Professional Documents
Culture Documents
URINALISA
Kelompok 4
Pendidikan Biologi B 2020
DAFTAR ISI
01 Hasil 03 Kesimpulan
02 Pembahasan 04 Dokumentasi
Hasil Pengamatan Uji Urin Sewaktu
No Nama OP Usia Jenis Jumlah Urin (ml)
(Thn) Kelamin
24 Jam 12 Siang 12 Malam Urin Sewaktu
Usia Kejernihan
No Nama OP Jenis Kelamin Bau Urin Warna Urin
(tahun) Urin
1 Luthfi Permana 20 Laki-laki Bau Kuning tua Jernih
3 Reza Putri Br. Purba 20 Perempuan Segar tidak Kuning bening Jernih
menyengat
Reaksi Lakmus
Nilai
Usia Derajat
No Nama OP Jenis Kelamin
(tahun) Merah Biru Keasama
n
Presipitasi Protein
Usia
No Nama OP
(tahun) Nilai Simbol Deskripsi
Presipitasi Glukosa
Usia
No Nama OP
(tahun) Nilai Simbol Deskripsi
Dari hasil yang didapatkan terdapat perbedaan hasi dari tiap OP dimana urin
menghasilkan warna yang sangat pekat menandakan urin mengandung lebih
banyak amonia dan lebih sedikit air sehingga diperlukan konsumsi air yang
cukup. Gas amonia (NH3) adalah suatu zat senyawa pencemar yang bisa
mengeluarkan bau yang dapat menghasilkan bau menyengat dengan
konsentrasi sedikit. Gas NH3 jika konsentrasinya antara 250-650 ppm akan
mengganggu sistem pernapasan dan sangat beracun jika dihirup terlalu
banyak dan juga akan berpengaruh pula pada fungsi ginjal dalam tubuh
PEMBAHASAN UJI KEASAMAN URIN
● Terdapatnya glukosa dalam urin menunjukkan bahwa urin tersebut abnormal. sekresi glukosa di
dalam urin yang disebut glukosuria terjadi karena glukosa di dalam darah meningkat dan melampaui
kemampuan reabsorpsi di tubulus ginjal.
● Tes pH dilakukan dengan menggunakan kertas lakmus dan indikator universal pH, maka tingkat
akurasi atau ketelitian pengukuran yang didapatkan tidak terlalu tepat dan rentan terjadi kesalahan
dalam membaca nilai pH. Hal tersebut dikarenakan hasil yang diperoleh tidak berupa angka
melainkan berupa warna, di mana mata manusia memiliki keterbatasan dalam membandingkan
warna-warna yang muncul pada kertas lakmus ataupun indikator universal.
Daftar Pustaka
Campbell et all. (2008). Biology Eight Edition. Benjamin Cummings. San Fransisco.
Caroline, Astrid. (2013). Hitung Kenis Leukosit.
Colville T, Bassert JM. (2008). Clinical Anatomy & Physiology for Veterinary Technician. Missouri: Elsevier.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1989). Materia Medika Indonesia Jilid V. Jakarta: Direktorat Pengawasan Obat
dan Makanan. p.116
Effendi Z. (2003). Peranan leukosit sebagai anti inflamasi alergik dalam tubuh.
Guyton AC. (2008). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku
Guyton dan Hall. (1997). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Irawati Stiawan, penerjemah. Jakarta: EGC. Terjemahan dari:
Textbook of Medical Physiology.
Handayani,Wiwik. (2008). Asuhan Keperawaan pada Klien dengan Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta : Salemba
Medika.
Pangesti, Ira. (2012). Eritrosit. Jakarta : Penerbit UniMus
Meyer D J and Harvey JW. (2004). Veterinary Laboratory Medicine Interpretation & Diagnosis.Third edition. USA:
Saunders