You are on page 1of 16

KEARAH PEMIKIRAN FILSAFAT

Oleh:

Robi Efendi., M.H.I


NIDN. 2111108902
Jabatan Fungsional: Asisten Ahli
Filsafat?
Philo (Romawi) → Cinta,
Sophia (Romawi) → Kebenaran

Seorang yang berfilsafat tidak mudah percaya


begitu saja terhadap apa yang diketahuinya.
Seorang yang berfilsafat sering sekali bersikap
sketiptis terhadap sesuatu yang diketahuinya.
Berfilsafat tentang ilmu berarti kita berterus
terang kepada diri kita sendiri tentang:
• Apakah yang saya ketahui tentang ilmu?
(Kajian Ontologis; darimana ilmu memulai
penjelajahan dan sampai mana berhenti)
• Apakah ciri-ciri ilmu dan yang
membedakannya dengan pengetahuan-
pengetahuan? (tidak semua pengetahuan
disebut ilmu, karena ilmu teori yang disusun
berdasarkan pengetahuan sebelumnya yang
sudah dikatakan benar)
• Bagaimana mengetahui ketahui bahwa ilmu itu
merupakan pengetahuan yang benar? (kriteria
kebenaran dan kebenaran dalam pengetahuan
ilmiah, Deduktif, Induktif, dan Pragmatis)
• Kriteria apa yang dipakai dalam menentukan
kebenaran secara ilmiah? (Deduktif, Induktif)
• Mengapa mesti mempelajari ilmu?
• Apakah kegunaan yang sebenarnya? (kajian
Aksiologis)
2. Karakteristik berfikir Filsafat
a. Menyeluruh.
Bagaimana kaitan ilmu dengan moral? Kaitan ilmu
dengan agama? Apakah ilmu itu membawa kebahagiaan
bagi dirinya.
Seorang ilmuwan tidak lagi memandang disiplin ilmu
yang dimilikinya lebih terhormat dari disiplin ilmu lain.
Ilmu Pengetahuan Alam tidak lebih terhormat dari
Ilmu Pengetahuan Sosial.
b. Mendasar
Mengapa ilmu itu disebut benar? Bagaimana proses
penilaian berdasarkan kriteria tersebut dilakukan?
Apakah kriteria itu sendiri itu benar? Benar itu apa?
Laksana sebuah lingkaran, maka pertanyaan itu
melingkar. Menyusun sebuah lingkaran kita harus
mulai dari satu titik awal sekaligus titik akhir, lalu
bagaimana menantukan titik awal yang benar?
Tidak mungkin menangguk pengetahuan secara
keseluruhan, dan bahkan kita bisa jadi tidak yakin
tentang menentukan titik awal dalam sebuah
lingkaran, dalam hal ini kita hanya berspekulasi.
c. Spekulatif/ anggapan
Menetapkan dasar-dasar spekulasi/ anggapan
yang dapat diandalakan.
Apa itu logis?, apa yang disebut dengan benar?
Apa yang disebut sahih? Apakah alam ini kacau
atau teratur? Apakah hidup ini punya tujuan
atau absurd? Adakah hukum yang mengatur
alam dan sarwa kehidupan?
Tanpa menerapkan kriteria apa yang disebut
benar, tidak mungkin pengetahuan lain
berkembang diatas dasar kebenaran.
Tanpa menetapkan kriteria baik atau buruk tidak
mungkin berbicara tentang moral.
Tanpa wawasan apa yang disebut indah atau
jelek, tidak mungkin berbicara tentang estetik.
3. Bidang Telaah Filsafat
Ontologi;
- Objek apa yang ditelaah ilmu?
- Bagaimana ujud yang hakiki dari objek
tersebut?
- Bagaimana hubungan antara ujud tersebut
dengan daya tangkap manusia yang
menghasilkan pengetahuan?
Epistemologi
• Bagaimana proses yang memungkinkan
ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu?
• Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar kita
mendapatkan pengetahuan yang benar?
• Benar itu apa? Kriteria? Sarana yang dapat
membantu kita dalam mendapat pengetahuan
yang berupa ilmu?
Aksiologi
• Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu
dipergunakan?
• Bagaimana kaitan antara cara penggunaan
tersebut dengan kaidah-kaidah moral?
Tokoh-tokoh Filsuf Muslim
1. Al-Kindi (180-260 H/796-873 M
Jumlah karya tulis al-Kindi cukup banyak, yakni 241
buah risalah dalam bidang filsafat, logika, psikologi,
astronomi, kedokteran, kimia, matematika, politik,
optik, dan lain-lain. Sayangnya, kebanyakan karya
tulisnya itu tidak atau belum dijumpai. Baru sekitar 25
buah karyanya yang berhasil ditemukan, yang
kemudian diterbitkan dalam dua jilid. Jilid pertama
pada tahun 1950 dan jilid kedua pada 1953 di Kairo,
dengan judul Rasa’il al-Kindi al-Falsafiyyah.
2. Al-Ghazali (450-505 H/1058-1111 M)

Dikenal karena kemampuannya mengkritik


argumen-argumen kaum filsuf dengan menulis
buku Tahafut al-Falasifah. Buku tersebut ia tulis
dalam rangka memberikan kesan tentang
kelemahan atau kekacauan pemikiran-pemikiran
para filsuf Muslim, seperti al-Kindi, al-Farabi,
dan Ibnu Sina.
3. Ibnu Rusyd (520-595 H/1126-1198 M)

Sosok Ibnu Rusyd juga dikenal karena pandangan-


pandangannya yang mengkritik pandangan Al-Ghazali.
Sebagai tangkisan terhadap karya Al-Ghazali, Tahafut al-
Falasifah (Kacaunya Kaum Filsuf), ia menulis buku Tahafut
at-Tahafut al-Falasifah (Kacaunya Tahafut al-Ghazali).

Ibnu Rusyd menguasai berbagai bidang ilmu, seperti fikih,


ilmu kalam, sastra Arab, matematika, fisika, astronomi,
kedokteran, logika, dan filsafat. Ia berhasil menjadi ulama
dan filsuf yang sulit ditandingi. Ia juga pernah menjadi
hakim di Cordoba pada 1171 M. Ibnu Rusyd juga pernah
menjadi dokter istana.
4. Ar-Razi (250-313 H/864-925 M)

Beliau banyak menulis karya-karya yang


berhubungan dengan filsafat. Namun, hampir
semua karya tulisnya dalam bidang filsafat belum
dijumpai. Banyak pihak menduga karya-karya
filsafatnya telah dihancurkan oleh lawan-
lawannya yang telah menuduhnya sebagai
seorang mulhid (menyimpang dari, atau
mengingkari ajaran Islam).

You might also like