You are on page 1of 20

PELATIHAN SURVEILANS PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI

(PD3I) BAGI PETUGAS SURVEILANS DI PUSKESMAS

MPI 6: PENUGASAN SURVEILANS DIFTERI


KELOMPOK 1 PELATIHAN PD3I
PETUGAS
SURVEILANS
1. AGNI AULIYA FIRDAUS DI PUSKESMAS
2. ATIQ HADIQOH
3. BERNADETA ACIN
4. DEDEN MIFTAHUL ARIFIN
5. DESNY DWI
KHAIRUNNISA
6. DINI NUR FITRIANI
7. EULIS NUR’IZATI
8. EVA PUSPAWATI
9. FITRIAH HANUM
10. HENDRAYANI
1. Gejala dan tanda
a. Jelaskan definisi dari kasus difteri

Definisi difteri adalah Salah satu penyakit yang sangat menular yang dapat dicegah dengan imunisasi, disebabkan
oleh bakteri Corynebacterium diphteriae strain toksigenik. Dengan gejala infeksi saluran pernafasan atas dan
pseudomembran.

Definisi operasional kasus observasi difteri adalah seseorang denagn gejala adanya infeksi saluran pernafasan
atas dan pseudomembran.

Definisi operasional suspek difteri adalah seseorang dengan gejala faringitis, tonsilitis, laryngitis, trakeaitis, atau
kombinasinya, demam atau tanpa demam, adanya pseudomembran putih keabu abuan mudah berdarah
apabila dilepas atau dilakukan manipulasi.
b. Bagaimana gejala dan tanda khas dari penyakit difteri

• nyeri telan dan pseudomembran putih keabu-abuan yang sulit lepas


• 94% kasus Difteri mengenai tonsil dan faring
• lainnya difteri kulit
• Leher membengkak
• Sesak nafas disertai bunyi
• Demam atau tanpa demam
2. Penemuan Kasus:
a. Sebutkan kriteria apa yang digunakan untuk menetapkan adanya kasus
difteri Ditemukannya gejala klinis
 faringitis, tonsilitis, laringitis, trakeitis, atau kombinasinya;
 demam atau tanpa demam;
 adanya pseudomembran putih keabu-abuan yang sulit lepas, mudah
berdarah apabila dilepas atau dilakukan manipulasi
 Ditemukan 1 kasus suspek difteri dengan hasil kultur laboratorium positif
b. Bagaimana klasifikasi kasus difteri dan bagaimana membedakannya
•Kasus konfirmasi laboratorium adalah kasus suspek difteri dengan hasil
kultur
positif strain toksigenik.
•Kasus konfirmasi hubungan epidemiologi adalah kasus suspek difteri yang
mempunyai hubungan epidemiologi dengan kasus konfirmasi laboratorium.
•Kasus kompatibel klinis adalah kasus suspek difteri dengan hasil laboratorium
negative, atau tidak diambil specimen, atau tidak dilakukan tes toksigenisitas,
dan tidak mempunyai hubungan epidemiologi dengan kasus konfirmasi
laboratorium
•Discarded adalah kasus suspek difteri yang setelah dikonfirmasi oleh Ahli
tida memenuhi kriteria suspek difteri
c. Jelaskan proses penemuan kasus difteri dan lakukan
wawancara memastikan hal tersebut
Penemuan kasus difteri terdiri dari:
1. Surveilans berbasis masyarakat
Kasus Difteri dapat ditemukan di pelayanan statis
(puskesmas dan RS) maupun kunjungan lapangan di wilayah
kerja Puskesmas. Kasus dengan keluhan nyeri menelan
dilakukan pemeriksaan tenggorok untuk mencari adanya
membran pada tonsil dan faring
2. Surveilans berbasis RS
RS menemukan kasus konfirmasi difteri melalui review
register RS kemudian melaporkan ke Dinkes Kab/Kota,
kemudian Dinkes Kab/Kota mendelegasikan puskesmas
wilayah untuk melakukan PE.
Pertanyaan:
1.Berdasarkan soal kasus diatas, saudara diminta untuk menginput data-data kedalam
form pencatatan pelaporan yang tersedia. (menginput di dif 01)

2. Buatlah analisa secara deskriptif dan interpretasikan hasilnya berdasarkan data


hasil Penyelidikan Epidemiologi difteri tersebut.
Menurut orang
-Berdasarkan klasifikasi kasus menunjukan semua kasus termasuk klasifikasi kasus
compatible klinis, 2 kasus dengan hasil negative dan 1 kasus belum ada hasil
laboratorium
-Berdasarkan tanda dan gejala menunjukan semua pasien memiliki tanda dan gejala
yang memenuhi kriteria suspek difteri
- Berdasarkan kontak erat menunjukan kontak erat terbanyak di desa Y
- Berdasarkan Jenis Kelamin, kasus probable terdiri dari 2 orang laki-laki dan satu orang
perempuan
-Berdasarkan kelompok umur, ketiga kasus tersebut memiliki rentan umur yang
berbeda. Pasien I berumur 13 Tahun, pasien II berumur 18 tahun dan pasien III berumur
3 tahun
-Berdasarkan status imunisasi diketahui bahwa semua kasus suspek difteri memiliki
imunisasi lengkap minimal 3 kali pada usia < 1 tahun. Sumber informasi berdasarkan
ingatan orang tua.
Menurut waktu
- Pada deskripsi berdasarkan waktu, dapat disimpulkan bahwa kasus yang
pertama muncul adalah kasus Pasien I, yakni Pada tanggal 9 April 2015. Kasus
Pasien III dan Pasien II muncul pada tanggal 21 April, dimana masa penularan dari
Pasien I masih terjadi hingga tanggal 7 Mei 2015. Sedangkan untuk kasus Pasien II
dan Pasien III penularan masih dapat berlangsung hingga tanggal 19 Mei 2015
Menurut tempat
- Terdapat 3 kasus probable difteri yang tersebar di 3 kelurahan yang berbeda

3.Dari data tersebut, apakah benar telah terjadi KLB difteri? Tidak, karena kasus
diatas termasuk kasus compatible klinis. Dasar apa yang dipakai untuk penetapan
KLB?
Dasar penetapan KLB:
a. suatu wilayah kab/kota ditemukan 1 kasus dengan konfirmasi laboratorium
kultur positif
b. jika ditemukan suspek difteri yang memilki hubungan epidemiologi dengan
kasus kultur positif
4. Apa tindakan saudara sebagai petugas Surveilans Puskesmas setelah tahu bahwa telah terjadi KLB
difteri?
Setelah mendapatkan pelaporan adanya suspek difteri, petugas surveilans melakukan Penyelidikan
Epidemiologi pada kasus serta mengambil specimen pada kontak erat pada masing-masing suspek
difteri dan juga diberikan profilaksis. Langkah penanggulangan yang dapat dilakukan antara lain:
1) Koordinasi
Pada tingkat puskesmas kordinasi dilakukan dengan bidan desa setempat oleh petugas surveilans
epidemiologi puskesmas. Waktu Koordiansi antara puskesmas dengan Dinas Kesehatan adalah 1
hari setelah ditemukan kasus probable.
2) Penyelidikan Epidemiolog
a. Wawancara
Wawancara dilakukan paling tidak agar dapat mencari kasus tambahan, indeks case, cara
penyebaran kasus, informasi mengenai kemungkinan orang-orang yang telah kontak dengan
penderita
b. Pengambilan swab
Semua kontak erat pasien harus diambil swabnya
c. Pemberian profilaksis
Profilaksi eristromisin diberikan pada penderita, keluarga dan kontak erat. Dosisnya adalah 50
mg/kgBB/Hari. Diberikan selama 7 hari, 4 kali dalam sehari. Dan dilakukan pengawasan minum obat
pada hari ke 1, 2 dan 7.
d. Komunikasi risiko
e. Survei kontak
f. Pelaksanaan Outbreak Response Immunization (ORI) di daerah KLB difteri
g. Menunggu status KLB dari Dinas Kesehatan
h. Membuat laporan W1
5. Informasi apa saja yang harus dikumpulkan untuk melengkapi laporan
KLB difteri?
 Memastikan kasus yang dilaporkan memenuhi definisi suspek difteri
dan mendapat pengobatan adekuat.
 Menentukan luas wilayah terjangkit melalui identifikasi kasus
 suspek difteri tambahan
 Identifikasi kontak erat kasus suspek difteri
 Mendapatkan informasi epidemiologis yang dibutuhkan adalah:
 Cakupan Imunisasi rutin difteri pada periode tertentu untuk
perkirakan kelompok rentan berdasarkan
 geografi, kelompok umur, dan jenis kelamin.
 Distribusi kasus difteri pada periode tertentu meliputi: geografi,
kelompok umur, jenis kelamin, dan status Imunisasi.
6. Apa rencana tindak lanjut setelah KLB difteri berakhir
• Jika dalam suatu wilayah tidak ditemukan lagi kasus difteri
selama 4 minggu sejak timbulnya gejala kasus terakhir
dengan pertimbangan: masa penularan terpanjang adalah 4
minggu.
• ORI tetap dilanjutkan sampai dengan selesai walaupun status
KLB
Difter sudah dinyatakan berakhir.
• Untuk dapat memberikan kekebalan komunitas optimal maka
cakupan ORI harus >90%.
• Penguatan surveilans
• Peningkatan cakupan Imunisasi yang tinggi dan merata

You might also like