You are on page 1of 47

AKUNTANSI SYARIAH

Nama : ATWAL ARIFIN


ANAK ; 2
cucu : 5
1990
jk pabrik karung goni Delanggu
AKUNTANSI PERBANKAN SYARIAH PENGANTAR AKUNTANSI DAN
LAPORAN KEUANGAN BANK SYARIAH

Nama : Wiroso
Alamat : Jl. Kebembem III/72 Rt 006/07 Jagakarsa Jakarta 12620 Telp
rumah : (021) 7271959 HP 0812-993480
PROSENTASE HADIR KULIAH
75 %
Pengertian Akuntansi
• Akuntansi adalah proses identifikasi
transaksi, pencatatan, penggolongan,
pengikhtisaran sehingga dihasilkan
informasi keuangan dalam bentuk laporan
keuangan yang dapat digunakan untuk
pengambilan keputusan.
Pengertian Syariah
• Syariah adalah aturan yang telah ditetapkan
oleh Allah SWT untuk dipatuhi oleh manusia
dalam menjalani segala aktifitas hidupnya di
dunia
Pengertian Akuntansi Syariah
• Akuntansi Syariah adalah akuntansi atas
transaksi-transaksi yang sesuai dengan aturan
yang telah ditetapkan Allah SWT
Dasar Hukum Akuntansi Syariah
Bersumber :
>Al Quran,
>SunahNabawiyyah,
>Ijma (kesepakatan para ulama),
>Qiyas (persamaan suatu
peristiwatertentu),
>Uruf (adat kebiasaan) yang tidak
bertentangan dengan SyariahIslam.
KARAKTERISTIK AKUNTANSI SYARIAH
Kaidah-kaidah AkuntansiSyariah sesuai dengan
>Syariat Islam (Al Quran dan Alhadits)
>norma-norma masyarakat islami, dan
>Termasuk disiplinilmu sosial yang berfungsi
sebagai pelayan masyarakat pada tempat
penerapanAkuntansi tersebut.
Pandangan Hidup, Ekonomi &
Akuntansi Islam
• Membantu terciptanya masyarakat yang beriman
kepada Allah SWT
• Membantu sistem ekonomi berjalan secara adil dan
sesuai syariah
• Membantu Bisnis untuk dilola secara syariah yang
diridoi Allah
• Membantu manajemen membawa bisnis
melaksanakan fungsinya sebagai bagian dari
kewajiban manusia kepada Allah
• Menjamin informasi bisa membantu manusia
mematuhi semua ketentuan Ilahi
Tujuan Akhir Akuntansi Islam
• Membantu manusia melaksanakan fungsinya
sebagai khalifah Allah di bumi
• Membantu manusia memasuki sorga jannatun
na’im
• Menjaga tidak terjadi kezaliman dalam proses
manajemen
• Menjaga pembagian pengelolaan harta
dilakukan secara adil dan benar
Akuntansi Islam vs
Akuntansi Kapitalis
• Keduanya sangat berbeda baik pada level:

• 1. Filsafat Akuntansi
• 2. Sistem Akuntansi
• 3. Teknik Akuntansi
Akuntansi Islam
• Akuntansi Islam harus bersumber dari Sumber
dan nilai nilai Islam, Alquran dan Sunah Nabi,
Praktik yang dilakukan pemerintah dan
pengusaha, manajemen Islami.
• Harus dirumuskan sesuai dengan kondisi dan
kebutuhan pasar dan keadaan saat itu
• Perlu “proses shuratic” berdasarkan tauhid
dalam merumuskannya
Asy-Syuara ayat 181-184
ARTINYA
• ´Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu
termasuk orang-orang yang merugikan dan
timbanglah dengan timbangan yang lurus. Dan
janganlahkamu merugikan manusia pada hak-
haknya dan janganlah kamu merajalela dimuka
bumi dengan membuat kerusakan dan
bertakwalah kepada Allah yang telah
menciptakan kamu dan umat-umat yang dahulu.´
Kebenaran dan keadilan dalam
Mengukur (menakar)
menurut Umar Chapra menyangkut :
Pengukuran kekayaan, utang,
modalpendapatan, biaya, dan laba
perusahaan,
sehingga seorang Akuntan
wajibmengukur kekayaan secara benar
dan adil
Menyempurnakan pengukuran
dalam bentuk pos-pos yang disajikan
dalam Neraca digambarkan dalam
Surah Al-Israa ayat 35 yang artinya:
Dan sempurnakanlah takaran apabila
kamu menakar, dantimbanglah
dengan neraca yang benar. Itulah yang
lebih utama (bagimu) danlebih baik
akibatnya.´
Persamaan Kaidah Akuntansi
Konvensional dg Syariah
• a. Prinsip pemisahan jaminan keuangan dengan prinsip unit
ekonomi;
• b. Prinsip penahunan (hauliyah) dengan prinsip periode
waktu atau tahunpembukuan keuangan;
• c. Prinsip pembukuan langsung dengan pencatatan
bertanggal;
• d. Prinsip kesaksian dalam pembukuan dengan prinsip
penentuan barang;
• e. Prinsip perbandingan (muqabalah) dengan prinsip
perbandingan incomedengan cost (biaya);
• f. Prinsip kontinuitas (istimrariah) dengan kesinambungan
perusahaan;
• g. Prinsip keterangan (idhah) dengan penjelasan atau
pemberitahuan.
Perbedaan Akuntansi Syariah
dengan Konvensional
menurut Husein Syahatah,
a. Cara menentukan nilai atau harga
untuk melindungi modal pokok
(kapital) belum ditentukan.Sedangkan
konsep Islam menerapkan konsep
penilaian berdasarkan nilai tukar yang
berlaku, dengan tujuan melindungi
modal pokok darisegi kemampuan
produksi di masa yang akan datang
dalam ruang lingkup perusahaan yang
kontinuitas;
b.Modal dalam konsep akuntansi
konvensional terbagi menjadi
duabagian, yaitu modal tetap (aktiva
tetap) dan modal yang beredar
(aktivalancar), sedangkan di dalam
konsep Islam barang-barang pokok
dibagimenjadi harta berupa uang
(cash) dan harta berupa barang
(stock),selanjutnya barang dibagi
menjadi barang milik dan barang
dagang;
c. Mata uang
• Islam : mata uang seperti emas, perak, dan
barang lainyang sama kedudukannya,
bukanlah tujuan dari segalanya,
melainkanhanya sebagai perantara untuk
pengukuran dan penentuan nilai atau harga,
atau sebagai sumber harga atau nilai;
• Konvensional : Sebagai alat pembayaran
tetapi juga sebagai komoditas yang
diperdagangkn
d konvensional mempraktekan teori
pencadangan dan ketelitian dari
menanggung semua kerugian dalam
perhitungan,serta mengenyampingkan
laba yang bersifat mungkin
Konsep Islam sangat memperhatikan
hal itu dengan cara penentuan nilai
atauharga dengan berdasarkan nilai
tukar yang berlaku serta
membentuk cadangan untuk
kemungkinan bahaya dan resiko;
e.Konvensional menerapkan prinsip laba
universal, mencakup labadagang, modal
pokok, transaksi, dan juga uang dari
konsep Islam dibedakan antara laba dari
aktivitas pokok dan laba yang berasal dari
kapital (modal pokok) dengan yangberasal
dari transaksi, juga wajib menjelaskan
pendapatan dari sumber yang haram jika
ada, dan berusaha menghindari serta
menyalurkan padatempat-tempat yang
telah ditentukan oleh para ulama fiqih.
Laba darisumber yang haram tidak
boleh dibagi untuk mitra usaha
ataudicampurkan pada pokok
modal;
f.Konsep konvensional menerapkan prinsip
bahwa laba itu hanya ada ketika adanya
jual-beli, sedangkan konsep Islam memakai
kaidah bahwalaba itu akan ada ketika
adanya perkembangan dan pertambahan
padanilai barang, baik yang telah terjual
maupun yang belum. Akan tetapi,jual beli
adalah suatu keharusan untuk menyatakan
laba, dan laba tidak boleh dibagi sebelum
nyata laba itu diperoleh.
Praktek Akuntansi
Pemerintahan Islam
Pada zaman Rasulullah SAW cikal
bakal akuntansi dimulai darifungsi
pemerintahan untuk mencapai
tujuannya dan penunjukkanorang-
orang yang kompeten (Zaid, 2000);
Perkembangan pemerintahan Islam
hingga Timur Tengah, Afrika,dan Asia
di zaman Umar bin Khatab, telah
meningkatkanpenerimaan dan
pengeluaran negara;
Para sahabat merekomendasikan
perlunya pencatatan
untuk pertanggungjawaban
penerimaaan dan pengeluaran negara;
Umar bin Khatab mendirikan
lembaga yang bernama
Diwan(dawwana = tulisan);

Reliabilitas laporan keuangan


pemerintahan dikembangkan
olehUmar bin Abdul Aziz (681-720M)
dengan kewajiban mengeluarkanbukti
penerimaan uang (Imam, 1951);
Al Waleed bin Abdul Malik (705-
715M) mengenalkan catatan
danregister yang terjilid dan tidak
terpisah seperti sebelumnya
(Lasheen,1973);

Evolusi perkembangan pengelolaan


buku akuntansi mencapai
tingkattertinggi pada masa Daulah
Abbasiah;
Akuntansi diklasifikasikan pada
beberapa spesialisasi
sepertiAkuntansi peternakan,
Akuntansi pertanian,
Akuntansiperbendaharaan,
Akuntansi konstruksi, Akuntansi
mata uang, danpemeriksaan
buku / auditing (Al-Kalkashandy,
1913);
Sistem pembukuan menggunakan
model buku besar, meliputi :
a.Jaridah Al-Kharaj (menyerupai
receivabale subsidiary
ledger ),menunjukkan utang individu
atas zakat tanah, hasil pertanian,serta
utang hewan ternak dan cicilan. Utang
individu dicatat disatu kolom dan
cicilan pembayaran di kolom yang
lain(Lasheen, 1973);
b.Jaridah Annafakat (Jurnal
Pengeluaran);
c.Jaridah Al Mal (Jurnal Dana),
mencatat penerimaan
danpengeluaran dana zakat;

d.Jaridah Al Musadareen, mencatat


penerimaan denda / sita dariindividu
yang tidak sesuai syariah, termasuk
korupsi.
Laporan Akuntansi yang berupa :
• a.Al-Khitmah, menunjukkan total pendapatan
dan pengeluaranyang dibuat setiap bulan
(BinJafar, 1981);

• b.Al Khitmah AlJame¶ah, laporan keuangan


komprehensif gabungan antara income
statement danbalance sheet (pendapatan,
pengeluaran, surplus / defisit, belanja untuk
asetlancar maupun aset tetap), dilaporkan pada
akhir tahun;
Dalam perhitungan dan penerimaan
zakat.
Utang zakatdiklasifikasikan pada
laporan keuangan dalam 3(tiga)
kategori yaitu collectable debts,
doubtful debts,
danuncollectable debts(Al-
Khawarizmi, 1984).
LANDASAN HUKUM
• UU No. 7/1992
• PP No. 72/1992
• UU No. 10/1998
• UU No. 23/1999
Perkembangan Transaksi Syariah
1963 Mit Ghamr Local Saving Bank didirikan di Mesir
1972 MGLSB diambil alih oleh pemerintah Mesir dan
menggantinya dengan Nasser Social Bank
1975 Islamic Development Bank didirikan
1978 Perbankan Islam berkembang Luxemburg
1981 Perbankan Islam berkembang Switzerland
1983 Perbankan Islam berkembang Denmark
1982 Bank Islam pertama berdiri
1991 Pendirian Bank Muamalat Indonesia di
Indonesia
PSAK 100-Laporan-Keuangan-Syariah
PSAK 101 LAP KEU SYARIAH
PSAK 102 MUROBAHAH
PSAK 103 akuntansi salam
PSAK 104 ISTISNA
PSAK 105 MUDLOROBAH
PSAK 106 NUSYAROKAH
PSAK-107 IJAROH
PSAK 108 MUROBAHAH BERMASALAH
PSAK-109 ZAKAT DAM INFAK
PSAK 111 ASURANSI SYARIAH
FATWA DEWAN SYARIAH
NASIONAL MUI
NO 1 S/D 78
SECARA TEMATIK
FATWA DSN MUI
• Fatwa tentang Produk Simpanan
Fatwa No. 1: Giro • Fatwa tentang Jual Beli Murabahah
Fatwa No. 2: Tabungan Fatwa No. 4: Murabahah
Fatwa No. 3: Deposito Fatwa No. 13: Uang Muka
Fatwa No. 24: Safe Deposit Box Murabahah
Fatwa No. 16: Diskon dalam
Murabahah
• Fatwa tentang Mudharabah Fatwa No. 23: Potongan Pelunasan
Fatwa No. 7: Pembiayaan dalam Murabahah
Mudharabah (Qiradh) Fatwa No. 46: Potongan Tagihan
Fatwa No. 38: Sertifikat Investasi Murabahah (Khashm fi Al-
Mudharabah Antar Bank (Sertifikat Murabahah)
IMA) Fatwa No. 47: Penyelesaian Piutang
Fatwa No. 50: Akad Mudharabah Murabahah bagi Nasabah Tidak
Musytarakah Mampu Membayar
Fatwa No. 48: Penjadwalan Kembali
Tagihan Murabahah
Fatwa No. 49: Konversi Akad
Murabahah
FATWA DSN MUI
• Fatwa tentang Jual Beli • Fatwa tentang Musyarakah
Fatwa No. 5: Jual Beli Salam Fatwa No. 8: Pembiayaan
Fatwa No. 6: Jual Beli Istishna’ Musyarakah
Fatwa No. 22: Jual Beli Fatwa No. 55: Pembiayaan
Ishtisna’ Parallel Rekening Koran Syariah
• Fatwa tentang Ijarah Musyarakah
Fatwa No. 9: Pembiayaan Fatwa No. 73: Musyarakah
Ijarah Mutanaqisah
Fatwa No. 27: Al-Ijarah Al- • Fatwa tentang Hasil Usaha
Muntahiyah Bi Al-Tamlik dalam LKS
Fatwa No. 56: Ketentuan Fatwa No. 14: Sistem
Review Ujrah pada LKS Distribusi Hasil Usaha dalam
• Fatwa tentang Hawalah LKS
Fatwa No. 12: Hawalah Fatwa No. 15: Prinsip
Fatwa No. 58: Hawalah bil Distribusi Hasil Usaha dalam
Ujrah LKS
FATWA DSN MUI

• Fatwa tentang Sertifikat • Fatwa tentang Gadai


Bank Indonesia Fatwa No. 25: Rahn
Fatwa No. 36: Sertifikat Fatwa No. 26: Rahn Emas
Wadiah Bank Indonesia Fatwa No. 68: Rahn Tasjily
Fatwa No. 63: Sertifikat • Fatwa tentang Multi Level
Bank Indonesia Syariah Marketing
Fatwa No. 64: Sertifikat Fatwa No. 75: Penjualan
Bank Indonesia Syariah Langsung Berjenjang
Ju’alah Syariah
• Fatwa tentang Card
Fatwa No. 42: Syariah
Charge Card
Fatwa No. 54: Syariah Card
FATWA DSN MUI
• Fatwa tentang Pasar Modal • Fatwa tentang Obligasi
Syariah Syariah
Fatwa No. 20: Pedoman Fatwa No. 32: Obligasi
Pelaksanaan Investasi untuk Syariah
Reksadana Syariah Fatwa No. 33: Obligasi
Fatwa No. 40: Pasar Modal Syariah Mudharabah
dan Pedoman Umum Fatwa No. 41: Obligasi
Penerapan Prinsip Syariah Syariah Ijarah
di bidang Pasar Modal Fatwa No. 59: Obligasi
Fatwa No. 65: Hak Syariah Mudharabah
Memesan Efek Terlebih Konversi
Dahulu (HMETD) Syariah
Fatwa No. 66: Waran
Syariah
FATWA DSN MUI
• Fatwa tentang Asuransi • Fatwa tentang Ekspor /
Syariah Impor
Fatwa No. 21: Pedoman Fatwa No. 34: Letter of
Umum Asuransi Syariah Credit (L/C) Impor Syariah
Fatwa No. 39: Asuransi Haji Fatwa No. 35: Letter of
Fatwa No. 51: Akad Credit (L/C) Ekspor Syariah
Mudharabah Musytarakah Fatwa No. 57: Letter of
pada Asuransi Syariah Credit (L/C) dengan Akad
Fatwa No. 52: Akad Kafalah bil Ujrah
Wakalah bil Ujrah pada Fatwa No. 60: Penyelesaian
Asuransi Syariah dan Piutang dalam Ekspor
Reasuransi Syariah Fatwa No. 61: Penyelesaian
Fatwa No. 53: Akad Utang dalam Impor
Tabarru’ pada Asuransi
Syariah

You might also like