You are on page 1of 12

SINDROM NEFRITIK AKUT

KEPERAWATAN ANAK II
KELOMPOK 2
• 1. RISKA AGUSTINA PUTRI
• 2. AFRINDRA PUTRA
• 3. RINDY YULITA
• 4. ARTITA RAHAYU
• 5. YULIANA ATIKA SURI
• 6. YOLA INDRAWANI
• 7. AULIA SAFITRI
• 8. NADYA RARA MALINI
DEFINISI

Sindrom Nefritis Akut (SNA) adalah sekumpulan gejala-gejala yang


timbul secara mendadak, terdiri atas hematuria, proteinuria, silinderuria
(terutama silinder eritrosit), dengan atau tanpa disertai hipertensi, edema,
gejala-gejala dari kongesti vaskuler atau gagal ginjal akut, sebagai akibat dari
suatu proses peradangan yang ditimbulkan oleh reaksi imunologik pada ginjal
yang secara spesifik mengenai glomeruli.
Penyakit ini paling sering diakibatkan oleh glomerulonefritis akut pasca
streptokokus, oleh karena itu istilah sindrom nefritis akut sering disamakan
dengan glomerulonefritis akut. Sindrom nefritis akut merupakan kelainan
ginjal yang disebabkan oleh respon imun yang dipicu oleh inflamasi dan
proliferasi jaringan glomerular, sehingga mengakibatkan kerusakan pada
membran basal, mesangium, atau endotel kapiler.
ANATOMI FISIOLOGI
Ginjal menjalankan fungsi yang vital sebagai pengatur
volume dan komposisi kimia darah dan lingkungan dalam
tubuh dengan mengekresikan zat terlarut dan air secara
selektif. Fungsi vital ginjal dicapai dengan filtrasi plasma
darah melalui glomerulus dengan reabsorpsi sejumlah zat
terlarut dan air dalam jumlah yang sesuai di sepanjang
tubulus ginjal. Kelebihan zat terlarut dan air di eksresikan
keluar tubuh dalam urin melalui system pengumpulan urin
(Price dan Wilson, 2005).
Selanjutnya ...

Ginjal dibungkus oleh lapisan jaringan ikat longgar yang disebut kapsula. Unit fungsional dasar dari
ginjal adalah nefron yang dapat berjumlah lebih dari satu juta buah dalam satu ginjal normal manusia
dewasa. Nefron berfungsi sebagai regulator air dan zat terlarut (terutama elektrolit) dalam tubuh dengan cara
menyaring darah, kemudian mereabsorpsi cairan dan molekul yang masih diperlukan tubuh. Molekul dan
sisa cairan lainnya akan dibuang.
Sebuah nefron terdiri dari sebuah komponen penyaring yang disebut korpuskula (atau badan Malphigi)
yang dilanjutkan oleh saluran-saluran (tubulus). Setiap korpuskula mengandung gulungan kapiler darah yang
disebut glomerulus yang berada dalam kapsula Bowman. Setiap glomerulus mendapat aliran darah dari
arteri aferen. Dinding kapiler dari glomerulus memiliki pori-pori untuk filtrasi atau penyaringan. Darah
dapat disaring melalui dinding epitelium tipis yang berpori dari glomerulus dan kapsula Bowman karena
adanya tekanan dari darah yang mendorong plasma darah. Filtrat yang dihasilkan akan masuk ke dalam
tubulus ginjal. Darah yang telah tersaringakan meninggalkan ginjal lewat arteri eferen.
ETIOLOGI
1. Faktor Infeksi
a) Nefritis yang timbul setelah infeksi Streptococcus Beta Hemolyticus (GlomerulonefritisAkut Pasca
Streptokokus). Sindroma nefritik akut bisa timbul setelah suatu infeksi oleh streptokokus, misalnya strep
throat (radang tenggorokan). Nefritis yang berhubungan dengan infeksi sistemik lain : endokarditis
bakterialis sub akut dan Shunt Nephritis. Penyebab post infeksi lainnya adalah virus dan parasit, penyakit
ginjal dan sistemik, endokarditis, pneumonia.
Bakteri: Diplokokus, streptokokus, staphylokokus.
Virus : Cytomegalovirus, coxsackievirus, EpsteinBarr virus, hepatitis B,rubella.
Jamur dan parasite: Toxoplasma gondii, filariasis, dll.
2. Penyakit multisistemik, antara lain : Lupus Eritematosus Sistemik dan Purpura Henoch Schonlein (PHS )
3. Penyakit Ginjal Primer, antara lain : Nefropati IgA
MANIFESTASI KLINIS
• Sekitar 50% penderita tidak menunjukkan gejala. Gejala yang muncul
sekitar 1-2 minggu setelah infeksi faringeal oleh streptokokus ataupun 4-6
minggu setelah pioderma karena streptokokus. Jika ada gejala, yang pertama
kali muncul adalah penimbunan cairan disertai pembengkakan jaringan
(edema), berkurangnya volume air kemih dan air kemih berwarna gelap
karena mengandung darah. Edema muncul dari retensi garam dan air dan
nefrotik sindrom bisa muncul pada 10-20% kasus.
• Pada awalnya edema timbul sebagai pembengkakan di wajah dan kelopak
mata, tetapi selanjutnya lebih dominan di tungkai dan bisa menjadi hebat.
Tekanan darah tinggi dan pembengkakan otak bisa menimbulkan sakit
kepala, gangguan penglihatan dan gangguan fungsi hati yang lebih serius.
Gejala spesifik seperti malaise, letargi, nyeri abdomen, dan demam kadang
muncul.
PATOFISIOLOGI
Patofisiologi sindroma nefritik tergantung dari etiologi penyebabnya, namun pada dasarnya terjadi
karena reaksi inflamasi yang merusak struktur membran basalis glomerulus. Salah satu proses
inflamasi yang paling sering terjadi adalah glomerulonefritis akut pasca Streptococcus (GNAPS).
Proses inflamasi ini merupakan komplikasi yang terjadi akibat infeksi Streptococcus beta
hemolyticus grup A yang diinduksi oleh penumpukan kompleks imun pada jaringan ginjal yang
berasal dari sirkulasi. Penumpukan kompleks imun yang terjadi pada subendotel akan menyebabkan
inflamasi lokal pasca aktivasi sistem komplemen, kerusakan dan proliferasi podosit serta proteinuria.
Penumpukan kompleks imun yang dimaksud merupakan akumulasi dari immunoglobulin G, M atau/
dan A bersama komplemen C3 yang menumpuk pada lapisan subendotel dinding kapiler. Penumpukan
kompleks imun juga terjadi pada membran basal yang kemudian akan menyebabkan lesi glomerulus
yang selanjutnya bermanifestasi menjadi hematuria dan proteinuria.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1) Pemeriksaan Urine
2) Uji Darah meliputi : kadar albumin, kadar kolesterol,kadar hemoglobin
dan hematokrit, kadar trombosit, dan kadar elektrolit
3) Uji Diagnostik yaitu dengan biopsi ginjaldapat dilakukan hanya untuk
mengindikasikan status glomerular, jenis sindrom nefrotik, respon
terhadap penatalaksanaan medis dan melihat proses perjalanan penyakit.
PENATALAKSANAAN
Menurut Ngastiyah, (2014) Penatalaksanaan medis pada anak dengan Sindroma nefrotik Meliputi :
1) Diit tinggi protein
2) Mencegah infeksi juga perlu dilakukan, karena anak kemungkinan akan menderita tuberkulosis.
Bila terjadi infeksi beri terapi antibiotik.
3) Kondisi alkalosis akibat hipokalemia dapat dibantu dengan pemberian terapi KCl.
4) Kondisi hipertensi pada klien dapat diatasi dengan pemberian obat-obatan antihipertensif seperti
resephin atau pemblok beta dengan efek samping penurunan laju filtrasi glomerulus dan harus
digunakan dengan sangat hati-hati.
5) Berikan diuretik untuk mengatasi edema.
6) Berikan terapi kortikosteroid yaitu prednison

You might also like