You are on page 1of 14

SISTEM DISPERSI KOLOID

Disusun Oleh :
Kelas : 4D /Kelompok 2
Dosen : Yudi Srifiana, M. farm., Apt

1. Amilia Citra Sari (1604015091)


2. Chelsea Aulia Anjani (1604015104)
3. Gustriani (1604015099)
4. Himmatul Ulya (1604015106)
5. Syifa Sulistiana (1604015098)
SISTEM DISPERSI
  Sistem dispersi adalah sistem dimana suatu
zat tersebar merata (fase terdispersi) di dalam
zat lain (fase pendispersi atau medium).
Sistem terdispersi terdiri dari partikel-
partikel kecil yang dikenal sebagai
faseterdispersi yang terdistribusi secara merata
keseluruh medium kontinu atau
mediumdispersi.
Bahan-bahan yang terdispersi bisa saja memiliki
ukuran partikel berdimensi atomatau molekul sampai
partikel yang dapat diukur dengan satuan milimeter.
Oleh karena itu, cara mudah untuk menggolongkan
sistem dispersi adalah berdasarkan diameter dari
partikel rata-rata dari bahan yang terdispersi. Umumnya,
sistem dispersi digolongkan menjadi tiga, yaitu:
1. Dispersi Molekular atau biasa disebut larutan
2. Dispersi Koloid
3. Dispersi Kasar
Pengggolongan Sistem Dispersi
berdasarkan Ukuran Partikel

1. Dispersi
Molekuler 2. Dispersi Koloid 3. Dispersi Kasar
• Ukuran Partikel ≤
1nm
Tidak terlihat •Ukuran 1nm – 0,5µm
• •Tidak bisa dianalisis dg
•Dapat terlihat dengan
dengan mikroskop mikroskop
mikroskop biasa •Tidak dapat melewati
elektron •Dapat terlihat dengan kertas saring biasa
• Dapat melewati mikroskop elektron •Tidak berdialisis melewati
ultrafilter dan •Dapat melewati kertas melalui membran
saring semipermeabel
membran semi •Tidak dapat melewati •Tidak berdifusi
permeabel membran semipermeabel
•Co/ butir – butir pasir
• Mengalami Difusi •Difusinya berlangsung
sangat lambat •Sebagian besar emulsi dan
Cepat •Co/mentega, keju, cat, suspensi farmasetis, sel
• Co/ molekul susu, dll sel darah merah
oksigen, ion-ion
biasa,glukosa
Beberapa bentuk yang dimiliki Oleh partikel koloid
Metode Pemisahan
Dispersi Koloid
Karena perbedaan ukuran, partikel – partikel
koloid relatif mudah dipisahkan dari partikel – partikel
molekuler. Teknik pemisahannya dikenal dengan
dialisis dan ultrafirasi.
Dialisis merupakan proses pemurnian suatu sistem
koloid dari partikel - partikel bermuatan yang
menempel pada permukaan Pada proses digunakan
selaput Semipermeabel. Proses pemisahan ini
didasarkan pada perbedaan laju transport partikel.
Prinsip dialisis digunakan dalam alat cuci darah bagi
penderita gagal ginjal.
Ketika dialisis dan ultrafiltrasi dilakukan untuk
menghilangkan pengotor bermuatan, seperti
kontaminan ionik, proses dapat dipercepat dengan
menggunkan potensial listrik lintas membran. Proses
ini disebut elektrodialisis.
Prinsip membran ini diilustrikan pada
gambar disamping yang menunjukan
bahwa pada kesetimbangan, bahan
koloid ditahan dalam kompartemen A,
sedangkan bahan subkoloid
terdistribusi merata pada kedua sisi
membran. Dengan terus menerus
memindahkan cairan dalam
kompartemen B, bahan koloid murni
dalam kompartemen A yang tidak
bercampur dengan kontaminan
subkoloid mungkin diperoleh.
Tipe Tipe Dispersi Koloid
Tipe tipe dispersi koloid yg mungkin terbentuk berdasarkan
interaksi partikel, molekul, atau ion fase terdispersi dengan
molekul medium dispersi , Sistem koloid diklasifikasikan menjadi
tiga golongan :
1. Koloid Liofilik (suka pelarut):
Biasanya diperoleh hanya dengan melarutkan bahan
tersebut dengan pelarut yg digunakan. Karena mempunyai
afinitas terhaadap medium dispersi, maka zat-zat yang demikian
itu membentuk dispersi kolidal antar sol dengan mudah. Contoh:
gom acacia atau gelatin.
Istilah liofilik hanya berarti apabila diterapkan pada bahan
yang terdispersi dalam suatu medium dispersi khusus.Suatu
bahan yang membentuk sistem koloid liofilik dalam satu cairan
tertentu (misalnya, air) kemungkinan tidak membentuk sistem
koloid seperti itu dalam cairan lain (misalnya, benzen).
2. Koloid Liofobik (tidk suka pelarut) : Koloid liofobik umumnya
tersusun dari partikel-partikel anorganik yang terdispersi dalam air.
Hal ini disebabkan karena tidak terdapat lapisan solven yang
mengelilingi partikel.
Contoh : perak iodida, emas, belerang, dll.

3. Koloid Amfifilik/ Koloid Gabungan : Molekul atau ion-ion yang


dinamakan amfifil atau surfaktan ditandai dengan adanya dua
daerah afinitas yang berbeda yang letaknya berhadapan didalam
molekul atau ion yang sama.
Contoh :
Medium Fase Tipe Koloid Contoh
Dispersi Terdispersi
Padat Padat Sol Padat Mutiara, Opal
(balduri)
Padat Cair Emulsi Padat Keju, mentega

Padat Gas Busa Padat Batu apung,


marshmallow
Cair Padat Sol, gel Jeli, cat

Cair Cair Emulsi Susu, mayones

Cair Gas Busa Krim cukur,


whipped cream
Gas Padat Aerosol padat Asap, debu

Gas Cair Aerosol cair Awan, kabut

* Gas dalam Gas selalu menghasilkan larutan


Proses pembentukan misel
Misel terbentuk dalam larutan zat aktif permukaan di atas
konsentrasi tertentu yang disebut CMC ( KMK =
konsentrasi misel kritis). Di bawah konsentrasi CMC amfifil
yang mengalami adsorpsi pada antar muka udara atau air
meningkat pada waktu konsentrasi amfifil dinaikkan.
Akhirnya dapat dicapai suatu titik dimana antar muka dan
fase bulk keduanya menjadi jenuh dengan
monomer.Kondisi ini adalah CMC. Tiap penambahan amfifil
selanjutnya melebihi konsentrasi akan mengagregasi
membentuk misel dan energi bebas sistem dikurangi
dengan cara ini. Di atas CMC, tegangan permukaan pada
pokoknya tetap konstan, yang menunjukkan permukaan
antar muka menjadi jenuh dan terbentuk misel
Faktor-faktor yang
mempengaruhi misel
• Jumlah atom C : nilai CMC bertambah 2x seiring
berkurangnya atom C dalam rantai.
• Gugus aromatik dalam rantai hidrokarbon :
gugus aromatik dalam hidrokarbon dapat
memperbesar nilai CMC.
• Konsentrasi ion lawan : makin besar
konsentrasinya makin menurun nilai CMC nya
Struktur misel
Struktur misel
Misel memiliki struktur yang
mirip dengan liposom,
namun tidak memiliki
kompartemen cair di bagian
dalam.

You might also like