You are on page 1of 15

KAPITA SELEKTA

URINALISA
Kelompok 4
Pendidikan Biologi B 2020
DAFTAR ISI

01 Hasil 03 Kesimpulan

02 Pembahasan 04 Dokumentasi
Hasil Pengamatan Uji Urin Sewaktu
No Nama OP Usia Jenis Jumlah Urin (ml)
(Thn) Kelamin
24 Jam 12 Siang 12 Malam Urin Sewaktu

1 Mixel Febriana 20 Perempuan 800 450 350 300

2 Luthfi Permana 20 Laki-laki 466 155 311 200

3 Chesia Saranata 20 Perempuan 840 350 490 320

4 Baskara 20 Laki-laki 880 370 510 200


Ramadhan

5 Prayoga Arya 20 Laki-laki 750 250 500 200

6 Imelda Nurfadila 20 Perempuan 800 500 300 250


Hasil Pengamatan Uji Bau, Warna, Kejernihan Urin

Usia Kejernihan
No Nama OP Jenis Kelamin Bau Urin Warna Urin
(tahun) Urin
1 Luthfi Permana 20 Laki-laki Bau Kuning tua Jernih

2 M. Nuno Wahab 21 Laki-laki Bau Kuning Jernih

3 Reza Putri Br. Purba 20 Perempuan Segar tidak Kuning bening Jernih
menyengat

4 Baskara Ramadhan 20 Laki-laki Segar tidak Kuning bening Jernih


menyengat

5 Nada Qitriyyah S 21 Perempuan Segar tidak Kuning Jernih


menyengat

6 Fina Fauziyah 20 Perempuan Bau Kuning muda Jernih


Hasil Pengamatan Uji Keasaman Urin

Reaksi Lakmus
Nilai
Usia Derajat
No Nama OP Jenis Kelamin
(tahun) Merah Biru Keasama
n

1 Luthfi Permana 20 Laki-laki Biru Biru 7

2 M. Nuno Wahab 21 Laki-laki Merah Merah 6

3 Reza Putri Br. Purba 20 Perempuan Merah Merah 6

4 Baskara ramadhan 20 Laki-laki Merah Merah 6

5 Nada Qitriyyah S 21 Perempuan Merah Merah 6

6 Fina Fauziyah 20 Perempuan Merah Merah 5


Hasil Pengamatan Uji Protein Pada Urin

Presipitasi Protein
Usia
No Nama OP
(tahun) Nilai Simbol Deskripsi

1 Luthfi Permana 20 Negatif - Jernih dan terdapat sedikit


gelembung
2 M. Nuno Wahab 21 Negatif - Tidak ada kekeruhan
sedikitpun
3 Reza Putri Br. 20 Negatif - Tidak ada kekeruhan
Purba sedikitpun
4 Baskara Ramadhan 20 Negatif - Tidak ada kekeruhan
sedikitpun
5 Nada Qitriyyah S 21 Negatif - Tidak keruh namun warna
kuning semakin tua

6 Fina Fauziyah 20 Negatif - Jernih tanpa gelembung


(terdapat kalsium fosfat)
Hasil Pengamatan Uji Glukosa Pada Urin

Presipitasi Glukosa
Usia
No Nama OP
(tahun) Nilai Simbol Deskripsi

1 Luthfi Permana 20 Negatif - Tidak berubah warna

2 M. Nuno Wahab 21 Negatif -   Biru sedikit kehijauan

3 Reza Putri Br. Purba 20 Negatif -


Warna biru sedikit kehijauan

4 Baskara Ramadhan 20 Negatif - Tidak ada kekeruhan.


Sedikitpun

5 Nada Qitriyyah S 21 Negatif - Biru kehijauan

6 Fina Fauziyah 20 Negatif - Sedikit kehijauan


PEMBAHASAN URIN SEWAKTU

Volume urin terbanyak dimiliki oleh op baskara dengan jumlah urin


sebanyak 880 ml dan op lutfi memiliki jumlah urin paling sedikit yaitu
sebanyak 466 ml. Proses terbentuknya urin diawali melalui tiga tahap
pada nefron yaitu; pada pertama kali, dihasilkan urin primer pada
proses ultrafiltrasi. Setelah itu, komponen molekul-molekul yang kecil
di reabsorpsi. Terakhir, sisa dari penyerapan molekul-molekul tersebut
kemudian disekresikan dan mengalir dari papila renalis. Penyebab
jumlah volume urin ada istilah Oliguria yaitu berkurangnya jumlah
volume urin yang ditemukan pada kasus dimana tubuh manusia sedang
mengalami antara lain demam, glomerulonefritis akut, gagal ginjal
kronis dan infeksi saluran kemih
PEMBAHASAN UJI BAU, WARNA, DAN KEJERNIHAN URIN

Dari hasil yang didapatkan terdapat perbedaan hasi dari tiap OP dimana urin
menghasilkan warna yang sangat pekat menandakan urin mengandung lebih
banyak amonia dan lebih sedikit air sehingga diperlukan konsumsi air yang
cukup. Gas amonia (NH3) adalah suatu zat senyawa pencemar yang bisa
mengeluarkan bau yang dapat menghasilkan bau menyengat dengan
konsentrasi sedikit. Gas NH3 jika konsentrasinya antara 250-650 ppm akan
mengganggu sistem pernapasan dan sangat beracun jika dihirup terlalu
banyak dan juga akan berpengaruh pula pada fungsi ginjal dalam tubuh
PEMBAHASAN UJI KEASAMAN URIN

● Komposisi urin adalah 96% air, natrium, pigmen empedu. 1,5%


garam, kalium, toksin. 2,5% urea, kalsium, bikarbonat, kreatin N,
magnesium. kreatin khlorida, asam urat N, sulfat anorganik, asam
urat, fosfat anorganik, amonia N, sulfat, dan hormon

● Apabila urin seseorang semakin bersifat asam urin seseorang, maka


tingkat dehidrasinya akan semakin tinggi. Sehingga OP dengan
nilai pH 5 disarankan untuk minum air putih lebih banyak lagi.
Dihasilkannya nilai pH yang tidak terdapat nilai koma dikarenakan
tes pH hanya dilakukan menggunakan kertas lakmus dan indikator
universal yang hanya menunjukkan warna bukan angka.
PEMBAHASAN UJI KEASAMAN URIN

● Apabila tes pH dilakukan dengan menggunakan kertas


lakmus dan indikator universal pH, maka tingkat akurasi
atau ketelitian pengukuran yang didapatkan tidak terlalu
tepat dan rentan terjadi kesalahan dalam membaca nilai pH.
Hal tersebut dikarenakan hasil yang diperoleh tidak berupa
angka melainkan berupa warna, di mana mata manusia
memiliki keterbatasan dalam membandingkan warna-warna
yang muncul pada kertas lakmus ataupun indikator
universal.
PEMBAHASAN UJI PROTEIN

Pengujian kadar protein pada urin secara kualitatif adalah dengan


menggunakan asam asetat dengan kadar minimal 6% untuk memperoleh
hasil yang maksimal. Tingkat kekeruhan atau gumpalan pada urin
berperan sebagai indikator bahwa urin tersebut mengandung protein.
Namun, apabila tidak terlihat adanya kekeruhan atau kekeruhan
kemudian hilang setelah ditetesi asam asetat menandakan bahwa urin
tersebut negatif atau tidak mengandung protein sama sekali
PEMBAHASAN UJI GLUKOSA

● Pada pemeriksaan glukosa pada urin dilakukan dengan metode benedict


memanfaatkan sifat glukosa yang akan mereduksi cuprisulfat menjadi cuprosulfat
dengan indikasi terjadinya perubahan warna pada larutan benedict, di mana
apabila uji glukosa memperoleh hasil yang positif akan ditunjukkan dengan
adanya perubahan warna yang semula biru menjadi hijau kekuningan, jingga,
bahkan hingga merah bata.
● Berdasarkan pada data di atas didapatkan semua OP memiliki nilai presipitaasi
protein glukosa (-) dengan deskripsi tidak mengalami perubahan warna, biru
sedikit kehijauan, dan tidak adanya kekeruhan sedikitpun. Jika urin yang sudah
diteteskan benedict berubah warna dan nilai presipitasinya (+) menandakan
terdapat glukosa pada kandungan urinnya.
KESIMPULAN
● Jumlah urin normal yaitu 800-1300 ml pada kurun waktu 24 jamUrin yang berbau amoniak dapat dikarenakan
dehidrasi, konsumsi vitamin, dan beberapa obat tertentu dapat membuat urin berbau tidak sedap.
● Urin menghasilkan warna yang sangat pekat menandakan urin mengandung lebih banyak amonia dan lebih
sedikit air sehingga diperlukan konsumsi air yang cukup. Urin yang normal memiliki nilai pH berkisar antara
4,6 sampai 8,0 dengan rata-rata pH sekitar 6,0, sehingga biasanya sedikit asam. Apabila urin seseorang
semakin bersifat asam urin seseorang, maka tingkat dehidrasinya akan semakin tinggi.

● Terdapatnya glukosa dalam urin menunjukkan bahwa urin tersebut abnormal. sekresi glukosa di
dalam urin yang disebut glukosuria terjadi karena glukosa di dalam darah meningkat dan melampaui
kemampuan reabsorpsi di tubulus ginjal.
● Tes pH dilakukan dengan menggunakan kertas lakmus dan indikator universal pH, maka tingkat
akurasi atau ketelitian pengukuran yang didapatkan tidak terlalu tepat dan rentan terjadi kesalahan
dalam membaca nilai pH. Hal tersebut dikarenakan hasil yang diperoleh tidak berupa angka
melainkan berupa warna, di mana mata manusia memiliki keterbatasan dalam membandingkan
warna-warna yang muncul pada kertas lakmus ataupun indikator universal.
Daftar Pustaka
Campbell et all. (2008). Biology Eight Edition. Benjamin Cummings. San Fransisco.
Caroline, Astrid. (2013). Hitung Kenis Leukosit.
Colville T, Bassert JM. (2008). Clinical Anatomy & Physiology for Veterinary Technician. Missouri: Elsevier.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1989). Materia Medika Indonesia Jilid V. Jakarta: Direktorat Pengawasan Obat
dan Makanan. p.116
Effendi Z. (2003). Peranan leukosit sebagai anti inflamasi alergik dalam tubuh.
Guyton AC. (2008). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku
Guyton dan Hall. (1997). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Irawati Stiawan, penerjemah. Jakarta: EGC. Terjemahan dari:
Textbook of Medical Physiology.
Handayani,Wiwik. (2008). Asuhan Keperawaan pada Klien dengan Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta : Salemba
Medika.
Pangesti, Ira. (2012). Eritrosit. Jakarta : Penerbit UniMus
Meyer D J and Harvey JW. (2004). Veterinary Laboratory Medicine Interpretation & Diagnosis.Third edition. USA:
Saunders

You might also like