Professional Documents
Culture Documents
14 Investigasi Pengadaan Bab 17
14 Investigasi Pengadaan Bab 17
PENGADAAN BARANG
Bab 17
Pengantar
• Pengadaan merupakan salah satu sumber korupsi terbesar dalam
sektor keuangan publik.
• Mantan Menteri BUMN Soegiharto pernah memperkirakan jika
80% korupsi dan berbagai penyelewengan yang terjadi di BUMN
adalah di sektor pengadaan barang dan jasa
• Sepanjang berdirinya KPK tidak kurang 50 perkara yang terkait
penyimpangan pengadaan barang dan jasa pemerintah di mana
menyebabkan kerugian negara 35 persen atau sekitar Rp176,5
triliun jika menggunakan perkiraan total belanja 327 triliun pada
tahun 2010 (Tumpak Hatorangan)
• Pada tahun 2012, sekitar 70-80 persen kasus korupsi yang ditangani
KPK terkait dengan pengadaan barang dan jasa
.
3
Perkembangan ketentuan pengadaan
• Sistem pengadaan barang dan jasa pada sektor Pemerintah di
Indonesia terus berkembang. Di mulai dengan penerbitan
Peraturan Presiden Nomor (Perpres) 54 Tahun 2010 tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah untuk menggantikan
Keputusan Presien (Kepres) Nomor 80 Tahun 2003 tentang
Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, hingga
penerbitan Perpres Nomor 4 Tahun 2015
• Para auditor keuangan negara dan investigator yang mendalami
kasus-kasus pengadaan barang dan jasa wajib mengetahui dan
menguasai ketentuan-ketentuan ini guna melaksanakan audit
pengadaan barang dan jasa secara efektif
Dasar pengadaan barang dan jasa pemerintah (Kepres)
Ketentuan pengadaan
• Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah adalah
kegiatan untuk memperoleh Barang/Jasa oleh
Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat
Daerah/Institusi (K/L/S/D/I)
• Prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan
sampai diselesaikannya seluruh kegiatan untuk
memperoleh Barang/Jasa
• Secara garis besar proses pengadaan barang dan
jasa pemerintah ditunjukkan sebagai berikut
Kegiatan pengadaan
• Pengadaan barang/jasa dapat dilakukan melalui swakola atau
melalui pemilihan penyedia barang/jasa.
• Swakelola adalah metode pengadaan barang/jasa dimana
pekerjaannya direncanakan, dikerjakan, dan/atau diawasi
sendiri oleh K/L/D/I (Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja
Perangkat Daerah/Institusi) sebagai penanggung jawab
anggaran, instansi pemerintah lain dan/atau kelompok
masyarakat.
• Pemilihan penyedia barang/jasa adalah metode pemilihan
penyedia barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya untuk suatu
pekerjaan yang dapat diikuti oleh penyedia barang/pekerjaan
konstruksi/jasa yang memenuhi syarat dan ketentuan yang
telah ditetapkan
1. Pelelangan umum
2. Pelelangan terbatas
3. pelelangan sederhana
4. Pelelangan langsung
MELALUI
5. Seleksi umum
PENYEDIA BARANG
6. Seleksi sederhana
DAN JASA :
7. Sayembara
8. pemilihan langsung
9. Penunjukan langsung
10. Pengadaan langsung
Pengadaan melalui pemilihan penyedia barang/jasa meliputi:
1. Pelelangan Umum
Pelelangan umum adalah metode pemilihan penyedia barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya untuk
semua pekerjaan yang dapat diikuti oleh semua penyedia barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya
yang memenuhi syarat.
2. Pelelangan Terbatas
Pelelangan terbatas adalah metode pemilihan penyedia barang/pekerjaan konstruksi dengan jumlah
penyedia yang mampu melaksanakan diyakini terbatas dan untuk pekerjaan yang kompleks. Pada
prinsipnya, pelelangan terbatas sama dengan proses pelelangan umum, kecuali dalam pengumuman
dicantumkan kriteria peserta dan nama-nama penyedia barang/jasa yang akan diundang. Apabila
setelah diumumkan ternyata ada penyedia barang/jasa yang tidak tercantum dalam pengumuman dan
berminat serta memenuhi kualifikasi, maka wajib untuk diikutsertakan dalam pelelangan terbatas.
3. Pelelangan Sederhana
Pelelangan sederhana adalah metode pemilihan penyedia barang/jasa lainnya untuk pekerjaan yang
bernilai paling tinggi Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
4. Pemilihan Langsung
Pemilihan Langsung adalah metode pemilihan penyedia pekerjaan konstruksi untuk pekerjaan yang
bernilai paling tinggi Rp5.000.000.000,00 (lima miliarrupiah).
5. Seleksi Umum
Seleksi umum adalah metode pemilihan penyedia jasa konsultansi untuk pekerjaan yang dapat diikuti
oleh semua penyedia jasa konsultansi yang memenuhi syarat.
6. Seleksi Sederhana
Seleksi sederhana adalah metode pemilihan penyedia jasa konsultansi
untuk jasa konsultansi yang bernilai paling tinggi Rp200.000.000,00 (dua
ratus juta rupiah).
7. Sayembara
Sayembara adalah metode pemilihan penyedia jasa yang memperlombakan
gagasan orisinal, kreatifitas dan inovasi tertentu yang harga/biayanya tidak
dapat ditetapkan berdasarkan harga satuan.
8. Pemilihan Langsung
Pemilihan langsung adalah metode pemilihan penyedia pekerjaan
konstruksi untuk pekerjaan yang bernilai paling tinggi Rp5.000.000.000,00
(lima miliar rupiah).
9. Penunjukan langsung
Penunjukan langsung adalah metode pemilihan penyedia barang/jasa
dengan cara menunjuk langsung 1 (satu) penyedia barang/jasa.
•
1. TAHAP PERENCANAAN
1. PENYUAPAN.
2. PENGGELAPAN
3. PENERIMAAN KOMISI
4. PEMERASAN
5. PILIH KASIH
6. PENYALAHGUNAAN WEWENENG
7. BISNIS ORANG DALAM
8. NEPOTISME
9. SUMBANGAN TIDAK RESMI
10. PEMALSUAN
1 .PENYUAPAN.
PEMBERIAN DALAM BENTUK UANG, BARANG, FASILILAS DAN JANJI UNTUK MELAKUKAN ATAU TIDAK
MELAKUKAN SESUATU PERBUATAN YANG AKAN BERAKIBAT MEMBAWA UNTUNG TERHADAP DIRI SENDIRI
ATAU PIHAK LAIN, YANG BERHUBUNGAN DENGAN JABATAN YANG DIPEGANGNYA PADA SAAT ITU.
2. PENGGELAPAN.
PERBUATAN MENGAMBIL TANPA HAK OLEH SEORANG YANG TELAH DIBERI KEWENANGAN, UNTUK
MENGAWASI DAN BERTANGGUNGJAWAB PENUH TERHADAP BARANG MILIK NEGARA, OLEH PEJABAT
PUBLIK MAUPUN SWASTA.
3. PENERIMAAN KOMISI.
PEJABAT PUBLIK YANG MENERIMA SESUATU YANG BERNILAI. DALAM BANTUAN UANG, SAHAM, FASILITAS,
BARANG DLL, SEBAGAI SYARAT UNTUK MEMPEROLEH PEKERJAAN ATAU HUBUNGAN BISNIS DENGAN
PEMERINTAH.
4. PEMERASAN
MEMAKSA SESEORANG UNTUK MEMBAYAR ATAU MEMBERIKAN SEJUMLAH UANG ATAU BARANG, ATAU
BENTUK LAIN, SEBAGAI GANTI DARI SEORANG PEJABAT PUBLIK UNTUK BERBUAT ATAU TIDAK BERBUAT
SESUATU. PERBUATAN TERSEBUT DAPAT DIIKUTI DENGAN ANCAMAN FISIK ATAUPUN KEKERASAN
5. PILIH KASIH
•MEMBERIKAN PELAYANAN YANG BERBEDA BERDASARKAN ALASAN HUBUNGAN KELUARGA, AFILIASI PARTAI
POLITIK, SUKU, AGAMA DAN GOLONGAN. YANG BUKAN KEPADA ALASAN OBJEKTIF SEPERTI KEMAMPUAN,
KUALITAS, RENDAHNYA HARGA, PROFESIONAIISME KERJA.
6. PENYALAHGUNAAN WEWENENG
MEMPERGUNAKAN KEWENANGAN YANG DIMILIKI, UNTUK MELAKUKAN TINDAKAN YANG MEMIHAK
ATAU PILIH KASIH KEPADA KELOMPOK ATAU PERSEORANGAN, SEMENTARA BERSIKAP DIAKRIMINATIF TERHADAP
KELOMPOK ATAU PERSEORANGAN LAINNYA.
8. NEPOTISME
•TINDAKAN UNTUK MENDAHULUKAN SANAK KELUARGA, KAWAN DEKAT, ANGGOTA PARTAI POLITIK YANG
SEPAHAM, DALAM PENUNJUKKAN ATAU PENGANGKATAN STAF, PANITIA PELELANGAN ATAU PEMILIHAN
PEMENANG LELANG
9. SUMBANGAN TIDAK RESMI
HAL INI TERJADI APABILA PARTAI POLITIK ATAU PEMERINTAH YANG
SEDANG BERKUASA PADA WAKTU ITU MENERIMA SEJUMLAH DANA SEBAGAI
SUATU KONTRIBUSI DAN HASIL YANG DIBEBANKAN KEPADA KONTRAK-
KONTRAK PEMERINTAH
10. PEMALSUAN
SUATU TINDAKAN ATAU PERILAKU UNTUK MENGELABUI ORANG LAIN
ATAU ORGANISASI, DENGAN MAKSUD UNTUK KEUNTUNGAN DAN
KEPENTINGAN DIRINYA SENDIRI MAUPUN ORANG LAIN.
KASUS DALAM PENGADAAN
BARANG DAN JASA