You are on page 1of 59

Karakteristik Ibu Hamil dengan Kejadian Ketuban

Pecah Dini Di RSUD Prof. Dr. W.Z. Johannes Kupang


Tahun 2020-2021
Oleh
Petronela Rani Mawo, S.Ked (1508010021)
Gloria Josephin Tarigan, S.Ked (1408010006)
Rahmat Nurwan Nugraha, S.Ked (1408010036)
Antonia Mariani, S.Ked (1308010003)
Yohana Eka T. Lestari (1508010019)
Sulyasti Gery Nomleni, S.Ked (1408010046)
Apolonia Nogo Liwu, S.Ked (1508010011)
Kristina Trifirawati Lawung, S.Ked (1508010003)
Aditya Josua Elvon, S.Ked (1508010031)
Kandida Bibiana Ugha, S.Ked (1508010010)
Yuliana D. N.T. Lagut (1308012048)
Pembimbing
Dr. Hendriette Irene Mamo, Sp.OG (K) FEM

SMF/BAGIAN OBSTERI DAN GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA
RSUD PROF. DR. W.Z JOHANNES KUPANG
2021
BAB 1
Pendahuluan
PENDAHULUAN
Angka Kematian Ibu (AKI) 
salah satu indikator untuk melihat
keberhasilan upaya kesehatan ibu
dan indikator penting pada
Profil Kesehatan NTT tahun 2018, 
MDGs hingga tahun 2015. dan
AKI yang dilaporkan di NTT : 161
masih berlanjut pada SDGs yang
per 100.000 kelahiran hidup dengan
akan digunakan hingga tahun
jumlah terbanyak terdapat di
2030.
Kabupaten TTS dengan jumlah
perbandingan 259 per 100.000
kelahiran hidup. (24 kematian dari
AKI di seluruh dunia pada 9273 kelahiran hidup)
tahun 2015: 303.000 jiwa.
Menurut SDKI tahun 2012,
AKI di Indonesia masih
tinggi : 359 : 100.000
kelahiran hidup (target
MDGs : 102 per 100.000
kelahiran hidup)
AKI yang dilaporkan di NTT (2018)
PENDAHULUAN

Ketuban Pecah Dini (KPD)  masalah WHO, kejadian KPD: berkisar


penting dalam obstetri  dapat antara 5-10% dari semua kelahiran.
meningkatkan morbiditas dan mortalitas KPD preterm terjadi 1% dari semua
perinatal. kehamilan dan 70% kasus KPD
terjadi pada kehamilan aterm.
KPD merupakan faktor ibu yang berperan
Pada 30% kasus KPD merupakan
terhadap kematian perinatal di Indonesia penyebab kelahiran prematur
yaitu sebesar 23%.

• Insiden KPD di Indonesia berkisar 4,5%-6% dari seluruh


kehamilan, sedangkan di luar negeri insiden KPD antara
6%-12%.
• Insiden kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD) di beberapa
Rumah Sakit di Indonesia cukup bervariasi yakni
diantaranya: di RS Sardjito sebesar 5,3%, RS Hasan
Sadikin sebesar 5,05%, RS Cipto Mangunkusumo sebesar
11,22%, RS Pringadi sebesar 2,27% dan RS Kariadi yaitu
sebesar 5,10%
Rumusan Masalah
“Gambaran karakteristik kejadian ketuban pecah dini di RSUD
Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang tahun 2020-2021.”

Batasan Masalah
Penelitian dilakukan untuk mengetahui faktor risiko kejadian
ketuban pecah dini dan gambaran karakteristik kejadian
ketuban pecah dini di RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang
pada tahun 2020-2021.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
Tujuan faktor risiko ketuban pecah dini dan
Penelitian gambaran karakteristik kejadian ketuban
pecah dini di RSUD Prof. Dr. W. Z.
Johannes Kupang tahun 2020-2021

• Bagi Masyarakat
• Bagi Tenaga Kesehatan
Manfaat
Penelitian • Bagi RSUD Prof Dr. W.Z Johannes Kupang
• Bagi Peneliti
BAB 2
Tinjauan Pustaka
Definisi
• Ketuban pecah dini atau PROM (Premature Rupture Of Membran) adalah pecahnya
ketuban sebelum waktunya tanpa disertai tanda inpartu dan setelah 1 jam tetap tidak
diikuti dengan proses inpartu.

Pada keadaan normal selaput ketuban pecah


dalam proses persalinan. Bila ketuban pecah dini
terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu
disebut ketuban pecah dini pada kehamilan
premature (Preterm Premature Rupture of the
Membranes (PPROM)
Fungsi Air Ketuban
Memungkinkan janin untuk bergerak bebas
dan perkembangan musculoskeletal

Memelihara janin dalam lingkungan suhu yang


relatif stabil

Sebagai bantalan dan melindungi janin

Mengandung nutrien, hormon dan antibodi


yang melindungi dari penyakit.
Air ketuban berkembang dan
mengisi kantong ketuban mulai
dua minggu sesudah
pembuahan.

Setelah sepuluh minggu kemudian


AK mengandung protein, karbohidrat,
lemak, fosfolipid, urea, dan elektrolit,
untuk membantu pertumbuhan janin.

Pada saat akhir kehamilan sebagian besar AK


terdiri dari urin janin.
Air ketuban secara terus menerus ditelan,
“dihirup” dan diganti lewat proses ekskresi
sebagai urin.
Anatomi
• Selaput ketuban janin terdiri dari Amnion dan korion yang
dihubungkan oleh matriks ekstraselular.
• Lapisan korion lebih tebal dan lebih seluler, sedangkan lapisan amnion
lebih kaku dan kuat.
• Ketebalan lapisan amnion + 20% dari ketebalan membran ketuban.
• Amnion dan lapisan-lapisan korion mengandung kolagen tipe I dan III
di samping jenis kolagen IV dan V.
• Lapisan membran ini, khususnya pada asal mulanya janin mengelilingi
rongga intrauterus dan merupakan kantung gestasi, di mana janin akan
tumbuh dan berada di dalamnya.

• Selaput ketuban merupakan suatu struktur membran yang lunak yang


mengelilingi fetus selama kehamilan. Kehamilan normal memerlukan
kekuatan integritas dari membran amnion sampai kehamilan aterm, di mana
pada saat pecahnya membran ketuban merupakan bagian yang saat vital pada
saat persalinan.
Amnion
• Berasal dari ektoderm embrionik dan terdiri dari 5 lapisan berbeda,
yaitu lapisan epitel, membran basalis, lapisan kompak, lapisan
fibroblas, dan lapisan intermediate atau lapisan seperti sponge.
• Amnion bersifat avaskuler dan tanpa nervus, dan memiliki kontak
langsung dengan cairan amnion, yang mana adalah sumber makanan
bergizi bagi amnion tersebut.
• Lapisan di bagian proksimal dari cairan amnion adalah epitel amnion
yang mensekresikan kolagen tipe III dan IV dan glikoprotein non
kolagen seperti laminin, nidogen, dan fibronektin, yang membentuk
lapisan berikutnya berupa membran basalis
Korion
• Merupakan bagian terluar dari membran janin yang b kontak dengan amnion pada sisi bagian
dalam dan desidua maternal pada bagian luarnya.
• Plasenta terdiri dari korion dan dibentuk oleh vili yang hipertrofi dari korion frondosum. Vili
korion berada di sisa korion (chorion laeve) atrofi dan dapat dikenal dalam potongan
histologis sebagai vili yang atrofi.
• Sel-sel sitotrofoblas dikelilingi oleh kolagen tipe IV dan lapisan korion berikatan kuat
dengan lapisan desidua, di mana sel-sel desidua dikelilingi oleh kolagen tipe III, IV, dan V.
• Pada saat membran janin terpisah dari uterus saat melahirkan, beberapa jaringan uterus yang
melekat merupakan bagian dari desidua tersebut
• Korion terdiri dari 4 lapisan, yaitu
• 1. Trofoblas
• 2. Pseudo basal membran
• 3. LapisanLentikuler
• 4. Lapisan Seluler
Faktor Risiko Terjadi KPD
1. Berkurangnya asam askorbik sebagai komponen kolagen
2. Kekurangan tembaga dan asam askorbik yang berakibat pertumbuhan
struktur abnormal karena antara lain merokok
3. Infeksi  bakteri menyebar ke uterus & cairan amnion  inflamasi 
Persalinan preterm dan KPD
Mekanisme KPD
• Secara umum disebabkan oleh kontraksi uterus dan peregangan berulang.
• Selaput ketuban pecah karena pada daerah tertentu terjadi perubahan biokimia
 selaput ketuban inferior rapuh, bukan karena seluruh selaput ketuban rapuh
• Terdapat keseimbangan antara sintesis dan degradasi
ekstraseluler matriks. Perubahan struktur, jumlah, sel,
dan katabolisme kolagen menyebabkan aktivitas kolagen
berubah dan menyebabkan selaput ketuban pecah
Klasifikasi KPD
PRETERM ATERM
• Vaginal pooling (+), tes nitrazin (+) • Ketuban pecah dini/ premature
• Terjadi usia (+) < 37 minggu sebelim rupture of membranes (PROM)
onset persalinan. adalah pecahnya ketuban sebelum
waktunya yang terbukti dengan
• KPD sangat preterm adalah pecah vaginal pooling, tes nitrazin (+) pada
ketuban saat umur kehamilan ibu antara usia kehamilan ≥ 37 minggu.
saat umur kehamilan ibu antara 34
minggu sampai kurang 37 minggu.
Faktor resiko
Infeksi Serviks inkompeten

• Asendens dari vagina atau infeksi pada • Kanalis servikalis yang selalu terbuka 
cairan ketuban ketuban persalinan sebelumnya dan curettage
• Bakteri  proteolitik sehingga • Riwayat keguguran dikatakan memiliki
memudahkan ketuban pecah (kolagenase, risiko KPD yang lebih besar dengan
musinase, dan protease) mekanisme proses inflamasi lokal laten
• Infeksi stimulasi biosintesis karena pembedahan keguguran atau
prostaglandin dan kemudian aktivasi dilatasi serviks yang berujung pada
fosfolipase A2 dan C, atau secara tidak inkompetensi serviks dengan risiko
langsung oleh IL-1, TNF, dan aktivasi infeksi saluran kemih
faktor platelet, yang dapat teridentifikasi
pada cairan ketuban yang terinfeksi.
Faktor resiko
Overdistensi uterus

• Gemeli atau kehamilan kembar  isi rahim yang lebih besar dan
kantung (selaput ketuban) relatif kecil sedangkan dibagian bawah
tidak ada yang menahan sehinga mengakibatkan selaput ketuban
tipis dan mudah pecah.
• Makrosomia  menekan selaput ketuban,menyebabkan selaput
ketuban menjadi teregang, tipis, dan kekuatan membran menjadi
berkurang, menimbulkan selaput ketuban mudah pecah.
• Hidramnion atau polihidramnion peningkatan teknanan intra uteri
secara akut dan kronis.
Faktor Resiko
Trauma Kelainan letak Status Kehamilan Usia kehamilan

• Hubungan • Pada letak • Primigravida • Semakin tinggi


seksual sungsang  memiliki risiko usia ibu akan
• Pemeriksaan tidak ada bagian lebih tinggi menurunkan
dalam terendah yang terhadap KPD. elastisitas dan
• Amniosentesis menutupi pintu • Multigravida kepadatan
atas panggul memiliki nilai protein kolagen
serta dapat signifikan dan protein lain
mengalami sebagai faktor yang
tekanan pelindung 0,035 mengandung
terhadap kali terhadap jaringan
membran bagian KPD matriks.
bawah.
Faktor Resiko
h.Indeks massa tubuh (IMT) Riwayat operasi caesar

• Obesitas pada kehamilan dapat • peningkatan risiko ruptur bekas luka


menyebabkan peningkatan sitokin pro SC pada kehamilan berikutnya
inflamasi dimana IL-1 dan TNF-α
menyebabkan kontraksi miometrium
dan melemahnya membran.
• Resistensi insulin juga berperan pada
kelahiran prematur yang dikaitkan
dengan C-reaktif protein dan
peningkatan sitokin proinflamasi (IL-1,
IL-6, dan TNFα) pada resistensi
insulin.
• Wanita dengan obesitas  ↑ risiko
korioamnionitis yang lebih besar.
Faktor Resiko
h.Anemia

• Penelitian menunjukkan bahwa anemia ringan pada kehamilan tidak menyebabkan


hasil yang buruk pada ibu dan bayi.
• Nilai hemoglobin ≤ 5 g / dl pada trimester pertama dikaitkan dengan peningkatan
risiko PROM sedangkan hemoglobin rendah pada trimester ketiga dikaitkan dengan
penurunan risiko persalinan prematur spontan. Haemodilusi mengurangi risiko
kelahiran prematur. Anemia pada awal kehamilan atau selama kehamilan mungkin
mewakili defisiensi besi yang sudah ada sebelumnya, atau awal dan persisten.
Anemia defisiensi zat besi, pada gilirannya, dapat menyebabkan infeksi pada ibu,
hipoksia dan stres oksidatif, dan memicu persalinan prematur secara spontan.
PATOFISIOLOGI

Aterm/sesuai usia kehamilan Faktor Mekanikk : Trauma Infeksi dan inflamasi

IL-1 dan Prostaglandin


Keseimbangan antara MMP
dan TIMP-1
Ketuban Pecah Dini
Kolagenase jaringan

Degradasi proteolitik matriks Selaput Ketuban Tipis dan Depolimerisasi kolagen pada
ekstraseluler dan membran janin lemah selaput korion dan amnion

Pertumbuhan abnormal selaput


ketuban

Kekurangan tembaga dan asam


askorbit
Diagnosis

Anamnesis Pemeriksaan
inspekulo

Pemerikasaan Pemeriksaan
laboratorium USG
Penatalaksanaan
< 24 minggu 24-34 minggu 34-37 minggu 34-37 minggu

Konseling kepada pasien dan Manajemen ekspektatif/ Jika maturitas fetus Berikan antibiotic untuk
rawat inap terdokumentasi, profilaksis Streptokokus grup
keluarga tentang survival,
direkomendasikan diskusi pertimbangkan pemberian B jika diperlukan
dengan neonatolog kortikosteroid
Berikan Magnesium jika
Berdasarkan pilihan: persalinan <24 jam Lahirkan (biasanya dengan
Pertimbangkan
 Induksi persalinan induksi persalinan)
pemeberian
 Manajemen Berikan kortikosteroid kortikosteroid
ekspektatif/resusitasi
(dirawat) Berikan Antibiotik
 Manajemen
ekspektastif/tidak Konsul ahli fetomaternal jika HSV, HIV, atau hepatitis C
resusitasi
Pengawasan dengan : NST harian, USG periodic untuk
 Evaluasi px selama 24-48
menilai cairan amnion
jam, berikan antibiotika
 Pulangkan dengan Nilai maturitas fetus dengan penghitungan badan
intruksi monitor suhu lamellar dari cairan amnion, usahakan mendapat
harian specimen pada gestasi 32 minggu dan proses persalinan
 USG tiap minggu jika maturase + atau pada 34 minggu
 Pemberian kortikosteroid
tiak direkomendasikan
Jika fetus viable & tim
neonatologi memutuskan
resusitasi, rawat inap px
dan….
Medikamentosa Pada KPD
Magnesium Magnesium SULFAT IV:
Untuk efek neuroproteksi pada PPROM < 31 minggu bila persalinan Bolus 6 gram selama 40 menit dilanjutkan infus 2 gram/jam untuk dosis
diperkirakan dalam waktu 24 jam pemeliharaan sampai persalinan atau sampai 12 jam terapi.
Kortikosteroid Bethamethasone:
Untuk menurunkan resiko sindrom distress pernapasan 12 mg IM setiap 24 jam dikali 2 dosis Jika Betamethasone tidak tersedia,
  gunakan deksamethasone 6 mg IM setiap 12 jam
Antibiotik Ampicilin
Untuk memperlama masa laten 2 gram IV setiap 6 jam dan
Eritromisin
250 mg IV setiap 6 jam selama 48 jam, dikali 4 dosis diikuti dengan
Amoxicilin
250 mg PO setiap 8 jam selama 5 hari dan
ERYTHROMYCIN
333 mg PO setiap 8 jam selama 5 hari, jika alergi ringan dengan penisilin,
dapat digunakan:
CEFAZOLIN
1 gram IV setiap 8 jam selama 48 jam dan ERYTHROMYCIN
250 mg IV setiap 6 jam selama 48 jam diikuti dengan : CEPHALEXIN
500 mg PO setiap 6 jam selama 5 hari dan ERYTHROMYCIN
333 mg PO setiap 8 jam selama hari Jika alergi berat penisilin, dapat
diberikan
VANCOMYCIN
1 gram IV setiap 12 jam selama 48 jam dan ERYTHROMYCIN
250 mg IV setiap 6 jam selama 48 jam diikuti dengan CLINDAMYCIN
300 mg PO setiap 8 jam selama 5 hari
Komplikasi

a.Komplikasi Maternal a.Komplikasi Neonatal

Korioamnionitis (demam 38 ° C dan minimal 2 dari kondisi berikut;


Takikardia pada ibu, takikardia pada janin, nyeri tekan uterus, cairan
Kematian neonatal pada KPD aterm dikaitkan dengan infeksi
ketuban berbau busuk, atau darah ibu mengalami
leukositosis.

Solusio plasenta biasanya terjadi pada kondisi oligohidroamnion


Kematian pada KPD preterm disebabkan oleh sindrom gangguan
lama dan berat. Terjadi penurunan progresif luas permukaan
pernapasan
intrauterin yang menyebabkan terlepasnya plasenta.

Prolaps tali pusat yang dikaitkan dengan keadaan malpresentasi


KPD berkepanjangan meningkatkan risiko infeksi pada neonatal
Partus kering juga merupakan komplikasi maternal yang dapat terjadi (septikemia, meningitis, pneumonia, sepsis dan konjungtivitis)
pada KPD.
BAB 3
METODE PENELITIAN
KERANGKA KONSEP
Identifikasi Variabel
Variabel bebas

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variable dependen (variable terikat).Variabel bebas
dalam penelitian ini adalah ISK, kehamilan multipel, polihidraminion, grandemultipara, dan letak lintang.

Variabel terikat

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variable bebas. Variabel terikat
dalam penelitian ini adalah kasus ketuban pecah dini.
No Variabel Definisi Operasional Alat Hasil Ukur Skala
Ukur ukur
1. Ketuban Pecah Dini Keadaan pecahnya selaput ketuban Rekam 1. Tidak Nominal
Definisi Operasional sebelum persalinan atau dimulainya Medik 2. Ya
tanda inpartu

2. Usia ibu Usia ibu sewaktu hamil berdasarkan Rekam 1. Usia Ibu <20 tahun Interval
tingkat risiko kehamilan Medik 2. Usia Ibu 20-34 tahun
3. Usia Ibu > 35 tahun

3. Kehamilan multipel Suatu kehamilan dengan 2 janin Rekam 1. Tidak Nominal


atau lebih Medik 2. Ya
4. Infeksi Saluran Kemih Bertumbuh dan berkembang Rekam 1. Tidak Nominal
(ISK) biaknya kuman atau mikroba pada Medik 2. Ya
saluran kemih  
5. Anemia Ibu yang terdiagnosis dengan Rekam 1. Tidak Nominal
anemia pada kehamilan tersebut Medik 2. Ya

6. Paritas Jumlah kehamilan yang Rekam 1. Primipara Interval


  menghasilkan janin yang mampu Medik 2.Multipara
hidup di luar rahim 3. Grandemultipara
7. Kelainan Letak Keadaan sumbu panjang janin Rekam 1. Tidak Nominal
melintang terhadap sumbu panjang Medik 2. Ya
ibu (letak lintang) atau sumbu
panjang janin sesuai dengan sumbu
panjang ibu dengan letak terendah
bokong (letak sungsang)
Jenis dan Rancangan

Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat deskriptif. Sebab penelitian ini
hanya bertujuan untuk melihat gambaran kejadian variabel yang diteliti

Penelitian ini menggunakan metode retrospektif.


Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di RumahSakit Prof. Dr. W. Z. Johannes


Kupang

Februari 2021-Maret 2021


POPULASI DAN SAMPEL
Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang mengalami Ketuban Pecah
Dini yang tercatat dalam rekam medis di RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes.

Sampel dalam penelitian ini adalah semua ibu yang mengalami Ketuban Pecah Dini yang memenuhi
kriteria inklusi dan tidak memiliki kriteria eksklusi di RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes. Pengambilan
sampel penelitian ini dengan menggunakan teknik “total sampling”, yaitu diambil seluruh populasi
menjadi sampel dalam penelitian ini.
Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Kriteria eksklusi dalam Kriteria inklusi dalam


penelitian ini adalah penelitian ini meliputi
pasien dengan data kejadian Ketuban Pecah
pada rekam medis yang Dini di RSUD Prof. Dr. W.
tidak lengkap. Z. Johannes, yang
memiliki data terdiri dari
Usia ibu, ibu hamil dengan
ISK, Anemia , kehamilan
multipel, Paritas dan
Kelainan letak janin.
Alur Penelitian
Cara Kerja

Penelitian ini menggunakan rekam medis untuk mengumpulkan data


yang diperlukan sesuai tujuan penelitian yaitu karakteristik Ketuban
Pecah Dini.

Penelitian ini dilakukan pertama dengan mengumpulkan data dari


rekam medis pasien dengan diagnose Ketuban Pecah Dini di RSUD
Prof. Dr. W. Z. Johannes. Dilakukan pengambilan sampel sesuai
criteria inklusi dan eksklusi. Selanjutnya dilakukan penginputan data
mentah dan pengkodingan sesuai jumlah sampel yang didapatkan
dan dilanjutkan dengan analisis data.
Analisis Data

Data-data pada penelitian ini diperoleh dengan data sekunder. Data sekunder merupakan data yang
tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitian, yang mana pada penelitian ini diambil
dari data rekam medis dengan diagnosis Ketuban Pecah Dini di RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes.

Penelitian ini menggunakan analisis univariat dengan data yang disajikan dalam bentuk tabel.
BAB 4
PEMBAHASAN
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
LOKASI PENELITIAN TOTAL DATA

52 Data

Penelitian dilakukan di RSUD Prof. Dr. WZ. Johannes


Kupang
Karakteristik Pasien
No Usia Jumlah
1 16 1
2 18 1
3 19 1
Berdasarkan Usia

4 20 1
5 21 4
6 22 2
7 23 5
8 25 3
Rentang usia pasien adalah dari usia
9
10
26
27
1
1
16-44 tahun
11 28 6
12 29 3
13 30 1
14 31 2
15 32 2
16 33 3
17 34 2
18 35 1
19 36 1
20 37 5
21 38 2
23 40 4
24 44 1
Total 52
ANALISIS UNIVARIAT

Distribusi Berdasarkan Usia Distribusi Berdasarkan Paritas

No Usia Jumlah Persentase No Paritas Jumlah Persentase (%)


(%) 1 Primipara 26 50,00
1 <20 tahun 3 5,77 2 Multipara 22 42,31
2 20-34 tahun 35 67,31 3 Grandemultipara 4 7,69
3 ≥35 tahun 14 26,92   Total 52 100
  Total 52 100
ANALISIS UNIVARIAT

Distribusi Berdasarkan Distribusi Berdasarkan


Anemia Kejadian ISK
Persentase No ISK Jumlah Persentase (%)
No Anemia Jumlah (%) 1 Ya 21 40,38
1 Ya ( Hb< 11 gr/dl) 24 46,15 2 Tidak 31 59,62
2 Tidak (Hb>11 gr/dl) 28 53,85 Total 52 100
Total 52 100
ANALISIS UNIVARIAT

Distribusi Berdasarkan Distribusi Berdasarkan


Kehamilan Multipel Kelainan Letak

No Kelainan Letak Jumlah Persentase (%)


Kehamilan Persentase
No Multipel Jumlah (%) 1 Ya 5 9,62
2 Tidak 47 90,38
1 Ya 2 3,85
Total 52 100
2 Tidak 50 96,15
Total 52 100
Keterbatasan Penelitian
● Retrospektif Data terbatas
● Data sedikit Tidak representatif terhadap
faktor risiko
BAB 5
PENUTUP
KESIMPULAN

01
Karakteristik ibu 02
menurut diagnosis
ketuban pecah Karakteristik 03
dini pada 2020- pasien
Distribusi pasien
04
2021 adalah 52 menurut Distribusi pasien
berdasarkan usia
pasien. rentang usia berdasarkan status
adalah kelompok
adalah dari paritas yang paling
usia 20-34 tahun
usia 16-44 banyak adalah
yaitu 67,31%.
tahun. primipara yaitu
50%
KESIMPULAN

08
07 Distribusi pasien
berdasarkan
06 Distribusi pasien kelainan letak,
berdasarkan ditemukan hanya
05 Distribusi pasien kehamilan multiple, 9.62% pasien yang
berdasarkan ditemukan hanya mengalami
Distribusi pasien kejadian ISK, 3.85% pasien dengan kelainan letak
berdasarkan anemia, ditemukan 40.38% kehamilan multiple sedangkan 90,38%
ditemukan 46.15% pasien mengalami dan 96.15% pasien pasien tanpa
pasien mengalami ISK tanpa mengalami kelainan letak.
anemia. kehamilan multiple.
Karakteristik kejadian ketuban
pecah dini di RSUD Prof Dr W
Z Johanes pada tahun 2020-
2021 tidak mendukung teori
faktor risiko kejadian ketuban
pecah dini pada ibu hamil.
SARAN

• Untuk • Bagi petugas • Penelitian


pengembangan kesehatan selanjutnya
ilmu
pengetahuan
dan
peningkatan
kualitas hasil
penelitian ini
DAFTAR PUSTAKA
1. World Health Organization (WHO). Levels and Trend Maternal Mortality Rate. Geneva, 7(13):125-126. 2014.
2. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, Badan Pusat Statistik, Kementerian Kesehatan RI.
Survei Demografi dan Kesehatan ndonesia 2012. Jakarta; Agustus, 2013.
3. Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Timur. Profil Kesehatan Tahun 2018. Kupang. 2019.
4. Djaja, Sarimawar. . “Transisi Epidemiologi di Indonesia dalam Dua Dekade Terakhir dan Implikasi Pemeliharaan
Kesehatan Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga, Surkesnas, Riskesdas (1986-2007)” .Buletin Penelitian
Kesehatan. Jakarta, 2012.
5. POGI. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Ketuban Pecah Dini. POGI Himpunan Kedokteran
Fetomaternal. Jakarta. 2016
6. Sudarto, T. Risiko Terjadinya Ketuban Pecah Dini pada Ibu Hamil dengan Infeksi Menular Seksual. Jurnal
Vokasi Kesehatan, 2(2):330-335. 2016
7. Saifuddin, AB. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Neonatal. Jakarta : PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.2009
8. Kosim, M.Sholeh. Buku Ajar Neonatologi. Jakarta: Badan Penerbit IDAI. 2009.
9. Prawirohardjo Sarwono, Ilmu Kebidanan. edisi keempat,. Penerbit : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Jakarta. 2014.
10. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Ketuban Pecah Dini, Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia
Himpunan Kedokteran Feto Maternal. 2016
DAFTAR PUSTAKA
11. Pangkahila, S.E, Ryan Saktika, Negara K.S. Buku Ajar Ketuban Pecah Dini. Hal 14-20. Departemen Obstetri dan
Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, RSUP Sanglah, Denpasar.2017
12. Koshim Soleh. Pemeriksaan Kekeruhan Air Ketuban. Sari Pediatri. Vol. 11, No. 5, Februari 2010
13. Legawati, Riyanti. Determinan Kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD) Di Ruangan Cempaka RSUD DR Sylvanus
Palangkaraya. Jurnal Surya Medika Volume 3 No. 2 , hal 98. 2018
14. ACOG Guidline Update : Diagnosis and Management of PROM ( Prelabor Rupture of Membranes).2017
15. Bouvier D, Forest JC, Blanchon L, Bujold E, Pereira B, Bernard N, Gallot D, Sapin V, Giguère Y. Risk factors
and outcomes of preterm premature rupture of membranes in a cohort of 6968 pregnant women prospectively
recruited. Journal of clinical medicine. 2019 Nov;8(11):1987.
16. Choudhary, Manisha, et al. "Pre and post conception risk factors in PROM." (2015).
17. Mohan, S. S., et al. "Analysis of risk factors, maternal and fetal outcome of spontaneous preterm premature
rupture of membranes: a cross sectional study." International Journal of Reproduction, Contraception, Obstetrics
and Gynecology 6.9 (2017): 3781-3787.
18. Assefa, Natnael Etsay, Et Al. "Risk Factors Of Premature Rupture Of Membranes In Public Hospitals At Mekele
City, Tigray, A Case Control Study." Bmc Pregnancy And Childbirth 18.1 (2018): 1-7.
19. Zakirah Sc, Eyanoer Pc, Azali Cn, Wiweko B. Premature Rupture Of Membrane Outcome Determinants In
Reproductive Age Women. Journal Of Maternal And Child Health. 2020 Oct 23;5(4):376-86
DAFTAR PUSTAKA
20. Zhang Q, Ananth CV, Li Z, Smulian JC. Maternal anaemia and preterm birth: a prospective cohort study.
International journal of epidemiology. 2009 Oct 1;38(5):1380-9 14
21. Shailja Dayal; Peter L. Hong.Premature Rupture Of Membranes.Nassau University Medical Center. 2020
22. ACOG.Prelabor Rupture of Membranes: ACOG Practice Bulletin, Number 217. Maternal & Fetal Medicine, Obs
& Gynae, Obs & Gynae Guidelines.2020
23. Rif'ati Nl, Kristanto H, Wiyati Ps, Arkhaesi N. Hubungan Korioamnionitis Dengan Asfiksia Neonatus Pada
Kehamilan Dengan Ketuban Pecah Dini. Diponegoro Medical Journal (Jurnal Kedokteran Diponegoro) [Online].
2018 May;7(2):1143-1153. Https://Doi.Org/10.14710/Dmj.V7i2.21189.
24. Cunningham, F. Gary., Lenovo, Kenneth J., Bloom, Steven L., Hauth, John C., Rouse, Dwight J., Spong,
Catherine Y., 2013. William Obstetrics Edisi 23. Jakarta: EGC.
25. Norwitz, E. & Schorge, J., 2010. Obstetrics and Gynecology at a Glance Third Edition. New York: John Wiley
and Sons.
26. Safari , Fifi Ria Ningsih. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini Di Rumah
Sakit Umum H. Abdul Manan Simatupang Tahun 2016. Wahana Inovasi. Volume 6 No.2 Juli-Des 2017
27. Budi, R. Hubungan Faktor-Faktor Usia Ibu, Paritas, Umur Kehamilan, dan Over Distensi Dengan Kejadian
Ketuban Pecah Dini di Rumah Sakit Yogyakarta; Skripsi. Yogyakarta; Fakultas Kesehatan Universitas Jendral
Achmad Yani. 2018
28. Aulia Ulfah Raydian, Rodiani. Hubungan Paritas Dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini DI RSUD Abdul
Moeloek Periode Maret-Agustus 2017. Medula. 2020;9(4):658–61.;(024):1–8.
DAFTAR PUSTAKA
29. Boskabadi H, Zakerihamidi M. Evaluation of Maternal Risk Factors, Delivery, and Neonatal Outcomes of
Premature Rupture of Membrane: A Systematic Review Study. J Pediatr Rev. 2018;7(2):77–88.
30. Irsam M, Dewi AK, Wulandari E. Parity and Anemia status as the Predictors for Premature Rupture Membrane.
Skripsi.
31. Pratiwi PI, Emilia O, Kartini F. The Effect of Anemia on the Incidence of Premature Rupture of Membrane
(Prom) in Kertha Usada Hospital, Singaraja, Bali. Belitung Nurs J. 2018;4(3):336–42.
32. Rizka NP. Hubungan Kadar Hemoglobin Terhdap Kejadian Ketuban Pecah Dini di RSUD DR Moewardi
[Internet]. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Surakarta: Universitas Sebelas Maret; 2019. p. 1–14.
33. Maharani, Inamyart. Supriyatiningsih. Hubungan Faktor Risiko Infeksi Saluran Kemih dan Fakto Risiko Paritas
terhadap Kejadian Ketuban Pecah Dini di RSKIA Sadewa Yogyakarta. Bagian Ilmu Kesehatan Wanita dan
Reproduksi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah. 2014
34. Musilova I, Kutová R, Pliskova L, Stepan M, Menon R, Jacobsson B, et al. Intraamniotic inflammation in women
with preterm prelabor rupture of membranes. PLoS One. 2015;10(7).
35. Manuaba IBS. Gawat Darurat Obstetri Ginekologi & Obstetri Ginekologi. Jakarta: EGC; 2012.
36. Fitriyani. Lubis, Yuliana. Yuniarti. Faktor Determinan Pada Ketuban Pecah Dini. Jurnal Media Kesehatan.
Volume 11 Nomor 1. Juni, 2018
37. Nugroho,Taufan. (2012) Patologi kebidanan, Yogyakarta: Nuha Medika

You might also like