Professional Documents
Culture Documents
Angkatan I - Fitriah Hanum - MPI 6 Surveilans Difteri
Angkatan I - Fitriah Hanum - MPI 6 Surveilans Difteri
Definisi difteri adalah Salah satu penyakit yang sangat menular yang dapat dicegah dengan imunisasi, disebabkan
oleh bakteri Corynebacterium diphteriae strain toksigenik. Dengan gejala infeksi saluran pernafasan atas dan
pseudomembran.
Definisi operasional kasus observasi difteri adalah seseorang denagn gejala adanya infeksi saluran pernafasan
atas dan pseudomembran.
Definisi operasional suspek difteri adalah seseorang dengan gejala faringitis, tonsilitis, laryngitis, trakeaitis, atau
kombinasinya, demam atau tanpa demam, adanya pseudomembran putih keabu abuan mudah berdarah
apabila dilepas atau dilakukan manipulasi.
b. Bagaimana gejala dan tanda khas dari penyakit difteri
3.Dari data tersebut, apakah benar telah terjadi KLB difteri? Tidak, karena kasus
diatas termasuk kasus compatible klinis. Dasar apa yang dipakai untuk penetapan
KLB?
Dasar penetapan KLB:
a. suatu wilayah kab/kota ditemukan 1 kasus dengan konfirmasi laboratorium
kultur positif
b. jika ditemukan suspek difteri yang memilki hubungan epidemiologi dengan
kasus kultur positif
4. Apa tindakan saudara sebagai petugas Surveilans Puskesmas setelah tahu bahwa telah terjadi KLB
difteri?
Setelah mendapatkan pelaporan adanya suspek difteri, petugas surveilans melakukan Penyelidikan
Epidemiologi pada kasus serta mengambil specimen pada kontak erat pada masing-masing suspek
difteri dan juga diberikan profilaksis. Langkah penanggulangan yang dapat dilakukan antara lain:
1) Koordinasi
Pada tingkat puskesmas kordinasi dilakukan dengan bidan desa setempat oleh petugas surveilans
epidemiologi puskesmas. Waktu Koordiansi antara puskesmas dengan Dinas Kesehatan adalah 1
hari setelah ditemukan kasus probable.
2) Penyelidikan Epidemiolog
a. Wawancara
Wawancara dilakukan paling tidak agar dapat mencari kasus tambahan, indeks case, cara
penyebaran kasus, informasi mengenai kemungkinan orang-orang yang telah kontak dengan
penderita
b. Pengambilan swab
Semua kontak erat pasien harus diambil swabnya
c. Pemberian profilaksis
Profilaksi eristromisin diberikan pada penderita, keluarga dan kontak erat. Dosisnya adalah 50
mg/kgBB/Hari. Diberikan selama 7 hari, 4 kali dalam sehari. Dan dilakukan pengawasan minum obat
pada hari ke 1, 2 dan 7.
d. Komunikasi risiko
e. Survei kontak
f. Pelaksanaan Outbreak Response Immunization (ORI) di daerah KLB difteri
g. Menunggu status KLB dari Dinas Kesehatan
h. Membuat laporan W1
5. Informasi apa saja yang harus dikumpulkan untuk melengkapi laporan
KLB difteri?
Memastikan kasus yang dilaporkan memenuhi definisi suspek difteri
dan mendapat pengobatan adekuat.
Menentukan luas wilayah terjangkit melalui identifikasi kasus
suspek difteri tambahan
Identifikasi kontak erat kasus suspek difteri
Mendapatkan informasi epidemiologis yang dibutuhkan adalah:
Cakupan Imunisasi rutin difteri pada periode tertentu untuk
perkirakan kelompok rentan berdasarkan
geografi, kelompok umur, dan jenis kelamin.
Distribusi kasus difteri pada periode tertentu meliputi: geografi,
kelompok umur, jenis kelamin, dan status Imunisasi.
6. Apa rencana tindak lanjut setelah KLB difteri berakhir
• Jika dalam suatu wilayah tidak ditemukan lagi kasus difteri
selama 4 minggu sejak timbulnya gejala kasus terakhir
dengan pertimbangan: masa penularan terpanjang adalah 4
minggu.
• ORI tetap dilanjutkan sampai dengan selesai walaupun status
KLB
Difter sudah dinyatakan berakhir.
• Untuk dapat memberikan kekebalan komunitas optimal maka
cakupan ORI harus >90%.
• Penguatan surveilans
• Peningkatan cakupan Imunisasi yang tinggi dan merata