You are on page 1of 30

Pengkajian Fisik pada Pasein

Paliatif
Ida Suryani Hsb, S.Kep, Ns, M.Kep
Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti perkuliahan diharapkan
Mahasiswa mampu melakukan pengkajian
bio, psiko, sosio, spiritual dan kultural
Pendahuluan
 Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien (dewasa dan anak-anak) dan
keluarga dalam menghadapi penyakit yang mengancam jiwa,
dengan cara meringankan penderita dari rasa sakit melalui
identifikasi dini, pengkajian yang sempurna, dan penatalaksanaan
nyeri serta masalah lainnya baik fisik, psikologis, sosial atau
spiritual (World Health Organization (WHO), 2016).
 Perawatan paliatif ini ditujukan untuk orang yang menghadapi
penyakit yang belum dapat disembuhkan seperti penyakit kanker,
penyakit degeneratif, penyakit paru obstruktif kronis, cystic
fibrosis, stroke, parkinson, gagal jantung/heart failure, penyakit
genetika dan penyakit infeksi seperti HIV/AIDS
 Pelayanan perawatan paliatif yang diberikan memiliki beberapa
aspek yaitu fisik, psikologis, sosial, dan spiritual.
Lanjutan..............
Perawatan paliatif meliputi manajemen nyeri dan
gejala; dukungan psikososial, emosional,
dukungan spiritual; dan kondisi hidup nyaman
dengan perawatan yang tepat, baik dirumah,
rumah sakit atau tempat lain sesuai pilihan
pasien. Perawatan paliatif dilakukan sejak awal
perjalanan penyakit, bersamaan dengan terapi
lain dan menggunakan pendekatan tim
multidisiplin untuk mengatasi kebutuhan pasien
dan keluarga mereka (Canadian Cancer Society,
2016)
Defenisi Bio, Psiko, Sosio, Spiritual Dan
Kultural
1. Aspek Biologis
Aspek biologi berkaitan dengan aspek fisik yaitu rasa
nyerinya sangat hebat sehingga penderita terkadang
tidak kuat dan tidak tahan menghadapi rasa nyeri ini.
Beberapa aspek nyeri yang sering terjadi (Megawe:
1998) adalah:
a. Nyeri somatik,
b. Nyeri viseral,
c. Nyeri neuropatik,
d. Nyeri pleksopati
e. Nyeri pinggang/tulang belakang
Nyeri somatik
nyeri somatic ini terjadi di sekitar otot-
otot abdomen, jaringan ikat, tulang
pinggul dan seputar daerah ovarium
Nyeri viseral
nyeri hebat terjadi pada organ-organ viseral
di daerah penyebaran kanker. Rasa nyeri ini
membuat penderita mengalami nyeri hebat
sampai-sampai penderita tidak mampu lagi
membuat peta sensorik secara rinci dan
cermat di dalam korteks otak. Dengan
demikian, penderita mengalami rasa nyeri
yang hebat tetapi tidak mampu mengatakan
dengan tepat baik sifat nyeri nya, kualitas
nyeri nya maupun kuantitas nyeri nya
Nyeri neuropatik,
penderita kanker yang mengalamai nyeri
neuropatik ini dikuatirkan pada jalur-jalur
nyeri di dalam daerah tubuhnya
mengalami hambatan sehingga penderita
tidak dapat menerima obat-obat penurun
ataupun penghilang rasa nyeri, bahkan
sejenis morphin tidak akan dapat
digunakan lagi untuk mengurangi rasa
nyeri yang diderita
Nyeri pleksopati

penderita mengalami nyeri yang hebat


pada daerah sumsum tulang belakang.
Nyeri pinggang/tulang belakang
penderita yang mengalami nyeri hebat
pada daerah ini biasanya menunjukkan
prognosis yang jelek karena sakit pada
daerah ini mengindikasikan adanya proses
penyebaran keseluruh bagian dan jaringan
tubuh yang lain
Gejala Sakit Fisik Yang lain:
a. Mual, Muntah, dan Anoreksia. Keluhan-keluhan
pada pasien dengan keluhan mual, muntah dan
anoreksia biasanya bersumber pada keluhan-
keluhan subjektif. Sekalipun keluhan ini sifatnya
subjektif namun memberikan dampak negative
pada penurunan gejala fisik yang lain seperti:
keringat berlebihan, kepucatan, salivasi, dan lain-
lain.
b. Obstruksi Usus. Pasien biasanya menjadi tidak
mau makan dan minum karena lambungnya
mengalami sakit yang sangat hebat
2. Aspek Psikologis
 Pasien dengan pernyakit terminal biasanya semakin
tidak bisa menunjukkan dirinya secara ekspresif.
Pasien menjadi sulit untuk mempertahankan kontrol
biologis dan fungsi sosialnya, seperti menjadi sering
mengeluarkan air liur, perubahan ekspresi bentuk
muka, gemetaran dan lain sebagainya
 Masalah psikologis tersebut disebabkan oleh
perubahanperubahan dalam konsep diri pasien.
Sebagai pemberi perawatan paliatif harus bisa
melakukan tugas dengan menyesuaikan terhadap
masalah pasien
fungsi psikologis meliputi upaya :
a. Mengendalikan perasaan negatif dan
memelihara pandangan positif mengenai
diri sendiri dan masa depan
b. Mengidentiikasi dan mempertahankan
kepuasan akan diri sendiri dan
kemampuan diri
c. Mendorong keluarga untuk memelihara
pandangan positif kepada pasien
3. Aspek Sosial
Kesempatan untuk berhubungan sosial
menjadi terbatas saat keinginan untuk
bersama semakin kuat. Dengan demikian
ini bukan saatnya untuk membatasi
kunjungan. Pemberian perawatan paliatif
harus dapat memberikan perawatan sesuai
dengan masalah yang ada pada pasien
aspek sosial meliputi :
a. memelihara hubungan baik dengan
keluarga dan teman-teman
b. membantu pasien mempersiapkan diri
bagi masa depan yang tidak tentu.
4. Aspek spiritual
Spiritualitaspenting dalam meningkatkan kesehatan dan
kualitas hidup seseorang. Spiritualitas juga penting
dikembangkan untuk dijadikan dasar tindakan dalam
pelayanan kesehatan. Aspek ini dinyatakan juga dalam
pengertian kesehatan seutuhnya oleh WHO pada tahun
1984, yang oleh American Psychiatric Assosiation (APA)
dikenal dengan dengan rumusan “bio-psiko-sosio-
spiritual”
Perawatan paliatif dapat menyentuh aspek spiritual dengan
cara membantu pasien untuk mengidentifikasi
kepercayaan spiritualitas positif yang dimilikinya,
sehingga pasein dapat menggunakan kepercayaan tersebut
untuk menghadapi situasi kesehatannya
5. Aspek Kultural
Bila penderita kanker mengalami rasa nyeri
yang sudah tidak dapat lagi diatasi dengan
pendekatan farmakologi, maka aspek sosial,
kultural dan spirituallah yang diharapkan
masih mampu meringankan rasa nyeri. Oleh
karena itu, seorang pasien paliatif yang
sudah pada stadium lanjut harus
mendapatkan perawatan supportif agar
gejalagejala penderitaan fisik yang timbul
dapat diturunkan
Pengkajian bio, psiko, sosio, spiritual, kultural sesuai
prosedur dan standar asuhan keperawatan paliatif

1. Aspek Bio
Pedoman : Nyeri, gejala lainnya dan efek
samping ditangani berdasarkan bukti
terbaik, yang dilakukan dengan sangat
terampil dan sistematis
Kriteria :
1. Tim interdisiplin mencakup kemampuan level
spesialis yang professional dalam mengatasi gejala
2. Pengkajian nyeri secara teratur,
3. Hasil dari manajemen nyeri dan penatalaksanaan
gejala nyeri
4. Respon terhadap penyulit gejala dengan cepat dan
sesuai, melalui dokumen di rekam medis.
5. Batasan terhadap manajemen gejala yang efektif
harus diketahui dan dirujukkan, termasuk ketakutan
yang tidak sesuai dati risiko dan efek samping
6. dsb
2. Aspek Psiko
Pedoman : Masalah psikologi dan
psikiatri dikaji dan ditangani berdasarkan
bukti terbaik, yang dilakukan dengan
sangat terampil dan sistematis
Kriteria :
1. Tim interdisiplin mencakup professional dengan
kemampuan spesifik serta pelatihan psikologis dan psikiatri
yang merupakan kelainan akibat penyakit serius bagi pasien
dan keluarga termasuk depresi, kecemasan, dan kerusakan
kognitif
2. Pengkajian yang teratur terhadap reaksi fisiologis(termasuk
tapi tidak terbatas oleh stress, ucapan berduka dan strategi
pertahanan)
3. Pengkajian psikologis termasuk pasien mengerti penyakit,
gejala, efek samping dan pengobatan, sebagaimana
pemeriksaan dari kebutuhan perawatan, kapasitas dan
strategi pertahanan
4. dsb
3. Aspek Sosio
Pedoman : Pengkajian interdisiplin yang
komprehensif untuk mengindentifikasi
kebutuhan sosial pasien dan keluarganya,
secara rencana dikembangkan untuk
menanggapi kebutuhan tersebut seefektif
mungkin.
Kriteria :
1. Tim interdisiplin termasuk professional dengan
kemampuan spesifik pasien-populasi dalam
mengkaji dan mengurus kebutuhan sosial dan
praktis selama terjadi penyakit yang mengancam
nyawa atau kronis progresif
2. Pengkajian sosial interdisiplin yang komprehensif
tercapai dan didokumentasikan meliputi : Struktur
keluarga dan lokasi geografis , Hubungan , Jalur
komunikasi ,Hubungan sosial dan budaya yang
ada , Tunjangan sosial, dsb
3. Dsb
4. Aspek Spiritual
Pedoman: Dimensi spiritual dan
keberadaan dikaji dan direspons
berdasarkan bukti terbaik, yang dilakukan
dengan sangat terampil dan sistematis.
Kriteria
1. Pengkajian spiritualitas digunakan untuk
mengidentifikasi latar belakang agama atau
spiritual/keberadaan, keinginan maupun
kepercayaan terkait ritual dan praktik pasien serta
keluarga.
2. Pasien dan keluarga dimotivasi untuk
menunjukkan symbol kerohanian/keagamaan
mereka.
3. Pelayanan fasilitas paliatif memfasilitasi ritual
agama atau keagamaan seperti yang
4. dsb
5. Aspek Kultural
Pedoman: Program perawatan paliatif
mengkaji dan mencoba untuk memenuhi
kebutuhan budaya yang spesifik terhadap
pasien dan keluarga
Kriteria :
1. Latar belakang budaya, perhatian, kebutuhan pasien,
dan keluarganya diperoleh serta didokumentasikan
2. Komunikasi dengan pasien dan keluarga dihormati,
begitu huga dengan pilihan budaya mengenai
penyingkapan, berkata jujur, dan membuat
keputusan
3. Program bertujuan menghormati dan
mengakomodasi rentang bahasa, makanan, dan
praktik kegiatan keagamaan pasien sertakeluarganya
4. dsb
Tak ada rahasia untuk menggapai sukses. Sukses itu
dapat terjadi karena persiapan, kerja keras, dan mau
belajar dari kegagalan." - Colin Powell

"Berdirilah di atas dua kakimu dan berbuatlah dengan


dua tanganmu. Hidupmu adalah tanggung jawabmu,
bukan orang lain."

You might also like