dan pengambilan spesimen (@1000 pcs)
Respon KLB Polio
Ringkasan Respon KLB Polio
Fase 1 Fase 2 Fase 3
Dimulai dari hari ke-0 Dimulai setelah pelaksanaan Mop Permulaan bisa bervariasi,
Up tergantung situasi epidemiologi dan
jumlah putaran yang dibutuhkan
• Mendapatkan data epidemiologi • Evaluasi fase 1 • Fokus pada penguatan imunisasi
lengkap dan melakukan risk • Mempertahankan dan rutin, respon terhadap wilayah
assessment. meningkatkan kualitas respon dan populasi berisiko tinggi
• Deklarasi KLB Polio/high risk event berdasarkan evaluasi fase 1, dan (termasuk zero dose)
sebagai KLB nasional dalam 7 hari situasi epidemiologi dan risk • Pembelajaran selama pelaksanaan
setelah notifikasi assessment fase 1 untuk digunakan dalam
• Pertemuan antara GPEI, WHO dan • Keputusan untuk menentukan perencanaan dan pelaksanaan
Unicef untuk menentukan Langkah selanjutnya misalnya fase 3
mekanisme dukungan dan advokasi penambahan putaran vaksinasi, • Persiapan untuk menutup KLB,
• Pelaksanaan respon KLB termasuk penguatan surveilans sesuai dengan situasi setempat
penguatan surveilans, perencanaan • Pelaksanaan putaran vaksinasi
dan pelaksanaan respon vaksinasi tambahan dan penguatan
(RR, SIA1, SIA2, mop up) dan surveilans sesuai situasi
termasuk imunisasi rutin epidemiologi
Definisi Kunci
1. Virus Polio Liar (VPL) : Tipe 2 dan 3 telah dieradikasi, VPL 1 masih bersirkulasi di 2
negara endemic (Pakistan dan Afghanistan)
2. Virus vaksin : Sabin (diperoleh dari OPV); Sabin-like (sabin yang sudah menyimpang
dari strain OPV tapi belum cukup untuk diklasifikasikan sebagai VDPV); nOPV2
(Novel oral polio vaccine tipe 2)
3. Vaccine Derived Poliovirus (VDPV): virus vaksin yang mengalami perubahan
nucleotide ≥10x (>1% divergent) untuk tipe 1 dan 3, atau ≥ 6x (>0.6% divergen)
untuk tipe 2.
• Circulating VDPV  penularan dari orang ke orang di masyarakat berdasarkan bukti dari
manusia/lingkungan.
• Immune-deficiency VDPV  dari individu dengan primary immunodeficiency (PID)
• Ambiguous VDPV  tidak bisa diklasifikasikan sebagai cVDPV atau iVDPV. Diklasifikasikan
berdasarkan hasil PE dan Lab, dengan masukan dari tim lapangan, ahli dan lab.
Definisi KLB dan Kejadian
1. KLB : Deteksi VPL atau cVDPV dengan penularan komunitas
a. Penemuan pada manusia, kecuali b. 2 hasil positif dari sampel lingkungan c. Penemuan dari sampel orang atau
adanya Riwayat perjalanan dari wilayah yang terpisah. Dari 2 site yang berbeda lingkungan yang dapat segera dideteksi
terinfeksi 35 hari sebelum onset paralisis atau dari site yang sama dalam jarak adanya hubungan genetic dengan VDPV
atau adanya paparan dari lab atau minimal 2 bulan lainnya di suatu wilayah.
fasilitas produksi vaksin
2. Kejadian Penting (Important Event) : Deteksi VPL atau cVDPV importasi tapi tanpa adanya bukti penularan di komunitas
a. Penemuan VPL atau known cVDPV b. 1 hasil positif dari lingkungan di c. Penemuan multiple VPL atau known
pada kasus AFP atau asimptomatik yang wilayah baru; dan tidak ada bukti cVDPV dari satu wilayah dalam waktu
memiliki Riwayat perjalanan dari wilayah penularan di komunitas kurang dari 2 bulan tapi tidak bukti
terinfeksi/terdampak dalam 35 hari replikasi virus yang sedang berlangsung
sebelum onset sakit (isolate secara genetic identik atau
hampir identic)
3. New emergence event : kasus VDPV baru
a. VDPV baru pada satu kasus AFP atau b. Multiple detection dari kasus VDPV
asimptomatik (bisa dari kontak) dengan baru dari satu sampel lingkungan dalam
tanpa bukti adanya penularan komunitas, periode 2 bulan tapi tidak ada bukti
termasuk dari hasil sekuensing virologis adanya multiple excreters (hasil
sekuensing identic atau mendekati
identik

Tambahan :facility associated WPV or VDPV event ; Vaccine event : VAPP dan deteksi virus tipe 2 diwilayah dimana vaksin tipe 2 sudah tidak digunakan dalam 4
bulan sebelum deteksi kasus atau deteksi tipe 1 atau 3 dimana wilayah tersebut tidak menggunakan OPV di jadwal imunisasinya atau SIA dalam 4 bulan sebelum
Definisi KLB dan event (lanjutan)
• facility associated WPV or VDPV event ;
• Vaccine event :
• VAPP
• Deteksi virus tipe 2* diwilayah dimana vaksin tipe 2 sudah tidak digunakan
dalam 4 bulan sebelum deteksi kasus atau deteksi tipe 1 atau 3 dimana
wilayah tersebut tidak menggunakan OPV di jadwal imunisasinya atau SIA
dalam 4 bulan sebelum deteksi
*Events do not require a vaccination response unless those are high
risk. Events 2b, 2c and 3a due to type 2 poliovirus are considered high
risk
DETEKSI, NOTIFIKASI DAN
INVESTIGASI
Deteksi, Notifikasi dan Investigasi
• Deteksi : sampel yang berasal dari surveilans rutin atau event atau
investigasi KLB dikirimkan ke jejaring lab polio untuk diperiksa. Pemeriksaan
meliputi kultur, intra-typic differentiation dan genetic sekuensing.
• Notifikasi : segera setelah teridentifikasi virus polio, lab menginformasikan
kepada kementerian Kesehatan dan WHO (CO, Regional, HQ). Sesuai
dengan IHR 2005, all notifiable poliovirus harus dilaporkan segera melalui
IHR focal point (<24 jam).
• WHO akan menginformasikan kepada GPEI partner. Detail lain seperti data genetic
akan dibagikan oleh GPLN dan WHO HQ.
• Publikasi melalui website WHO terkait berita KLB, tipe virus, risk assessment dan
status KLB.
Hari ke-0
• Didefinisikan sebagai hari diterimanya hasil
sekuensing genetic terkonfirmasi lab oleh IHR 2005
WHO HQ atau WHO RO. Disebut sebagai Kewajiban untuk melaporkan adanya deteksi
“outbreak notification day” poliovirus baik berasal dari orang maupun
lingkungan,
• Setiap adanya notifikasi, harus diikuti oleh • Virus polio liar
respon berikut ini, • VDPV tipe 1 atau 2 atau 3, dan
• Investigasi kasus dan kontak eratnya, dan • Sabin/Sabin-like tipe 2 dari wilayah
termasuk masyarakat sekitar. Pada kasus sampel yang tidak menggunakan OPV2 dalam
lingkungan, respon difokuskan pada wilayah waktu 4 bulan terakhir.
cakupan dan sampling dilakukan pada masyarakat Notifikasi dilakukan dalam waktu 24 jam oleh
disekitar ES site. IHR focal point ke WHO RO tanpa menunggu
• Risk assessment menggunakan data-data PE final classification.
• Penguatan surveilans
• Advokasi strategis dan komunikasi risiko.
Investigasi KLB Polio dilakukan <24 jam sejak notifikasi (Day 0)
(1)
Komponen Investigasi Tujuan
Bagian A. Investigasi kasus 1. Investigasi secara mendetail pada kasus • Mengumpulkan informasi untuk
atau isolate lingkungan dan AFP dan/atau kontak dari kasus AFP mengkonfirmasi KLB/event dan
konteks lokal 2. Investigasi wilayah sekitar lokasi factor risiko
penemuan kasus di lingkungan (ES Site) • Sumber infeksi/penularan
3. Mendeskripsikan konteks masyarakat • Menentukan jumlah dan
terdampak, karakteristik kasus
• Kekebalan masyarakat • Memeformulasikan upaya
• Pelaksanaan SIA terbaru pengendalian (imunisasi dan
• Karakteristik masyarakat (mobilitas surveilans) untuk menghentikan
dsb) penularan dan perluasan
• Community social mapping
Bagian B. Menentukan luasan 4. Pencarian kasus AFP tambahan dan bukti- • Menentukan luasan geografis dan
geografis penularan bukti transmisi virus menilai risiko penulara lebih lanjut
- Data surveilans • Untuk memperkuat upaya
- AFP contact sampling pengendalian dan mencegah
- Targeted healthy sampling penularan/perluasan.
- Community household search
- Pencarian di fasyankes
- Pencarian di masyarakat (outreach)
Pengambilan Spesimen Tambahan
• AFP contact sampling. Kasus AFP yang ditemukan (didiskusikan apakah perlu
contact sampling. Pada konteks KLB, kontak sampling mungkin perlu dilakukan
untuk seluruh kasus AFP yang ditemukan, dan dilakukan dalam periode waktu
tertentu). Pada situasi normal, AFP contact sampling, dilakukan jika spesimen
tidak adekuat.
• Direkomendasikan untuk mengambil 3 spesimen kontak.
• Targeted healthy children stool sampling (community contact sampling) 
dilakukan pada kasus VDPV baru dan jika transmisi komunitas belum
terkonfirmasi.
• Minimal 1 sampel dari 20 anak asimtomatis (jika memungkinkan pada anak <5 tahun atau
<2 tahun)
• Jika sudah ada bukti penularan komunitas, targeted healthy sampling tidak perlu dilakukan.
Beberapa hal yang perlu didiskusikan
1. Vaccine of choice, untuk pelaksanaan SIA?
2. Luas wilayah dan sasaran imunisasi dengan mempertimbangkan
penilaian risiko polio di wilayah tersebut dan sekitarnya?
3. Lainnya??

You might also like