You are on page 1of 11

DESAIN TATA LETAK

SIRKUIT TERPADU

Rifqi Fuad Fauzan 2008202062


Nia Nihayatul Maula 2008202058
Imas Holis Siti Nurhikmah 2008202051
Laila Paujiyah Ramdan 2008202049
SEJARAH DTLST
Sejarahnya konsep DTLST lahir pada tahun 1984 di Amerika Serikat melalui semikonduktor chip
protection act (SCPA).
Pada awalnya Jepang merupakan sasaran utama dari pengaturan DTLST sebagai pesaing utama
Amerika Serikat, namun dalam perkembanganya Jepang kemudian mengikuti langkah Amerika Serikat
dengan mengkopi SCPA. Setelah itu, bangsa bangsa sepakat untuk membentuk suatu perjanjian Treaty On
Intellectual Property In Respect Of Integrated Circuit (Washington Treaty) pada tahun 1989 guna membuat
pengaturan lebih lanjut mengenai penggunaan DTLST. Prinsip-prinsip perjanjian tersebut lebih lanjut
diakomodasikan ke dalam TRIPS. Setiap peserta TRIPS (yang di dalamnya terdapat Indonesia sebagai
salah satu anggotanya) berdasarkan persetujuan peserta TRIPS harus meratifikasi perjanjian tersebut dan
mengundangkannya sesuai dengan hukum nasional yang berlaku di masing-masing negara. Salah satu hal
yang diatur di dalam TRIPS tersebut adalah mencantumkan pengaturan tentang DTLST.
Di Indonesia keberadaan DTLST diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2000 tentang
DTLST (yang selanjutnya disebut UUDTLST).
Alasan dibuatnya UUDTLST tersebut adalah untuk memenuhi syarat minimum yang terdapat
dalam Perjanjian TRIPS yang mengkehendaki agar setiap negara anggota WTO yang telah meratifikasi
perjanjian tersebut untuk membuat peraturan tersendiri tentang DTLST.
UUDTLST sendiri merupakan undang-undang yang memberikan perlindungan hukum terhadap
hak DTLST yang diajukan dengan permohonan oleh pendesain atau badan hukum yang berhak atas
DTLST.
Peraturan pelaksana lebih lanjut dari UUDTLST kemudian hadir pada tahun 2006 yaitu Peraturan
Pemerintah Nomor 9 Tahun 2006 Tentang Tata Cara Permohonan DTLST yang selanjutnya disebut
PPDTLST. Kehadiran PPDTLST tersebut diharapkan mampu menjadi solusi sehingga para pendesain yang
menciptakan DTLST mengetahui secara pasti syarat dan prosedur pendaftaran DTLST.
Indonesia sebagai negara berkembang perlu memajukan sektor industri dengan meningkatkan
kemampuan daya saing yang salah satunya adalah dengan memanfaatkan peranan Desain Tata Letak
Sirkuit Terpadu yang merupakan bagian dari Hak Kekayaan Intelektual.
DEFINISI
Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 1 ayat (1 ) dan (2) Undang-Undang No. 32 Tahun 2000 tentang
Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu tentang ini dapat dipahami dua hal yaitu Sirkuit Terpadu dan Desain
Tata Letak.
a. Sirkuit Terpadu didefinisikan sebagai "suatu produk dalam bentuk jadi atau setengah jadi yang
didalamnya terdapat berbagai elemen dan sekurang-kurangnya satu dari elemen tersebut adalah elemen
aktif yang sebagian atau seluruhnya saling berkaitan serta dibentuk secara terpadu didalam sebuah bahan
semi konduktor yang dimaksudkan untuk menghasilkan fungsi elektronik”.Sirkuit Terpadu terpadu yang
dimaksud di sini adalah yang dalam bentuk jadi dan setengah jadi dengan pertimbangan yang setengah jadi
sudah dapat berfungsi secara elektronis juga. Motherboard komputer merupakan contoh sirkuit terpadu.
b. Yang dimaksud dengan Desain Tata Letak adalah ”kreasi berupa rancangan peletakan tiga dimensi dari
berbagai elemen, sekurang-kurangnya satu dari elemen tersebut adalah elemen aktif serta sebagaian atau
semua interkoneksi dalam suatu sirkuit terpadu dan peletakan tiga dimensi tersebut dimaksudkan untuk
persiapan pembuatan sirkuit terpadu”.Desain tata letak yang dimaksud adalah pola atau seni peletakan
berbagi elemen di atas suatu bahan sehingga menjadi suatu sirkuit terpadu.
Syarat Memperoleh Hak DTLST

Untuk memperoleh perlindungan Desain Tata Letak Sirkuit


Terpadu, suatu desain atau layout rangkaian elektronik harus
didaftarkan ke Direktorat Jenderal Hak Kekayaan
Intelektual-Departemen Hukum dan HAM (Ditjen HKI-
KemenkumHAM).
Prosedur dan Syarat Pendaftaran
1. Mengisi formulir pendaftaran, dilampiri oleh :
a. Salinan gambar atau foto serta uraian dari Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu yang dimohonkan
pendaftarannya.
b. Surat pernyataan kepemilikan Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu yang dimohonkan
pendaftarannya, bermaterai Rp. 6000,-.
c. Gambar/foto produk yang dimintakan pendaftarannya
d. Contoh fisik produk

2. Dalam hal permohonan diajukan secara bersama-sama oleh lebih dari satu pemohon, permohonan
tersebut ditandatangani oleh salah satu pemohon dengan dilampiri persetujuan tertulis dari para
pemohon lain.
3. Dalam hal permohonan diajukan oleh bukan pendesain, permohonan harus disertai surat
pernyataan pengalihan hak dari pendesain, bermaterai Rp. 6000,-.
4. Pemohon yang bertempat tinggal di luar wilayah Negara Republik Indonesia, harus mengajukan
permohonan melalui kuasanya yang berdomisili di wilayah Indonesia.
Subyek Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu

Yang berhak memperoleh hak desain tata letak sirkuit terpadu adalah pendesain
atau yang menerima hak tersebut dari pendesain.
2. Dalam hal pendesain terdiri dari beberapa orang secara bersama, maka hak-
hak tersebut diberikan kepada mereka secara bersama kecuali diperjanjikan lain.
3. Jika suatu Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu dibuat dalam hubungan dinas
dengan pihak lain dalam lingkungan pekerjaannya, pemegang hak adalah pihak
yang untuk dan/atau dalam dinasnya Desain Tata letak Sirkuit Terpadu itu
dikerjakan, kecuali ada perjanjian lain antara kedua pihak dengan tidak
mengurangi hak pendesain apabila penggunaan Desain Tata Letak Sirkuit
Terpadu itu diperluas sampai keluar hubungan dinas.
4. Jika suatu Desain Tata Letak sirkuit Terpadu dibuat dalam hubungan kerja atau
berdasarkan pesanan, orang yang membuat desain Tata Letak Sirkuit Terpadu itu
dianggap sebagai Pendesain dan Pemegang Hak, kecuali jika diperjanjikan lain
antara kedua pihak.
Pengalihan HaK

Pengalihan HDTLST harus disertai dengan dokumen


pengalihan hak dan dicatat pada Daftar Umum Hak DTST.
Seperti HKI lainnya Hak Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu
dapat beralih atau dialihkan dengan: 1) Pewarisan
2) Hibah
3) wasiat
4) Perjanjian tertulis atauSebab-sebab lain yang dibenarkan
oleh peraturan perundang- undangan.
Lisensi

Hak atas DTLST selain dapat dialihkan dengan cara di atas,


dapat juga dialihkan dengan perjanjian lisensi. Pemegang
Hak pemberi lisensi tetap dapat melaksanakan sendiri
haknya dan tetap dapat memberi lisensi pada pihak lain
kecuali diperjanjikan lain. Perjanjian lisensi harus dibuat
secara tertulis dan tidak boleh memuat ketentuan yang
dapat merugikan perekonomian Indonesia atau
mengakibatkan persaingan usaha yang tidak sehat
sebagaimana diatur dalam peraturan per-undang –
undangan yang berlaku. Perjanjian lisensi seperti perjanjian
pengalihan hak wajib didaftarkan pada DTLST. Perjanjian
lisensi yang tidak didaftar tidak mempunyai akibat hukum
terhadap pihak ketiga.
Pelanggaran, Sanksi Dan
Upaya Penyelesaian Hukum

Pemegang hak DTLST dapat menggugat siapa saja yang dengan sengaja dan
tanpa hak melanggar Pasal 8, yaitu membuat, memakai, menjual, mengimpor,
mengekspor dan atau mengedarkan barang yang didalamnya terdapat seluruh atau
sebagian desain yang telah diberikan Hak DTLST. Gugatan ditujukan kepada
Pengadilan Niaga (Pasal 38). Di samping itu bisa melalui arbitrase, atau alternatif
penyelesaian sengketa (negosiasi, mediasi, konsiliasi), dan cara lain yang dipilih
oleh para pihak.
Pelanggaran DTLST selain dapat digugat secara perdata juga tidak menutup
kemungkinan untuk digugat secara pidana. Sanksi pidana terhadap pelanggaran
DTLST menurut Pasal 42 ayat (1) dituntut dengan penjara paling lama tiga (3)
tahun atau denda paling banyak Rp. 300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah) Tindak
pidana yang diatur dalam Undang-Undang No. 32 tahun 2000 tentang Desain
Tata Letak Sirkuit Terpadu merupakan delik aduan.
TERIMAKASIH :)

You might also like