You are on page 1of 56

CASE REPORT

Stroke Non Hemoragik

Oleh:

Christina kusuma reni


Fitria Salsabilah Dwi Nur Chairunisa
Teguh Irhamna
Tenry Derma Pratama
Pembimbing :
dr R.A Neilan amroisa Sp. S

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR DEPARTEMEN ILMU SARAF


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2023
IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. S
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Usia : 63 tahun
Alamat : perum, BKP blok B W0 174 LK II
Agama : Islam
Status : Menikah
Pekerjaan : Dosen
No. rm : 5481*
Tanggal masuk ke RS: 09 jnauari 2023
Riwayat Penyakit

Keluhan Utama

Pasien datang dengan keluhan tidak bisa


menelan 7 hari.

Keluhan Tambahan

Kelemahan pada anggota gerak tubuh sebelah


kanan sejak 5 hari yang lalu. Os kesulitan berbicara
sejak 2 tahun.
Riwayat Perjalanan penyakit

Tn. S datang ke POLI RSPBA diantar keluarganya dengan keluhan tidak


bisa menelan sejak 7 hari yang lalu. Kelemahan pada anggota gerak
tubuh sebelah kanan sejak 5 hari yang lalu. Os kesulitan berbicara sejak
2 tahun.
Riwayat Penyakit Dahulu

Hipertensi (+), Diabetes Melitus (-), Trauma


(-)

Riwayat Pengobatan

Os mengkonsumsi obat hipertensi dengan


rutin

Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat mengalami keluhan yang sama : kakak pasien


STATUS PASIEN

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang


Kesadaran : Compos mentis
GCS : E4 V5 M6 = 15

Vital Sign
Tekanan Darah: 140/80 mmHg
Nadi : 65x/menit
Respiratory Rate : 19 x/menit
Suhu : 36,5oC
Sp02 : 96%
IMT : = = 24 (Normal)
STATUS GENERALISATA
KEPALA
Ekspresi Wajah : Tidak normal Simetris Muka : Tidak simetris
Rambut : Normal Pembuluh Temporal : Normal

MATA
Eksolftalmus : Tidak ada
Kelopak : Normal
Lensa : Sedikit keruh
Konjungtiva : Normal
Sklera ikterik : -/-
Lap.penglihatan : Normal
Nistagmus : Tidak ada
Gerakan bola mata : Normal
Tekanan bola mata : Tidak di lakukan pemeriksaan
Endoftalmus : Tidak ada
STATUS GENERALISATA
TELINGA HIDUNG
Tuli : Tidak tuli Nyeri : Tidak ada
Lubang : Normal Sekret : Tidak ada
Selaput pendengaran : normal Trauma : Tidak ada
pemeriksaan Penyumbatan : Tidak ada Pernapasan cuping hidung : Tidak ada
Serumen : normal
Perdarahan : Tidak ada
LEHER
Trakhea : Di tengah
MULUT Kelenjar tiroid : Normal
Bibir : Tidak normal Kelenjar limfe : Normal
Langit-langit : normal Tek. Vena jugularis : Normal
Bau nafas : Tidak berbau
Lidah : Normal DADA
Faring : Normal
Bentuk : Simetris
Tonsil : normal
Sela iga : Normal
Trismus : Tidak ada
STATUS GENERALISATA
KELENJAR GETAH BENING
Submandibula : Tidak teraba Leher : Tidak teraba
Supraklavikula : Tidak teraba Ketiak : Tidak teraba
Lipat paha : Tidak teraba

KULIT
Warna : Sawo matang Efloresensi : Tidak ada
Jaringan parut : Tidak ada Pigmentasi : Tidak ada
Pertumbuhan rambut : Normal Pembuluh darah : Normal
Suhu raba : Hangat Lembab/kering : Kering

Keringat Malam : Tidak ada Turgor : Normal


JANTUNG PARU

Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak Inspeksi : Pergerakan hemitoraks kanan-


kiri normal, simetris, retraksi(-/-)
Palpasi : Iktus kordis tidak teraba
Palpasi : Fremitus taktil simetris kanan kiri
Perkusi
 Kanan : Perkusi
Batas atas, ics II linea parasternalis dextra  Kanan : Sonor
Batas bawah, ics IV linea parasternalis dextra  Kiri : Sonor
 Kiri :
Batas atas, ics II linea parasternalis sinistra Auskultasi
Batas bawah, ics V linea midclavicularis sinistra  Kanan : Vesikuler, Ronki (-), Wheezing
(-)
Auskultasi  Kiri : Vesikuler, Ronki (-), Wheezing (-)
Bunyi jantung I-II intensitas normal, regular,
murmur (-), gallop (-)
ABDOMEN EKSTREMITAS

Inspeksi : Dinding perut cembung, warna  Ekstremitas superior dextra dan sinistra:
kulit sama dengan warna kulit sekitar Oedem ( -/- ), Deformitas (-/-), Sianosis (-/-),
Nyeri sendi (-/-), Ptechie (-/-), untuk
Auskultasi: Bising usus DBN ekstremitas superior dapat digerakkan

Palpasi : Nyeri tekan epigastrium (-), hepar  Ekstremitas inferior dextra dan sinistra:
dan lien tidak teraba Oedem (-/-), Deformitas (-/-), Sianosis (-/-),
Nyeri sendi (-/-), Ptechie (-/-), untuk
Perkusi : Timpani ekstremitas inferior kanan terasa lemah
ketika digerakkan
STATUS
NEUROLOGIS
RANGSANG MENINGEAL
Kanan Kiri

Kaku kuduk -

Kernig test - -

Lasseque test - -

Brudzinski I - -

Brudzinski II - -
PEMERIKSAAN SARAF KRANIAL
• NERVUS OLFAKTORIUS (N.I)

Kanan Kiri

Daya pembau normal normal

• NERVUS OPTIKUS (N-II)

Tajam Penglihatan : sulit dinilai


Lapang Pandang: Normal
Tes warna : Tidak dilakukan pemeriksaan
Fundus oculi : Tidak dilakukan pemeriksaan
NERVUS OKULOMOTORIUS (N-III), N. TROCHLEARIS (N-IV), N. ABDUCEN (N-VI)
  Kanan Kiri
Ptosis - -
Endoftalmus - -
Eksoftalmus - -
Nistagmus - -
Strabismus - -
Sensorik    
Pupil Diameter 3mm 3mm
Bentuk Bulat Bulat
Isokor/Anisokor Isokor Isokor
RCL + +
RCTL + +
Reflek Akomodasi + +
Motorik    
Gerakan Bola Mata Normal Normal
NERVUS TRIGEMINUS (N-V)

Motorik
Menggigit Normal
Membuka mulut Normal
Menutup mulut Normal
M. Masesster Normal
M. Temporalis Normal
M. Pterigoideus Normal

Sensorik
Refleks kornea Normal
Sensibilitas atas Normal
Sensibilitas tengah Normal
Sensibilitas bawah Normal
NERVUS FACIALIS (N-VII)

Motorik kanan kiri

Mengerutkan dahi & mengangkat alis Dapat dilakukan


Simetris
Menutup Mata kuat-kuat

Dapat dilakukan
Mengembungkan pipi
Dapat dilakukan
Meringis
Dapat dilakukan
Mencucukan bibir

Sensoris

Pengecapan 2/3 depan lidah Sulit dinilai Sulit dinilai


NERVUS VESTIBULOKOKLEASRIS (N-VIII)

  Kanan Kiri

Tes Bisik Normal Normal

Tes Rinne

Tes Weber

Tes Schwabach
NORMAL 
Nistagmus

Tes Romberg SULIT DINILAI

Tes Past Pointing


NERVUS GLOSSOPHARINGEUS DAN NERVUS VAGUS (N IX DAN N X)

Disfonia : Tidak ditemukan


Disfagia : Ada
Disatria : Ada
Refleks muntah : Tidak dilakukan
Perasa lidah (1/3 anterior) : sulit dinilai
Bradikardi : Tidak ada
Takikardi : Tidak ada
NERVUS ASSESORIUS (N-XI)

Kanan Kiri

M. Sternocleidomastoideus + +

M. Trapezius + +

NERVUS HIPOGLOSSUS (N-XII)

Kedudukan lidah saat dijulurkan:


• Deviasi : (-)

Kekuatan lidah menekan mukosa pipi : Dapat dilakukan

Artikulasi “Ular melingkar lingkar di atas pagar” : tidak dapat dilakukan


SISTEM MOTORIK

a. Kekuatan Otot : ekstremitas atas 4 4


ekstremitas bawah 3 3
b. Tonus : Normal normal
Normal normal
c. Klonus : Tidak Ada Tidak Ada
Tidak Ada Ada
d. Atrofi Otot : Tidak Ada Tidak Ada
Tidak Ada Tidak Ada

Reflek fisiologi Reflek patologis


Hoffman trommer (-/-)
Bicep (+/+)
Babinsky (-/-)
Patella (+/+)
Chaddock (-/-)
Trisep (+/+)
Oppenheim (-/-)
Achilles(+/+)
Gordon (-/-)
SENSIBILITAS
Eksteroseptif/ rasa permukaan (Superior/inferior)
Rasa Raba : Normostesia
Rasa Nyeri : Normostesia
Rasa Suhu Panas : Tidak dilakukan Susunan saraf otonom
Rasa Suhu Dingin : Tidak dilakukan • Miksi : DBN
• Defekasi : DBN
Propioseptif / Rasa dalam (Superior/Inferior)
Rasa gerak : Tidak dilakukan
Rasa Getar : Tidak dilakukan
Fungsi luhur
• Fungsi bahasa :Tidak baik
Koordinasi
• Fungsi orientasi :Kurang Baik
Test Tunjuk Hidung : Dapat dilakukan
• Fungsi memori :Baik
Test pronasi supinasi : Dapat dilakukan
• Fungsi emosi :Kurang Baik
Pemeriksaan Laboratorium Hematologi
A. Hematologi (11 Januari 2023)
Pemeriksaan Hasil Normal Satuan
Hemoglobin 9,8 Lk 14 – 18 Wn 12 – 16 gr/dl
Leukosit 3.500 4.500 – 10.700 %
Hit. Jenis leukosit basophil 0 0–1 %
Hit. Jenis leukosit eosinofil 0 0–3 %
Hit. Jenis leukosit batang 2 2–6 %
Hit. Jenis leukosit segmen 76 50 – 70 %
Hit. Jenis leukosit limfosit 20 20 – 40 %
Hit. Jenis leukosit monosit 2 2–8 %
Eritrosit 4,8 Lk 4,6-6,2 Wn 4,2-6,4 10 6/ul
Hematokrit 42 Lk 50-54 Wn 38-47 %
Trombosit 80.000 159.000-400.000 Ul
MCV 87 80-96 Fl
MCH 26 27-31 Pg
MCHC 30 32-36 g/dl
<1702
ALC (Absolute Lymphocyte Count) 1.120
>3.00
NLR (Neutrophil Lymphocyte Ratio) 3,90
Pemeriksaan Laboratorium Kimia Darah

Kimia Darah

 
No Pemeriksaan Hasil Normal Satuan

1 Gula Darah Sewaktu 93 <200 mg/dl

2 Urea 49 10-50 mg/dl

3 Creatinin 1,2 LK 0,6 – 1,1 WN 0,5 mg/dl


– 0,9
4 Natrium 147 135 – 145 nmol/l

5 Kalium 3,7 3,5 – 5,5 nmol/l

6 Chloride 97 96-106 nmol/l


Rontgen thorax
Posisi trakea agak ke kiri
Mediastinum superior tidak melebar
Jantung tidak membesar (CTR<50%)
Aorta masih tampak normal
Sinus costophrenicus bilateral normal
Sinus cardlophrenicus bilateral normal
Diafragma bilateral mendatar
Pulmo :
• Hilus kanan dan kini normal
• Corakan bronkovaskuler normal
• Tidak tampak infiltrat / perselubungan
• Kranialisasi (-)
Skletal : Scoliosis vertebra thoracalis
Kesan
- Scollosis vertebra thoracalls
- Tidak tampak kardiomegali
iRadiografi Thorax PA saat int, tidak tampak
⁃ gambaran KP aktif maupun
Bronkopneumoni
CT-Scan Kepala
• Jaringan lunak extracalvaria dan calvaria masih tampak normal
• Sulcy corticalis daerah tempero-parietalis kanan dan fissura sylvii kanan tampak melebar, fissura
interhemisohere masih tampak normal
• Kaliber ventrikel lateralis bilateral terutama kanan dan 3 tampak melebar
• Kaliber ventrikel 4 masih tampak normal
• Tampak kalsifikasi fisiologis didaerah pineal body dan plexus choroideus bilateral
• Tampak lesi hipodens, batas tidak tegas, multipel, di parenkim serebri daerah ganglia basalis kiri dan
substansia alba periventrikuler lateralis
• Tampak lesi hipodens, bataas tegas, parenkin serebelum kanan
• Tampak lesi hipodens batas tidak tegas, multiple, di parenkim serebri daerah ganglia basalis bilateral
dan thalamus kiri
• Tampak lesi hipodens, batas tidak tegas, di parenkim serebelum kiri
• Parenkim batang otak masih tampak normal
• Midline shift (-)
• Cysterna basalis dan ambiens serta tentorium serebri bilateral masih tampak normal
• Daerah celatursika, juxtasela dan cerebello- pontine angle bilateral masih tampak normal
• Bulbus oculi dan ruang retrobulber bilateral masih tampak normal
• Nervus opticus bilateral dan chiasma opticum masih tampak normal
• Sinus maxilaris, ethmoidalis,sfenoidalis, dan frontalis bilateral masih tampak normal
• Tampak deviasi septum nasalis ke kanan
• Mastoid air cell bilateral masih tampak normal
• KESAN
• Infark serebri (lama)multiple a/r ganglia basalis kiri substantia alba
periventrikuler lateralis bilateral
• Infark lama a/r serebelum kanan
• Infark sebri (baru) multipel a/r ganglia basalis bilateral dan thalamus kiri
• Infark (baru) a/r serebelum kiri
• Ventrikulomegali lateralis bilateral dan 3
• Hipertrofi konka nasalis bilateral
• Deviasi septum nasalis ke kanan
• Tidak tampak tanda-tanda SOL, malformasi vaskuler maupun perdarahan intra
kranial
RESUME
Tn. S datang ke POLI RSPBA diantar keluarganya dengan keluhan tidak bisa menelan
sejak 7 hari yang lalu. Kelemahan pada anggota gerak tubuh sebelah kanan sejak 5 hari
yang lalu. Os kesulitan berbicara. sejak 2 tahun.

Riwayat jatuh atau trauma disangkal, penurunan kesadaran disangkal. Terdapat pusing dan
mual namun tidak terdapat muntah, demam dan nyeri kepala. (-).

Pada pemeriksaan fisik, pasien datang dengan keadaan sakit sedang, kesadaran compos
mentis, GCS E4 V5 M6. TD 140/80 mmHg, nadi : 65 x/ menit, Rr : 19 x/ menit, Suhu: 36,5
Celcius.

Pada status generalisata untuk ekstremitas superior dapat digerakkan dan untuk
ekstremitas inferior dapat digerakkan. Kekuatan otot ekremitas atas 4/4 dan ekstremitas
bawah 3/3.

Hasil CT Scan : Infark serebri (lama)multiple a/r ganglia basalis kiri substantia alba
periventrikuler lateralis bilateral
Infark lama a/r serebelum kanan
Infark sebri (baru) multipel a/r ganglia basalis bilateral dan thalamus kiri
Infark (baru) a/r serebelum kiri
DIAGNOSIS KERJA

Diagnosis Klinis : Hemiparese Dextra


Diagnosis Topis : Hemisperium Serebri Sinistra
Diagnosis Etiologi : Stroke Non Hemoragik
Diagnosis Banding : Stroke Hemoragik
Non Medikamentosa Medikamentosa

• TTV
• Bed rest IUFD Tutosol 20 TPM
• Minum obat secara teratur Citicolin 2 x 250 mg
Amlodipin 1 x 5 mg
Mecobalamin 2 x 1
Clopidogrel 1 x 75 gr
Asam folat 1 x 5 gr
PROGNOSIS

AD VITAM : DUBIA AD BONAM


AD SANATIONAM : DUBIA AD BONAM
AD FUNGSIONAM : DUBIA AD BONAM
ANALISA KASUS

Dari hasil anamnesa dan pemeriksaan baik fisik maupun penunjang dapat dilakukan

perhitungan menurut penilaian kategori stroke dengan menggunakan algoritma siriraj.

Penilaian hasil perhitungan algoritma siriraj kemudian disesuaikan dengan kriteria yang ada

untuk menentukan jenis stroke. Perhitungan algoritma siriraj yang dinilai adalah ada/tidaknya

penurunan kesadaran, ada/tidaknya nyeri kepala, muntah dan ada tidaknya atheroma.
ANALISA KASUS

Skor Siriraj
Rumus :
(2,5 x derajat kesadaran) + (2 x nyeri kepala) + (2 x muntah ) + (0,1 x
tekanan diastolic) – (3 x penanda ateroma) – 12
Pada Pasien: (2,5 x 0) + (2 x 0) + (2 x 0) + (0,1 x 80) – (3 x 0) - 12 = -4
Hasil :
Skor > 1 = Perdaraham Supratentorial
Skor < -1 = Infark Serebri
Skor -1 s/d 1 = Meragukan
Menurut perhitungan skor siriraj pada pasien ini mendapatkan skor -4 dimana <-1
yang berarti pasien mengalami infark serebri, hasil ini akan disesuaikan kembali
dengan expertise oleh Sp. Rad
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi

Stroke menurut World Health Organization (WHO) didefiniskan sebagai


tanda-tanda klinis yang terjadi secara cepat atau mendadak berupa defisit lokal (atau
global) pada fungsi otak, dengan gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih
atau menyababkan kematian, tanpa penyebab yang jelas selain penyebab yang jelas
selain penyebab vaskular.
Berdasarkan American Heart Association / American Stroke Association
(AHA/ASA), stroke didefinisikan sebagai sindrom defisit neurologis yang bersifat
akut akibat jejas pada otak, medula spinalis, dan retina yang dapat dijelaskan dengan
etiologi vaskular.
EPIDEMIOLOGI

Jepang Indonesia
442/ 100.000 penduduk
laki-laki Provinsi dengan posisi tiga besar
212/100.000 penduduk secara berurutan, yakni Sulawesi
perempuan Selatan (17.9%), Daerah Istimewa
Yogyakarta (16.9%), dan Sulawesi
Tengah (16.6%).
RIKESDAS
2013
prevelensi
prevalensi stroke di Indonesia Prevalensi stroke meningkat seiring
meningkat dari 8,3% pada tahun bertambahnya usia, dengan puncaknya pada
2007 menjadi 12,1% pada tahun usia > 75 tahun. Di Indonesia, prevalensi
2013. stroke tidak berbeda berdasarkan jenis
kelamin.
Prevelensi Stroke iskemik

87 61,9
67% %
%
American Heart Association (AHA) Stroke Registry tahun 2012-2014 Indonesia
Persentase stroke iskemik lebih tinggi dibandingkan dengan
stroke hemoragik. stroke iskemik mencapai 87% serta sisanya Secara umum dari 61,9% pasien stroke iskemik yang
adalah perda- rahan intraserebral dan subaraknoid. Terdapat 5.411 pasien stroke di dilakukan pemeriksaan CT scan di Indonesia di
Indonesia, mayoritas adalah dapatkan infark terbanyak pada sirkulasi anterior
stroke iskemik (67%). (27%), diikuti infark lakunar (11,7%), infark pada
sirkulasi posterior (4,2%).
KLASIFIKASI STROKE ISKEMIK /
NON HEMORAGIK

Trombus
Stroke
ischemic/SNH Emboli
Klasifikasi
ICH
Stroke
Hemoragik SAH
Faktor Risiko
Yang dapat di
modifikasi yang tidak dapat dimodifika

Dilakukan tata laksana, antara lain:


• Hipertensi, • Usia
• Diabetes Melius (DM), • Jenis Kelamin
• Merokok • Etnis.
• Obesitas
• Asam Urat
• Hiperkolesterol.
Patofisiologi
Pada dasarnya, proses terjadinya stroke iskemik diawali oleh adanya sumbatan pembuluh
darah oleh trombus atau emboli yang mengakibatkan sel otak mengalami gangguan
metabolisme, karena tidak mendapat suplai darah, oksigen, dan energi.

Trombus terbentuk oleh adanya proses aterosklerosis


pada arkus aorta, arteri karotis, maupun pembuluh darah
serebral.
Proses ini diawali oleh cedera endotel dan inflamasi
--terbentuknya plak pada dinding pembuluh darah--
berkembang semakin lama semakin tebal dan sklerotik--
Trombosit kemudian akan melekat pada plak serta
melepaskan faktor-faktor yang menginisiasi kaskade
koagulasi dan pembentukan trombus.
Trombus dapat lepas dan menjadi embolus atau
tetap pada lokasi asal dan menyebabkan oklusi dalam
pembuluh darah tersebut.
Emboli merupakan bagian dari trombus yang terlepas dan menyumbat pembuluh darah di
bagian distal. Bila proses ini berlanjut, akan terjadi iskemia jaringan otak yang menyebabkan
kerusakan yang bersifat sementara atau menjadi permanen yang disebut infark. Di sekeliling area
sel otak yang mengalami infark biasanya hanya mengalami gangguan metabolisme dan
gangguan perfusi yang bersifat sementara yang disebut daerah penumbra.

Bila kondisi penumbra tidak ditolong


secepatnya maka tidak menutup kemung- kinan
daerah yang mendapat aliran darah dengan
kecepatan kurang tadi akan berubah menjadi
daerah yang infark dan infark yang terjadi
akan semakin luas.

Pada daerah yang mengalami iskemia, terjadi penurunan kadar adenosine triphos- phate (ATP)
-- sehingga terjadi kegagalan pampa kalium dan natrium serta peningkatan kadar laktat
intraselular-- menyebabkan depolarisasi dan peningkatan pelepasan neurotransmiter glutamat--
akan menyebabkan masuknya kalsium intraselular -- meningkatkan kadar kalsium intraselular-- yang
keseluruhannya berkontribusi terhadap kematian sel.
Manifestasi Klinis
Kelumpuhan sesisi atau kedua sisi, kelumpuhan satu ekstremitas, kelumpuhan otot-otot penggerak bola mata,
kelumpuhan otot-otot untuk proses menelan, bicara, dan sebagainya, Gangguan fungsi keseimbangan, penghidu,
penglihatan, pendengaran, somatik sensoris, kognitif, (seperti: gangguan atensi, memori, bicara verbal, gangguan
mengerti pembicaraan, gangguan pengenalan ruang, dan sebagainya), Gangguan global berupa gangguan ke- sadaran.

Stroke Hemoragik
Indikator Stroke Iskemik
Subarachnoid Intracranial
Etiologi Aneurisma, AVM Hipertensi maligna Trombus/emboli
Onset Menit/jam 1-2 menit Pelan (jam/hari)
Nyeri Kepala Sangat hebat hebat Ringan
Penurunan Ada Ada Tidak ada
Kesadaran

Hemiparesis Sering di awal Permulaan tidak ada Sering di awal


Gangguan bicara Bisa ada Jarang Sering
Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan sederhana untuk


mengenali gejala dan tanda stroke Pemeriksaan fisik yang utama
menggunakan singkatan FAST, meliputi :
mencakup : • penurunan kesadaran berdasarkan
Skala Koma Glasgow (SKG)
F: Facial droop (mulut men- cong/tidak • kelumpuhan saraf kranial
simetris), • kelemahan motorik
A: Arm weakness (kelemahan pada • defisit sensorik
tangan), • gangguan otonom
S: Speech difficulties (kesulitan bicara), • gangguan fungsi kognitif, dan lain-
T: Time to seek medical help (waktu tiba lain.
di RS secepat mungkin).
DIAGNOSIS DAN DIAGNOSIS
BANDING
Kriteria diagnosis stroke iskemik adalah terdapat gejala defisit
neurologis global atau salah satu atauhbeberapa defisit neurologis fokal
yang terjadi mendadak dengan bukti gambaran pencitraan otak (CT scan
atau MRI).

Adapun DIAGNOSIS BANDING yang paling sering, yakni


stroke hemoragik (Bila belum dilakukan CT/MRI otak).
Pemeriksaan Penunjang

Doppler karotis
EKG
dan vetebralis
CT-Scan non kontras,
CT- Angiografi (MRI)
Doppler Pemeriksaan
Transkranial Laboratorium
Stroke Non Hemorrhagic
CT scan bukan merupakan gold standard, tetapi merupakan pemeriksaan penunjang
awal untukmenyingkirkan adanya perdarahan.
Hiperaku : 0-6 jam
t Akut : 6-24 jam
Subakut : 1 hari-2 minggu
Kronis : >2 minggu
MCA dense sign

Hipodensity and
Loss of grey and
white matter Insular ribbon sign
differentiation
komplikasi

pneumonia Infeksi saluran


kemih

Trombosis vena atau


Dekubitus
deep vein trombosis
penatalaksanaan
Penanganan stroke ditentukan oleh penyebab stroke dan dapat berupa terapi
farmasi, radiologi intervensional, atau pun pembedahan. Untuk stroke iskemik, terapi
bertujuan untuk meningkatkan perfusi darah ke otak, membantu lisis bekuan darah
dan mencegah trombosis lanjutan, melindungi jaringan otak yang masih aktif, dan
mencegah cedera sekunder lain.
Tatalaksana Umum :
• Stabilisasi jalan nafas dan pernapasan
• Stabilisasi hemodinamik (infus kristaloid)
• Pengendalian tekanan intrakranial (manitol jika diperlukan)
• Pengendalian kejang (terapi anti kejang jika diperlukan)
• Analgetik dan antipiterik, jika diperlukan
• Manajemen nutrisi
• Pencegahan DVT (Deep vein thrombosis) dan emboli paru : heparin atau LMWH
Terapi Khusus
Memberi aliran darah kembali ke otak (reperfusi)

• Obat trombolisis: Rt-PA (recombinan tissue plasminogen activator) dengan


dosis 0,9 mg/kg BB maksimal 90 mg
• Mengurangi viskositas darah: obat pentoxifillin dengan dosis 15 mg/kg BB/ hari

Prevensi terjadinya thrombosis (antikoagulasi)

• Anti koagulan: heparin (dosis awal 1000 u/jam)


• Anti agregasi trombosit: aspirin (80-1200 mg/hari)

Proteksi neuronal

• Piracetam (12 gr IV)


● REHABILITASI

Terapi wicara Fisioterapi Psikoterapi


.
Prognosis
• Ad Vitam : Dubia Ad Bonam
• Ad Sanationam : Dubia Ad Bonam
• Ad Fungsionam : Dubia Ad malam
TERIMA KASIH

You might also like