You are on page 1of 49

Tantangan Profesi Gizi

TIM FASILITATOR DPD PERSAGI JATENG

Se

Pelatihan Asuhan Gizi Terstandar


Purwokerto, 9 – 11 Mei 2017
10 Health Instructions of the President

Nutrition is the Investment for the Nation


“No more severe acute malnutrition”
as Indonesia has become a middle
Meeting - Geneva
income country
Anung for Global Nutrition Surveillance
2
Ambitious new agenda would end poverty by 2030 and
universally promote shared economic prosperity, social
development and environmental protection

“This is the People’s Agenda, a plan of action for ending


poverty in all its dimensions, irreversibly, everywhere, and
leaving no one behind. It seeks to ensure peace and
prosperity, and forge partnerships with people and planet at
the core. The integrated, interlinked and indivisible 17
Sustainable Development Goals are the people’s goals and
demonstrate the scale, universality and ambition of this new
Agenda.”

3
Indikator Dampak Program Kesehatan dan Gizi
SDM cerdas berkualitas

• SDG’s (17) WELL BEINGHEALTHY WEALTHY

Kematian ibu
Kematian bayi Menurun
Kematian anak
Membaik
Status gizi

4
MMR dari berbagai Sumber: 1990-2015

446

390
360 360 359
346
334 310
MMR/100.000 Live Birth

305

307 250 244


228

126

1990 1995 2000 2005 2007 2010 2012 2014 2015


Reference Period
UN/WHO Exponential (UN/WHO) IDHS
Census Supas SRS

5
MMR regional, Supas 2015 (BPS)

Factor for Factor for


Number of
death birth Number of Relative
Maternal
Region adjusted adjusted Live births MMRatio Range Standard
deaths
(inverse (P/F (corrected) Error/RSE (%)
(corrected)
completeness) Ratio)
Sumatera 1.79 1.15 4 198 1 222 177 344 262 - 432 12.39
Jawa - Bali 1.66 1.20 6 865 2 780 243 247 183 - 321 13.82
Kalimantan 1.52 1.16 1 503 322 452 466 213 - 725 27.28
Sulawesi 1.36 1.10 1 068 378 372 282 186 - 384 17.46
Nusa
Tenggara, 1.73 1.15 1 875 383 774 489 292 - 683 20.21
Maluku, Papua

Indonesia 1.65 1.17 15 509 5 087 016 305 260 - 357 7.97

6
 estimasi 2030?kesepakatan global:
MMR<70/100.000LH
350
305
300
271
MMR/100,000 Live births

250 230 208


200
207 163
150 123

100
70
50 88
69
40
0
2014 2016 2018 2020 2022 2024 2026 2028 2030 2032 2034 2036 2038 2040
Year of Estimation

5.5% ARR 2.4% ARR 7.5%ARR


7
ARR=Annual Reduction Rate
Annual Reduction Rate (ARR) 5,5%
600

489
500

400
305
MMR

300

198
200
247

100
100

0
2014 2016 2018 2020 2022 2024 2026 2028 2030 2032 2034 2036 2038 2040

Tahun Estimasi

Nasional Sumatera Jawa-bali Kalimantan Sulawesi IBT

8
Kematian Bayi dan Anak,
SDKI 1991-2012
120.0

97.4
100.0 Neonatal Mortality
Post-neonatal Mortality
81.3 Infant Mortality
Dearth per 1000 live births

80.0 Under-five Mortality


67.8

57.0 58.2
60.0
45.7 46.0 44.0
40.0
36.1
40.0 35.0 34.0
30.4 32.0
23.9
31.7 20.0 19.0
26.5 19.0
20.0 21.8
15.0 15.0 13.0
0.0
1991 1994 1997 2002 2007 2012
Calendar Year

9
Balita Stunting 2001-2013
40.0 37.7 38.1
37.3
36.8
37.2
35.0 35.6
36.2
35.8
29.5 29.6
33.8
29.6
30.0

29.4 28.5

25.0 27.3

20.0
SKRT 2001 SKRT 2005 Riskesdas 2007 Riskesdas 2010 Riskesdas 2013

Perempuan Laki-laki Total


Severe Stunted: PSG 2015-2016
20.0
18.0
16.0
14.0
12.0
10.0
Persen

8.0
6.0
4.0
2.0
0.0
i l l I i l l
c eh mut bar iau mb se kulu ung be iau DK bar eng DIY tim ten Bal NTB NTT lbar eng lse ltim tara ulut eng lse ltra talo lbar luku alut bar pua
A Su um R Ja um ng p B p.R a Ja Jat Ja Ban t a t u a
S S e am ep Ke Ka Kal K Ka Kal S Sul S Su ron Su Ma M P Pa
B L K Go

Provinsi

2015 2016

11
Moderate Stunted: PSG 2015-2016
30.0

25.0

20.0

15.0
Persen

10.0

5.0

0.0
i l l I i l l
c eh mut bar iau mb se kulu ung be iau DK bar eng DIY tim ten Bal NTB NTT lbar eng lse ltim tara ulut eng lse ltra talo lbar luku alut bar pua
A Su um R Ja um ng p B p.R a Ja Jat Ja Ban t a t u a
S S e am ep Ke Ka Kal K Ka Kal S Sul S Su ron Su Ma M P Pa
B L K Go

Provinsi

2015 2016

12
Stunted: PSG 2015-2016
45.0

40.0

35.0

30.0

25.0

20.0
Persen

15.0

10.0

5.0

0.0
i l l I i l l
eh ut ar iau b se ulu ng be iau K ar ng IY m en al TB TT ar ng se m ra lut ng se tra alo ar ku lut ar ua
Ac Sum umb R Jam um ngk pu Ba p R D Jab Jate D Jati ant B N N Kalb alte Kal Kalti Kata Su ulte Sul Sul ont Sulb alu Ma Pab Pap
S S e am p. Ke B K S r M
B L Ke Go
Provinsi

2015 2016

13
Proporsi balita 0-59 bulan menurut
Status Gizi (TB/U & BB/TB) 2007-2013

3.9 4.8 5.1


100.0
90.0
80.0 45.9 49.1 48.6
70.0
60.0
11.4
50.0 11.1 9.6
7.4 6.8
40.0 7.6
30.0
29.1 25.3 27.4
20.0
10.0 2.3 2.1 2.5

0.0
2007 2010 2013

Pendek-kurus Pendek-Normal Pendek-Gemuk


Normal-kurus Normal-normal Normal-gemuk
Stunting Balita menurut Jenis kelamin dan
Strata Sosek, 2013
60.0

49.6
50.0 47.2 48.4
43.9
41.1 42.5
Prevalensi Stunting (%)

40.0 38.8 38.2 38.5


33.8
32.3
30.7 29.4 28.6 29.0
30.0

20.0

10.0

0.0
1 2 3 4 5
Strata ekonomi

Laki-laki Perempuan Laki+Perempuan

15
Stunting Usia Sekolah, 2001-2013
40.0

30.0

20.2
22.1 20.0
20.0 21.7 17.8

10.0
13.2 11.7
9.9 10.5
8.3

0.0
SKRT 2001 SKRT 2005 Riskesdas 2007 Riskesdas 2010 Riskesdas 2013

Sangat pendek Pendek


Jumlah Penduduk Malnutrition, 2013

Jumlah Penduduk Bermasalah Gizi menurut Klasifikasi Jumlah


Penduduk Kabupaten/Kota
Umur
Total
(tahun)
<200 ribu 200-500 ribu 500 ribu-1 juta >1 juta
(185 kab/kota) (167 Kab/kota) (75kab/kota) (70 kab/kota)

0-4 1.333.083 2.989.496 2.656.572 5.454.544 12.433.695

5-18 2.954.639 6.660.340 5.732.723 12.018.040 27.365.743

19-90 8.459.111 19.749.334 22.388.162 50.118.575 100.715.182

Total 12.746.833 29.399.170 30.777.457 67.591.160 140.514.620


BAGAIMANA MELAKUKANNYA? APA YANG DIMILIKI
OLEH SELURUH NEGARA YANG BERHASIL ITU?
Dukungan dan keterlibatan politik yang berkelanjutan di
tingkat tertinggi – Gizi menjadi prioritas nasional
Pendekatan Multi-sektor: Program-program gizi sensitif yang
dilaksanakan secara simultan (air minum dan sanitasi,
pertanian gizi sensitif, bantuan langsung tunai yang berkaitan
dengan gizi). Seringkali, program-program kesehatan di tingkat
pusat: titik masuk awal untuk intervensi dan mendorong
perubahan di tingkat lokal.
Peranan Kementerian Keuangan: Menetapkan instrumen
peraturan dan kebijakan untuk menciptakan mekanisme
insentif agar pengeluaran publik sesuai dengan tujuan prioritas
pembangunan seperti penanggulangan stunting (perhatian
khusus diberikan kepada kasus “mini”.
 Pendekatan berbasis hasil: Sebuah sistem insentif untuk menyelaraskan
intervensi terhadap penerima layanan (sisi permintaan/demand) dan pemberi
layanan (sisi penawaran/supply) dan memastikan penyelenggaraannya oleh
pemerintah daerah. Sistem insentif ini hendaknya dikontekstualisasi dengan
situasi lokal. Menyelaraskan alokasi sumber daya, dan meningkatkan efisiensi
belanja dan prioritisasi intervensi berbasis bukti.
 Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku yang sangat kuat dan dikembangkan
dengan baik: Intervensi komunikasi perubahan perilaku (BCC) terpadu di seluruh
tingkatan, termasuk di tingkat masyarakat melalui komunikasi interpersonal.
Kesadaran mengenai gizi oleh semua pihak.
 Program gizi masyarakat berfungsi sebagai program pemantauan dan promosi
pertumbuhan yang berkualitas – dengan dukungan dari petugas kesehatan yang
efektif untuk melakukan sosialisasi
 Sistem pemantauan sosial untuk meningkatkan akuntabilitas sosial dengan
memantau hasil-hasil yang dicapai di lapangan
Indonesia MEMILIKI SEBAGIAN BESAR FAKTOR TERSEBUT,
BAIK YANG SUDAH MAUPUN SEDANG BERJALAN
 Komitmen politik tingkat tertinggi untuk mengurangi malnutrisi
anak dengan menggunakan pendekatan multi-sektor.
 Pembelajaran dari berbagai program sebelumnya yang sangat
berhasil– Posyandu, PKH, Generasi, Pamsimas
 Program-program perlindungan sosial yang sangat kuat dan
berkembang pesat dengan penargetan yang lebih baik dan
berfokus pada pengurangan stunting
 Budaya keterlibatan dan partisipasi masyarakat yang kuat
 Undang-Undang Dana Desa untuk mempromosikan program gizi
multi-sektor
 Pendekatan multi-sektor mulai dilaksanakan secara terpadu
 Perhatian pada layanan kesehatan primer – penambahan
pendanaan untuk kesehatan, JKN, termasuk paket-paket
pencegahan/preventif
NEGARA-NEGARA YANG SUKSES
MENURUNKAN STUNTING
Apa lagi yang bisa dilakukan Indonesia – untuk
DIdiskusikan
 Memastikan agar platform multisektor lintas program berfungsi dengan baik
dan terkoordinasi, yaitu Gerakan 1,000 HPK Sekretariat, Satuan Tugas Nasional
PAUD HI.
 Bagaimana menyelaraskan insentif antara sisi permintaan dan penawaran
dengan lebih baik? Pembiayaan berbasis hasil, yaitu DAK berbasis kinerja di
sektor kesehatan dan pendidikan dengan menggunakan indikator-indikator gizi;
mendorong penerapan pembayaran kapitasi JKN untuk memperbaiki layanan
gizi; mendorong Dana Desa untuk merevitalisasi program gizi masyarakat.
 Bagaimana memperkuat kapasitas pemerintah daerah? Kepemimpinan dan
kesadaran yang kuat untuk mengatasi masalah malnutrisi; kapasitas untuk
merencanakan, melaksanakan dan memantau program gizi multisektor secara
terpadu; penegakan Standar Pelayanan Minimum yang terkait dengan layanan
gizi dengan lebih baik.
 Bagaimana meningkatkan sinergi dan koordinasi lintas program untuk
memperbesar dampaknya? Memastikan pelaksanaan program yang
berkualitas dan terukur; platform pelayanan terpadu di tingkat masyarakat;
koordinasi berbagai struktur fasilitasi; reformasi program gizi masyarakat.
TANTANGAN
SUMBER DAYA MANUSIA
ARAH KEBIJAKAN
KEMENTERIAN KESEHATAN

ARAH & STRATEGI ARAH KEBIJAKAN UPAYA REFORMATIF &


NASIONAL DLM KEMENTERIAN AKSELERATIF DLM
RPJMN 2010-2014 KESEHATAN MENINGKATKAN AKSES &
YANKES

Peningkatan Akses dan kualitas pelayanan kesehatan

Dilakukan melalui : (a) Pemihakan Kebijakan dan Pengalokasian


Sumber Daya yang Lebih Membantu Kelompok Miskin dan Daerah
Tertinggal; (b) Pengembangan Instrumen untuk Memonitor
Kesenjangan Antar Wilayah dan Antar Tingkat Sosial Ekonomi ; (c)
Peningkatan Advokasi dan Capacity Building Bagi Daerah Tertinggal.
UPAYA POKOK DALAM sub SISTEM SDM-KES

menyeluruh baik secara nasional,


distribusinya menurut
prov/kab/kota.
Sesuai kebutuhan pembangunan
kesehatan, baik jenis, jumlah, dan
mutunya
pemerataan, pemanfaatan dan
pengembangan Nakes

melalui standardisasi, registrasi,


sertifikasi dan lisensi Nakes
PENGERTIAN tenaga kesehatan
•TENAGA KESEHATAN (PP 32 Tahun 1996 tentang tenaga kesehatan)
• Setiap orang yanlg mengabdikan diri dalam bidang kesehatan
serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan
di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan
•NAKES terdiri dari:
1. Tenaga Medis
2. Tenaga Keperawatan
3. Tenaga Kefarmasian
4. Tenaga Kesehatan Masyarakat
5. Tenaga Gizi
6. Tenaga Keterapian Fisik
7. Tenaga Keteknisan Medis
Isu pokok
PERENCANAAN NAKES PENGADAAN NAKES
•Standar Ketenagaan yang •Kompetensi yang dimiliki
bersifat umum, tidak dapat lulusan Nakes tidak
menjawab keterbatasan/ “match” dengan kebutuhan
kondisi aktual di lapangan, pelayanan ( tidak siap
sehingga banyak deviasi pakai atau tidak
terhadap standar vs dibutuhkan oleh layanan
•Distribusi institusi
pendidikan tidak merata
•Beragamnya kualitas
lulusan
•Belum tuntasnya
pengaturan antara
pengadaan dengan
kebutuhan
27
Pendidikan nakes dan kebutuhan nakes
DEMAND SUPPLY
• Perkembangan
Demografi
• Perkembangan
Fasyankes
Jumlah , kualifikasi dan
• Karakteristik
Mutu Lulusan
geografis wilayah
• Pergeseran Pola
Penyakit
• Upaya yankes

ANALISIS
KEBUTUHAN NAKES

28
Supply demand
Mis matchPermintaan
antara rekomendasi
supply danpembukaan
kebutuhan sekolah
nakes nakes

Analisis
kebutuhan nakes
terkait kapasitas
produksi

29
Ketersediaan Vs Kebutuhan Nakes

325000

275000

225000

175000

125000 ketersediaan
kebutuhan
75000

25000
dokter dokter perawat bidan sanitarian gizi
spesialis
ketersediaan 23941 93714 275780 198237 10182 9229
kebutuhan 31427 99369 290655 217285 13710 12627
Kekurangan Nakes Vs Produksi

32500

27500

22500

17500

12500 kekurangan
lulusan
7500

2500

dokter dokter perawat bidan sanitarian gizi


spesialis
kekurangan 7486 5655 14875 19048 3528 3398
lulusan 300 5004 33039
33694 21155 2849 2450
2457
TANTANGAN PELAYANAN GIZI
RUMAH SAKIT
t
ELAYANAN MENYELURUH DI RUMAH SAKIT

PELAYANAN MEDIS

Medical
Care Process

PASIEN

Nursing Nutrition
Care Process Care Process

PELAYANAN PELAYANAN GIZI 2


KEPERAWATAN
NUTRISI SANGAT MEMPENGARUHI
PROSES PENYEMBUHAN PENYAKIT

MALNUTRISI BERDAMPAK PADA:


lama perawatan
komplikasi penyakit
biaya pengobatan
terjadinya kematian

3
Prevalensi malnutrisi di RS
Bistrian US, 1974 50%
Bistrian US, 1974 44%
Hill UK, 1977 25 - 40%
Hill UK, 1977 35 - 50%
Warnold Swe, 19781 37%
Willcuts US, 1978 65%
Weinsier US, 1979 48%
Asplund Swe, 1981 30%
Albund Swe, 1982 22%
Jensen Denmark, 1982 28%
Symreng Swe, 1983 25%
Broden Swe, 1984 17 - 47%
Wesdorp Holand, 1986 25%
Wesdorp Holand, 1989 25%
Smit Holand, 1991 40%
Jakarta INA, 1999 20 - 60%
Prevalensi malnutrisi di RS

• Terjadi di RS terbaik di dunia


• Prevalensi malnutrisi 40% - 45%
• 12% pasien malnutrisi berat
• Di ruang rawat bedah: 50%
• Dampak: komplikasi meningkat 3x lipat,
kematian meningkat
• LOS lebih lama
• Biaya RS meningkat 35%-75%
Gallagher-Alfred, et al. J Am Diet Assoc 1996;96:361-9
Study based on 1327 hospitalized patients
FOOD WASTE/ SISA MAKANAN
Standard waste :
• UK: 20 % di piring & troli
• Australia : 20 % di piring &
5 % sampah di troli
• Indonesia < 20 % di piring

Food Waste :
UK : 51 % di piring
38 % sampah di troli
Indonesia ~ hampir sama 4
MALNUTRISI DI RS & SISA MAKANAN DI RS

TANTANGAN BAGI DIETISIEN UNTUK MEMBERIKAN


PELAYANAN GIZI YG BERKUALITAS

Nutrition Care – Food Service – QA & Riset

 LENGTH Of STAY & HOSPITAL COST


TANTANGAN
1. Tuntutan patient safety di rumah sakit
2. Tuntutan penyediaan makanan yang sehat, aman &
berkualitas
3. Tuntutan inovasi pemenuhan kebutuhan gizi akibat
perubahan gaya hidup modern dan pola makan,
aktifitas kurang, tuntutan pekerjaan,
4. Perubahan pola makan yang berkaitan dengan
penyakit
5. Perkembangan ilmu dan teknologi
6. Berkembangnya homeopathy atau pengobatan
alternatif.
7. Pembiayaan
8. Regulasi : UU RS, UU Kesehatan, dan sebagainya
POLA HIDUP MASYARAKAT

• Pola hidup rendahnya aktivitas fisik, gizi tidak


seimbang
• Kecenderungan gizi lebih  faktor resiko
• Kesadaran keamanan pangan  produsen maupun
konsumen
PELAYANAN
 Tingginya morbiditas penyakit infeksi  gizi
 Permintaan pelayanan yang berkualitas
 Persepsi bahwa Pelayanan Gizi bisa di lakukan
oleh profesi lain selain Dietesien
 Institusi Pelayanan Gizi sudah membutuhkan
RD & TRD sesuai dengan perkembangan
regulasi yang ada saat ini.
PROSES ASUHAN GIZI DI RUMAH SAKIT
(ASPEN)

ADMISSION EVALUATION OF DISCHARGE


CARE SETTING PLANNING

PATIENT ACUTE INPATIENT


MONITORING Goals
SCREENING Not at risk CARE REQUIREMENT
Achieved

TERMINATION
At risk OF THERAPY
Change
in Status

PATIENT NUTRITION IMPLEMENTATION REASSESSMENT


ASSESSMENT CARE PLAN AND UPDATING PLAN

6
PENYELENGGARA
MAKANAN
ASPEN, 2002
Model Asuhan Gizi & Proses Asuhan Gizi Terstandard
SISTEM PELAYANAN KESEHATAN KONDISI LOKAL
S
K KODE ETIK PENGETAHUAN GIZI BERPIKIR KRITIS
R
I
N DIAGNOSIS GIZI
EVIDENCE BASED PRACTICE

PENGKAJIAN GIZI
I
mengumpulkan identifikasi
N
informasi dan masalah,
G analisis menentukan

KETERAMPILAN
DIETISIEN penyebab

P
R MONITORING GIZI PASIEN
INTERVENSI GIZI
O DAN EVALUASI
G Rencana
monitoring kemajuan Implementasi
R
A
M
KERJA SAMA KOMUNIKASI
M
U EKONOMI SOSIAL BUDAYA
7
T
U
AMERICAN DIETETIC ASSOCIATION, 2003
Upaya menjamin pemenuhan kebutuhan gizi PAGT
pasien yang bermasalah / beresiko masalah gizi

Order Diet
individual

MENU
PENCATATAN
PELAPORAN ANGGARAN

PENYAJIAN
FOOD
PEMBELIAN
SERVICE

PENGOLAHAN PENYIMPANAN
8

PERSIAPAN
Mrg,2011
 Berpikir Kritis (Critical thinking)
 Kemampuan menganalisis problem, merumuskan
solusi dan mengevaluasi solusi tersebut
 Membuat Keputusan (Decision making)
 Kemampuan memilih tindakan terbaik untuk
mengatasi problem
 Memecahkan Masalah (Problem solving)
 Bukan hanya memecahkan masalah, tapi juga
mengevaluasi hasil
 Kerjasama (Collaboration)
 Bekerja sama dengan yang lain yang dapat
membantu memecahkan masalah

Lacy&Pritchett, JAmDietAssoc103:1061-1072, 2003 9


KENDALA DALAM PELAYANAN GIZI RS

o Peran dietisien belum terlihat jelas


o „Update‟ keilmuan dietetik oleh dietisien masih
terbatas
o Kerjasama dalam pelayanan gizi dg provider kesehatan
lain belum optimal
o Dukungan manajemen RS perlu ditingkatkan
KONSEP BETTER HOSPITAL FOOD Hospitality-
Marketing-
atmosphere

NUTRITION ENVIROMENT
FOOD
CARE SERVICE
SERVICE

ASUPAN Food service


Skrining & MENINGKAT
PAGT & Management
Culinary-
Dietetic
HOSPITAL SISA
MALNUTRITION 
“patient
MAKANAN 
focused”

Anggaran
OUTCOME  LOS Efisiensi &
MANAGEMENT efektif
Mrg,2011
KEY MESSAGE

13
KEY MESSAGE

Nutrition Care should always


Reflect the state of the science
& the state of the art
Of dietetics practice

14

You might also like