You are on page 1of 40

INVESTIGASI

PENGADAAN BARANG
Bab 17
Pengantar
• Pengadaan merupakan salah satu sumber korupsi terbesar dalam
sektor keuangan publik.
• Mantan Menteri BUMN Soegiharto pernah memperkirakan jika
80% korupsi dan berbagai penyelewengan yang terjadi di BUMN
adalah di sektor pengadaan barang dan jasa
• Sepanjang berdirinya KPK tidak kurang 50 perkara yang terkait
penyimpangan pengadaan barang dan jasa pemerintah di mana
menyebabkan kerugian negara 35 persen atau sekitar Rp176,5
triliun jika menggunakan perkiraan total belanja 327 triliun pada
tahun 2010 (Tumpak Hatorangan)
• Pada tahun 2012, sekitar 70-80 persen kasus korupsi yang ditangani
KPK terkait dengan pengadaan barang dan jasa
.

3
Perkembangan ketentuan pengadaan
• Sistem pengadaan barang dan jasa pada sektor Pemerintah di
Indonesia terus berkembang. Di mulai dengan penerbitan
Peraturan Presiden Nomor (Perpres) 54 Tahun 2010 tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah untuk menggantikan
Keputusan Presien (Kepres) Nomor 80 Tahun 2003 tentang
Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, hingga
penerbitan Perpres Nomor 4 Tahun 2015 
• Para auditor keuangan negara dan investigator yang mendalami
kasus-kasus pengadaan barang dan jasa wajib mengetahui dan
menguasai ketentuan-ketentuan ini guna melaksanakan audit
pengadaan barang dan jasa secara efektif
Dasar pengadaan barang dan jasa pemerintah (Kepres)
Ketentuan pengadaan
• Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah adalah
kegiatan untuk memperoleh Barang/Jasa oleh
Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat
Daerah/Institusi (K/L/S/D/I)
• Prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan
sampai diselesaikannya seluruh kegiatan untuk
memperoleh Barang/Jasa
• Secara garis besar proses pengadaan barang dan
jasa pemerintah ditunjukkan sebagai berikut
Kegiatan pengadaan
• Pengadaan barang/jasa dapat dilakukan melalui swakola atau
melalui pemilihan penyedia barang/jasa.
• Swakelola adalah metode pengadaan barang/jasa dimana
pekerjaannya direncanakan, dikerjakan, dan/atau diawasi
sendiri oleh K/L/D/I (Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja
Perangkat Daerah/Institusi) sebagai penanggung jawab
anggaran, instansi pemerintah lain dan/atau kelompok
masyarakat.
• Pemilihan penyedia barang/jasa adalah metode pemilihan
penyedia barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya untuk suatu
pekerjaan yang dapat diikuti oleh penyedia barang/pekerjaan
konstruksi/jasa yang memenuhi syarat dan ketentuan yang
telah ditetapkan
1. Pelelangan umum
2. Pelelangan terbatas
3. pelelangan sederhana
4. Pelelangan langsung
MELALUI
5. Seleksi umum
PENYEDIA BARANG
6. Seleksi sederhana
DAN JASA :
7. Sayembara
8. pemilihan langsung
9. Penunjukan langsung
10. Pengadaan langsung
Pengadaan melalui pemilihan penyedia barang/jasa meliputi:
1. Pelelangan Umum
Pelelangan umum adalah metode pemilihan penyedia barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya untuk
semua pekerjaan yang dapat diikuti oleh semua penyedia barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya
yang memenuhi syarat.

2. Pelelangan Terbatas
Pelelangan terbatas adalah metode pemilihan penyedia barang/pekerjaan konstruksi dengan jumlah
penyedia yang mampu melaksanakan diyakini terbatas dan untuk pekerjaan yang kompleks. Pada
prinsipnya, pelelangan terbatas sama dengan proses pelelangan umum, kecuali dalam pengumuman
dicantumkan kriteria peserta dan nama-nama penyedia barang/jasa yang akan diundang. Apabila
setelah diumumkan ternyata ada penyedia barang/jasa yang tidak tercantum dalam pengumuman dan
berminat serta memenuhi kualifikasi, maka wajib untuk diikutsertakan dalam pelelangan terbatas.

3. Pelelangan Sederhana
Pelelangan sederhana adalah metode pemilihan penyedia barang/jasa lainnya untuk pekerjaan yang
bernilai paling tinggi Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

4. Pemilihan Langsung
Pemilihan Langsung adalah metode pemilihan penyedia pekerjaan konstruksi untuk pekerjaan yang
bernilai paling tinggi Rp5.000.000.000,00 (lima miliarrupiah).

5. Seleksi Umum
Seleksi umum adalah metode pemilihan penyedia jasa konsultansi untuk pekerjaan yang dapat diikuti
oleh semua penyedia jasa konsultansi yang memenuhi syarat.
6. Seleksi Sederhana
Seleksi sederhana adalah metode pemilihan penyedia jasa konsultansi
untuk jasa konsultansi yang bernilai paling tinggi Rp200.000.000,00 (dua
ratus juta rupiah).

7. Sayembara
Sayembara adalah metode pemilihan penyedia jasa yang memperlombakan
gagasan orisinal, kreatifitas dan inovasi tertentu yang harga/biayanya tidak
dapat ditetapkan berdasarkan harga satuan.

8. Pemilihan Langsung
Pemilihan langsung adalah metode pemilihan penyedia pekerjaan
konstruksi untuk pekerjaan yang bernilai paling tinggi Rp5.000.000.000,00
(lima miliar rupiah).

9. Penunjukan langsung
Penunjukan langsung adalah metode pemilihan penyedia barang/jasa
dengan cara menunjuk langsung 1 (satu) penyedia barang/jasa.

10. Pengadaan Langsung


Pengadaan langsung adalah pengadaan barang/jasa langsung kepada
penyedia barang/jasa, tanpa melalui pelelangan/ seleksi/penunjukan
langsung.
PRINSIP
PENGADAAN BARANG PEMERINTAH
• Efisien
• Efektif
• Transparan
• Terbuka
• Bersaing
• Adil (tidak diskriminatif)
• Akuntabilitas
PRINSIP
PENGADAAN BARANG PEMERINTAH
• Efisien, berarti Pengadaan Barang/Jasa harus diusahakan
dengan menggunakan dana dan daya yang minimum untuk
mencapai kualitas dan sasaran dalam waktu yang
ditetapkan atau menggunakan dana yang telah ditetapkan
untuk mencapai hasil dan sasaran dengan kualitas yang
maksimum.
• Efektif, berarti Pengadaan Barang/Jasa harus sesuai
dengan kebutuhan dan sasaran yang telah ditetapkan
serta memberikan manfaat yang sebesar-besarnya.
• Transparan, berarti semua ketentuan dan informasi
mengenai Pengadaan Barang/Jasa bersifat jelas dan dapat
diketahui secara luas oleh Penyedia Barang/Jasa yang
berminat serta oleh masyarakat pada umumnya.
PRINSIP
PENGADAAN BARANG PEMERINTAH
• Terbuka, berarti Pengadaan Barang/Jasa dapat diikuti oleh semua
Penyedia Barang/Jasa yang memenuhi persyaratan/kriteria tertentu
berdasarkan ketentuan dan prosedur yang jelas.
• Bersaing, berarti Pengadaan Barang/Jasa harus dilakukan melalui
persaingan yang sehat diantara sebanyak mungkin Penyedia
Barang/Jasa yang setara dan memenuhi persyaratan, sehingga
dapat diperoleh Barang/Jasa yang ditawarkan secara kompetitif dan
tidak ada intervensi yang mengganggu terciptanya mekanisme pasar
dalam Pengadaan Barang/Jasa.
• Adil/tidak diskriminatif, berarti memberikan perlakuan yang sama
bagi semua calon Penyedia Barang/Jasa dan tidak mengarah untuk
memberi keuntungan kepada pihak tertentu, dengan tetap
memperhatikan kepentingan nasional.
• Akuntabel, berarti harus sesuai dengan aturan dan ketentuan yang
terkait dengan Pengadaan Barang/Jasa sehingga dapat
dipertanggungjawabkan.
FRAUD DALAM PROSES PENGADAAN
• 1. TAHAP PERENCANAAN
• 2.TAHAP PEMBENTUKAN PENITIA LELANG
• 3.TAHAP PRAKWLIFIKASI
• 4.TAHAP PENYUSUNAN DOKUMEN
• 5.TAHAP PENGUMUMAN LELANG
• 6. TAHAP PENGAMBILAN DOKUMEN LELANG
• 7. TAHAP PENENTUAN PERKIRAAN HARGA SENDIRI (HPS)
• 8. TAHAP PENJELASAN LELANG (ANWIJZING)
• 9. PENYERAHAN PENAWARAHARGA DAN PEMBUKAAN
• 10. TAHAP EVALUASI PENAWARAN
• 11. PENGUMUMAN CALON PEMENANG
• 12. SANGGAHAN PESERTA LELANG
• 13. PENUNJUKAN PESERTA LELANG
• 14. PENANDATANGAN KONTRAK
• 15.PENYERAHAN BARANG KEPADA PENGGUNA


1. TAHAP PERENCANAAN

● PENGADAAN YANG MENGADA-ADA (PROYEK PESANAN, TANPA EVALUASI


KEBUTUHAN DARI PROSES PENGANGGARAN SEBELUMNYA BERKAITAN
DENGAN SISTEM PENGANGGARAN).

● PENGGELEMBUNGAN ANGGARAN (BIAYA, VOLUME, BAHAN DAN


KUALITAS JUGA BERKAITAN DENGAN SISTEM PENGANGGARAN).

● JADWAL PENGADAAN YANG TIDAK REALISTIS (REKANAN YANG TELAH


TAHU TERIEBIH DAHULU YANG DAPAT SIAP MENGIKUTI TENDER).

● PENGADAAN YANG MENGARAH PADA PRODUK/SPESIFIKASI TERTENTU


(MENUTUP PELUANG PERUSAHAAN / PENGUSAHA LAIN, MENGARAH PADA
PENUNJUKAN LANGSUNG/RENCANA PENGADAAN YANG DIARAHKAN/
REKAYASA PEMAKETAN UNTUK KKN.
2.TAHAP PEMBENTUKAN PENITIA LELANG

● PROBLEM TRANSPARANSI (PANITIA TIDAK DAPAT MENJAMIN


KESAMAAN DALAM MEMPEROLEH INFORMASI BAGI SEMUA
PESERTA TENDER).

● PANITIA TIDAK BERLAKU ADIL DAN PROFESIONAL DALAM


SEMUA TAHAPAN PENGADAAN/PANITIA YANG MEMIHAK
TIDAK DEPENDENT

● PROBLEM INTEGRITAS (PERNAH TERLIBAT KASUS KKN,


MEMILIKI LATAR BELAKANG YANG MENDORONG KEDEKATAN
DENGAN REKANAN)
3. TAHAP PRAKWLIFIKASI

 PROSES PRA-KUALIFIKASI (proses penilaian kompetensi dan kemampuan


usaha serta pemenuhan persyaratan tertentu lainnya dari penyedia
barang/jasa.) TIDAK DILAKUKAN ATAU HANYA DILAKUKAN SATU KALI
UNTUK BEBERAPA PROYEK PENGADAAN .

 MELOLOSKAN PERUSAHAAN YANG TIDAK MEMENUHI SYARAT


ADMINISTRASI DAN TEKNIS (KELAS PERUSAHAAN, KECUKUPAN MODAL
DAN CAKUPAN PEKERJAAN).

 MELOLOSKAN PERUSAHAAN MEMENUHI SYARAT TAPI PERNAH MEMILIKI


CACAT DALAM KINERJA PENGERJAAN PROYEK.

 MELOLOSKAN LEBIH DAN SATU PERUSAHAAN YANG DIMILIKI OLEH SATU


PENGUSAHA (PERUSAHAAN BANYAK NAMA SATU ALAMAT DAN PEMILIK).

 MELOLOSKAN REKANAN YANG MENGGUNAKAN DOKUMEN PALSU ATAU


TIDAK MENDAPATKAN LEGALISASI DARI INSTANSI TERKAIT (PANITIA
TENDER TIDAK MELAKUKAN PENGECEKAN LAPANGAN)
4. TAHAP PENYUSUNAN DOKUMEN
 REKAYASA KRITERIA EVALUASI.

 DOKUMEN LELANG YANG NON STANDAR.

 SPESIFIKASI MENGARAH PADA BARANG/JASA TERTENTU (LINGKUP


PEKERJAAN DAN SPESIFIKASI BARANG DIIKUTI OLEH KRITERIA
EVALUASI YANG JUGA TIDAK RASIONAL/MENUTUP KEMUNGKINAN BAGI
SEMUA REKANAN UNTUK MEMENUHINYA, MISALNYA REKOMENDASI
DARI DISTRIBUTOR UTAMA DI LUAR NEGERI YANG HANYA MUNGKIN
DIBERIKAN PADA SATU PERUSAHAAN DI DALAM NEGERI).

 DOKUMEN YANG TIDAK LENGKAP JUGA DAPAT MENYEDIAKAN


PELUANG KORUPSI. HAL-HAL YANG BIASANYA TERCAKUP DI DALAM
DOKUMEN LELANG; LINGKUP PEKERJAAN, MUTU, JUMLAH, UKURAN /
VOLUME, JENIS, WAKTU PELAKSANAAN, PETUNJUK UNTUK PESERTA
LELANG, SYARAT KONTAK, SYARAT TEKNIS, DAFTAR PEKERJAAN,
SERTA GAMBAR TEKNIK/REFERENSI YANG DIBUTUHKAN PESERTA
TENDER
5.TAHAP PENGUMUMAN LELANG

 JANGKA WAKTU PENGUMUMAN YANG TERLALU SINGKAT


(DILIHAT DARI WAKTU WAJAR YANG DIPERLUKAN UNTUK
MEMENUHI PRASYARAT LELANG).

 DIUMUMKAN LEWAT MEDIA YANG TIDAK TERKENAL (TIDAK


SESUAI DENGAN KETENTUAN PERATURAN YARG ADA).

 ISI PENGUMUMAN LELANG TIDAK LENGKAP.


6. TAHAP PENGAMBILAN DOKUMEN LELANG

• ADA PERBEDAAN INFORMASI DOKUMEN LELANG


YANG DIBERIKAN KEPADA MASING-MASING
PESERTA TENDER (HAL INI PERNAH DILAPORKAN
OLEH SALAH SATU PESERTA TENDER KOTAK
SUARA, KPU.
7. TAHAP PENENTUAN PERKIRAAN HARGA
SENDIRI (HPS)
 PENGGELEMBUNGAN ANGGARAN. HPS DIREKAYASA BAIK
JUMLAH UNIT PEKERJAAN ATAUPUN VOLUME. PENAWARAN
DARI REKANAN PUN DIDEKATKAN DENGAN HARGA YANG
SUDAH DIGELEMBUNGKAN. MEMASUKAN ELEMEN PEKERJAAN
YANG PROSES PEKERJAANNYA SUDAH SELESAI (DARI SUMBER
ANGGARAN. PROYEK YANG LAIN). INDIKASI INI PERNAH TERJADI
DI NTB.

 HARGA DASAR YANG TIDAK STANDAR (MENGAMBIL KUALIFIKASI


YANG PALING TINGGI). OLIGOPOLI PENGADAAN BEBERAPA
PERUSAHAAN BESAR BERKOLABORASI UNTUK MENENTUKAN
HARGA (CONTOH; PENGADAAN KEPERLUAN OLAH DATA HASIL
P4B KPU PADA PEMILU 2004).

 KETELIBATAN "CALON PEMENANG" DALAM PENENTUAN HPS.


8. TAHAP PENJELASAN LELANG (ANWIJZING)

 PRE BID MEETING TERBATAS.


 REKANAN TIDAK MENDAPATKAN INFORMASI YANG LENGKAP DAN
TERBUKA (INFORMASI LENGKAP DILAKUKAN DI LUAR FORUM
PENJELASAN). INI MENGAKIBATKAN KETIDAKSETARAAN
INFORMASI DAN DAPAT MEMPENGARUHI PENAWARAN

9. PENYERAHAN PENAWARAHARGA DAN


PEMBUKAAN
• MASALAH KETEPATAN WAKTU (MENERIMA PENAWARAN DI LUAR
BATAS WAKTU)
10. TAHAP EVALUASI PENAWARAN

 EVALUASI TERTUTUP DAN TERSEMBUNYI.


 PESERTA LELANG TERPOLA DALAM RANGKA BERKOLUSI.
 TIDAK ADA PENGECEKAN LAPANGAN (KONFIRMASI) UNTUK
SYARAT TEKNIS (AKREDITASI PERUSAHAAN) DAN
ADMINISTRATIF (KELENGKAPAN PRA-SYARAT ADMINISTRATIF)
/ KRITERIA EVALUASI CACAT.
 TIDAK ADA KONFIRMASI SYARAT JAMINAN PENAWARAN
11. PENGUMUMAN CALON PEMENANG
 WAKTU PENGUMUMAN YANG SANGAT TERBATAS.
 TANGGAL PENGUMUMAN SENGAJA DITUNDA.
 PENGUMUMAN YANG TIDAK INFORMATIF

12. SANGGAHAN PESERTA LELANG


 TIDAK SELURUH SANGGAHAN DITANGGAPI.
 SUBSTANSI SANGGAHAN YANG TIDAK DITANGGAPI.
 SANGGAHAN PERFORMA UNTUK MENGHINDARI TUDUHAN
TENDER DIATUR.
13. PENUNJUKAN PESERTA LELANG
 PENUNDAAN SURAT PENUNJUKAN (HARUS DIDAPATKAN
DENGAN MENYUAP).
 PENUNJUKAN DIPERCEPAT SEBELUM MASA SANGGAN
BERAKHIR.

14. PENANDATANGAN KONTRAK


 PENUNDAAN KONTRAK (HARUS DIDAPATKAN DENGAN
MENYUAP)
15.PENYERAHAN BARANG KEPADA
PENGGUNA
 KRITERIA PENERIMAAN BARANG BIASA.
 VOLUME BARANG YANG TIDAK SAMA DENGAN
YANG TERTULIS DIDOKUMEN LELANG.
 JAMINAN PASCA JUAL PALSU.
 TIDAK SESUAI SPESIFIKASI DAN KUALIFIKASI
TEKNIK.
 ADANYA CONTRACT CHANGE ORDER DI TENGAH
PENGERJAAN.
 MEMUNGKINKAN TERJADINYA PERUBAHAN
SPESILIKASI DAN KUALIFIKASI PEKERJAAN
DELIK KORUPSI DALAM KEGIATAN PENGADAAN
BARANG DAN JASA PEMERINTAH

1. PENYUAPAN.
2. PENGGELAPAN
3. PENERIMAAN KOMISI
4. PEMERASAN
5. PILIH KASIH
6. PENYALAHGUNAAN WEWENENG
7. BISNIS ORANG DALAM
8. NEPOTISME
9. SUMBANGAN TIDAK RESMI
10. PEMALSUAN
1 .PENYUAPAN.
PEMBERIAN DALAM BENTUK UANG, BARANG, FASILILAS DAN JANJI UNTUK MELAKUKAN ATAU TIDAK
MELAKUKAN SESUATU PERBUATAN YANG AKAN BERAKIBAT MEMBAWA UNTUNG TERHADAP DIRI SENDIRI
ATAU PIHAK LAIN, YANG BERHUBUNGAN DENGAN JABATAN YANG DIPEGANGNYA PADA SAAT ITU.

2. PENGGELAPAN.
PERBUATAN MENGAMBIL TANPA HAK OLEH SEORANG YANG TELAH DIBERI KEWENANGAN, UNTUK
MENGAWASI DAN BERTANGGUNGJAWAB PENUH TERHADAP BARANG MILIK NEGARA, OLEH PEJABAT
PUBLIK MAUPUN SWASTA.

3. PENERIMAAN KOMISI.
PEJABAT PUBLIK YANG MENERIMA SESUATU YANG BERNILAI. DALAM BANTUAN UANG, SAHAM, FASILITAS,
BARANG DLL, SEBAGAI SYARAT UNTUK MEMPEROLEH PEKERJAAN ATAU HUBUNGAN BISNIS DENGAN
PEMERINTAH.
4. PEMERASAN
MEMAKSA SESEORANG UNTUK MEMBAYAR ATAU MEMBERIKAN SEJUMLAH UANG ATAU BARANG, ATAU
BENTUK LAIN, SEBAGAI GANTI DARI SEORANG PEJABAT PUBLIK UNTUK BERBUAT ATAU TIDAK BERBUAT
SESUATU. PERBUATAN TERSEBUT DAPAT DIIKUTI DENGAN ANCAMAN FISIK ATAUPUN KEKERASAN
5. PILIH KASIH
•MEMBERIKAN PELAYANAN YANG BERBEDA BERDASARKAN ALASAN HUBUNGAN KELUARGA, AFILIASI PARTAI
POLITIK, SUKU, AGAMA DAN GOLONGAN. YANG BUKAN KEPADA ALASAN OBJEKTIF SEPERTI KEMAMPUAN,
KUALITAS, RENDAHNYA HARGA, PROFESIONAIISME KERJA.

6. PENYALAHGUNAAN WEWENENG
MEMPERGUNAKAN KEWENANGAN YANG DIMILIKI, UNTUK MELAKUKAN TINDAKAN YANG MEMIHAK
ATAU PILIH KASIH KEPADA KELOMPOK ATAU PERSEORANGAN, SEMENTARA BERSIKAP DIAKRIMINATIF TERHADAP
KELOMPOK ATAU PERSEORANGAN LAINNYA.

7. BISNIS ORANG DALAM


MELAKUKAN TRANSAKSI PUBLIK DENGAN MENGGUNAKAN PERUSAHAAN MILIK PRIBADI ATAU
KELUARGA, DENGAN CARA MEMPERGUNAKAN KESEMPATAN DAN JABATAN YANG DIMILIKINYA UNTUK
MEMENANGKAN KONTRAK PEMERINTAH

8. NEPOTISME
•TINDAKAN UNTUK MENDAHULUKAN SANAK KELUARGA, KAWAN DEKAT, ANGGOTA PARTAI POLITIK YANG
SEPAHAM, DALAM PENUNJUKKAN ATAU PENGANGKATAN STAF, PANITIA PELELANGAN ATAU PEMILIHAN
PEMENANG LELANG
9. SUMBANGAN TIDAK RESMI
HAL INI TERJADI APABILA PARTAI POLITIK ATAU PEMERINTAH YANG
SEDANG BERKUASA PADA WAKTU ITU MENERIMA SEJUMLAH DANA SEBAGAI
SUATU KONTRIBUSI DAN HASIL YANG DIBEBANKAN KEPADA KONTRAK-
KONTRAK PEMERINTAH

10. PEMALSUAN
SUATU TINDAKAN ATAU PERILAKU UNTUK MENGELABUI ORANG LAIN
ATAU ORGANISASI, DENGAN MAKSUD UNTUK KEUNTUNGAN DAN
KEPENTINGAN DIRINYA SENDIRI MAUPUN ORANG LAIN.
KASUS DALAM PENGADAAN
BARANG DAN JASA

1.Pengusaha menggunakan pengaruh pejabat pusat


untuk “membujuk” kepala daerah/pejabat daerah
mengintervensi proses pengadaan dalam rangka
memenangkan pengusaha/rekanan tertentu dan
meninggikan harga atau nilai kontrak dan
pengusaha/rekanan dimaksud memberikan sejumlah
uang kepada pejabat pusat maupun daerah;
2. Pengusaha mempengaruhi kepala
daerah/pejabat daerah untuk mengintervensi
proses pengadaan agar rekanan tertentu
dimenangkan dalam tender atau ditunjuk
langsung dan harga barang/jasa dinaikan (mark-
up), kemudian selisihnya dibagi-bagikan;

3. Panitia pengadaan membuat spesifikasi


barang yang mengarah ke merek atau produk
tertentu dalam rangka memenangkan rekanan
tertentu dan melakukan mark-up harga atau
nilai kontrak;
4. Kepala daerah/pejabat daerah memerintahkan
bawahannya untuk mencairkan dan menggunakan
dana/anggaran yang tidak sesuai dengan
peruntukannya, kemudian
mempertanggungjawaabkan pengeluaran-
pengeluaran dimaksud dengan menggunakaan
bukti-bukti yang tidak benar/fiktif;

5. Kepala daerah/pejabat daerah memerintahkan


bawahaannya menggunakan dana/uang daerah
untuk kepentingan pribadi koleganya, atau untuk
kepentingan pribadi kepala daerah/pejabat daerah
yang bersangkutan atau kelompok tertentu,
kemudian mempertanggungjawabkan pengeluaran-
pengeluaran dimaksud dengan menggunakan bukti-
bukti fiktif;
6. Kepala daerah menerbitkan peraturan daerah
sebagai dasar pemberian upah pungut atau
honor dengan menggunakan dasar peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi yang
tidak berlaku lagi;

7. Pengusaha, pejabat eksekutif, dan pejabat


legislatif daerah bersepakat melakukan tukar
guling (ruislaq) atas aset pemda serta mark-up
atas aset pengganti dari pengusaha/rekanan;

8. Para kepala daerah meminta uang jasa


(dibayar di muka) kepada pemenang tender
sebelum melaksanakan proyek;
9. Kepala daerah menerima sejumlah uang dari
rekanan dengan menjanjikan akan diberikan
proyek pengadaan;

10. Kepala daerah membuka rekening atas


nama kas daerah dengan spesimen
pribadi(bukan pejabat atau bendahara yang
ditunjuk), dimaksudkan untuk mempermudah
pencairan dana tanpa melalui prosedur;

11. Kepala daerah meminta atau menerima jasa


giro/tabungan dana pemerintah yang
ditempatkan di bank;
12. Kepala daerah memberikan izin pengelolaan
sumber daya alam kepada perusahaan yang
tidak memiliki kemampuan teknis dan finansial
untuk kepentingan pribadi atau kelompoknya;

13. Kepala daerah menerima uang/barang yang


berhubungan dengan proses perizinan yang
dikeluarkannya;

14. Kepala daerah/keluarga/kelompoknya


membeli lebih dahulu barang dengan harga
yang sudah murah kemudian dijual kembali
kepada instansinya dengan harga yang sudah di
mark-up;
15. Kepala daerah meminta bawahannya untuk
mencicilkan barang pribadinya dengan
menggunakan anggaran daerah;

16. Kepala daerah memberikan dana kepada


pejabat tertentu dengan beban pada anggaran
dengan alasan pengurusan Dana Alokasi Umum
(DAU) atau Dana Alokasi Khusus (DAK)

17. Kepala daerah memberikan dana kepada


DPRD dalam proses penyusunan APBD;

18. Kepala daerah mengeluarkan dana untuk


perkara pribadi dengan beban anggaran daerah.
KLASIFIKASI PELAKU YG MEMPUNYAI PELUANG
KORUPSI DLM KONTEKS PENGADAAN BARANG & JASA

1. PEJABAT PUBLIK (MEWAKILI PENGUASA DARI


DEPARTEMEN)
2. PESERTA TENDER (PENYALUR, KONTRAKTOR,
KONSULTAN DAN SUB KONTRAKTOR)
3. AGEN, PERANTARA, KONSULTAN, REKANAN
USAHA, ANAK PERUSAHAAN
4. PENERIMA ATAU PEMBERI SUAP DITINGKAT
PEJABAT
5. POLITISI
6. PENYIMPANAN HASIL KORUPSI
7. SAKSI

You might also like