You are on page 1of 13

SUSUNAN SARAF

OTONOM DAN
TRANSMISI
Kelompok : 2
Winda Anatasia 16330081
Rasya Syakila Pakaya 21330022
Latar Belakang

Transmisi Neurohumoral atau Transmitor adalah impuls saraf dari susunan


saraf pusat (SSP) hanya dapat diteruskan ke ganglion dan sel efektor melalui
pelepasan suatu zat kimia yang khas. Sistem saraf motorik terbagi atas
sistem otonom dan somatik.
1. Impuls Saraf Otonom

Impuls saraf yang disampaikan oleh saraf otonom akan dibawa ke


organ efektor melalui dua jenis saraf eferen yaitu preganglion dan
postganglion. Pusat utama dari susunan saraf otonom ini adalah
hipotalamus, namun di atasnya ada lagi yang menjadi pusat yaitu korpus
triatum dan korteks cerebrum. Serat eferen ini akan terbagi dalam dua
kelompok besar yaitu sistem simpatis dan sistem parasimpatis.
2. Neurotransisi
Neurotransmisi merupakan proses selama transfer impuls saraf dari satu
neuron ke neuron lainnya. Proses ini membutuhkan neurotransmiter (substansi
kimia yang dilepaskan di ujung serat saraf setelah adanya impuls saraf di mana
pengeluarannya dengan difusi ke celah sinaps. Neurotransmiter ini menyebabkan
transfer impuls menuju serat saraf, serat otot, dan struktur lain.

Proses neurotransmisi antara lain :


a. Sintesis, peyimpanan, dan pelepasan neurotransmitter
•Sintesis dilakukan di sitoplasma
•Penyimpanan dilakukan di vesikel sinaps
b. Pengikatan neurotransmiter dengan reseptor sehingga menimbulkan efek
C . Terminasi transmisi neurohormonal
Neurotransmiter sendiri banyak jenisnya seperti yang telah dijelaskan pada lecture
notes C5 : neurofisiologi dasar. Neurotransmiter ini akan berikatan ke reseptor
spesifik ke struktur target.
Ada tiga macam reseptor autonomik, antara lain :
 Muscarinic and Nicotinic Receptors
 Adregenic Receptors
 Dopamine Receptors
Kemudian, ada beberapa neurotransmiter utama yang akan sangat berpengaruh
dalam jalannya impuls saraf simpatis dan parasimpatis. Berikut neurotransmiter
tersebut :
 Saraf Simpatis
Preganglion (serat kolinergik) : asetilkolin
Postganglion (serat adrenergik) : norepinefrin
 Saraf Parasimpatis
Preganglion (serat kolinergik) : asetilkolin
Postganglion (serat kolinergik) : asetilkolin
PEMBAHASAN
1. Transmitor Neurohumoral Pada Sususan Saraf Pusat (SSP)
Impuls saraf dari susunan saraf pusat (SSP) hanya dapat diteruskan ke ganglion
dan sel efektor melalui pelepasan suatu zat kimia yang khas yang disebut
transmitor neurohumoral atau disingkat transmitor. Pada dosis terapi, tidak
banyak obat yang dapat mempengaruhi konduk si akson, tetapi banyak sekali zat
yang dapat mengubah transmisi neurohumoral.
Konduksi saraf hanya dapat dipengaruhi oleh anestetik lokal dosis terapi yang
diinfiltrasikan dalam kadar yang relatif tinggi di sekitar serabut saraf, dan oleh
beberap zat lain seperti tetradoksin. Pada akson, potensial membran istirahat
sekitar -70 mV. Potensial negatif ini disebabkan oleh kadar ion K+ didalam sel saraf
40 kali lebih besar daripada kadarnya diluar sel, sedangkan ion Na+ dan Cl+ jauh
lebih banyak di luar sel. Dalam keadaan potensial istirahat ini, ion Na+ tidak dapat
memasuki sel.
Saraf yang mensistesis dan melepaskan ACh disebut saraf kolinergik, yakni
saraf praganglion simpatis dan parasimpatis, saraf pasca ganglion parasimpatis
dan saraf Keempat tahap transmisi neurohumoral yaitu sintesis, penyimpanan,
pelepasan, ikatan dengan reseptor dan eliminasi transmitor merupakan dasar
untuk pengertian kerja obat otonom. Obat yang bekerja pada saraf otonom
mempengaruhi salah satu tahap transmisi neurohumoral tersebut, yaitu pada
transmisi adrenergik atau transmisi kolinergik tanpa membedakan apakah saraf
tersebut termasuk sistem simpatis, parasimpatis atau somatik.
Berikut proses neurotransmisi pada beberapa macam transmisi di sistem saraf
otonom
1. Transmisi Kolinergik
a. Sintesis dan Penyimpanan
• Transpor kolin menuju presinaps melalui bantuan CHT (Sodium-
dependent Choline Transporter)
• Di sitoplasma, asetilkolin disintesis dengan kolin dan asetil Co-
A dengan bantuan enzim kolin asetil transferase
• Asetilkolin ditrasnpor menuju vesikel dan disimpan

b. Pelepasan dan Terminasi


• Vesikel berfusi ke membran prasinaps akibat adanya influks
Ca2+
• Asetilkolin mengalami eksositosis dan menuju
reseptor nikotinik atau muskarinik di membran postsinaps
• Terminasi asetilkolin dengan asetilkolin esterase
2. Transmisi Adrenergik
a. Sintesis dan Penyimpanan
• Tirosin ditransfer menuju ujung noradregenik menggunakan sodium
dependent carrier.
• Tirosin dikonversi menjadi dopamine kemudian ditranspor ke vesikel
untuk disimpan.
• Dopamin akan dikonversi menjadi norepinefrin dengan bantuan
dopamine-hidroksilase.
b. Pelepasan dan Terminasi
• Potensial aksi membuka kanal ion Ca2+ bergerbang listrik sehingga terjadi
influks Ca2+
• Konsenterasi ion Ca2+ meningkat sehingga terjadi fusi vesikel ke
membran prasinaps.
• Neurotransmitter mengalami eksositosis menuju ke reseptor spesifik
di membran postsinaps.
• Kemudian terjadi penghancuran norepinefrin dengan enzim catheco-methyl
transferase (COMT) atau dengan pengambilan kembali norepinefrin oleh ujung
saraf presinaps dengan norepinefrin transporter (NET).
KESIMPULAN
1. Transmisi Neurohumoral atau Transmitor adalah impuls saraf dari susunan
saraf pusat (SSP) hanya dapat diteruskan ke ganglion dan sel efektor melalui
pelepasan suatu zat kimia yang khas.
2. Susunan saraf motorik terdiri atas sistem otonom dan somatik. Sistem saraf
otonom impulsnya diteruskan melalui sistem simpatis dan parasimpatis, yang
biasanya bersifat antagonistik. Secara umum dapat dikatakan bahwa sistem
parasimpatis berperan dalam fungsi konservasi dan reservasi tubuh, sedangkan
sistem simpatis berfungsi mempertahankan diri terhadap tantangan dari luar
tubuh dengan reaksi berupa perlawanan atau pertahanan diri. Saraf yang
mensistesis dan melepaskan ACh disebut saraf kolinergik, yakni saraf
praganglion simpatis dan parasimpatis, saraf pasca ganglion parasimpatis dan
saraf somatik yang mempersarafi otot rangka. Saraf yang mensintesis dan
melepaskan NE disebut saraf adrenergik, yakni hampir semua saraf pasca
ganglion simpatis.
3. Transmisi neurohumoral memegang peranan penting dalam meneruskan impuls
saraf otonom, dimana masing-masing memiliki neurotransmitor yang berbeda
untuk masing masing saraf simpatis dan parasimpatis. Reaksi sel efektor dapat
berupa perangsangan dan penghambatan tergantung jenis transmitor dan jenis
reseptornya. Obat otonom bekerja dengan menghambat sintesis atau penglepasan
transmitor, ikatan dengan reseptor dan hambatan destruksi transmitor.
DAFTAR PUSTAKA
1. Parenteau AR, Maktabi MA, Basic Physiology and Pharmacology of the
Autonomic Nervous System, In Principles anda Practice of Anesthesiology, 2nd
Edition, Craven L et al (ed), Mosby-Year book, mc : Phiadeiphia. 1998 : 721-
52.
2. Darmansyah I, Arini setiawati, Sulistia gan, Susunan saraf Otonom dan
transmisi Neurohumoral, Dalam : Farmakologi dan Terapi, FKUT : Jakarta.
1994 : 23-38.
3. Stoelting RK, Miller RD, Autonomic Nervous System, in Basic of Anesthesia,
fourth edition, Churchill Livingstone : Pensylvania. 2000 : 34-45.
4. Katzung BG, introduction to Autonomic Pharmacology, in Basic and Clinical
Pharmacology, seventh edition, Katzung (ed), Appleton & Lange, Connecticut.
2002 : 73-89.

You might also like