You are on page 1of 31

EKONOMI MONETER

Dosen
W. G. M. Louhenapessy

Program Studi Pendidikan Ekonomi


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Pattimura

19/11/2022 1
BEBERAPA KEBIJAKAN
DI BIDANG PERBANKAN
ARSITEKTUR PERBANKAN
INDONESIA
ENAM PILAR API
Menciptakan struktur perbankan
domestik yang sehat Menciptakan sistem pengaturan dan
yang mampu memenuhi kebutuhan pengawasan
masyarakat dan bank yang efektif dan mengacu pada
mendorong pembangunan ekonomi standar internasional.
nasional yang berkesinambungan.

Menciptakan industri perbankan yang Menciptakan good corporate


kuat dan governance dalam
memiliki daya saing yang tinggi serta rangka memperkuat kondisi internal
memiliki perbankannasional.
ketahanan dalam menghadapi risiko. Arsitektur Perbankan Indonesia

Mewujudkan infrastruktur yang


Mewujudkan pemberdayaan dan
lengkap untuk
perlindungan
mendukung terciptanya industri
konsumen jasa perbankan.
STRUKTUR PERBANKAN INDONESIA
SESUAI VISI API
PROGRAM PENGUATAN STRUKTUR
PERBANKAN NASIONAL
Periode
No Kegiatan (Pilar-1)
Pelaksanaan
1 Memperkuat Permodalan Bank
 Meningkatkan persyaratan modal minimum bagi bank 2004 - 2010
umum termasuk BPR sebesar Rp. 100 Milyar 2004 - 2010
 Mempertahankan persyaratan modal Rp. 3 triliun untuk
pendirian bank baru sampai dengan tahun 2011

2 Memperkuat Daya Saing BPR


 Meningkatkan lingkage program antara bank umum dan 2004
BPR 2004
 Mempermudah pembukaan kantor cabang BPR 2004 - 2005
 Memfasilitasi pembentukan fasilitas jasa bersama untuk
BPR
3 Meningkatkan Askes Kredit
 Memfasilitas pembentukan skim pejamin kredit 2004 - 2006
 Mendorong penjaluran kredit untuk sektor usaha 2004 - 2006
tertentu
PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS
PENGATURAN PERBANKAN

Periode
No Kegiatan (Pilar-2)
Pelaksanaan

1 Memformalkan Proses Sindikasi Dalam Memuat


Kebijakan Perbankan
 Meliatkan pihak III dalam setiap pembuatan 2004
kebijakan perbankan
 Membentuk panel ahli perbankan 2004
 Memfasilitasi pembentukan lembanga riset 2004 - 2005
perbankan didaerah maupun pusat

2 Implementasi secara bertahap 25 Basel Corel 2004 - 2013


Principles for Effective Bangking Supervision
PROGRAM PENINGKATAN FUNGSI
PENGAWASAN
Periode
Kegiatan (Pilar -3)
No Pelaksanaan
1 Meningkatkan koordinasi antar lembaga pengawas
 Melakukan koordinasi dan kerjasama secara reguler 2004

2 Melakukan konsulidasi sektor perbankan bank Indonesia


 Mengkonsolidasi fungsi pengawasan dan pemeriksaan 2004 - 2005
 Mereorganisasi sektor perbankan bank Indonesia 2004 - 2005
 Membentuk tim enfercoment 2004 - 2005
 Membentuk tim khusus pemerisaan spesialis 2004 - 2005

3 Meningkatkan kompetensi pemeriksaan bank


 Melakukan sertifikasi pemeriksaan bank 2004 - 2005
 Melakukan attachment pemeriksaan di lembaga penga wasan 2004 - 2005
internasional
4 Pengembangan sistem pengawasan berbasis risiko
 Mendisain risk – based model untuk pengawasan 2004 - 2005
5 Meningkatkan efektivitas enforcement
 Menyempurnakan prose investigasi kejahatan perbankan 2004 - 2005
 Meningkatkan transparansi pengawasan dan enforcement 2004 - 2005
 Membentuk internal ombudsman untuk permasalan pengawasan 2004 - 2005
 Meningkatkan perlindungan hukum bagi pengawas bank 2004
PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS
MANAJEMEN DAN OPERASIONAL PERBANKAN

Periode
No Kegiatan (Pilar-4)
Pelaksanaan
1 Meningkatkan Good Corporate Gorvenance
 Menetapkan standar minimum untuk GCG 2004 - 2005
 Mendorong bank-bank untuk go public 2004 - 2005
2 Meningkatkan kualitas manajemen risiko
perbankan
 Mempersyaratkan sertifikasi manajer risiko 2005
3 Meningkatkan kemampuan operasional bank
 Mendorong bank-bank untuk melakukan sharing 2004 - 2005
penggunaan fasilitas operasional guna menekan
biaya
 Memfasilitasi kebutuhan pendidikan dalam rangka 2004 - 2005
peningkatan operasional bank
PROGRAM PENGEMBANGAN
INFRASTRUKTUR PERBANKAN

Periode
No Kegiatan (Pilar-5)
Pelaksanaan

1 Mengembangkan Credit Bureau


 Melakukan inisiatif pembentukan credit 2004 - 2005
bureau
2 Mengoptimalkan penggunaan credit
rating agencies 2004 - 2005
 Mempersyaratkan rating bagi obligasi
yang diterbitkan oleh bank
PROGRAM PENINGKATAN
PERLINDUNGAN NASABAH

Periode
No Kegiatan (Pilar -6)
Pelaksanaan
1 Menyusun standar mekanisme pengaduan nasabah
 Menetapkan persyaratan minimum mekanisme 2004 - 2005
pengaduan konsumen

2 Membentuk lembaga mediasi independen


 Memfasilitasi pendirian lembaga mediasi perbankan 2004 - 2005

3 Menyusun transparansi informasi produk


 Memfasilitasi penyusunan standar minmum 2004 - 2005
transparansi informasi produk bank
4 Mempromosikan edukasi untuk konsumen
 Mendorong bank-bank untuk melakukan edukasi 2004
kepada konsumen mengenai produk-produk finansial
MEMBANGUN ARSITEKTUR
SISTEM KEUANGAN
INDONESIA (ASKI)

• Arsitektur Sistem Keuangan Indonesia (ASKI)


merupakan arah strategis pengembangan sistem
keuangan Indonesia yang dilaksanakan secara bertahap,
menyeluruh dan dalam jangka menengah-panjang.
• ASKI disusun dengan kerangka dasar yang
mencerminkan sistem keuangan Indonesia yang terdiri
dari berbagai sub-sektor keuangan yang saling terkait
yang ditopang oleh enam pilar menuju ke arah
pencapaian visi dan misi ASKI.
Arsitektur Sistim
Keuangan Indonesia
(ASKI)
ENAM PILAR ASKI

• Pilar 1. Sumber Daya Manusia


• Pilar 2. Tata Kelola dan Manajemen Risiko
• Pilar 3. Sistem Informasi dan Infrastruktur
• Pilar 4. Institusi dan Struktur Pasar
• Pilar 5. Pengaturan dan Pengawasan
• Pilar 6. Perlindungan dan Pemberdayaan Investor dan
konsumen
KERANGKA DASAR ASKI
ARAH PENGEMBANGAN ASKI
TAHAPAN DAN FOCUS PENGEMBANGAN
SISTIM KEUANGAN INDONESIA
RUANG LINGKUP
DARI CRISIS MANAGEMENT PROTOCOL (CMP)
Pengawasan Bank
PENGAWASAN BANK

• Dalam rangka penetapan status Bank Dalam Pengawasan Khusus, maka ada beberapa tingkatan
pengawasan bank yang dilakukan Bank Indonesia, yaitu sesuai dengan PBI No.3/25/PBI/2001 tgl. 26
Desember 2001 dijelaskan bahwa Bank Indonesia akan melakukan berbagai tingkatan pengawasan
sesuai dengan permasalahan yang dihadapi oleh Bank yaitu :
• Pengawasan Normal
• Pengawasan Intensif
• Pengawasan Khusus
• Penyerahan Bank kepada BPPN dengan status Bank Dalam Penyehatan (BDP) atau Bank Beku
Kegiatan Usaha (BBKU)
• Proses Pencabutan Izin Usaha, Pembubaran Badan Hukum dan Likuidasi sesuai ketentuan yang
berlaku.
BANK DALAM PENGAWASAN INTENSIF

Bank dalam pengawasan intensif adalah bank


yang dinilai memiliki potensi membahayakan
kelangsungan usahanya dengan kriteria:

• Predikat Tingkat Kesehatan adalah Kurang Sehat atau Tidak Sehat;


• Memiliki masalah potential dan actual dibidang likuiditas, profitabilitas dan
solvabilitas berdasarkan Composite Risk Assesment;
• Pelanggaran/pelampauan BMPK dan action plan dinilai tidak mungkin
dicapai;
• Pelanggaran PDN dgn usulan penyelesaian Bank yg tidak mungkin dicapai;
• Rasio GWM > 5% namun memiliki permasalahan likuiditas;
• Memiliki permasalahan profitabilitas yang mendasar;
• Memiliki NPL (netto) > 5 % dari total kredit.; atau
BANK DENGAN CAR < 8%

Bagi Bank dengan CAR dibawah 8% namun


masih diatas 6% diminta untuk melakukan
tindakan:

• Menyusun rencana penambahan modal (capital restoration plan)


• Larangan distribusi Modal;
• Larangan transaksi dengan pihak terkait, kecuali atas izin Bank Indonesia
• Pembatasan ekspansi usaha atau kegiatan baru, kecuali atas izin Bank Indonesia
• Pembatasan peningkatan Gaji/pembayaran Bonus/Kompensasi untuk pengurus Bank
• Larangan pembayaran Subordinate Loan
• Laporan perubahan kepemilikan < 10%
• Larangan perubahan kepemilikan > 10% baik langsung maupun sebagai pemegang saham ‘acting in concert’
• Kewajiban penyampaian laporan-laporan tertentu
• enempatan OSP dan pemberlakuan CDO lainnya (apabila diperlukan)
Bank memiliki potensi membahayakan kelangsungan usahanya dengan kriteria:
1. Predikat TKS = KS atau TS;
2. memiliki masalah potential dan actual dibidang likuiditas, profitabilitas dan Bank memiliki potensi
solvabilitas berdasarkan Composite Risk Assesment; systemic risk, antara lain:
3. Pelanggaran/pelampauan BMPK dan action plan dinilai tidak mungkin dicapai; 1. Total Aset cukup besar;
4. Pelanggaran PDN dgn usulan penyelesaian Bank yg tidak mungkin dicapai; 2. Bank Peserta Program
5. Rasio GWM > 5% namun memiliki permasalahan likuiditas; Rekapitalisasi
6. Memiliki permasalahan profitabilitas yang mendasar;
7. Memiliki NPL (netto) > 5 % dari total kredit

Bank ditempatkan dalam intensive supervision dan Bank Indonesia memberitahukan kepada Bank.

Kondisi Bank Tidak Membaik

Bank Indonesia dapat melakukan tindakan-tindakan antara lain:


Kondisi 1. Meminta tambahan laporan-laporan dari Bank
Bank 2. Peningkatan frekwensi pengkinian dan pemantauan Business Plan
Membaik 3. Penyusunan Action Plan sesuai dengan permasalahan yang dihadapi Bank
4. Penempatan OSP (untuk tujuan monitoring)
5. CDO sesuai dengan bank dalam SSU (apabila diperlukan)

Bank mengalami kesulitan yang dapat membahayakan kelangsungan usahanya &


Pengawasan ditempatkan dalam pengawasan khusus BI (special survellance),dengan kriteria :
Normal
(judgement) Faktor Solvabilitas / Struktural: Faktor Likuiditas: ᄄ GWM < 5% dan trend menurun relatif
ᄄ CAR < 8 % ; atau cepat atau permasalahan likuiditas mendasar

Bank Indonesia
Bank Indonesia melakukan CDO (tindakan sesuai Pasal 37 ayat (1) dan Pasal 52) untuk
tujuan penyehatan Bank, dalam rangka special surveillance antara lain :
TAHAPAN PROSES
mengumumkan
Bank yang
dikenakan
1. Capital Restoration Plan dan
beberapa tindakan lainnya :
3. Tindakan lain sesuai Ps 37 (1) dan Ps 52:
1. Mengganti Pengurus Bank;
BANK DALAM
PENGAWASAN
Mandatory Bank dengan CAR > 6% namun 2. Menghapusbukukan Kredit Macet;
Supervisory <8% 3. Melakukan Merger atau Konsolidasi dengan Bank lain
Action 2. Mandatory Supervisory 4. Menjual Bank kepada pihak lain
serta tindakan
yang diminta utk
Action : a. Bank dengan CAR <
6%, b. Capital Restoration Plan
5. Menyerahkan pengelolan seluruh/sebagian
kegiatan kepada pihak lain INTENSIF DAN
tidak dipenuhi atau tidak 6. Menjual sebagian atau seluruh harta atau kewajiban
PENGAWASAN
dilakukan Bank
disetujui Bank
Bank Indonesia ᄄ Membekukan kegiatan usaha tertentu

KHUSUS
Jika Pelaksanaan CDO dalam jangka waktu maksimal (khusus untuk Bank Domestik)
diperpanjang 1). 6 (enam) bulan untuk listed bank; atau
maka akan 2). 3 (tiga) bulan untuk non-listed bank
diumumkan ke (Jangka waktu dapat diperpanjang maksimal 3 bulan atas pertimbangan
publik perkembangan program penyehatan Bank yang realistis)
A B C

Sebelum jangka waktu Setelah jangka waktu berakhir Setelah jangka waktu
berakhir dan kondisi dan kondisi Bank tidak berubah berakhir dan kondisi
Bank
Bank membaik
menurun dengan cepat
Kriteria Bank yang akan disehatkan oleh BPPN
1. Memiliki pengaruh terhadap
Kriteria Bank: Perekonomian nasional dan daerah Kriteria Bank :
1. CAR < 2% 2. Memiliki CAR < 8% 1. CAR > 8 % ; atau
2. GWM < 0% dan 3. Dinilai dapat meningkatkan 2. GWM > 5%.
tidak dapat diselesaikan CAR menjadi > 8%

Apakah Bank memenuhi kriteria Pengawasan Intensif &


penyehatan oleh BPPN tersebut diumumkan bagi Bank
yang juga diumumkan
pada saat dikenakan
Mandatory Supervisory
Tidak Ya Action

Penyerahan Bank kepada BPPN dengan Status Pengawasan Normal


“BDP” dan BPPN (judgment)
melakukan langkah-langkah penyehatan

Apakah program penyehatan oleh BPPN berhasil

Kriteria Bank :
1. CAR > 8 %;
2. GWM > 5%;
3. Tidak terdapat permasalahan
BMPK, PDN dan PPAP
4. NPL membaik
5. Business Plan mengindikasikan pencapaian CAR
> 8% akan
berkelanjutan (sustainable CAR)
6. Kriteria lain yang ditetapkan Ketua BPPN.

Tidak Ya
TAHAPAN PROSES BANK
BBKU BBKU BBKU Pengawasan Intensif
DALAM PENYEHATAN

Pengawasan Normal
(Judgement)
TAHAPAN PROSES
PENYEHATAN DAN EXIT POLICY
BAGI BANK YANG TIDAK IKUT SERTA DALAM
PROGRAM PENYEHATAN PEMERINTAH

Penempatan dalam pengawasan khusus Bagi Bank Asing dan Joint


(special surveillance) apabila telah Venture Bank, jangka
memenuhi kriteria waktu SSU hanya 15 hari kerja

Bank Indonesia melakukan tindakan


CDO sebagai upaya penyehatan

Apabila tidak berhasil, maka Bank akan


dilikuidasi sesuai ketentuan yang berlaku
TAHAPAN PROSES RENCANA
PERBAIKAN MODAL
(CAPITAL RESTORATION PLAN) = CRP

CRP diajukan Bank kpd Bank Indonesia Bank Indonesia menilai CRP
paling lambat 15 hari kerja sejak Bank selama 15 hari kerja dan
menerima surat pemberitahuan dari memberitahukan kepada Bank atas
Bank Indonesia persetujuan atau penolakan CRP

Bank Indonesia menilai REVISI CRP


Apabila CRP ditolak , Bank
selama 10 hari kerja dan
Mengajukan revisi CRP paling
memberitahukan kepada Bank atas
lambat 10 hari kerja sejak Bank
persetujuan atau
menerima surat pemberitah
penolakan REVISI CRP

Bank yang tidak mengajukan Revisi


Bagi Bank dengan CAR < 8% dan tidak
CRP atau Revisi CRP ditolak Bank
mengajukan CRP, wajib memenuhi
Indonesia, wajib memenuhi
Mandatory Supervisory Actions dan
Mandatory Supervisory Actions
BASEL - II
IMPLEMENTASI KERANGKA KECUKUPAN
MODAL BANK UMUM
SESUAI BASEL-II DI INDONESIA
RASIO MODAL MINIMUM

• Persyaratan minimum regulatory capital dibentuk berdasarkan 2


komponen:
• Definisi dari regulatory capital yaitu daftar dari elemen yang
termasuk modal untuk tujuan regulatory capital dan kondisi-kondisi
dari yang harus dipenuhi oleh elemen-elemen tersebut agar dapat
diperhitungkan sebagai modal.
• Bobot risiko dari aset yaitu, semua eksposur setelah dikonversi
menjadi aset dan telah mendapatkan bobot risiko dari pengawas
berdasarkan tingkat risikonya.
LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN (LPS)

Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)


merupakan lembaga pemerintah yang
berfungsi:

• menjamin simpanan nasabah penyimpan; dan


• turut aktif dalam memelihara stabilitas sistem perbankan sesuai
dengan kewenangannya.

Dalam menjalankan fungsinya LPS


mempunyai tugas:

• merumuskan dan menetapkan kebijakan pelaksanaan penjaminan


simpanan
• melaksanakan penjaminan simpanan, dengan
Terima kasih atas
perhatiannya,
sampai kuliah
berikutnya

19/11/2022 31

You might also like