You are on page 1of 25

KEBIJAKAN PROGRAM PELAYANAN

KEFARMASIAN DALAM MELAKSANAKAN


PELAYANAN KEFARMASIAN SESUAI
STANDAR DI PUSKESMAS MERUJUK PADA
PERMENKES NO 74 TAHUN 2016

Apt. ENI RAHMINI, S.Si. MPH


SEKSI KEFARMASIAN
DINAS KESEHATAN PROVINSI JAMBI
1. Undang-undang No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
2. Peraturan Pemerintah No.51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian
3. Peraturan Menteri Kesehatan No.31 Tahun 2016 tentang Perubahan Peraturan
Menteri Kesehatan No.889 Tahun 2011 tentang registrasi, izin praktek, dan izin
kerja tenaga kefarmasian.
4. Peraturan Menteri Kesehan No.43 Tahun 2019 tentang Puskesmas
5. Peraturan Menteri Kesehatan No. 3 Tahun 2015 tentang peredaran, penyimpanan,
pemusnahan, pelaporan narkotik, psikotropik dan prekursor farmasi.
6. Peraturan Menteri Kesehatan No.74 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Puskesmas
7. Peraturan Menteri Kesehatan No. 26 Tahun 2020 tentang perubahan atas
Permenkes No.74 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas
PELAYANAN KEFARMASIAN
(PMK no.74 th 2016)

Pelayanan Kefarmasian adalah suatu


pelayanan langsung dan bertanggung jawab
kepada pasien yang berkaitan dengan
Sediaan Farmasi dengan maksud mencapai
hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu
kehidupan pasien
PERUBAHAN ATAS PMK NO 26 TAHUN 2020

PMK 74/2016 PMK 26/2020


Pasal 6
Pasal 6 (1) Penyelenggaraan Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas dilaksanakan pada unit pelayanan berupa ruang
(1)Penyelenggaraan farmasi.
Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas dilaksanakan (2) Ruang farmasi sebagaimana dimaksud apada ayat (1) dipimpuin oleh seorang Apoteker sebagai
pada unit pelayanan penanggung jawab
berupa ruang farmasi (3) Dalam penyelenggaraan Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas, Apoteker sebagaimana dimaksud pada
(2)Ruang farmasi ayat (2) dapat dibantu oleh Apoteker, TTK dan/atau tenaga kesehatan lainnya berdasarkan kebutuhan
sebagaimana dimaksud sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
pada ayat (4) Dalam hal Puskesmas belum memiliki Apoteker sebagai penanggung jawab, penyelenggaraan
(1)dipimpin oleh Pelayanan Kefarmasian secara terbatas dilakukan oleh TTK di bawah pembinaan dan pengawasan
seorang Apoteker Apoteker yang ditunjuk oleh Kepala Dinas kab/kota.
sebagai penanggung
jawab (5) Pelayanan Kefarmasian secara terbatas sebagaimana dimaksud pada ayat (4) meliputi:
a. pengelolaan Sediaan Farmasi dan BMHP
b. Pengkajian dan pelayanan resep, pelayanan informasi obat, dan monitoring efek samping
obat.
PMK 26/2020

Pasal 11 Pasal 11 dihapus


Pelanggaran terhadap ketentuan dalam Peraturan Menteri ini dapat dikenai sanksi administrasi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 12
(1)Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, bagi Puskesmas yang belum memiliki Apoteker sebagai
penanggung jawab, penyelenggaraan Pelayanan Kefarmasian secara terbatas dilakukan oleh tenaga teknis
kefarmasian atau tenaga kesehatan lain yang ditugaskan oleh kepala dinas kesehatan kabupaten/kota. Pasal 12 dihapus
(2)Pelayanan Kefarmasian secara terbatas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai; dan
b. pelayanan resep berupa peracikan obat, penyerahan obat, dan pemberian informasi obat.
(3)Penyelenggaraan Pelayanan Kefarmasian secara terbatas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berada di
bawah pembinaan dan pengawasan Apoteker yang ditunjuk oleh kepala dinas kesehatan kabupaten/kota.
(4)Puskesmas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus menyesuaikan dengan ketentuan Peraturan Menteri
ini dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) tahun sejak Peraturan Menteri ini diundangkan.
TUJUAN YANG DIHARAPKAN
 Meningkatkan mutu Standar
Pelayanan Kefarmasian
Pelayanan Farmasi
 menjamin perlindungan
Manajemen Kefarmasian di Klinis
dan kepastian hukum bagi Farmasi Puskesmas
tenaga kefarmasian dan
tenaga kesehatan lainnya.

 melindungi pasien dan


masyarakat dari Didukung dengan:
penggunaan Obat yang
tidak rasional dalam
rangka keselamatan
pasien (patient safety).

Sumber Daya Pengendalian: Pembinaan


Kefarmasian Monitoring dan
SDM Evaluasi Pengawasan
Sarana, prasarana, (Pelaporan)
peralatan
RUANG LINGKUP PELAYANAN KEFARMASIAN DI
PUSKESMAS

MANAJEMEN FARMASI
FARMASI KLINIS
MANAJEMEN
FARMASI
PERMINTAAN

PENERIMAAN

PENYIMPANAN
PENDISTRIBUSIAN

PENGENDALIAN

Pencatatan, pelaporan, dan pengarsipan;

pemantauan dan evaluasi pengelolaan.


FARMASI
KLINIS
pemantauan dan pelaporan
efek samping Obat

pemantauan terapi Obat

evaluasi penggunaan Obat

Home care
Pengkajian dan Pelayanan resep, penyerahan
Obat, dan Pemberian informasi Obat

Pelayanan Informasi Obat (PIO)

Konseling

Ronde/visite pasien
Penerimaan, Penyiapan / Pemeriksaan penyerahan &
Pemeriksaan peracikan Identitas pemberian
pengkajian
informasi
resep Obat pasien Obat.
ketersediaan

Pengkajian resep : Administratif, Kesesuaian farmasetik, Pertimbangan klinis

Penelusuran Riwayat Penggunaan Obat


Penelusuran riwayat penggunaan Obat : proses untuk mendapatkan informasi
mengenai seluruh Sediaan Farmasi yang pernah dan sedang digunakan melalui
wawancara atau data rekam medik/pencatatan penggunaan Obat pasien.

Nama Obat (termasuk Obat nonresep), dosis, bentuk sediaan


frekuensi penggunaan, indikasi dan lama penggunaan Obat
Reaksi Obat yang tidak dikehendaki termasuk riwayat alergi
Kepatuhan terhadap regimen penggunaan Obat
 Menjawab
 Penyuluhan
pertanyaan  Memberikan informasi dan edukasi
(lisan/tulisan) kepada pasien

Merupakan kegiatan yang  Membuat & menyebarkan


dilakukan oleh Apoteker buletin / brosur / leaflet
dalam pemberian
informasi mengenai Obat  Memberikan pengetahuan dan
kepada profesi kesehatan keterampilan kepada tenaga
lain, pasien atau kesehatan lainnya.
masyarakat  Melakukan penelitian
penggunaan Obat

 Membuat atau
menyampaikan makalah
dalam forum ilmiah

 Melakukan program
jaminan mutu
Kriteria pediatri, geriatri, gangguan fungsi
hati dan/atau ginjal, ibu hamil, dan
pasien menyusui
Pasien dengan terapi jangka
panjang

Pasien yang menggunakan Obat


dengan instruksi khusus

Pasien yang menggunakan Obat


dengan indeks terapi sempit

Konseling merupakan proses interaktif antara Apoteker dengan Pasien dengan polifarmasi
pasien/keluarga untuk meningkatkan pengetahuan,
pemahaman, kesadaran dan kepatuhan dalam penggunaan Obat
dan menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien. pasien dengan tingkat kepatuhan
rendah.
Pemantauan Terapi Obat
(PTO)
Merupakan proses yang memastikan
Merupakan kegiatan bahwa seorang pasien mendapatkan
kunjungan kepada pasien terapi Obat yang efektif dan terjangkau
bersama sama dengan Tim dengan memaksimalkan efikasi dan
Medis ataupun secara meminimalkan efek samping.
Mandiri
Tujuan:
Memeriksa Obat pasien.
Memberikan rekomendasi
kepada dokter dalam
MESO
pemilihan Obat dengan
mempertimbangkan diagnosis Mengidentifikasi Obat dan pasien
dan kondisi klinis pasien. yang mempunyai risiko tinggi
Memantau perkembangan mengalami efek samping Obat.
klinis pasien yang terkait Mengisi Laporan Monitoring Efek
dengan penggunaan Obat. Samping Obat (MESO).
Berperan aktif dalam Melaporkan ke Pusat Monitoring
pengambilan keputusan tim Efek Samping Obat Nasional.
profesi kesehatan dalam
terapi pasien.
Merupakan kegiatan untuk mengevaluasi penggunaan Obat
secara terstruktur dan berkesinambungan untuk menjamin
Obat yang digunakan sesuai indikasi, efektif, aman, dan
terjangkau (rasional).

Mendapatkan gambaran pola penggunaan Obat pada kasus


tertentu.
Melakukan evaluasi secara berkala untuk penggunaan Obat
tertentu.
Memberikan masukan untuk perbaikan penggunaan
Obat.
Menilai pengaruh intervensi atas pola penggunaan
Obat.
EVALUASI
MUTU
Sumber Daya Manusia KEFARMASIAN
Metode Evaluasi Mutu
•Kriteria dan persyaratan •Audit (contoh : stock opname, kesesuaian
administratif tenaga kefarmasian: SPO, audit penyerahan obat kpd pasien oleh
apoteker, waktu pelayanan)
STR dan SIP (SIPA/SIPTTK)
•Peran tenaga kefarmasian •Review (contoh : Self Assessment
pelayanan farmasi, pengkajian thd obat
fast/slow moving, review medication error)
•Observasi (contoh: observasi terhadap
penyimpanan Obat, ketertiban dokumentasi)
Sarana dan Prasarana

•Sarana :
•Area Administrasi
•Area penerimaan Resep Indikator Evaluasi mutu
•Area Penyiapan dan •Kesesuaian proses thd standar
Pelayanan Resep •Zero deffect dari medication error;
•Area Penyerahan Obat •Lama waktu pelayanan resep 15-30 menit
•Area Konseling •Efektifitas dan efisiensi
•Area Penyimpanan Obat •Patient outcome (kesembuhan,
•Area Arsip pengurangan dan pencegahan gejala)
•Peralatan yang dibutuhkan
Puskesmas wajib mengirimkan laporan Pelayanan
Kefarmasian secara berjenjang kepada Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi,
dan Kementerian Kesehatan (melalui google form)

Pelaporan pelayanan kefarmasian meliputi:


•Pelaporan bulanan (bit.ly/jambi-
puskesmas-2022)
•Pelaporan tahunan (self assessment)
dengan SIMONA
 Standar Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas merupakan pedoman dalam
melaksanakan kegiatan pelayanan
kefarmasian di Puskesmas

 Standar Pelayanan Kefarmasian di


Puskesmas perlu diterapkan dalam rangka
meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian
dalam rangka patient safety di Klinik

 Perlunya dilakukan monitoring dan Evaluasi


untuk mengukur tingkat keberhasilan
penerapan pelayanan kefarmasian di
Puskesmas salah satunya melalui pelaporan
kegiatan pelayanan kefarmasian.

You might also like