Professional Documents
Culture Documents
Bab 7 Sistem Perkawinan
Bab 7 Sistem Perkawinan
Pada saat tertentu, para peternak perlu mempertahankan suatu tetua yang
unggul. Cara yang biasa digunakan adalah dengan biak sisi (line breeding ).
Contoh :
Apabila kita ingin mempunyai seekor pejantan unggul, kita ingin anaknya
mirip pejantan tersebut, maka dilakukan biak sisi sebagai berikut :
Pejantan A dikawinkan dengan seekor betina, kemudiaan anaknya yang
betina dikawinkan lagi dengan pejantan A.
Cucunya (F2) dikawinkan lagi dengan pejantan A, dan seterusnya.
Pada generasi ke 3 (F3) kita memperoleh anaknya 87,5% mirip pejantan A.
Derajat Inbreeding (Koefisien Inbreeding) :
FX = S{( ½ ) n1+n2+1 (1 + FA)}
Dimana :
FX = koefisien silang dalam dari individu X
S = jumlah semua lintasan pewarisan yang menghubungkan pejantan dan
induk dari X.
n1 = jumlah generasi dari pejantan dari individu X sampai pada oyang
bersama
n2 = jumlah generasi dari induk dari individu X sampai pada moyang
bersama.
FA = koefisien silang dalam moyang bersama
Koefisien Hubungan Kekerabatan (R) :
Tujuan Grading Up
untuk memperbaiki ternak- ternak lokal. Kerugian Grading up adalah dapat
menyebabkan ternak-ternak lokal punah.
RANGKUMAN
Cara atau metode yang digunakan terdiri dari sistim perkawinan dan
sistim seleksi. Sistim perkawinan yang selalu dan sering digunakan
untuk meningkatkan mutu genetic ternak antara lain :
a. Perkawinan dengan tujuan meningkatkan homosigotas
(Inbreeding).
b. Perkawinan dengan tujuan meningkatkan heterogositas
(Outbreeding).