You are on page 1of 12

AUDIT

PERPAJAKDosen Pengampu:

AN
Ibu Reni Yustien, S.E., M.Si., AK., CA
Anggota KELOMPOK 8 :
• OCHA ANANDA (C1C020105)
• RANI AMALIA (C1C020108)
DEFINISI
Istilah audit pajak, lebih mewakili kepentingan fiskus dalam
melakukan pemeriksaan terhadap ketaatan Wajib Pajak
memenuhi kewajiban perpajakannya dan memaksimalkan
penerimaan negara dari pajak yang harus diterima.

Tujuan dari audit perpajakan ini adalah untuk melakukan


evaluasisecara menyeluruh terhadap pengelolaan kewajiban
perpajakan perusahaan.
RUANG LINGKUP
Ruang lingkup audit ini adalah keseluruhan aspek
perpajakan perusahaan, baik dalam rangka
meminimalkan pembayaran pajak maupun ketaatan
pelaksanaan kewajiban perpajakan.

MEMINIMALKAN PENGHASILAN KENA PAJAK


Meminimalkan penghasilan kena pajak
(taxablerevenue), menyangkut strategi pengelolaan
transaksi pendapatan agar tidak mengandung
dampak perpajakan, baik final maupun tidak final.
Dengan meminimalkan dampak ini pada
pendapatan, maka pendapatan sebagai dasar
pengenaan pajak akan menjadi lebih kecil dan
secara otomatis juga mengurang pajak terutang.
MEMAKSIMALKAN DEDUCTIBLE
EXPENSES beban-beban yang diakui dalam penghitungan
Memaksimalkan
pajak (deductible expenses) menyangkut strategi pengelolaan
transaksi di mana setiap beban yang terjadi, bisa diperhitungkan
dalam penentuan besarnya pajak terutang. Dengan
memaksimalkan beban-beban ini, berarti akan memperbesar
faktor pengurangan penghasilan, dalam penghitungan pajak.

Tax Review
Tax review dilakukan untuk menelaah dan menilai bagaimana
kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajiban
perpajakannya. Hasil dari tax review ini dapat memberikan
penjelasan tentang bagaimana tingkat ketaatan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.
Secara garis besar, kewajiban perpajakan untuk Wajib Pajak meliputi:
• Pemungutan dan pemotongan pajak,
• Penghitungan pajak dengan benar,
• Penyetoran pajak tepat waktu,
• Pelaporan pajak secaralengkap dan tepat waktu.

Hak-Hak Wajib Pajak


• Wajib Pajak dapat memperpanjang jangka waktu penyampaian
Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) untuk paling lama 2 (dua) bulan dengan
cara menyampaikan pemberitahuan secara tertulis atau dengan
cara lain kepada Direktur Jenderal Pajak yang ketentuannya diatur
dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan (pasal 3
ayat 4).
.
2. Wajib Pajak dengan kemauan sendiri dapat membetulkan Surat
Pemberitahuan yang telah disampaikan dengan menyampaikan
pernyataan tertulis, dengan syarat Direktur Jenderal Pajak belum
melakukan tindakan pemeriksaan (pasal 8 ayat 1)

KEWAJIBAN Wajib Pajak


• Setiap Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif
dan objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan wajib mendaftarkan diri pada Kantor
Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat
tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak dan kepadanya
diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak (pasal 2 ayat 1).

.
2. Setiap Wajib Pajak sebagai pengusaha yang dikenai pajak
berdasarkan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan
perubahannya, wajib melaporkan usahanya pada Kantor Direktorat
Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau
tempat kedudukan Pengusaha, dan tempat kegiatan usaha
dilakukan untuk dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak (pasal
2 ayat 2).

3. Setiap Wajib Pajak wajib mengisi Surat Pemberitahuan dengan


benar, lengkap, dan jelas dalam bahasa Indonesia dengan
menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan mata uang Rupiah,
dan menandatangani serta menyampaikannya ke kantor Direktorat
Audit atas PPh Pasal 21
Pasal 21: Pemotongan pajak atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau
kegiatan dengan nama dan dalam bentuk apapun yang diterima atau diperoleh Wajib
Pajak orang pribadi dalam negeri.

Untuk PPh 21, penyetoran pajak Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya dari waktu
pemotongan dan pelaporan SPT Masa PPh 21 paling lama 20 hari setelah Masa Pajak
berakhir. Untuk menghindari terjadinya kesalahan baik dalam perhitungan,
pemotongan, penyetoran maupun pelaporannya, internal audit perpajakan harus
memastikan bahwa data-data karyawan yang dihitung pajaknya adalah data yang
terbarukan (up to date), penerapan tarif PTKP dan tarif pajaknya serta pengisian SPT-
nya akurat, penyetoran dan pelaporan pajaknya tidak terlambat.
Audit atas PPh Pasal 26
Pasal 26 : Atas penghasilan tersebut dibawah ini, dengan nama dan dalam bentuk
apapun, yang dibayarkan, disediakan untuk dibayarkan, atau telah jatuh tempo
pembayarannya oleh badan pemerintah, Subjek Pajak dalam negeri, penyelenggara
kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya kepada
Wajib Pajak luar negeri selan bentuk usaha tetap di Indonesia.
Audit atas PPh Pasal 22
Pasal 22 : Menteri Keuangan dapat menetapkan :

• Bendahara pemerintah untuk memungut pajak sehubungan dengan pembayaran


atas penyerahan barang;
• Badan-badan tertentu untuk memungut pajak dari Wajib Pajak yang melakukan
kegiatan dibidang impor atau kegiatan usaha dibidang lain, dan;
• Wajib Pajak badan tertentu untuk memungut pajak dari pembeli atas penjualan
barang yang tergolong sangat mewah.
Audit atas PPh Pasal 23
Pasal 23 : Atas penghasilan tersebut dibawah ini, dengan nama dan dalam bentuk
apapun, yang dibayarkan, disediakan untuk dibayarkan, atau telah jatuh tempo
pembayarannya oleh badan pemerintah, Subjek Pajak dalam negeri, penyelenggara
kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya kepada
Wajib Pajak dalam negeri atau bentuk usaha tetap, dipotong pajak oleh pihak yang
wajib membayarkan
Audit atas PPh Pasal 25
Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (8) berlaku sampai dengan tanggal 31
Desember 2010 “Penyetoran PPh harus dilakukan paling lambat tanggal 15 bulan
berikutnya, SSP atas setoran tersebut harus disimpan dan memiliki nilai yang sama
dengan angsuran PPh 25 yang telah dilakukan pada buku besarnya. Pengkreditan PPh
25 pada perhitungan pajak terutang akhir tahun harus didukung (dilampiri) dengan SSP
PPh 25 dengan jumlah yang sama”.
AUDIT atas Kewajiban PPN
Kewajiban Wajib Pajak yang telah ditetapkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP)
meliputi pemungutan, penyetoran, dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai atas
penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) dan/atau Jasa Kena Pajak (JKP) yang diserahkan,
seperti yang diatur dalam pasal 3a dan pasal 4 UU No.42 Tahun 2009 tentang PPN.
kesimpulan
• Fungsi dan tujuan pemeriksaan pajak secara keseluruhan adalah
supaya Wajib Pajak melaporkan kegiatan usahanya dengan benar.
Benar karena Wajib Pajak melaporkan kegiatan usahanya sesuai
keadaan sebenarnya. Tidak ada yang ditutupi, tidak ada yang
disembunyikan dan terbuka. Benar karena Wajib Pajak telah
menghitung pajak terutang sesuai dengan peraturan perundang-
undangan perpajakan yang berlaku.
• Setiap dilakukan pemeriksaan pajak oleh kantor pajak, Wajib Pajak
mempunyai kewajiban dan haknya yang telah ditentukan oleh
perundang-undangan.
• Audit yang dilakukan secara internal berkelanjutan, yang meyatu
dengan sistem pengendalian operasional perusahaan, menilai ketaatan
pelaksanaan aturan perpajakan dan teknik pengelolaan transaksi yang
mampu meminimalkan pembayaran pajak tanpa melanggar aturan-
aturannya.
Terima Kasih

You might also like