You are on page 1of 38

STRUKTUR & KONSTRUKSI

BANGUNAN II

 Atap Bangunan

Hery Purnomo, ST.,M.Ars


Defenisi Atap
 Atap adalah bagian dari suatu
bangunan yang berfungsi
sebagai penutup seluruh
ruangan yang ada di bawahnya
terhadap pengaruh panas,
hujan, angin, debu atau untuk
keperluan perlindungan.
Syarat-syarat atap yang harus dipenuhi antara lain:
1. Konstruksi atap harus kuat menahan beratnya sendiri
dan tahan terhadap tekanan maupun tiupan angin atau
bebah-beban lain, seperti berat air hujan.
2. Pemilihan bentuk atap yang akan dipakai hendaknya
sedemikian rupa, sehingga menambah keindahan serta
kenyamanan bertempat tinggal bagi penghuninya.
3. Bahan penutup atap harus tahan terhadap pengaruh
perubahan cuaca.
4. Kemiringan atau sudut lereng atap harus
disesuaikan dengan jenis bahan penutupnya.
Bentuk-Bentuk Atap

1. Atap Pelana
2. Atap Perisai / Limasan
3. Atap Plat / Datar
4. Atap Menara
5. Atap Gergaji
6. Atap Silang
7. Atap Gabungan
1. Atap Pelana
1. Atap Pelana
 Penutup ruangan terdiri dari dua bidang atap miring
yang tepi atasnya bertemu pada sate garis lurus,
dinamakan bubungan.
 Tepi bawah bidang atap, di mana air itu
meninggalkan atap dinamakan tepi teritis.
 Kalau bangunannya cukup panjang, maka tiap-tiap
jarak 3 m perlu dipasang kuda-kuda untuk menahan
gording/bidang penutup atap.
 Kemiringan atap pelana antara 30 hingga 40 derajat.
Kelebihan Atap Pelana
 Pengerjaanya lebih cepat dan lebih mudah
 Hemat Bahan atap
 Resiko kebocoran lebih kecil / sedikit

Kekurangan Atap Pelana


 Beban Terjangan Angin
 Mudah Retak
 Lebih banyak bahan dinding sopi-sopi
 Perlindungan yang tidak menyeluruh terhadap
keempat sisi bangunan sehingga butuh kanopi
tambahan bila ada jendela pada sisi yang tidak
terlindungi.
2. Atap Perisai
(Limasan)
2. Atap Perisai / Limasan
 Atap perisai merupakan penyempurnaan dari bentuk atap
pelana dengan menambahkan dua bidang atap miring yang
berbentuk segitiga pada ujung akhir atap bangunan.
 Atap perisai terdiri dari dua bidang atap miring yang
berbentuk trapesium panjang yang pada tepi atasnya bertemu
pada satu garis lurus, yang dinamakan bubungan, Dan dua
bidang atap lainnya yang berbentuk segitiga. .
 Pertemuan dari tiap dua bidang atap yang merupakan garis
miring menyudut Berta menjorok ke_luar dinamakan
bubungan miring atau jurai luar.
 Sedangkan pertemuan dan dua bidang atap yang menjorok ke
dalam dinamakan jurai dalam.
Kelebihan Atap Perisai
 Lebih hemat dari segi bangunan karena bangunan tidak
perlu menggunakan segitiga tembok/sopi-sopi.
 Melindungi seluruh dinding dari panas terik matahari
dan air hujan dikarenakan bentuk atap yang miring pada
tiap sisinya.
 Model atap limas mampu melindungi struktur bangunan
dari kerusakan dikarenakan cuaca, sehingga atap limas
sangat cocok digunakan di Indonesia yang beriklim
tropis.
 Bentuk atap limas bisa dikreasikan menjadi berbagai
model atap yang menarik dan tampak terlihat lebih
proporsional dibandingkan atap pelana.
2. Atap Perisai (Limasan)
Kekurangan Atap Perisai
 Struktur dan konstruksinya lebih rumit/kompleks
sehingga membutuhkan biaya yang lebih banyak serta
waktu pengerjaan yang lebih lama
 Rangka atap rumah model limas menyebabkan
terbuangnya beberapa genteng +/- 10 % nya terbuang
untuk potongan.
 Material yang digunakan untuk rangka struktur lebih
banyak sehingga relatif lebih boros.
 Jumlah penutup atap yang cukup banyak
mengakibatkan banyaknya sambungan atap yang
menimbulkan risiko kebocoran lebih besar.
 Konstruksi Atap
Perisai
3. Atap Plat / Datar
3. Atap Plat / Datar
Bentuk atap ini kelihatannya paling sederhana, jika dibandingkan
dengan bentuk- bentuk atap lainnya. Meskipun bentuk ini
dikatakan atap datar, akan tetapi pada permukaan atap stlalu
dibuat sedikit miring untuk menyalurkan air hujan ke lubang
talang.
Kelebihan Atap Plat (datar)
 Rumah Terlihat lebih modern
 Konstruksi Atap Lebih Mudah
 Material atap lebih sedikit di banding atap
konvensional
Kekurangan Atap Plat (datar)
 Munculnya genangan Air saat teradi hujan
deras
 Biaya perawatan lebih mahal
 Rawan terjadi rembesan air hujan ke dinding
 Biaya Konstruksi lebih mahal
4. Atap Menara
4. Atap Menara
Atap menara ini serupa dengan bentuk
atap tenda yaitu mempunyai empat
bidang atap dengan sudut apitnya yang
sama besar serta ujung bagian atasnya
bertemu pada satu titik yang cukup
tinggi. Karen keempat bidang atap yang
berbentuk segitiga sama besar dengan
sudut lereng atapnya besar (± 75° )
5. Atap Gergaji
5. Atap Gergaji
 Sebutan atap gergaji karena bidang atapnya
menyerupai gigi gergaji. Atap ini terdiri dari
dua bidang atap yang masing-masing
mempunyai sudut lereng sebesar 30° dan
60°.
 Untuk bangunan yang luas
( panjang dan lebar ), seperti
bangunan pabrik, hangar dan
sebagainya, jika dibuat atap limas
atau bentuk lain, maka akan
didapat tinggi atap yang sangat
tinggi. Hal ini tidak sesuai dengan
tinggi bangunan sehingga kesannya
keberatan atap. Oleh karena itu luas
bidang atap dibagi-bagi menjadi
beberapa bagian.
6. Atap Silang
6. Atap Silang
 Bentuk atap silang ini seolah-olah
merupakan persilangan dua bentuk
atap pelana
7. Atap Gabungan
7. Atap Gabungan
 Dari sekian banyak bentuk atap
yang ada, kemudian dalam
penggunaannya digabungkan
menjadi satu kesatuan dalam satu
bangunan yang kemudian dikenal
dengan nama atap gabungan atau
atap kombinasi. Atap gabungan ini
dapat. terdiri dari gabungan bentuk
atap pelana, perisai, datar, setengah
lingkaran maupun dengan bentuk
atap lainnya sesuai dengan selera.
Adapun syarat umum bahan penutup atap adalah:
1. Bahan harus dapat bersifat isolasi terhadap panas,
dingin dan bunyi.
2. Harus rapat terhadap air hujan/tidak tembus air.
3. Tidak mengalami perubahan bentuk karena adanya
pergantian cuaca.
4. Tidak terlalu banyak memeriukan perawatan.
5. Tidak mudah terbakar.
6. Bobotnya cukup ringan dan mempunyai kedudukan
yang mantap setelah dipasang.
7. Tahan lama (awet).
 Kemiringan Atap
Konfigurasi standar dari RANGKA ATAP dapat terdiri dari empat
elemen utama:
1. Kuda-Kuda,
Kuda-kuda merupakan struktur utama yang memikul semua beban dan
elemen struktur lain pada rangka atap
2. Gording
Gording adalah balok induk yang bertugas menahan elemen struktur
yang berada di atasnya dan beban-beban yg bekerja di atas rangka atap
3. Kaso / Usuk
Kaso adalah elemen yang bersilangan dengan gording dan dapat
diangagp sebagai balok anak yang akan menyalurkan beban kepada
gording
4. Reng
Reng merupakan balok kecil yang digunakan sebagai dudukan genteng
baik genteng beton maupun genteng metal.
1. Rangka atap baja konvesional
Rangka atap baja sehingga jarak kuda-kuda bisa mencapai 6meter, dengan
bentang kuda-kuda mencapai puluhan meter bahkan bisa sampai 50 meter lebih.
2. Rangka atap kayu
Rangka atap mempunyai material yang solid dan kaku, namun keterbatasannya
adalah pada potongan dari kayu utuh yang tidak bisa terlalu panjang, sehingga
jarak kuda-kuda bisa mencapai sekitar 4 meter.
3. Rangka atap baja ringan
Material baja ringan mempunyai kekuatan dan kekakuan yang terbatas, namun
akan efektif jika dipasangkan pada jarak tertentu. Umumnya profil reng dan
ketebalannya yang menjadi batas dari bentangnya, secara aplikasi jarak kuda-
kuda rangka atap baja ringan adalah 1.2 meter hingga 1.5 meter
Rumus menghitung volume atap

L = (P+2S) x (L+2S)/Cos (α)

Ket:
P = Panjang ukuran bangunan yang akan dipasang
L = Lebar ukuran bangunan yang akan dipasang
S = Overstek, yaitu panjang bagian atap yang tidak ditopang oleh bangunan
(menempel pada dinding luar bangunan)
α = Sudut Kemiringan

Contoh soal:
Luas rumah berukuran 10 m x 8 m, dengan overstek 1 m dan sudut kemiringan 30
derajat, maka berapakah luas atap limas rumah tersebut?

Jawabannya:
L = (10+1+1) x (8+1+1)/cos 30
L = 12 x 10/0,866
L = 138,57 m2
 Volume Atap
Ukuran atap rumah misalnya 6 meter x 10 meter
dengan overstek 1 meter. Overstek adalah bagian atap
yang tidak ditopang oleh bangunan.
Sudut kemiringan atap adalah 30 derajat. Maka
penghitungan luas atap rumah adalah sebagai berikut.
=(6 meter + 2 meter) x (10 meter + 2 meter) /
(cosinus/cos 30).
=(8 meter x 12 meter) / cos 30
= (96 meter) / 0,83
= 115,6 meter persegi
TERIMAKAS
IH

You might also like