You are on page 1of 15

BAKTERI GRAM

NEGATIF
KELOMPOK 3 :
Fina Fitrotul Azlina (B2R21003)
Vaneka Shukma Dewanti (B2R21007)
Pengertian
Bakteri gram
negatif adalah bakteri yang tidak
mempertahankan zat warna kristal
violet sewaktu proses
pewarnaan Gram sehingga akan
berwarna merah bila diamati dengan
mikroskop. Di sisi lain, bakteri gram-
positif akan berwarna ungu.
Karakteristik Bakteri Gram Negatif
Peptidoglikan (2-7 nm) di antara membran dam dan luar, serta adanya membran luar
Dinding Sel
(7-8 nm tebalnya) yang terdii dari lipid, protein, dan lipopolisakarida

Bulat, oval, batang lurus atau melingkar seprti tand koma, heliks atau filamen;
Bentuk Sel
beberapa mempunyai selubung atau kapsul

Reproduksi Pembelahan biner, kadang-kadang pertunasan

Metabolisme Fototrof, kemolitoautotrof, atau kemoorganoheterotrof

Motil atau nonmotil. Bentuk flagela dapat bervariasi-polar,lopotrikus (lophtrichous),


Motilitas petritrikus (petritrichous).

Anggota Tubuh Dapat memiliki pili, fimbriae, tangkai

Endospora Tidak dapat membentuk endospora


Pewarnaan Gram
Pewarnaan Gram atau metode Gram adalah salah satu teknik pewarnaan yang paling penting dan luas yang digunakan untuk
mengidentifikasi bakteri. Dalam proses ini, olesan bakteri yang sudah terfiksasi dikenai larutan-larutan berikut: zat pewarna
kristal violet, sodium, larutan alkohol (bahan pemucat), dan zat pewarna tandingannya berupa zat warna safranin atau air
fuchsin. Metode ini diberi nama berdasarkan penemunya, ilmuwan Denmark Hans Christian Gram (1853–1938) yang
mengembangkan teknik ini pada tahun 1884 untuk membedakan antara pneumokokus dan bakteri Klebsiella pneumoniae.
Bakteri yang terwarnai dengan metode ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu bakteri Gram Positif dan Bakteri Gram
Negatif. Bakteri Gram positif akan mempertahankan zat pewarna kristal violet dan karenanya akan tampak berwarna ungu
tua di bawah mikroskop. Adapun bakteri gram negatif akan kehilangan zat pewarna kristal violet setelah dicuci dengan
alkohol, dan sewaktu diberi zat pewarna tandingannya yaitu dengan zat pewarna air fuchsin atau safranin akan tampak
berwarna merah. Perbedaan warna ini disebabkan oleh perbedaan dalam struktur kimiawi dinding selnya.
Prosedur Pewarnaan Gram
● Kaca preparat dibersihkan dengan alkohol 70%
● Jarum ose dipijarkan kemudian ditunggu hingga dingin, lalu bakteri diambil dari media
lalu diratakkan di atas preparat glass
● Kaca preparat dipijarkan hingga kering
● Larutan zat warna krista violet diteteskan sebanyak 2-3 tetes dan didiamkan selama 1
menit
● Preparat diberikan akuades mengalir dan dikeringkan
● Larutan Lugol diteteskan dan dibiarkan selama 1 menit lalu dicuci dengan air mengalir
dan keringkan
● Larutan alkohol asama diberikan selama 30 detik, lalu dicuci dengan air mengalir dan
dikeringkan
● Larutan safranin diberikan selama 20 detik
● Dicuci dengan air mengalir dan dikeringkan
● Kaca preparat diamati menggunakan mikroskop dengan
perbesaran 10x100x
Jaminan Mutu
● Quality Laboratory Process
Pada QLP dilakukan pengkajian terhadap seluruh prosedur kerja yangdilakukan pada pemeriksaan sampel mulai dari tahap pra-analitik, analitik,
dan pasca-analitik.

(1) Pra Analitik

a) Tidak sesuainya kode sampel dengan kode pada objek glass. 

b) Waktu pengambilan sampel dan penanganan sampel.

c) Cat tidak dihomogenkan sebelum dilakukan pengecatan

d) Kontaminasi pada media pertumbuhan

(2) Analitik

e) Pengamatan terhadap hasil kultur untuk memastikan tidak adanya kontaminasi 

f) Pemilihan koloni yang tidak homogen untuk diidentifikasi

g) Pembuataan sediaan pewarnaan gram dari koloni yang berbeda

h) Tidak tepat lamanya waktu inkubasi pengecatan dari masing-masing cat

(3) Post Analitik

i) Interpretasi hasil pemeriksaan


● Quality Control

Pada Quality Control hal yang dilakukan adalah mengawasi, mendeteksi dan mengoreksi suatu permasalahan secara sistematis dan
periodik terhadap alat, metode, dan reagen yang digunakan dalam pemeriksaan. Quality control pada siklus 11 dilakukan pada pra analitik:

a.) Pra analitik


Pengawasan terhadap ketepatan kode sampel dengan kode preparat dan penanganan sampel. Pengerjaan dari kultur dan pewarnaan gram
perlu diterapkan bahwa 1 spesimen ditangani oleh satu orang laboran yang bertanggung jawab untuk menghindari tertukarnya spesimen.

b) Uji kualitas spesimen.


Spesimen yang diperiksa harus dapat dipastikan tidak mengalami kontaminasi selama proses penanganan agar hasil kultur bakteri menjadi
representatif dengan keadaan sebenarnya sehingga perlu diperhatikan wadah steril yang digunakan saat transport spesimen ke
laboratorium.

c) Uji kualitas cat


dengan melakukan pengecatan terhadap isolat bakteri standarATCC (American Type Culture Collection) dan homogenisasi cat setiap
akandigunakan. Uji kualitas cat diperlukan untuk mengetahui kondisi cat pada saat digunakan untuk melakukan pemeriksaan.

d) Uji kualitas media pertumbuhan bakteri


Proses ini ditujukan untuk permasalahan unidentification pada proses identifikasi menggunakan alat vitex Kualitas media pertumbuhan
juga berperan penting dalam menentukan hasil kultur.

e) Uji ketepatan hasil identifikasi alat dengan mengujikan isolat standar ATCC
Untuk mengetahui ketepatan hasil identifikasi alat juga dapat dilakukan pengujian secara berkala menggunakan isolate standar ATCC.
Isolate standar yang dapat digunakan Staphylococcus aureus dan Eschericia coli, sebagai perwakilan dari bakteri gram positif dan gram
negative.
● Quality Assesment
Pada Quality Assesment dilakukan uji banding terhadap lab rujukan untuk melihat hasil dengan
menggunakan sampel yang sama.

(1) Laboratorium X
a) Unidentification pada alat identifikasi vitex, sedangkan bakteri Streptococcus gram positif pada
pembacaan hasil pewarnaan gram.
b) Ditemukan bakteri basil gram negatif pada pembacaan hasil pengecatan gram dan hasil identifikasi
Bacillus sp.

(2) Laboratorium Rujukan


c) Ditemukan bakteri Streptococcus gram positif pada pembacaan hasil pewarnaan gram dan
Streptococcus sp. pada hasil identifikasi
d) Ditemukan bakteri basil gram positif pada pembacaan hasil pengecatan gram dan hasil identifikasi
Bacillus sp. Kesimpulan: ditemukan hasil yang berbeda dari proses identifikasi dari 2 laboratorium
menggunakan sampel yang sama.
● Quality Improvement
Pada Quality Improvement dilakukan bentuk pemecahan masalah untuk
mengidentifikasi akar masalah.
(1) Ketepatan kode sampel dengan kode preparat. Hal ini bertujuan untuk
menghidaritertukarnya sampel.
(2) Waktu pengambilan spesimen dengan waktu pemeriksaan.
(3) Transport specimen
(4) Kualitas cat pewarnaan.
(5) Kualitas media
(6) Ketepatan hasil identifikasi alat
● Quality Planning
Pada Quality Planning dilakukan perencenaan mengenai standarisasi pemecahan masalah, penetapan ukuran untuk menilai kinerja suatu
laboratorium serta mendokumentasikan langkah-langkah pemecahan masalah untuk memperoleh hasil yang valid. Selain itu dibuat pembaharuan
pada Standart Operasional Prosedur, yang meliputi:
 Pengerjaan antara identifikasi dan pembuatan sediaan pewarnaan gram dilakukan berurutan oleh satu orang laboran (satu laboran satu
sampel) untuk menghindari kesalahan dalam menulis kode sampel.
 Dilakukan pencatatan waktu pengambilan spesimen pada form pemeriksaan.
 Transport spesimen dilakukan dengan wadah steril agar terhindar dari kontaminasi.
 Dilakukan pengawasan setiap cat digunakan seperti homogenitas, ada tidaknya endapan atau gumpalan yang dapat menganggu hasil.
 Cat atau reagensia boleh dibuang atau tidak dipakai apabila tanggal kadaluarsanya telah dilampaui atau apabila sudah ada perubahan warna,
kekeruhan, dan ada endapan.
 Menerapkan sistem First In First Out dan First Expired First Out pada reagen
 Menghomogenkan cat sebelum digunakan untuk memaksimalkan proses pengecatan.
 Pengawasan dapat pula dilakukan setiap 1 minggu, 1 bulan, atau setiap cat yang baru dibuka, tergantung dari sifat cat seperti terpengaruh
udara, cahaya dansebagainya pada waktu penyimpanan.
 Melakukan pengecatan berkala terhadap isolat standar ATCC sebagai kontrol positif untuk mengetahui
kualitas cat
 Melakukan identifikasi menggunakan isolat standar ATCC secara berkala pada alat vitex sebagai kontrol positif.
Penanganan Limbah Bakteri Gram Negatif

Dalam proses pengolahan limbah cair laboratorium digunakan sistem aerobik


maupun anaerobik yang merupakan proses bioremediasi dengan menggunakan
mikroba yang ada dalam lumpur aktif untuk membantu memperbaiki mutu
limbah tersebut (Waluyo, 2005). Pengolahan limbah cair secara biologis secara
garis besar dapat dibagi menjadi tiga yakni proses biologis dengan biakan
tersuspensi (suspended culture), proses biologis dengan biakan melekat (attached
culture) dan proses pengolahan dengan sistem lagoon atau kolam (Kemen Kes
RI, 2011)
Penanganan Limbah Bakteri Gram Negatif

Bakteri patogen yang terdapat di dalam limbah cair dapat dikelompokkan dalam beberapa grup
(Said & Marsidi, 2005), diantaranya:

1. Kelompok bakteri gram negatif fakultatif anaerobik, misalnya: Aeromonas, Plesiomonas,


Vibrio, Enterobacter, Eschericia, Klebsiella dan Shigella.

2. Kelompok bakteri gram negative aerobic, misalnya: Pseudomonas, Alcaligenes,


Flavobacterium dan Acinetobacter.

3. Kelompok bakteri gram positif yang membentuk spora yaitu Bacillus spp.

4. Kelompok bakteri gram positif yang tidak membentuk spora, misalnya: Arthrobacter,
Corynebacterium dan Rhodococcus
Thanks!
Do you have any questions?

CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, including icons by


Flaticon and infographics & images by Freepik

Please keep this slide for attribution


Laboratory icon pack
Alternative resources

You might also like