You are on page 1of 56

DPRD

da l a m
kar an
g
lin DAERAH
PENGELOLAAN KEUANGAN

1
Sinopsis
Gagasan yang dituangkan dalam buku ini menggunakan pendekatan
perpaduan harmonis tiga paradigma, yakni dimensi yuridis, pragmatis,
dan teoretis. Mengedepankan harmonisasi ketiga paradigma tersebut
tidaklah mudah. Hal ini disebabkan oleh: (1) peraturan perundang-
undangan, sebagai wujud paradigma yuridis, belum stabil bahkan
membingungkan; (2) praktik pemeriksaan di sektor pemerintahan
belum bergerak berdasarkan sistem yang sempurna; (3) minimnya
teori pemeriksaan di lingkungan pemerintahan. Ketiga hal tersebut
semakin mendorong tekad para penulis untuk membahasnya
seoptimal mungkin tanpa harus mencederai paradigma yang ada.

Buku ini juga mengulas siklus pemeriksaan atas Laporan Keuangan


Pemerintah Daerah yang dijelaskan secara sederhana, jelas, dan lugas
sehingga akan sangat membantu memahami proses Pemeriksaan
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah.

Semoga buku ini bermanfaat dan memberikan pemahaman utuh


tentang pemeriksaan laporan keuangan pemerintah daerah atau
bahkan melahirkan ide dan kreasi baru yang lebih inovatif.
Sinopsis
Standar Pemeriksaan merupakan patokan bagi para pemeriksa dalam
melakukan tugas pemeriksannya. Seiring dengan perkembangan teori
pemeriksaan, dinamika masyarakat yang menuntut adanya
transparansi dan akuntabilitas, serta kebutuhan akan hasil
pemeriksaan yang bernilai tambah menuntut BPK menyempurnakan
standar audit pemerintahan (SAP) 1995.
SPKN ini ditetapkan dengan peraturan BPK Nomor 01 Tahun 2007
dan dimuatnya dalam Lembaran Negara. SPKN ini akan mengikat
BPK maupun pihak lain yang melaksanakan pemeriksaan keuangan
negara. Inilah tonggak sejarah dimulainya reformasi terhadap
pemeriksaan yang dilakukan BPK setelah 60 tahun pelaksanaan
tugas konstitusionalnya. Dengan demikian, diharapkan hasil
pemeriksaan BPK dapat lebih berkualitas yaitu memberikan nilai
tambah yang positif bagi pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara. Selanjutnya akan berdampak pada peningkatan
kesejahteraan hidup masyarakat Indonesia seluruhnya.
Penyusunan SPKN ini telah melalui proses sebagaimana
diamanatkan dalam undang-undang maupun dalam kelaziman
penyusunan standar profesi. Hal ini tidaklah mudah, oleh karenanya,
SPKN ini akan selalu dipantau perkembangannya dan akan selalu
dimutakhirkan agar selalu sesuai dengan dinamika yang terjadi di
masyarakat.
Hal yang terpenting dari sebuah proses penyusunan SPKN bukanlah
terletak pada kualitas SPKN-nya melainkan terletak pada kesuksesan
dalam penerapannya. Oleh karenanya segala kegiatan yang dapat
memungkinkan terlaksananya SPKN ini secara benar dan konsekuen
harus dilakukan. Inilah tugas kita bersama.
1. Peran Pemerintahan dalam Perencanaan
/ Penganggaran dan Penetapan Perda
2. Peran Pemerintah dalam Alokasi Dana ke
Daerah

LEGISLASI
1. Peran Pemerintah dalam
Membentuk PERDA Pertanggungjawaban dan
Penetapan Perda
bersama kepala daerah 2. Peran Pihak Berwenang

ANGGARAN 1. Mekanisme Penyusunan Tata Tertib


dan Perda
terhadap Tindak Lanjut Hasil
Pengawasan DPRD

2. Legal Drafting
Membahas dan menyetujui
rancangan APBD bersama
kepala daerah
1. Sistem Perencanaan Pembangunan FUNGSI DPRD
2. Penyusunan APBD
Pasal 2 PP 16 Tahun 2010
3. Keuangan DPRD
PENGAWASAN
Mengawasi pelaksanaan
PERDA dan APBD
1. Peran BPK terhadap Pertanggungjawaban
1. Prinsip-prinsip Penyelenggaraan Pemerintahan daerah
Pelaksanaan APBD 2. Prinsip-prinsip Dasar Pengelolaan dan Akuntansi
2. Peran Masyarakat dalam Pengawasan Keuangan Daerah
Penyelenggaraan Pemerintahan 3. Mekanisme Penyampaian LHP BPK
4. Mekanisme Pembahasan dan Tindak Lanjut Hasil
Pemeriksaan BPK
5. Pembahasan LKPJ
Perjalanan Ketentuan Peraturan Keuangan Daerah
<99 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

UU 22/ 99 UU 17/03

UU 25/ 99 UU 01/04

UU 15/04

UU 25/04

UU 32/04

UU 33/04

PP 105/00 PP 24/05

PP 58/05

KepMDN PerMDN
29/02 13/06
PerMDN
59/07
Perjalanan Ketentuan Peraturan Keuangan DPRD

<99 1999 2000 - 2004 2005 2006 2007 2008


2003
UU 22/99

UU 25/99

PP 110/00 PP 24/04 PP 37/05 PP 37/06 PP 21/07


PerMDN
21/07

Keuangan Revisi Pemberian Penjelasan


DPRD Tunjangan TKI dan Detail ttg
Perumahan BOP TKI dan
Pimpinan BOP
DPRD
ORGANISASI
PENGELOLAAN KEUANGAN
DAERAH
ENTITAS EKONOMI DI DAERAH
KEKAYAAN
PRIVAT KEKAYAAN DAERAH
• Sektor Privat
• Partai Politik
TIDAK DIPISAHKAN DIPISAHKAN
• Koperasi PEMERINTAHAN DAERAH • Perusda (BUMD)
• Yayasan • Badan Pengelola
• Lembaga DPRD PEMDA • Koperasi
Publik
1. Alat Kelengkapan 1. Kepala Daerah • Yayasan
• Pribadi DPRD 2. Satker (Dinas/
2. Fraksi Badan/ Kantor)
3. UPT (Unit
Pelaksana Teknis)
4. Badan Layanan
Umum
5. Bendahara Daerah

Sekretariat DPRD
KEKUASAAN ATAS PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA
(Pasal 6 UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara)

Pasal 6
(1) Presiden Selaku Kepala Pemerintahan memegang kekuasaan pengelolaan Keuangan Negara
sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan

(2) PRESIDEN

DIKUASAKAN (b) DIKUASAKAN (a)


MENTERI/PIMPINAN MENTERI KEUANGAN
LEMBAGA (PENGELOLA FISKAL DAN
(PENGGUNA WAKIL PEMERINTAH DALAM
ANGGARAN/BARANG) KEPEMILIKAN KEKAYAAN
NEGARA YANG DIPISAHKAN)

Chief Operational Officer (COO) Chief Financial Officer (CFO)

DISERAHKAN (c)

GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA SELAKU KEPALA


PEMERINTAHAN DAERAH UNTUK MENGELOLA
KEUANGAN DAERAH DAN MEWAKILI PEMERINTAH
DAERAH DALAM KEPEMILIKAN KEKAYAAN DAERAH
YANG DIPISAHKAN.
KEKUASAAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
Pasal 10 ayat (1)
(1) Kekuasaan pengelolaan keuangan daerah sebagaimana tersebut dalam Pasal 6
ayat (2) huruf c :
a. dilaksanakan oleh kepala satuan kerja pengelola keuangan daerah selaku
pejabat pengelola APBD;
b. dilaksanakan oleh kepala satuan kerja perangkat daerah selaku pejabat
pengguna anggaran/barang daerah.

GUBERNUR / BUPATI / WALIKOTA

Kepala Satuan Kerja pengelola Kepala Satuan Kerja perangkat daerah


keuangan daerah selaku pejabat selaku pejabat pengguna
pengelola APBD. anggaran/barang daerah.
· antara lain melaksanakan fungsi · Selaku pejabat pengguna anggaran/
bendahara umum barang daerah.
daerah.

Pengurusan Bendahara Pengurusan Administratif


PEMERINTAHAN DAERAH

PEMDA SETWAN DPRD

EKSEKUTIF LEGISLATIF

APBD
SISTEM MANAJEMEN
KEUANGAN DAERAH
SISTEM MANAJEMEN KEUANGAN
APBD
SISTEM
PERENCANAAN SISTEM
DAN PELAKSANAAN
PENGANGGARAN ANGGARAN

SISTEM
Pertanggung PENGAWASAN BUKTI
jawaban & TRANSAKSI
PENGENDALIAN

SISTEM
SISTEM
PERTANGGUNG
AKUNTANSI
JAWABAN
KEUANGAN
KEUANGAN
DAERAH
DAERAH
Laporan
LHP Keuangan
PEMERIKSAAN &
TINDAK LANJUT
HASIL PEMERIKSAAN
DISIPLIN ANGGARAN
• Jumlah
Pasal 3 (3) UU 1 Tahun 2004
 Setiap pejabat dilarang melakukan tindakan yang berakibat pengeluaran atas beban
APBN/APBD jika anggaran untuk membiayai pengeluaran tersebut tidak tersedia atau tidak
cukup tersedia. Pengecualiannya pada pasal 28 (4) UU 17 tahun 2003.

 Waktu
Pasal 11 UU 1 Tahun 2004
 Tahun anggaran meliputi masa satu tahun mulai dari tanggal 1 Januari sampai dengan 31
Desember.

 Mekanisme
Pasal 13(2) UU 1 Tahun 2004
 Semua penerimaan dan pengeluaran daerah dilakukan melalui Rekening Kas Umum Daerah.
Pasal 16 ayat (2), (3), dan (4)
 Penerimaan harus disetor seluruhnya ke Kas Negara/Daerah pada waktunya yang
selanjutnya diatur dalam peraturan pemerintah.
 Penerimaan kementerian negara/lembaga/satuan kerja perangkat daerah tidak boleh
digunakan langsung untuk membiayai pengeluaran.
 Penerimaan berupa komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan
dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh negara/daerah adalah hak negara/daerah.
KONDISI DARURAT
PASAL 28 (4) UU 17/ 2003

Dalam keadaan darurat Pemerintah Daerah dapat melakukan pengeluaran


yang belum tersedia angga- rannya, yang selanjutnya diusulkan dalam
rancangan perubahan APBD, dan/atau disampaikan dalam Laporan
Realisasi Anggaran.

Penjelasan PASAL 28 (4) UU 17/ 2003

Pengeluaran tersebut dalam ayat ini termasuk belanja untuk keperluan


mendesak yang kriterianya ditetapkan dalam Peraturan Daerah
tentang APBD yang bersangkutan.
PERENCANAAN
DAN
PENGANGGARAN
SATU SIKLUS MANAJEMEN KEUANGAN DAERAH

SATU SIKLUS ANGGARAN DAERAH


1/1 31/12 1/1 31/12 1/1 30/6

PERENCANAAN PELAKSANAAN PERTANGGUNG


DAN ANGGARAN JAWABAN
PENGANGGARAN

AKUNTANSI
KEUANGAN
DAERAH

12 BULAN 12 BULAN 6 BULAN


30 BULAN
SISTEM PERENCANAAN
Pasal 150 UU 32/ 2004

5 TH

20 TH 1 TH
PERDA
M RPJM DAERAH M
PERDA U PENJABARAN U RKP DAERAH
S RPJP S
RPJP R R
Arah Kebijakan Rancangan
DAERAH E Keuangan Daerah E Kerangka Ekonomi
N Strategi N Daerah
VISI B Pembangunan B
A Daerah
A Prioritas
MISI N Kebijakan Umum N
Pembangunan
Daerah
G
ARAH D Program Kerja
G
PEMBANGUNA D Rencana Kerja dan
N A A Pendanaan
Rencana Kerja
(Kerangka Regulasi)

Rencana Kerja
(Kerangka
Pendanaan)
RPJPD APBD

Renstra RPJMD Perkada


Penjabaran APBD

Renja RKPD DPA

RKA RAPBD
Implementasi
JADWAL PENGANGGARAN
NO JENIS KEGIATAN WAKTU
1 Pelaksanaan Musrenbangda Tahunan dalam Rangka Penyusunan RKPD s/d Maret
2 Penyusunan Kebijakan Umum APBD Periode Maret s.d Medio
Juni
3 Penyampaian Kebijakan Umum APBD kpd DPRD Medio Juni
4 Pembahasan Kebijakan Umum APBD, PPAS dgn DPRD
5 Penyusunan RKA SKPD
6 Pembahasan RKA SKPD dgn DPRD Periode Medio Juni s.d
7 Penyampaian dan Evaluasi RKA SKPD oleh Tim Anggaran Eksekutif Daerah Minggu I Oktober
8 Penyusunan Raperda APBD & Raper KDH ttg Penjabaran APBD & Dok. Pendukung
9 Penyebarluasan Raperda ttg APBD kpd masyarakat
10 Pengajuan Raperda tentang APBD kpd DPRD disertai Penjelasan & Dok. Pendukung Minggu I Oktober

11 Pembahasan Raperda APBD & persetujuan bersama DPRD


Mg I – IV November
12 Penyusunan Raper KDH ttg Penjabaran APBD dan Rancangan DPA SKPD
13 Penyampaian Raperda APBD & Raper KDH ttg Penjabaran APBD u/ dievaluasi (3 hari)
14 Evaluasi Raperda APBD dan Raper KDH tentang Penjabaran APBD (15 hari)
15 Penyempurnaan hasil evaluasi (7 hari)
16 Penetapan Raperda APBD Minggu IV Desember
K O M PO NEN APBD

PENDAPATAN BELANJA

SURPLUS DEFISIT

PEMBIAYAAN

Dimanfaatkan : Dibiayai al. dr :

• Tranfer ke Dana Cadangan • Sisa Lebih Perhit Angg Thn Lalu


• Pembayaran Pokok Hutang • Pinjaman Daerah Dan Penjualan
Obligasi Daerah
• Penyertaan Modal (investasi) • Hasil Penjualan Barang Milik Daerah
• Sisa Perhitungan TH Berkenaan yang Dipisahkan
• Transfer dari Dana Cadangan
APBD
PIHAK DI LUAR
PEMERINTAHAN
PEMERINTAHAN
DAERAH
DAERAH

PEMERINTAH DENGAN TANPA


DPRD
DAERAH PRESTASI PRESTASI

POS BELANJA
POS BELANJA
1. BARANG & JASA
1. PEGAWAI 2. PEMELIHARAAN
2. PERJALANAN DINAS 3. MODAL BANTUAN

BELANJA TIDAK TERSANGKA


PELAKSANAAN
ANGGARAN
BT/ LS PEMBAYARAN BS/ PK/ UP

DEFINITIF BELUM DEFINITIF

JELAS + PASTI

JUMLAH/ NILAI SPJ SETELAH SPM

WAKTU

PENERIMA SISTEM UYHD


MATA ANGGARAN

SPJ BERSAMAAN SPP


TIDAK BERSISA
DITERIMA PIHAK KETIGA
PENGGUNA KASUBAG PENGGUNA
BENDAHARA BUD
BARANG/ JASA KEUANGAN ANGGARAN

Anggaran
Kas
DOK DOK
PENGAJUAN PENGAJUAN
APBD SPD SPD

SPP SPP
DPA

DRAFT SPM DRAFT SPM

Kegiatan
SPM SPM

tagihan SP2D
SP2D

UANG UANG

BUKTI/ SPJ BUKTI/ SPJ BUKTI/ SPJ


PERTANGGUNGJAWABAN
POLITIS MORAL KINERJA HUKUM
KEUANGAN

LENGKAP SAH

• Dasar dilaksanakannya  ADMINISTRASI


kegiatan
• Dasar pembayaran atas  LEGAL
kegiatan
• Bukti kegiatan telah terjadi
AKUNTANSI KEUANGAN
DAERAH
LEVEL SAKD

1 Sistem Akuntansi Tingkat


Pemda

2 Sistem Akuntansi Satuan


Kerja (SA SATKER)

3 Sistem Akuntansi Bendahara


Daerah
SISTEM AKUNTANSI POKOK
Dokumen Catatan Laporan
Peringkasan

Dokumen Buku Buku Laporan


Transaksi Jurnal Besar Keuangan

Pencatatan & Penggolongan Kertas


Buku Kerja
Pembantu

Buku
Register
• Kumpulan • Laporan Perhitungan
Rekening APBD
(Ringkasan dan
• Rincian) • Nota Perhitungan APBD
Bukti
Penerimaan • Laporan Aliran Kas
Kas • Buku Jurnal
Penerimaan Kas
• Neraca Daerah
• Bukti
Pengeluaran • Buku Jurnal
Kas Pengeluaran Kas

• Bukti • Buku Jurnal Umum


Kebijakan Akuntansi
Memorial
LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

Laporan Realisasi APBD CATATAN ATAS


Anggaran – Realisasi Pendapatan LAPORAN KEUANGAN
Anggaran – Realisasi Belanja
Anggaran – Realisasi Surplus/Defisit
Laporan Kinerja Keuangan Daerah
Anggaran – Realisasi Pembiayaan
Realisasi Pendapatan
Realisasi Belanja
Realisasi Surplus/Defisit
Realisasi Pembiayaan
Neraca Daerah
Aktiva
- Aktiva Lancar
Laporan Aliran Kas - Investasi Jk. Panjang
Saldo Awal - Aktiva Tetap
Penerimaan Operasional - Dana Cadangan
Investasi - Aktiva Lain-lain
Pengeluaran Pembiayaan Hutang
Saldo Akhir -Hutang Jangka Pendek
Laporan Perubahan -Hutang Jangka Panjang
Ekuitas Dana Ekuitas Dana
Saldo Awal -Ekuitas Dana Umum
Pendapatan Daerah -Ekuitas Dana Dicadangkan
Belanja Daerah Non Modal -Ekuitas Dana Donasi
Saldo Akhir
PEMERIKSAAN DAN
PERTANGGUNGJAWABAN
KEUANGAN DAERAH
SISTEM PERTANGGUNGJAWABAN ANGGARAN
TA BERIKUTNYA
TA BERJALAN
s.d 28 FEB s.d 31 MARET 1 apr - 31 MEI 1 - 30 JUNI 1 Juli - 31 AGUSTUS

SKPD BUD BPK Pemda DPRD


1. MELAKSANAKAN APBD
2. MEMBUKUKAN TRANSAKSI
KEUANGAN PERSIAPAN P
RAPERDA
MENYUSUN LAPORAN E
KEUANGAN
• LRA
MENGKOMPILASI
LAPORAN KEUANGAN
Pemeriksaan M
• NERACA


LRA
NERACA
BPK DPRD B
• Atas
• CALK
CALK
LKPD A
Pembahasan H
LHP BPK
MENYUSUN LAK A
S
UU 17 / 2003 tentang Keuangan Negara pasal 31
UU 1 / 2004 tentang Perbendaharaan Negara pasal 56
A
UU 32 / 2004 tentang Pemerintahan Daerah pasal 184 N
UU 33 / 2004 tentang perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah pasal 81
TIGA PIHAK DALAM PEMERIKSAAN

BPK

LK
P

LH
LH

P
LEMBAGA
PEMERINTAH Pertanggungjawaban PERWAKILAN
Pelaksanaan Anggaran
PEMERIKSAAN
Pemeriksaan adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi yang dilakukan secara
independen, obyektif, dan profesional berdasarkan standar pemeriksaan, untuk menilai kebenaran,
kecermatan, kredibilitas, dan keandalan informasi mengenai pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara. (Pasal 1 Angka 1 UU 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung
Jawab Keuangan Negara)

PEMERIKSAAN DENGAN
PEMERIKSAAN KEUANGAN PEMERIKSAAN KINERJA
TUJUAN TERTENTU

TEMUAN, SIMPULAN,
OPINI SIMPULAN
REKOMENDASI

• Mandiri Anggaran • SPKN • MoU/Kerja Sama


• Personil
• Jenis/Metode/bentuk
• Kode Etik • Pertimbangan/
Laporan • Nilai Dasar Pendapat
HUBUNGAN PEMERIKSAAN DAN AKUNTABILITAS PUBLIK

PERENCANAAN
DAN WAJAR, EFEKTIF, EFISIEN,
PENGANGGARAN
EKONOMIS, TAAT ATURAN

AKUNTABEL
TRANSAKSI
MANAJERIAL
PERTANGGUNG- PEMERIKSAAN TINDAK
JAWABAN LANJUT
LEGAL

PEMBUKUAN TIDAK AKUNTABEL

REVIEW TIDAK WAJAR, TIDAK EFEKTIF,


KEUANGAN
TIDAK EFISIEN, TIDAK EKONOMIS,
DAN
TIDAK TAAT ATURAN
REVIEW
KINERJA
PROSEDUR UMUM dalam PEMERIKSAAN
TAHAPAN
PEMERIKSAAN
TAHAPAN PEMERIKSAAN
Yang dilakukan
PEMERIKSA
PERENCANAAN PELAKSANAAN PELAPORAN TINDAK LANJUT
(AUDITOR)

• Tanggapan Laporan
PERAN • Penyediaan dan
Rencana
Pelaksanaan
Tindak lanjut
PIHAK
TERPERIKSA Data dan Perbaikan
• Penyusunan
(AUDITEE)
Dalam Informasi Rencana
Aksi
TAHAPAN
PEMERIKSAAN Tindak lanjut

36
OPINI Penjelasan Pasal 16 UU 15 Tahun
2004

 WAJAR TANPA
PENGECUALIAN

 WAJAR DENGAN
PENGECUALIAN

 TIDAK WAJAR

 MENOLAK
MEMBERIKAN
PENDAPAT

37
WAJAR BUKAN BENAR

OPINI

PEMERIKSA TIDAK
MELAKUKAN PEMERIKSAAN SAMPLE
ATAS SEMUA TRANSAKSI

KEPUTUSAN PEMERIKSA
BERORIENTASI PADA HAL MATERIALITAS
YANG SIGNIFIKAN
Hasil Pemeriksaan BPK
Kerugian Daerah
(870 kasus)

Kelemahan Struktur
Pengendalian Internal Potensi Kerugian
(302 kasus) Daerah
(233 kasus)

Kepatuhan Kekurangan
Kelemahan Sistem terhadap Penerimaan
Sistem Pengendalian
Pelaksanaan Anggaran Pengendalian Ketentuan (572 kasus)
(522 kasus) Intern Peraturan
perundang-
undangan Administrasi
(981 kasus)
Kelemahan dalam
Sistem Pengendalian
Akuntansi & Pelaporan
(825 kasus) Ketidakhematan/
Pemborosan
(121 kasus)

Ketidak Efektivan
(206 kasus)
Sistem Pengendalian Intern

Kelemahan dalam Kelemahan


Kelemahan Struktur Pengendalian
Sistem Pengendalian Akuntansi & Sistem Pengendalian Pelaksanaan
Internal
Pelaporan Anggaran
(302 kasus)
(825 kasus) (522 kasus)

1. 473 kasus pencatatan tidak/belum 1. 162 kasus perencanaan kegiatan tidak 1. 106 kasus entitas tidak memiliki
dilakukan atau tidak akurat. memadai. SOP yang formal untuk suatu
2. 206 kasus proses penyusunan 2. 62 kasus mekanisme pemungutan, prosedur atau keseluruhan
laporan tidak sesuai ketentuan. penyetoran dan pelaporan serta
prosedur .
3. 20 kasus entitas terlambat penggunaan penerimaan daerah dan
hibah tidak sesuai dengan ketentuan . 2. 169 kasus SOP yang ada pada
menyampaikan laporan.
4. 105 kasus sistem informasi akuntansi 3. 173 kasus penyimpangan terhadap entitas tidak berjalan secara
dan pelaporan tidak memadai . peraturan perundang-undangan optimal atau tidak ditaati.
5. 17 kasus sistem informasi akuntansi bidang teknis tertentu/atau ketentuan 3. 2 kasus entitas tidak memiliki
dan pelaporan belum didukung SDM intern organisasi yang diperiksa satuan pengawas intern.
yang memadai . tentang pendapatan dan belanja 4. 16 kasus satuan pengawas intern
6. 4 kasus lain-lain kelemahan sistem 4. 34 kasus pelaksanaan belanja di luar yang ada tidak memadai atau
pengendalian akuntansi dan mekanisme APBD . tidak berjalan optimal .
pelaporan. 5. 48 kasus penetapan/pelaksanaan
5. 5 kasus tidak ada pemisahan tugas
kebijakan tidak tepat atau belum
dilakukan berakibat hilangnya potensi
dan fungsi yang memadai
penerimaan/pendapatan. 6. 4 kasus lain-lain kelemahan
6. 36 kasus penetapan/pelaksanaan struktur pengendalian intern.
kebijakan tidak tepat atau belum
dilakukan berakibat peningkatan
biaya/belanja .
7. 7 kasus lain-lain kelemahan sistem
pengendalian pelaksanaan anggaran
pendapatan dan belanja
Kepatuhan terhadap Ketentuan Peraturan
perundang-undangan

Potensi Kerugian Kekurangan Ketidakhematan/


Kerugian Daerah Administrasi Ketidak Efektivan
Daerah Penerimaan Pemborosan
(870 kasus) (981 kasus) (206 kasus)
(233 kasus) (572 kasus) (121 kasus)
1. 97 kasus belanja atau 1. 11 kasus hasil pengadaan 1. 469 kasus penerimaan 1. 400 kasus 1. 1 kasus pengadaan 1. 115 kasus penggunaan
pengadaan barang/jasa barang/jasa tidak sesuai negara/daerah atau denda pertanggungjawaban tidak barang/jasa melebihi anggaran tidak tepat
fiktif . atau kurang dari kontrak keterlambatan pekerjaan akuntabel (bukti tidak kebutuhan . sasaran/tidak sesuai
2. 19 kasus rekanan namun pembayaran belum/tidak lengkap/tidak valid). 2. 4 kasus penetapan kualitas peruntukan .
pengadaan barang/jasa pekerjaan belum dilakukan ditetapkan/dipungut/ 2. 19 kasus pekerjaan dan kuatitas barang/jasa 2. 8 kasus pemanfaatan
tidak menyelesaikan sebagian atau seluruhnya . diterima/disetor ke kas dilaksanakan mendahului yang digunakan tidak barang/jasa dilakukan
pekerjaan . 2. 9 kasus rekanan belum negara/daerah . kontrak atau penetapan sesuai standar . tidak sesuai dengan
3. 182 kasus kekurangan melaksanakan kewajiban anggaran.
2. 79 kasus penggunaan 3. 41 kasus proses pengadaan 3. 114 kasus pemborosan rencana yang ditetapkan .
volume pekerjaan . pemeliharaan barang hasil langsung penerimaan keuangan daerah atau 3. 41 kasus barang yang
4. 96 kasus kelebihan pengadaan yang telah barang/jasa tidak sesuai
daerah . ketentuan (tidak kemahalan harga . dibeli belum/tidak dapat
pembayaran selain rusak selama masa 3. 6 kasus dana perimbangan menimbulkan kerugian 4. 2 kasus lain-lain dimanfaatkan .
kekurangan volume pemeliharaan . yang telah ditetapkan daerah). ketidakhematan .. 4. 8 kasus pemanfaatan
pekerjaan . 3. 30 kasus aset dikuasai belum masuk ke kas 4. 12 kasus pemecahan kontrak barang/jasa tidak
5. 45 kasus pemahalan harga pihak lain senilai . daerah . untuk menghindari berdampak terhadap
(mark up) senilai Rp12,51 4. 3 kasus pembelian aset 4. 9 kasus penerimaan ketentuan pelelangan. pencapaian tujuan
miliar. yang berstatus sengketa . negara/daerah diterima 5. 5 kasus pelaksanaan lelang organisasi .
6. 61 kasus penggunaan 5. 7 kasus aset tetap tidak oleh instansi yang tidak secara proforma . 5. 25 kasus pelaksanaan
uang/barang untuk diketahui keberadaannya berhak . 6. 67 kasus penyimpangan kegiatan
kepentingan pribadi. 6. 6 kasus pemberian 5. 6 kasus pengenaan tarif terhadap peraturan terlambat/terhambat
7. 46 kasus pembayaran jaminan pelaksanaan pajak/PNBP lebih rendah perundang-undangan bidang sehingga mempengaruhi
honorarium dan/atau dalam pelaksanaan dari ketentuan pengelolaan perlengkapan pencapaian tujuan
biaya perjalanan dinas pekerjaan, pemanfaatan atau barang milik daerah.
6. 3 kasus lain-lain 7. 42 kasus penyimpangan organisasi .
ganda barang dan pemberian kekurangan penerimaan . 6. 2 kasus pelayanan kepada
8. 31 kasus spesifikasi fasilitas tidak sesuai terhadap peraturan
perundang-undangan bidang masyarakat tidak optimal .
barang/jasa yang diterima ketentuan tertentu lainnya seperti 7. 6 kasus fungsi atau tugas
tidak sesuai dengan 7. 15 kasus pihak ketiga kehutanan, pertambangan, instansi yang diperiksa
kontrak belum melaksanakan perpajakan dan lain-lain. tidak diselenggarakan
9. 262 kasus pembebanan kewajiban untuk 8. 90 kasus penyetoran dengan baik termasuk
biaya tidak sesuai atau menyerahkan aset kepada penerimaan daerah melebihi target penerimaan tidak
melebihi ketentuan daerah batas waktu yang ditentukan. tercapai .
10. 7 kasus pengembalian 8. 68 kasus piutang/pinjaman 9. 59 kasus 8. 1 kasus lain-lain yaitu
pinjaman/piutang atau atau dana bergulir yang pertanggungjawaban/penyet investasi yang belum
dana bergulir macet berpotensi tidak tertagih oran uang persediaan memberikan hasil.
11. 1 kasus senilai Rp193,39 miliar melebihi batas waktu yang
penjualan/pertukaran/pen 9. 84 kasus lain-lain ditentukan
ghapusan aset daerah diantaranya 10. 81 kasus sisa kas di
tidak sesuai ketentuan dan pertanggungjawaban bendahara pengeluaran akhir
merugikan daerah belum lengkap dan sah. tahun anggaran
12. 23 kasus lain-lain terlambat/belum disetor ke
diantaranya adanya kas daerah.
11. 41 kasus pengeluaran
tuntutan ganti rugi dan investasi pemerintah tidak
tuntutan perbendaharaan didukung bukti yang sah.
12. 72 kasus kepemilikan aset
tidak/belum didukung bukti
yang sah.
13. 21 kasus pengalihan
anggaran antar mata
anggaran kegiatan (MAK)
tidak sah .
14. 31 kasus lain-lain
penyimpangan administrasi
TINDAK LANJUT HASIL
PEMERIKSAAN DAN
KEUANGAN DAERAH
TINDAK LANJUT

Pasal 20 ayat (6)

Temuan DPR
Pemeriksaan Diberitahukan

Pengawasan
Pemantauan BPK
Pasal
23E Rekomendasi
ayat (3)
UUD
1945
Rekomendasi
Pemeriksaan Pasal 20 Tidak
Ditindak
ayat (1) Ditindak
lanjuti
lanjuti

Pasal 14 Pasal 20 ayat


(1) s.d. (3)

Pihak
Berwenang
a. Menerima LHP BPK
Entitas b. Menindaklanjuti Hasil Pemeriksaan BPK
Terperiksa c. Menyampaikan Jawaban atas Tindak Lanjut
HP BPK

a. Menyampaikan LHP BPK


b. Memantau Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan
BPK BPK
c. Menyampaikan Hasil Pemantauan atas Tindak
Lanjut HP BPK dalam Hasil Pemeriksaan
Semesteran

a. Menerima Hasil Pemeriksaan Semesteran BPK


Lembaga b. Membahas Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan
Perwakilan BPK
c. Memberitahukan kepada BPK tentang Hasil
Pembahasan atas Tindak Lanjut HP BPK
(1) LHP atas Lapkeu pemerintah pusat disampaikan
oleh BPK kepada DPR dan DPD dalam waktu 2 bulan
setelah diterima laporan tersebut.

(2) LHP atas lapkeu pemerintah daerah, disampaikan


kepada DPRD dalam waktu 2 bulan setelah diterima
laporan tersebut.

(3) LHP tsb diatas juga disampaikan kepada


DISTRIBUSI Presiden/Gubernur/Bupati/Walikota sesuai dengan
LHP (Ps 17) kewenangannya.

(4,5,6) LHP kinerja dan LHP dengan tujuan tertentu


disampaikan kepada DPR/DPD/DPRD dan kepada
Presiden/Gub/Bupati/Walikota sesuai dengan
kewenangannya.

(7) Tata cara penyampaian LHP diatur bersama oleh


BPK dan lembaga perwakilan sesuai dengan
kewenangannya.
(1) Pejabat wajib menindak lanjuti
rekomendasi dalam laporan hasil pem.

(2,3) Jawaban/penjelasan atas rekomendasi


disampaikan kepada BPK paling lambat 60
hari setelah LHP diterima.

(4) BPK memantau pelaksanaan tindak lanjut


Kewajiban
hasil pem.
Audetee (Ps 20)
(5) Pejabat yang tidak menindak lanjuti
rekomendasi BPK dapat dikenai Sanksi
Administratif dan Pidana Penjara paling
lama 1 tahun 6 bulan dan/atau denda
paling banyak Rp 500 juta (ps 26 (2)).

(6) BPK memberitahukan hasil pemantauan


tindak lanjut kepada DPR/DPRD  di muat
dalam HAPSEM.
(1)
Lembaga perwakilan menindak lanjuti hasil
pem. BPK dengan melakukan pembahasan
sesuai dengan kewenangannya

(2)
Kewajiban DPR/DPRD meminta penjelasan BPK dalam
DPR/DPRD rangka menindak lanjuti hasil pemeriksaan
(Ps 21)

(3)
DPR/DPRD dapat meminta BPK untuk
melakukan pem lanjutan

(4)
DPR/DPRD dapat meminta pemerintah untuk
menindak lanjuti hasil pemeriksaan BPK.
Pemantauan Tindak Lanjut LHP BPK

Laporan Hasil Pemeriksaan

Temuan Informasi
Temuan Pemeriksaan Temuan Pemeriksaan Kerugian Negara/ Daerah
Pemeriksaan (mengandung (kerugian
dari entitas
(Umum) unsur pidana) negara/daerah)
a. Pemantauan Tindak a. Penyampaian kepada a. Pemantauan
Lanjut LHP BPK penegak hukum penyelesaian kerugian
negara Kerugian
b. Pertemuan Konsultasi b. Permintaan
Negara
dengan DPRD sesuai Perkembangan tindak b. Proses tuntutan ganti
MoU (Optional) lanjut laporan BPK rugi terhadap
kepada penegak bendahara melalui
c. Pertemuan Konsultasi
hukum majelis TGR BPK
dengan Pemerintah
melalui Inspektorat c. Permintaan
untuk mwmbahas perhitungan kerugian
penyelesaian tindak negara
lanjut LHP BPK d. Pemberian keterangan
d. Permintaan aparat ahli
penegak hukum
mengenai informasi
perkembangan tindak
lanjut LHP BPK
e. Proses penuntutan
terhadap pejabat yang
tidak menindaklanjuti
LHP BPK

Pemantauan Kerugian Negara/Daerah


Mempelajari LHP BPK
Stop

Membuat
Kebijakan/Instruksi Inisiatif UU
Mengerti Cukup
Baru

Serahkan ke
berwenang

Permintaan Gunakan Hak


Pemeriksaan
Konsultasi Ulang
Tidak
dengan
Mengerti
BPK

BACK

Tidak Cukup
MEKANISME PEMBAHASAN TINDAK LANJUT LHP BPK
BPK DPR Panitia Tindak Lanjut KOMISI

LHP LHP LHP Hasil telaah dan


usulan BAKN
Ps 96 (3) b
Menelaah LHP Ps 96 (2) d

Ps 113 (1) a
Membahas dan
menetapkan langkah
Menyampaikan hasil
tindak lanjut
telaahan dan usulan
kepada komisi Ps 96 ayat
(4),(5),(6)
Ps 113 (1) b

Memproses hasil
pembahasan dan
ketetapan tindak lanjut
Ps 113 (1) c

Memberikan masukan
Saran DPR kepada BPK
Ps 113 (1) d
MEKANISME PENELAAHAN LHP BPK
LHP BPK

Apakah perlu
diklasifikasi ya Lakukan permintaan
Apakah LHP ya dengan
penjelasan dengan
dapat pemerintah
dimengerti atau pejabat pejabat terkai dan
terkait dan atau BPK
atau BPK
tidak
Ps 113 (2)

tidak
Lakukan konsultasi
dengan BPK Tetapkan Simpulan ya tidak
Apakah
dan Usulan ke cukup
Komisi
Ps 113 (3)
Apakah
hasil
konsultasi
jelas

tidak
BPK AUDITEE DPR/D

LHP/IHPS LHP/IHPS LHP/IHPS

Jawaban/
laporan
pelaksanaan
tindak lanjut

Jawaban/ Beri Penjelas Apakah


laporan
/ jawaban dapat Melakukan
pelaksanaan
tindak lanjut kepada BPK diterima Pembahasan
tidak

ya

Hasil Pembahasan
Lakukan tindak lanjut

Hasil Apakah <60 hari


Pembahasan ya sejak LHP dan/atau
DPR periodisasi memberi
laporan
Definisi Rencana Aksi

Rencana Aksi merupakan Pernyataan tentang harmonisasi


rangkaian langkah-langkah konkret menuju perbaikan tata
kelola keuangan yang meliputi identifikasi:
1. Langkah yang harus dilakukan
2. Pihak Pelaksana
3. Waktu Pelaksanaan
4. Input yang diperlukan
5. Output yang dihasilkan

53
ALUR PIKIR PENATAAN PENGELOLAAN KEUANGAN MENUJU OPINI WTP

KONDISI REGULASI STRATEGI

• HASIL • VISI MISI • Penyusunan


PEMERIKSAAN • RENSTRA
BPK rencana aksi
• APBN
• HASIL • PERATURAN
PENGAWASAN PERUNDANG
INSPEKTORAT -UNDANGAN
• FAKTA YANG
DIALAMI

I M PLE M E N TAS I
TITIK KRITIS :

UPAYA MENUJU PELAPORAN KEUANGAN YANG BAIK

55
TERIMA KASIH

You might also like