You are on page 1of 144

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA

UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN DAN UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN PLTU BATU BARA 2 X 30 MW DI TANJUNG TABALONG

Maret, 2007

KATA PENGANTAR

Berdasarkan pasal 3 ayat (2) PP Nomor 27 tahun 1999, dan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 11 Tahun 2006, PT Makmur Sejahtera Wisesa tidak wajib melaksanakan Studi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) bagi kegiatan Pembangunan dan Pengoperasian PLTU (2 x 30 MW) di Daerah Tanjung Tabalong, Kalimantan Selatan. Sehubungan dengan hal tersebut maka disusunlah dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) Kegiatan Pembangunan dan Pengoperasian PLTU (2 x 30 MW) Tanjung Tabalong, Provinsi Kalimantan Selatan. Penyusunan dokumen UKL-UPL ini menyesuaikan kepada format dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 86 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL). Dengan disusunnya dokumen UKL dan UPL ini, PT Makmur Sejahtera Wisesa

menunjukkan kesungguhannya dalam melaksanakan kegiatan pembangunan dan pengopersian PLTU Tanjung-Tabalong yang berwawasan lingkungan, serta

berpartisipasi secara langsung dalam pembangunan daerah secara berkelanjutan sesuai dengan komitmen dan kebijakan perusahaan di bidang lingkungan hidup.

Jakarta, Januari 2007 Pemrakarsa,

Chander Vinod Laroya Direktur Utama. PT. Makmur Sejahtera Wisesa

DAFTAR ISI Halaman


KATA PENGANTAR . DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR LAMPIRAN BAB I 1.1. 1.2. 1.3. 1.3.1. 1.3.2. 1.4. PENDAHULUAN .. Latar Belakang .. Maksud, Tujuan, dan Kegunaan Penyusunan UKL dan UPL ......................... Identitas Pemrakarsa, Penanggung Jawab, dan Penyusunan UKL-UPL Identitas Pemrakarsa .. Identitas Penyusun Studi UKL-UPL .. Peraturan dan Perundang-undangan yang dipergunakan sebagai Acuan UKL dan UPL RENCANA KEGIATAN ... Nama Kegiatan . Lokasi Kegiatan . Skala Kegiatan .. Garis Besar Komponen Rencana Kegiatan yang Menimbulkan Dampak .. Kegiatan pada Tahap Pra Konstruksi Kegiatan pada Tahap Konstruksi ...... Kegiatan pada Tahap Operasi Kegiatan pada Tahap Pasca Operasi Sumber-sumber Polutan dan Penanganannya ii iii v ix 1-1 1-1 1-2 1-3 1-3 1-3 1-4 2-1 2-1 2-1 2-1 2-2 2-3 2-5 2-11 2-17 2-17 2-20 2-20 2-21

BAB II 2.1. 2.2. 2.3. 2.4. 2.4.1. 2.4.2. 2.4.3. 2.4.4. 2.5. 2.5.1. 2.5.2. 2.5.3. BAB III 3.1. 3.1.1. 3.1.2. 3.1.3. 3.1.4. 3.1.5. 3.1.6. 3.1.7. 3.1.8. 3.1.9. 3.1.10. 3.1.11. 3.1.12. 3.1.13. 3.2. 3.2.1. 3.2.2. 3.2.3. 3.2.4. 3.3. 3.3.1. 3.3.2.

Penanganan Polutan Limbah Padat ..................................................... Penanganan Polutan Limbah Cair ....................................................... Penanganan Polutan Buangan Gas .................................................... RONA LINGKUNGAN AWAL Komponen Fisik Kimia . Iklim Kualitas Udara dan Kebisingan Fisiografi dan Morfologi Geologi ... Hidrologi . Kualitas Air . Tata Ruang dan Tataguna Lahan .. Kebijakan Tata Ruang .. Tanah . Status Hara dan Sifat Tanah .. Kesuburan Tanah ................................................................................ Erosi Tanah ......................................................................................... Kestabilan Tanah ................................................................................ Komponen Biologi ............................................................................... Flora Darat .......................................................................................... Flora Air ............................................................................................... Fauna Darat ......................................................................................... Fauna Air ............................................................................................. Komponen Sosial ................................................................................ Kependudukan .................................................................................... Ekonomi ..............................................................................................

3-1 3-1 3-2 3-4 3-5 3-6 3-10 3-10 3-11 3-12 3-12 3-16 3-16 3-17 3-18 3-18 3-19 3-20 3-22 3-22 3-22 3-24

UKL & UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

iii

3.3.2.1. 3.3.2.2. 3.3.2.3. 3.3.3. 3.3.4. 3.3.5. 3.3.5.1. 3.3.5.2. 3.3.5.3. 3.3.5.4. 3.3.5.5. 3.3.5.6. BAB IV 4.1. 4.1.1. 4.2. 4.2.1. 4.2.2. 4.2.3. 4.3. 4.3.1. 4.3.2. 4.3.3. 4.3.4. 4.4. 4.4.1. 4.4.2. BAB V BAB VI

Pendapatan Rumah Tangga ............................................................... Produk Domestik Regional Bruto ........................................................ Pertumbuhan Ekonomi ........................................................................ Kegiatan Kemasyarakatan Keamanan dan Ketertiban ......................... Sikap dan Persepsi Masyarakat .......................................................... Kesehatan Masyarakat ........................................................................ Pola Penyakit ....................................................................................... Status Gizi ........................................................................................... Sanitasi Lingkungan ............................................................................ Pembuangan Sampah ......................................................................... Pembuangan Kotoran .......................................................................... Sumber Air Bersih ................................................................................
DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI Dampak pada Tahap Pra Konstruksi Dampak terhadap komponen Sosial Budaya Dampak pada Tahap Konstruksi Dampak terhadap komponen Geo Fisik Kimia Dampak terhadap komponen Biologi Dampak terhadap komponen Sosial, Ekonomi, Kesehatan Masyarakat Dampak pada Tahap Operasi Dampak terhadap komponen Geo Fisik Kimia Dampak terhadap komponen Biologi Dampak terhadap komponen Sosial, Budaya, dan Ekonomi Dampak terhadap komponen Kesehatan Masyarakat

3-23 3-24 3-25 3-26 3-26 3-28 3-28 3-29 3-29 3-30 3-30 3-30 4-2 4-2 4-2 4-4 4-4 4-12 4-13 4-22 4-22 4-29 4-35 4-38 4-39 4-39 4-40

Dampak padaTahap Pasca Operasi . Dampak terhadap Fisik Kimia dan Biologi Dampak terhadap Sosial dan Kesehatan .
PROGRAM PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP PERNYATAAN PEMRAKARSA DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

6-1

UKL & UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

iv

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2-1 Tabel 2-2 Tabel 2-3 Tabel 2-4 Tabel 2-5 Tabel 2-6 Tabel 3-1 Tabel 3-2 Tabel 3-3 Tabel 3-4 Tabel 3-5 Tabel 3-6 Tabel 3-7 Tabel 3-8 Jadwal rencana pembangunan dan pengoperasian PLTU . 2-2 Jenis-jenis peralatan yang dimobilisasikan pada Tahap 2-5 Konstruksi ................................................................................... Jenis-jenis material yang dibutuhkan .......................................... Jenis bangunan dan fasilitas lainnya dalam lokasi PLTU Perkiraan jumlah tenaga kerja pada Tahap Konstruksi ............. Perkiraan jumlah tenaga kerja pada Tahap Operasi ................. Kondisi rona awal kualitas udara dan tingkat kebisingan pada rencana pembangunan PLTU dan daerah sekitarnya .. Kualitas udara di sekitar rencana lokasi PLTU ... Hasil analisis contoh pada berbagai lokasi pengambilan sampel 2-7 2-8 2-9 2-9 3-3 3-4 3-12

Penilaian status kesuburan tanah pada lokasi pengambilan 3-16 tanah . 3-17 Pendugaan besarnya erosi tanah Tingkat bahaya erosi berdasar tebal solum tanah dan besarnya 3-18 bahaya erosi Jenis Satwa liar yang terdapat di wilayah studi UKL-UPL PLTU 3-20 Angka 10 Penyakit Terbanyak di Wilayah Kerja Puskesmas Murung Pudak, Kabupaten Tabalong Tahun 2004, 2005 dan 3-28 2006 ........................................................................................... Matrik identifikasi dampak kegiatan pembangunan dan pengoperasian PLTU 4-1

Tabel 4-1 Tabel 4-2 Tabel 4-3 Tabel 4-4 Tabel 4-5 Tabel 4-6 Tabel 4-7 Tabel 4-8 Tabel 4-9

Dampak kegiatan survey lapangan terhadap Sikap dan 4-2 Persepsi Masyarakat pada Tahap Pra Konstruksi .. Dampak kegiatan pengadaan lahan terhadap Sikap dan 4-3 Persepsi Masyarakat pada Tahap Pra Konstruksi ... Dampak kegiatan pengadaan material bangunan terhadap 4-4 Kualitas Udara pada Tahap Konstruksi . Dampak kegiatan pembukaan dan pematangan lahan terhadap 4-5 Fisiografi pada Tahap Konstruksi Dampak kegiatan pembukaan dan pematangan lahan terhadap 4-7 Tanah pada Tahap Konstruksi Dampak kegiatan pembangunan prasarana dan sarana 4-9 terhadap Fisiografi pada Tahap Konstruksi .. Dampak kegiatan konstruksi bangunan PLTU terhadap 4-10 Fisiografi pada Tahap Konstruksi . Dampak kegiatan pembukaan dan pematangan lahan terhadap 4-12 Biota Darat pada Tahap Konstruksi

UKL & UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 4-10 Tabel 4-11 Tabel 4-12

Dampak kegiatan pengerahan dan pengurangan tenaga kerja 4-13 terhadap Ekonomi pada Tahap Konstruksi Dampak kegiatan pengerahan dan pengurangan tenaga kerja 4-15 terhadap Sosial Budaya pada Tahap Konstruksi . Dampak kegiatan mobilisasi peralatan berat dan material terhadap Sikap dan Persepsi Masyarakat pada Tahap 4-17 Konstruksi Dampak kegiatan pengadaan material pembangunan PLTU terhadap Sikap dan Persepsi Masyarakat pada Tahap 4-18 Konstruksi Dampak kegiatan pengerahan dan pengurangan tenaga kerja terhadap Sikap dan Persepsi Masyarakat pada Tahap 4-19 Konstruksi Dampak kegiatan pengadaan mateial bangunan terhadap 4-21 Kesehatan Masyarakat pada Tahap Konstruksi .. Dampak kegiatan pengoperasian PLTU terhadap Kualitas 4-22 Udara pada Tahap Operasi . 4-23 Dampak kegiatan pengoperasian PLTU terhadap Kebisingan Dampak kegiatan pengoperasian PLTU terhadap Hidrologi pada 4-24 Tahap Operasi Dampak kegiatan pengoperasian PLTU terhadap Kualitas Air 4-26 pada Tahap Operasi .. Dampak kegiatan pemeliharaan PLTU terhadap Kualitas Air 4-28 pada Tahap Operasi .. Dampak kegiatan pengoperasian PLTU terhadap Biota Darat 4-29 pada Tahap Operasi .. Dampak kegiatan pengoperasian PLTU terhadap Biota Akuatik 4-31 pada Tahap Operasi ................................................................... Dampak kegiatan pemeliharaan PLTU terhadap Biota Akuatik 4-33 pada Tahap Operasi .. Dampak kegiatan pengoperasian dan pemeliharaan PLTU 4-35 terhadap ekonomi pada Tahap Operasi . Dampak kegiatan pengoperasian dan pemeliharaan PLTU 4-37 terhadap Sikap dan Persepsi Masyarakat pada Tahap Operasi Dampak kegiatan pengoperasian PLTU terhadap Kesehatan 4-38 Masyarakat pada Tahap Operasi Dampak pemanfaatan eks PLTU terhadap Fisik, Kimia, dan 4-39 Biologi pada Tahap Pasca Operasi . Dampak pemanfaatan eks PLTU terhadap Sosial dan 4-40 Kesehatan Masyarakat Tahap Pasca Operasi . Matrik evaluasi dampak penting kegiatan pembangunan dan 5-1 pengoperasian PLTU .

Tabel 4-13

Tabel 4-14

Tabel 4-15 Tabel 4-16 Tabel 4-17 Tabel 4-18 Tabel 4-19 Tabel 4-20 Tabel 4-21 Tabel 4-22 Tabel 4-23 Tabel 4-24 Tabel 4-25 Tabel 4-26 Tabel 4-27 Tabel 4-28 Tabel 5-1

UKL & UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

vi

Tabel 5-2

Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan survey lapangan pada Sikap dan Persepsi masyarakat 5-2 pada Tahap Pra Konstruksi .. Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pengadaan lahan terhadap Sikap dan Persepsi 5-3 masyarakat pada Tahap Pra Konstruksi . Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pengadaan material bangunan terhadap Kualitas 5-4 Udara pada Tahap Konstruksi . Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pembukaan dan pematangan lahan terhadap Fisiografi 5-5 pada Tahap Konstruksi . Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pembangunan prasarana dan sarana PLTU terhadap 5-6 Tanah pada Tahap Konstruksi Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pembangunan prasarana dan sarana terhadap 5-7 Fisiografi pada Tahap Konstruksi Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan konstruksi bangunan PLTU terhadap Fisiografi pada Tahap Konstruksi

Tabel 5-3

Tabel 5-4

Tabel 5-5

Tabel 5-6

Tabel 5-7

Tabel 5-8

5-8

Tabel 5-9

Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pembukaan dan pematangan lahan terhadap Biota 5-9 Darat pada Tahap Konstruksi .. Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pengerahan dan pengurangan tenaga kerja terhadap 5-10 Ekonomi pada Tahap Konstruksi Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pengerahan dan pengurangan tenaga kerja terhadap 5-11 Sosial Budaya pada Tahap Konstruksi .. Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan mobilisasi peralatan berat dan material terhadap Sikap 5-12 dan Persepsi Masyarakat pada Tahap Konstruksi .. Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pengadaan material pembangunan terhadap Sikap 5-13 dan Persepsi Masyarakat pada Tahap Konstruksi .. Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pengerahan dan pengurangan tenaga kerja terhadap 5-15 Sikap dan Persepsi Masyarakat pada Tahap Konstruksi Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pengadaan material bangunan terhadap Kesehatan 5-16 Masyarakat pada Tahap Konstruksi Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan PLTU terhadap Kualitas Udara pada Tahap Operasi 5-17

Tabel 5-10

Tabel 5-11

Tabel 5-12

Tabel 5-13

Tabel 5-14

Tabel 5-15

Tabel 5-16

UKL & UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

vii

Tabel 5-17 Tabel 5-18

Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak 5-19 kegiatan PLTU terhadap Kebisingan pada Tahap Operasi Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pengoperasian PLTU terhadap Hidrologi pada Tahap 5-20 Operasi Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pengoperasian PLTU terhadap Kualitas Air pada 5-21 Tahap Operasi . Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pemeliharaan PLTU terhadap Kualitas Air pada Tahap 5-23 Operasi Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan PLTU terhadap Biota Darat pada Tahap Operasi 5-24

Tabel 5-19

Tabel 5-20

Tabel 5-21 Tabel 5-22

Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pengoperasian PLTU terhadap Biota Akuatik pada 5-25 Tahap Operasi . Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pemeliharaan PLTU terhadap Biota Akuatik pada 5-26 Tahap Operasi ........................................................................... Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pengoperasian dan pemeliharaan PLTU terhadap 5-27 Ekonomi pada Tahap Operasi . Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pengoperasian dan pemeliharaan PLTU terhadap 5-28 Sikap dan Persepsi Masyarakat pada Tahap Operasi . Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pengoperasian PLTU terhadap Kesehatan Masyarakat 5-29 pada Tahap Operasi .. Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pemanfaatan eks PLTU Tanjung-Tabalong terhadap 5-30 fisik, kimia, dan biologi pada Tahap Pasca Operasi .................. Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pemanfaatan eks PLTU Tanjung-Tabalong terhadap 5-31 sosial dan kesehatan masyarakat pada Tahap Pasca Operasi

Tabel 5-23

Tabel 5-24

Tabel 5-25

Tabel 5-26

Tabel 5-27

Tabel 5-28

UKL & UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

viii

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN TEKS Lampiran Teks 2-1 Peta Situasi Rencana Lokasi PLTU Tanjung-Tabalong dan Lokasi Pengelolaan/Pemantauan Lingkungan Lay Out Rencana PLTU 2 x 30 MW Tanjung-Tabalong Flow Diagram PLTU PLTU Tanjung-Tabalong Schematic Diagram DM Water System Water Balance Diagram Spesifikasi Batubara Wara Schematic Diagram Coal Handling System Analisa Kandungan Abu Schematic Diagram Ash Handling System Data Uji Kualitas Udara, Kebisingan, dan Emisi di Dalam dan Sekitar Llingkungan Rencana Lokasi PLTU TanjungTabalong Analisis Probabilitas Frekuensi Debit Minimum Sungai Tabalong (Metode Gumbel Type III) Data Hasil Uji Kualitas Air di Dalam dan Sekitar Lingkungan Rencana Lokasi PLTU Tanjung-Tabalong Data Hasil Uji Kualitas Tanah di Dalam Lingkungan Rencana Lokasi PLTU Tanjung-Tabalong Data Hasil Uji Biota Akuatik di Dalam dan Sekitar Lingkungan Rencana Lokasi PLTU Tanjung-Tabalong Prakiraan Kadar Emisi Rencana PLTU Tanjung-Tabalong

Lampiran Teks 2-2 Lampiran Teks 2-3 Lampiran Teks 2-4 Lampiran Teks 2-5 Lampiran Teks 2-6 Lampiran Teks 2-7 Lampiran Teks 2-8 Lampiran Teks 2-9 Lampiran Teks 3-1

Lampiran Teks 3-2

Lampiran Teks 3-3

Lampiran Teks 3-4

Lampiran Teks 3-5

Lampiran Teks 3-6

UKL & UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

ix

LAMPIRAN

Lampiran 1

Surat Izin Persetujuan Tanjung-Tabalong

Prinsip

Pembangunan

PLTU

Lampiran 2

Memorandum of Understanding for Fuel Supply Agreement between PT Makmur Sejahtera Wisesa and PT Adaro Indonesia (Adaro) Dokumentasi (foto) Rencana Tabalong dan Sekitarnya Lokasi PLTU Tanjung-

Lampiran 3

Lampiran 4

TANGGAPAN PEMRAKARSA dan TIM PELAKSANA UKLUPL terhadap EVALUASI DOKUMEN UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG tanggal 30 Januari 2007

UKL & UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

BAB I PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Dalam rangka mengimbangi pertumbuhan kebutuhan listrik di wilayah

Kalimantan Selatan-Tengah-Timur, pemerintah memberikan kesempatan kepada pihak swasta untuk membangun pembangkit tenaga listrik yang energinya baik untuk memenuhi kepentingan sendiri maupun dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat melalui PLN. Peluang tersebut di atas dimanfaatkan oleh PT Makmur Sejahtera Wisesa (MSW), perusahaan yang bergerak dalam bidang kelistrikan yang berpusat di Jakarta, yang merencanakan pembangunan dan pengoperasian pembangkit baru berupa Pusat Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batubara 2 x 30 MW (selanjutnya disebut PLTU) yang berlokasi di Kabupaten Tabalong, Provinsi Kalimantan Selatan. Energi listrik yang dihasilkan rencananya akan disalurkan untuk

memenuhi kegiatan pertambangan batubara PT ADARO INDONESIA, dan sebagian lagi akan disalurkan ke PT PLN. Sesuai dengan PP No. 27 tahun 1999 tentang Amdal, serta berbagai perangkat peraturan perundangan lainnya yang berkaitan dengan kegiatan yang akan dilaksanakan, khususnya KEPMENLH No. 11 tahun 2006 tentang Jenis Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL), kegiatan PLTU Tanjung termasuk kategori kegiatan yang tidak wajib dilengkapi dengan Studi AMDAL, sehingga harus melakukan studi UKL-UPL sebagai bagian dari studi kelayakan kegiatan proyek dilihat dari aspek lingkungan hidup. Di samping berbagai dampak positif yang diharapkan, muncul juga berbagai dampak negatif yang tidak diinginkan terhadap lingkungan hidup sebagai efek dari kegiatan pembangunan PLTU. Oleh karena itu, dalam setiap kegiatan pembangunannya harus pula diikuti dengan kegiatan pengelolaan lingkungan yang diarahkan pada upaya untuk mencegah atau menanggulangi dampak negatif dan mengembangkan dampak positif agar manfaat yang diperoleh dari kegiatan pembangunan dapat dioptimalkan dan berkelanjutan.

1. PENDAHULUAN

1-

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

MSW memiliki komitmen yang tinggi di bidang lingkungan hidup yang dijabarkan ke dalam kebijakan pengelolaan lingkungan hidup bagi seluruh kegiatan di lingkungan kerja kegiatan pembangkitan tenaga listrik yang potensial menimbulkan dampak penting. Studi UKL-UPL yang dilakukan merupakan bagian dari proses

perencanaan dalam kerangka operasional komitmen dan kebijakan lingkungan hidup.

1.2.

Maksud, Tujuan, dan Kegunaan Penyusunan UKL dan UPL Maksud dilaksanakannya studi UKL dan UPL PLTU Tanjung-Tabalong

adalah: Merumuskan tindakan pengelolaan dampak yang mungkin timbul dan upaya pemantauannya untuk menilai keberhasilan upaya pengelolaan yang telah dilakukan. Memberikan informasi kepada instansi dan masyarakat tentang pengelolaan dan pemantauan dampak lingkungan sebagai akibat kegiatan yang telah dilaksanakan. Melaksanakan ketentuan perundang-undangan yang berlaku sebagai wujud upaya menunjang konsep pembangunan yang berwawasan lingkungan. Adapun tujuan dilaksanakannya studi UKL dan UPL PLTU TanjungTabalong adalah: Mengidentifikasikan rona lingkungan hidup, yang diprakirakan akan terkena dampak akibat pelaksanaan kegiatan PLTU. Mengidentifikasikan kegiatan yang diprakirakan berpotensi

menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan hidup. Menyusun dokumen UKL dan UPL sebagai pedoman dalam melaksanakan pengelolaan dan pemantauan dampak penting terhadap lingkungan hidup baik bersifat positif maupun negatif berkenaan dengan pelaksanaan kegiatan PLTU.

1. PENDAHULUAN

1-

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Memberikan rekomendasi mengenai hal-hal yang harus diperhatikan guna mengoptimalkan dampak penting kegiatan terhadap lingkungan hidup dan saran tindak dalam pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup.

Penyusunan UKL dan UPL PLTU Tanjung-Tabalong memiliki kegunaan sebagai berikut: Sebagai instrumen pengikat dan acuan bagi pemrakarsa dalam hal ini PLTU Tanjung-Tabalong untuk melaksanakan kegiatan pengelolaan dan pemantauan lingkungan yang berkaitan dengan kegiatan yang diselenggarakan. Sebagai acuan bagi pemerintah daerah setempat, dalam hal ini Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong serta institusi pengawas yang berwenang.

1.3.

Identitas Pemrakarsa, Penanggung Jawab, dan Penyusun UKL-UPL

1.3.1. Identitas Pemrakarsa Nama perusahaan Alamat : PT Makmur Sejahtera Wisesa : Menara Kadin Indonesia, Lantai 19 Jl HR Rasuna Said Blok X5, Kav 2-3, Jakarta Telepon Direktur Utama : 021-57903722/ 021-57903723 : Chander Vinod Laroya

1.3.2. Identitas Penyusun Studi UKL-UPL Nama Lembaga : Pusat Penelitian Lingkungan Hidup, Lembaga Penelitian Universitas Lambung Mangkurat Alamat : Kampus Unlam Jln Jend. Achmad Yani KM 36 Banjarbaru Kalimantan Selatan Telepon/Fax : (0511) 4772379 / (0511) 4777523

1. PENDAHULUAN

1-

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Penanggung jawab Jabatan Ketua Tim Anggota Tim

: : : :

Ir. Mauluddin Agus Kepala Ir. Gt. Chairuddin, MSi. Junaidi, SKM, MS (Kualitas Udara, Kebisingan, Kesehatan Masyarakat) Ir. Achmad Rusdiansyah, MT (Hidrologi)

Ir. Gt. Chairuddin, MSi (Kualitas Air, dan Ekologi Akuatik)

Ir. Kissinger, MS (Ekologi Terrestrial)

Ir. Abdul Harris, MS (Geologi, Tanah, Tata Ruang)

Ir. Adrias Mashuri, SU (Ekonomi, Sosial, Budaya, Keamanan dan Ketertiban Masyarakat)

1.4.

Peraturan dan Perundang - undangan yang Dipergunakan sebagai Acuan UKL dan UPL Peraturan perundang-undangan yang menjadi acuan landasan hukum

dan pedoman dalam pelaksanaan UKL-UPL PLTU Tanjung - Tabalong, antara lain : 1. 2. Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi

Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya 3. Undang-Undang RI Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK). 4. 5. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang

1. PENDAHULUAN

1-

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

6.

Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup

7.

Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah

8.

Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah

9. 10. 11. 12.

Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2000 tentang Ketenagalistrikan Undang-Undang RI Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air Peraturan Pemerintah Nomor 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun dan Peraturan Pemerintah Nomor 85 tahun 1999 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tersebut

13.

Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

14.

Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara

15.

Peraturan Pemerintah RI Nomor 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun

16.

Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air

17.

Keputusan Presiden Nomor 32 tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung

18.

Keputusan Presiden Nomor 55 tahun 1993 tentang Tata Cara Perolehan Tanah Untuk Pengembangan dan Implementasi

Kepentingan Umum. 19. Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup Nomor KEP-03/MENKLH/6/1987 tentang Prosedur Penanggulangan Kasus Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup 20. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Nomor KEP-13/MENLH/1995 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak
1. PENDAHULUAN

1-

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

21.

Keputusan

Menteri

Negara

Lingkungan

Nomor

KEP-

48/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan 22. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP-

45/MENLH/10/1997 tentang Standar Indeks Pencemar Udara 23. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 86 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup 24. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Nomor 11 Tahun 2006 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan 25. Keputusan Menteri Kesehatan No. 718/MENKES/PER/XI/1987

tentang Pengaruh Kebisingan Terhadap Tingkat Kesehatan 26. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 1990 tentang Tata Cara Pemusnahan Pelumas Bekas dan Pengawasannya 27. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 31 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan PHK dan Penetapan Pesangon, Uang Jasa dan Ganti Kerugian di Perusahaan Swasta 28. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor KEP-056 Tahun 1994 tentang Pedoman Mengenai Ukuran Dampak Besar dan Penting. 29. Keputusan Kepala Bapedal Nomor 255/BAPEDAL/08/1996 tentang Tata Cara dan Persyaratan Penyimpanan dan Pengumpulan Minyak Pelumas Bekas 30. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor KEP-105 Tahun 1997 tentang Panduan Pemantauan Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL). 31. Keputusan Menteri Pertambangan tentang dan Energi Atas Nomor

103.K/00/M.PE/1994 Rencana

Pengawasan dan

Pelaksanaan Pemantauan

Pengelolaan

Lingkungan

Rencana

Lingkungan dalam Bidang Pertambangan dan Energi

1. PENDAHULUAN

1-

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

32.

Keputusan

Menteri

Pertambangan

dan

Energi

Nomor

1899.K/09/M.PE/1994 tentang Pelaksanaan Pemantauan Lingkungan Tenaga Listrik. 33. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 718/MENKES/PER/XII/1987 tentang Kebisingan yang Berhubungan dengan Kesehatan 34. Keputusan Direktur Jenderal Listrik dan Pengembangan Energi Nomor 75-12/008/600.2/1995 tentang Petunjuk Pelaksanaan

Pengawasan Atas Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Tenaga Listrik 35. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 5 Tahun 1992 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup di Daerah. 36. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 7 Tahun 2000 tentang Pola Dasar Pembangunan Provinsi. 37. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 9 Tahun 2000 tentang Rencana Umum Tata Ruang Wilayah Provinsi. 38. Peraturan Daerah Propinsi Kalimantan Selatan Nomor 2 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran 39. Keputusan Gubernur Kalimantan Selatan Nomor 28 Tahun 1994 tentang Penggolongan, Baku Mutu dan Peruntukan Air di Kalimantan Selatan 40. Keputusan Gubernur Kalimantan Selatan Nomor 58 Tahun 1995 tentang Penggolongan dan Baku Mutu Air Limbah di Propinsi Kalimantan Selatan 41. Peraturan Daerah Kabupaten Tabalong Nomor 10 Tahun 1995 tentang Rencana Umum Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tabalong.

1. PENDAHULUAN

1-

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

BAB II RENCANA KEGIATAN

2.1.

Nama Kegiatan

: Pembangkit Listrik Tenaga Uap Batubara (PLTU Batubara) 2 x 30 MW

2.2.

Lokasi Kegiatan

: Desa Mabuun, Kecamatan Murung Pudak Kabupaten Tabalong Kalimantan Selatan

Peta Lokasi PLTU dapat dilihat pada Lampiran Teks 2-1. Titik koordinat lokasi terletak pada: 20 9 08.87 LS 20 9 17.88 LS 20 9 55.51 LS 20 9 46.19 LS 2.3. Skala Kegiatan : Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berbahan bakar batubara, 2 X 30 MW 1150 26 44.54 BT 1150 26 58.08 BT 1150 26 33.24 BT 1150 26 19.98 BT

2.3.1. Tipe Pembangkit

2.3.2. Keadaan lingkungan di sekitar rencana lokasi PLTU yang termasuk ke dalam Desa Mabuun dideskripsikan sebagai berikut:

Sebelah Utara Sebelah Timur Sebelah Selatan Sebelah Barat 2.3.3. Areal Kegiatan

: : : :

Kebun campuran, kebun karet Perkebunan kelapa sawit dan karet PT. Cakung Permata Nusa Kebun karet, kebun kelapa sawit Kebun campuran, kebun karet

Luas lahan

Luas bangunan

86 ha lihat peta Lampiran Teks 2-1. 16,3 ha

Rencana lokasi lahan telah ditetapkan. Izin lokasi sedang dalam proses. Lay out bangunan lihat Lampiran Teks 22.

2. RENCANA KEGIATAN

2-

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

2.3.4. Jadwal Kegiatan Tabel 2-1 Jadwal rencana pembangunan dan pengoperasian PLTU Kegiatan 2006
Tahap Pra Konstruksi: 1. Survey 2. Penguasaan lahan 3. Persetujuan dana Tahap Konstruksi: 1. Pekerjaan Enjiniring 2. Pengadaan alat 3. Persiapan lapangan dan pekerjaan sipil 4. Pemasangan struktur baja 5. Pemasangan alat 6. Hydro Test Boiler Unit 1 7. Hydro Test Boiler Unit 2 8. Pemasangan Boiler Unit 1 9. Pemasangan Boiler Unit 2 10. PemasanganTurbine Unit 1 11. PemasanganTurbine Unit 2 Tahap Operasi: 1. Pengoperasian dan sinkronisasi Turbin Unit 1 2. Pengoperasian dan sinkronisasi Turbin Unit 2 3. Pengoperasian komersial Unit 1 4. Pengoperasian komersial Unit 2
Sept Des. Jan - Feb Februari Maret September Mei September Januari Agustus September Agustus Oktober September November

Tahun 2007

2008

2009

Desember Februari Maret Maret

2.4.

Garis Besar Komponen Rencana Kegiatan Rencana kegiatan yang diprakirakan akan menimbulkan dampak

terhadap lingkungan hidup, dapat dibagi atas 4 (empat) tahapan, yaitu Tahap Pra Konstruksi, Tahap Konstruksi, Tahap Operasi, dan Tahap Pasca Operasi. Kegiatan yang akan dilaksanakan dalam setiap tahapan kegiatan diringkaskan sebagai berikut: (1) Tahap Pra-Konstruksi : 1. Survei Lapangan 2. Pengadaan Lahan

2. RENCANA KEGIATAN

2-

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

(2) Tahap Kontruksi : 1. Mobilisasi Peralatan 2. Pembukaan dan Pematangan lahan 3. Pengadaan Material Pembangunan 4a. Pembangunan Prasarana dan Sarana 4b. Konstruksi Bangunan PLTU 5. Pengerahan dan Pengurangan Tenaga Kerja Konstruksi (3) Tahap Operasi : 1. Pengoperasian PLTU 2. Pemeliharaan PLTU (4) Tahap Pasca Operasi : 1. Pemanfaatan eks PLTU

2.4.1.

Rencana Kegiatan Tahap Pra Konstruksi

2.4.1.1. Survei Lapangan Kegiatan survei lapangan yang akan dilakukan oleh pemrakarsa, meliputi (1) pekerjaan pra survei yakni mengadakan koordinasi dengan institusi terkait, penjajagan, pemilihan, penetapan lokasi PLTU, (2) pekerjaan survei untuk melakukan pengukuran dan penyelidikan antara lain penyelidikan mekanika tanah dan hidrogeologi, dengan pekerjaan sebagai berikut :
Survei pengukuran diperlukan untuk mempersiapkan data yang akurat dalam

menentukan elevasi, batas areal proyek, penempatan patok batas bangunan yang akan dibangun, serta menetapkan posisi patok bench mark sebagai titik dasar survei pekerjaan selanjutnya. Penyelidikan mekanika tanah sehingga dapat ditentukan jenis pondasi yang sesuai guna mendukung beban berat bangunan dan perlengkapannya. Pekerjaan tersebut dilakukan dengan menggunakan berbagai peralatan terutama mesin pembor dengan berbagai perlengkapan lainnya yang dilakukan oleh tenaga berpengalaman yang akan didatangkan dari luar daerah Kalimantan Selatan. Beberapa pekerjaan yang tidak memerlukan keahlian khusus dapat

dilakukan oleh tenaga kerja lokal.

2. RENCANA KEGIATAN

2-

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Pekerjaan survei dilakukan pula oleh Team Studi UKL-UPL PLTU Tanjung yang meliputi pekerjaan: pra survei, survei dan pengamatan, sampling, interview dan sosialisasi yang dilaksanakan di dalam tapak proyek dan sekitar tapak proyek.

2.4.1.2. Pengadaan Lahan Lahan untuk PLTU adalah milik Pemerintah Kabupaten Tabalong. Pada saat ini dimanfaatkan oleh masyarakat untuk perkebunan. Kabupaten membentuk Tim untuk memberikan tali asih atas Pemerintah tanaman dan

bangunan dengan dana dari MSW. MSW akan mendapat SHGU. Pengadaan lahan di areal tapak proyek dan di jalur lintasan pipa air akan dilaksanakan melalui proses pemberian kompensasi dan/atau ganti rugi. Pengadaan lahan melalui proses: pertemuan dengan masyarakat pengguna lahan, inventarisasi dan klarifikasi luasan dan status lahan yang akan dibebaskan, penawaran nilai lahan, tanaman di atas lahan dan pencapaian kesepakatan, pembayaran dan penyerahan ganti rugi atau kompensasi. Proses pembebasan lahan akan ditangani oleh Tim Pembebasan lahan Pemerintah Kabupaten Tabalong. Proses ini dimulai dengan kegiatan public

hearing antara tim pembebasan lahan dengan seluruh masyarakat yang lahannya akan terkena pembebasan. Penentuan nilai tali asih atas lahan, dan tanaman tumbuh dan bangunan dilakukan dengan cara musyawarah untuk mufakat serta mentaati peraturan perundangan yang berlaku. Lahan yang akan dibebaskan terdiri atas lahan tapak proyek PLTU ( 86 ha), sebagian lahan untuk jalur pipa pengambilan air dari Sungai Tabalong, dan water intake di Sungai Tabalong. Lahan masyarakat Desa Warukin (Permukiman Dayak Manyaan) tidak masuk dalam rencana lokasi PLTU.

2. RENCANA KEGIATAN

2-

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

2.4.2.

Rencana Kegiatan Tahap Konstruksi

2.4.2.1. Mobilisasi Peralatan Peralatan yang dibutuhkan dalam pembangunan PLTU Tanjung Tabalong umumnya didatangkan dari luar Kabupaten Tabalong Provinsi Kalimantan Selatan. Peralatan tersebut sebagian besar dikirim dengan

transportasi laut (terutama pelabuhan laut utama di Pulau Jawa) menuju pelabuhan Klanis di Kalimantan Selatan. Kemudian dilanjutkan dengan

transportasi darat dari Pelabuhan Klanis menuju lokasi proyek yang berjarak sekitar 70 km. Jenis-jenis peralatan yang digunakan dalam kegiatan konstruksi tersebut diperincikan pada Tabel 2-2.

Tabel 2-2 Jenis-jenis peralatan yang dimobilisasikan pada Tahap Konstruksi


No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Nama Jenis Alat Crawler crane Mobile crane Dump truck / trailer Jack hammer Diesel hammer Vibro hammer Bulldozer Excavator Truck loader Wheel loader Vibro roller Tandem roller Motor grader Pontoon Light truck Water tank truck Water tank Asphalt sprayer Asphalt finisher Screen plant Batching plant Truck mixer Concrete mixer Concrete vibrator Jumlah (unit) 8 2 50 2 6 1 3 5 1 2 5 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 4 4 (dilanjutkan)

2. RENCANA KEGIATAN

2-

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 2-2 (lanjutan) No. 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 Nama Jenis Alat Concrete pump Bar bending machine Bar cutter machine Stone crusher Water pump Water pass Genset Air compressor Welding machine Theodolite Spirit level Jumlah (unit) 2 2 2 1 2 2 2 1 40 2 10

2.4.2.2. Pembukaan dan Pematangan Lahan Kegiatan pembukaan dan pematangan lahan yang diperlukan antara lain meliputi pekerjaan-pekerjaan berikut : Pekerjaan pembersihan (clearing, grubbing dan stripping top soil) meliputi pembersihan lahan dari tumbuh-tumbuhan, batuan permukaan dan

pengupasan permukaan tanah lunak, termasuk pembuatan jalan sementara menuju area penempatan material pembersihan itu sendiri. Khusus top soil akan ditempatkan di pinggiran lokasi keperluan landscaping. Pekerjaan pembongkaran dan pemindahan apabila terdapat bangunan, jalan, dan bangunan konstruksi lainnya yang tidak diperlukan lagi di lokasi. Pekerjaan galian dan pengurugan yang akan dilakukan sesuai dengan kondisi lahan. Untuk daerah yang terlalu tinggi dari elevasi yang yang selanjutnya digunakan untuk

direncanakan perlu dilakukan pekerjaan galian. Sedangkan untuk area yang lebih rendah akan diurug dengan material yang memenuhi kriteria tanah urug untuk selanjutnya dipadatkan. Apabila tanah galian di lokasi memenuhi

kriteria tanah urug, maka hasil galian tersebut ditempatkan di lokasi sementara untuk selanjutnya digunakan sebagai tanah urug. Tetapi apabila tidak memenuhi syarat, maka hasil galian akan dibuang ke luar lokasi. Pekerjaan stabilisasi lereng (rock slope stabilization) perlu dilakukan apabila lokasi yang dipilih memiliki perbedaan tinggi yang cukup signifikan, sehingga

2. RENCANA KEGIATAN

2-

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

diperlukan beda elevasi antara bangunan utama pembangkit dengan bangunan penunjang seperti coal yard, ash disposal area atau switchyard. Jenis stabilitas lereng sangat tergantung dari kondisi beda tinggi, jenis tanah dan sudut kemiringan lereng. Pekerjaan pagar, pintu pagar dan pos keamanan lokasi proyek yang diperlukan untuk memberikan batas lokasi proyek yang akan digunakan dan mempermudah pengawasan dan pengamanan lokasi proyek.

2.4.2.3. Pengadaan Material Bangunan Material bangunan yang dibutuhkan dalam pembangunan PLTU meliputi batu, pasir, semen, tanah urug, besi beton, besi baja, kayu, genteng (multiroof), dan sebagainya. Batu dan pasir didatangkan dari daerah terdekat lokasi.

Sedangkan tanah urug (apabila diperlukan) dapat didatangkan langsung dari lokasi tambang batubara PT Adaro Indonesia dengan memanfaatkan overburden dari lokasi dumping site. Kecuali bahan material kayu yang juga dapat diperoleh di lokal wilayah Kabupaten Tabalong Kalimantan Selatan, maka sebagian besar jenis material lainnya yang terbuat dari logam semuanya didatangkan dari luar daerah melalui Pelabuhan Klanis. Perkiraan material bangunan dapat dilihat pada Tabel 2-3. Tabel 2-3 Jenis-jenis material yang dibutuhkan No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jenis Material Tanah timbun Pasir Batu kerikil Batu Batu split Batu pecah Beton asphalt Semen Besi beton Rangka baja
(dilanjutkan)

2. RENCANA KEGIATAN

2-

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 2-3 (lanjutan) No. 11 12 13 14 15 Jenis Material Baja sheet pile Beton pile Keramik Dinding slab Atap (roof)

2.4.2.4. Pembangunan Prasarana dan Sarana, dan Bangunan Unit Sistem Pembangkit Bangunan dan fasilitas yang akan dibangun direncanakan memerlukan areal 16,3 ha dalam lokasi PLTU Tanjung yang luasnya 86 ha, diperinci dalam Tabel 2-4. Tabel 2-4 Jenis bangunan dan fasilitas lainnya dalam lokasi PLTU Tanjung
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. Bangunan Peralatan Utama Pembangkit Fasilitas Penanganan Batubara Penampungan debu Gedung Pompa dan Gudang Oli Sistem Penyediaan Air Switchgear & Switchyard Tempat Parkir dan Pintu Gerbang Kantor Gedung Administrasi Bengkel Kantin dan Toko DG & Cooling Tower Jalur Hijau Jalan dan Drainase
2

Luas (m ) 15000 8000 80000 10000 6000 15000 5000 1000 1000 800 3000 10000 10000

2. RENCANA KEGIATAN

2-

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

2.4.2.5. Pengerahan dan pengurangan tenaga kerja Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan khususnya pada saat kegiatan tahap konstruksi diperkirakan 400 orang, dan 20 orang diantaranya tenaga kerja asing. Tenaga kerja yang digunakan diutamakan berasal dari daerah sekitar proyek yang berdasarkan kriteria keahlian dan keterampilannya diperkirakan dapat mencapai sekitar 230 orang. Sedangkan lainnya sekitar 170 orang tenaga kerja berasal dari luar daerah. Tenaga kerja dari luar daerah dan tenaga kerja asing akan memerlukan perumahan. Berdasarkan tingkat keahlian dan keterampilan yang dimiliki, tenaga kerja tersebut dapat dikatagorikan sebagai supervisor, tukang, mandor, buruh dan personalia. Sedangkan tingkat pendidikannya dapat bervariasi mulai dari tingkat SD, SLTP, SLTA, Sarjana Muda atau Diploma, dan Sarjana (S1). Perkiraan jumlah tenaga kerja yang diperlukan tersebut disajikan pada Tabel 2-5.

Tabel 2-5 Perkiraan jumlah tenaga kerja pada Tahap Konstruksi

No. A 1 2 3 B 1 2 3 Pekerjaan Sipil

Posisi / Keahlian Tenaga Ahli dan Spesialis Tenaga Kerja Terampil Tenaga Kerja Kasar Pemasangan Alat dan Komisioning Tenaga Ahli dan Spesialis Tenaga Kerja Terampil Tenaga Kerja Kasar Jumlah A + B

Jumlah (orang)

10 70 130

10 100 80 400

Pada tahap operasi dibutuhkan tenaga kerja sebanyak 144 orang dengan perincian ditunjukkan dalam Tabel 2-6. Sebagian tenaga kerja ini direkrut dari tenaga kerja konstruksi setelah melalui tahap seleksi, sedangkan lainnya diperoleh dari pengangkatan tenaga baru yang memenuhi kualifikasi secara spesifik.

2. RENCANA KEGIATAN

2-

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 2-6 Perkiraan jumlah tenaga kerja pada Tahap Operasi A 1 2 3 4 5 6 7 B 1 2 C 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Ahli Mekanik Supersvisor Mekanik Teknisi Mekanik Ahli Listrik Supervisor Listrik Teknisi Listrik Ahli Instrumen dan Sistem Kontrol Supervisor Instrumen dan Kontrol Teknisi Instrumen dan Kontrol Ahli Sipil dan Pemeliharaan Gedung Supervisor Sipil dan Pemeliharaan Gedung Kepala Keamanan Tenaga Keamanan TOTAL Operator PLTU Operator Boiler dan Alat Bantu Operator Bag Filter / ESP, Tata Udara Operator TG dan Sistem Pelumasan Penanganan Debu dan Gas Buang Sistem Suplai Air Sistem Penanganan Batubara Pengolah Air dan Lingkungan Ahli Kimia Tenaga Analis Pemeliharaan 4 7 25 3 4 16 3 3 12 1 2 1 3 144 2 6 Operasi PLTU Jumlah (Orang) 12 10 4 4 4 7 11

2. RENCANA KEGIATAN

2-

10

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

2.4.3. 2.4.3.1

Rencana Kegiatan Tahap Operasi Pengoperasian Sistem Pembangkit Secara umum proses pembangkitan PLTU Tanjung-Tabalong dapat

dilihat pada Gambar Flow Diagram Sistem Pembangkit PLTU Tanjung (lihat Lampiran Teks 2-3).

Sistem Boiler Dengan spesifikasi batubara Wara sebagai bahan bakar, maka untuk PLTU Tanjung didisain dengan menggunakan CFB Boiler (Circulating Fluidized Bed Boiler). Boiler CFB ini berkapasitas 140 ton / jam uap, jenis semi outdoor, sirkulasi alami (natural circulation). Boiler akan dilengkapi dengan Tungku Berpendingin Air (Water Cooled Furnace), Drum pemisah uap dan air (steam water separating drum), pemanas lanjut (super heater), attemperator,

economizer, pemanas udara (air heater), soot blowers, sistem pembakaran batubara (coal firing system), draft system, perpipaan, peralatan instrumentasi dan kontrol, penahan panas (insulation), batu tahan api (refractory), tangki penggelontor (blow down tank). Untuk start up dan beban rendah, boiler menggunakan LDO. Suhu udara yang masuk cerobong dipertahankan sekitar 140 oC tergantung kandungan sulphur bahan bakar.

Sistem Turbin Masing-masing unit pembangkit beroperasi dengan memutar satu turbin uap yang berkapasitas 30 MW pada terminal generator. Turbin uap yang dipakai adalah jenis kondensing dengan tekanan masuk 90 bar (a) dan temperatur masuk 535 oC. Untuk meningkatkan efisiensi, sistem turbin dilengkapi dengan Pemanas Tekanan Tinggi dan Pemanas Tekanan Rendah serta Deaerator. Turbin dilengkapi dengan Electrohydraulic Governing System untuk pengaturan aliran uap sesuai dengan beban. Sistem pelumasan turbin terdiri dari tangki baja, pompa utama pelumas yang dikopel dengan turbin, pompa pelumas dengan penggerak motor, pompa pelumas DC untuk operasi darurat, pendingin pelumas dll.

2. RENCANA KEGIATAN

2-

11

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Sistem Suplai Air Pembangkit Kebutuhan air untuk keperluan pembangkit diambil dari Sungai Tabalong. Pengambilan air dilakukan dengan membuat bangunan pengambil air di tepi Sungai Tabalong yang terletak di desa Sulingan Kecamatan Murung Pudak. Dengan menggunakan pompa yang berkapasitas 175 m3/jam air dari Sungai Tabalong disalurkan melalui pipa air dengan diameter 25 cm yang ditanam dalam tanah sepanjang 7,5 km. Jalur pipa diupayakan di tanam di bahu jalan yang ada. Sebelum digunakan, air tersebut terlebih dahulu harus diproses pada pretreatment plant yang dilengkapi dengan clarifier untuk menghilangkan berbagai kotoran seperti kandungan padatan tersuspensi dan silika koloida. Selanjutnya air yang telah bersih dialirkan ke treated water basin yang mempunyai kapasitas penampungan sekitar 8 jam kebutuhan air PLTU.

Demineralized Plant Untuk penambah air boiler (make-up water), air tersebut harus diproses lagi menggunakan demineralizer plant untuk menghasilkan air demin.

Demineralized plant system direncanakan menggunakan cation resin beds, degassifier towers, anion resin beds dan mixed bed exchanger. Sebelum masuk DM plant, air disaring dengan presure filter dan karbon aktif. Kapasitas DM plant adalah 2 x 25 m3/jam. Hasil proses ini disimpan dalam 2 buah tangki penyimpan. Skematik Diagram DM Water System dapat dilihat pada Lampiran Teks 2-4.

Deaerator. Deaerator berfungsi untuk membersihkan kondensat dari kandungan oksigen dengan menggunakan pemanasan uap yang diambil dari auxiliari steam. Kandungan oksigen yang ada dalam kondensat disyaratkan tidak boleh lebih dari 7 ppb. Kapasitas tangki kondensat di dearator direncanakan tidak kurang dari jumlah aliran kondenser selama 10 menit pada saat turbin operasi dengan daya 100%.

2. RENCANA KEGIATAN

2-

12

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Spesifikasi penyediaan air dan fasilitasnya : 1) Pompa Suplai Air Lokasi : Sungai Tabalong, desa Sulingan Kec. Murung Pudak Kapasitas pompa : 175 m3/jam Jumlah Pompa : 3 Unit ( 2 operasi + 1 cadangan )

2) Pompa make-up menara pendingin (Cooling Tower) Jumlah Pompa Kapasitas : 3 Unit ( 2 operasi + 1 cadangan ) : 170 m3/jam

3) Pompa Suplai DM plant Jumlah Pompa Kapasitas : 2 Unit ( 1 operasi + 1 cadangan ) : masing-masing 25 m3/jam

4) Fasilitas Pengolah Awal (Pretreatment Plant) Tipe Jumlah Pompa Kapasitas : Tube sttler : 2 Unit (1 operasi + 1 cadangan) : 350 m3/jam

Neraca Pemakaian Air PLTU (water balance diagram) dapat dilihat pada Lampiran Teks 2-5.

2.4.3.2

Sistem Bahan Bakar Batubara Bahan bakar yang digunakan PLTU adalah batubara dari Tambang Wara

dengan nilai kotor 3.800 kcal/kg, Spesifikasi Batubara Wara dapat dilihat pada Lampiran Teks 2-6. Dengan kapasitas 2 X 30 MW, diperkirakan PLTU ini akan memerlukan batubara sebanyak 50 ton / jam atau sekitar 1200 ton per hari. Penanganan batubara dalam proses pembangkitan diperlihatkan dengan bagan alir Coal Handling System pada Lampiran Teks 2-7. terdiri dari beberapa sistem utama, di antaranya : Coal yard direncanakan mempunyai kapasitas penimbunan batubara yang tertutup untuk keperluan selama 14 hari atau sekitar 16800 ton. Untuk memudahkan penimbunan dan pengambilan batubara, coal yard akan dilengkapi dengan peralatan Grab Crane jenis Bridge, Pay Loader dan Buldozer. Dalam proses tersebur

2. RENCANA KEGIATAN

2-

13

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Pada sistem penanganan batubara (coal handling system) PLTU akan dilengkapi pula dengan alat penghancur (crusher) 2 tingkat, yaitu Primary Crusher dan Secondary Crusher. Dengan Crusher ini akan diperoleh butiran batubara dengan ukuran 6 mm atau lebih kecil. Jumlah unit masing-masing jenis crusher adalah 2 unit ( 1 operasi + 1 cadangan ) dengan kapasitas 100 Ton / jam.

Seluruh sistem penanganan batubara tersebut termasuk conveyor dan crusher akan beroperasi untuk 2 shift ( 16 jam) dan shift 3 digunakan untuk pemeliharaan. Jadi sistem penanganan batubara PLTU Tanjung 2 X 30 MW ini didisain dengan kapasitas 100 Ton / jam.

Butiran batubara dikirim ke coal bunker menggunakan 2 (dua) jalur belt conveyor masing-masing dengan kapasitas 100 ton/jam. Kapasitas coal bunker didisain untuk kebutuhan 12 jam operasi PLTU.

Sistem Penanganan Abu Untuk mencegah pencemaran debu sisa pembakaran, PLTU Tanjung dilengkapi dengan sistem penangkap abu menggunakan Bag Filter (BF). Sistem Penanganan Abu (Ash Handling System) PLTU ini didisain berdasarkan

kandungan abu batubara Wara sebesar 4 %. Diperkirakan total komposisi abu terdiri dari 80 % fly ash dan 20 % abu yang jatuh didasar boiler (bottom ash), hasil analisa kandungan abu batubara dapat dilihat pada Lampiran Teks 2-8. Kapasitas sistem penanganan abu sekitar 2 ton / jam atau 48 ton / hari. Sistem Penanganan Abu terdiri dari dua jenis utama : Bottom Ash Handling System, yang berfungsi untuk memindahkan abu dan batubara yang tidak terbakar yang jatuh dan terkumpul di bed ash hopper. Bottom ash dipindahkan secara pneumatik dengan Dense Phase System dari bed as hopper ke bed ash silo. Fly Ash Handling System, yang berfungsi untuk memindahkan abu yang terkumpul di bag filter hopper. Setiap hopper dilengkapi pemindah abu

secara pneumatik menggunakan udara bertekanan. fly ash dikirim ke fly ash silo memakai sistem pipa.

2. RENCANA KEGIATAN

2-

14

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Lampiran Teks 2-9 memperlihatkan skematik diagram sistem penanganan abu (Ash Handling System)

2.4.3.3

Peralatan Utama PLTU Spesifikasi unit-unit dalam sistem pembangkitan adalah:

1) Unit Penghasil Uap (Steam Generating Unit) Jumlah Boiler Jenis Boiler Kapasitas (MCR) Tekanan Uap Temperatur Uap Bahan Bakar 2) Turbin Uap Jumlah Tipe Daya Tekanan masuk Temperatur kerja Laju aliran uap Tekanan keluar : 2 Unit : Kondensing : 30 MW : 90 bar(a) : 535 oC : 125 Ton / jam : 0.1 bar(a) : 2 Unit : CFB (Circulating Fluidized Bed) : 140 Ton / jam : 100 bar(a) : 540 oC : Batubara

3) Pompa Umpan Boiler (Boiler Feed Pump) Jumlah Pompa Kapasitas Tekanan dorong 4) Deaerator Jumlah Tipe Tekanan kerja Temperatur kerja Kapasitas : 2 Unit : Spray & Tray : 6 bar(a) : 159 oC : 10 menit penyimpanan antara level minimum dan normal : 3 Unit ( 2 operasi + 1 cadangan ) : 150 m3/jam (masing-masing) : 116 bar(a)

2. RENCANA KEGIATAN

2-

15

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

5) Sistem demineralisasi (DM water system) Jumlah Kapasitas 6) Kondensor Jumlah Tipe Kapasitas aliran uap Tekanan kerja : 2 Unit : Shell &Tube : 83 Ton / jam (masing-masing) : 0.1bar(a) @ 30C Amb. Temp. : 2 X 100% : 2 x 25.0 m3/jam

7) Menara Pendingin (Cooling Tower) Jumlah Jumlah Cell Kapasitas Range Pendinginan Approach Bahan Konstruksi Kolam : 2 Unit, jenis Induced Draft : 3 Unit (2 operasi + 1 cadangan) : 6600 m3/jam (masing-masing) : 9 oC : 5 oC : RCC diisi dengan PVC : RCC

2.4.3.4 Sistem Kelistrikan Generator dikopel dengan turbin untuk dapat menghasilkan tenaga listrik. Dengan menggunakan trafo penaik tegangan 11 KV / 20 KV yang berkapasitas 37,5 MVA kemudian melalui jaringan 20 KV, listrik yang dihasilkan PLTU disalurkan ke beban ADARO. Generator PLTU berkapasitas 30 MW dan

beroperasi dengan tegangan 11 KV, frekwensi 50 Hz, power factor 0,8 (lag).

Power availability and fuel efficiency Power plant capacity Power plant auxiliary consumption Net power available Turbine heat rate Boiler efficiency Design Coal calorific value
2. RENCANA KEGIATAN

: 60 MW : 8 MW : 52 MW : 2500 kCal/kWh : 85% HHV : 3800 kCal/kg


216

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Specific Coal Consumption (Gross) : 0.80 kg/kWh Coal consumption : 1200 TPD

2.4.4. Rencana Kegiatan Tahap Pasca Operasi Masa berlangsungnya operasional PLTU sangat tergantung sumber batubara. kepada

Dalam Tahap Pasca Operasi, sumber dampak utama

(pemanfaatan eks PLTU) dan pengelolaan-pemantauannya diuraikan lebih lanjut dalam UKL-UPL ini.

2.5.

Sumber-Sumber Polutan dan Penanganannya Dalam rangkaian sistem operasi pembangkitan tenaga listrik, disamping

menghasilkan energi listrik, juga dihasilkan bahan buangan (limbah) baik padat, cair, gas maupun panas. Sumber-sumber polutan pada PLTU Batubara adalah : 1. Cerobong akan mengeluarkan zat partikulat, gas (CO, SOx, NOx) dan panas. Polutan polutan ini dapat menyebabkan korosi pada material, iritasi saluran pernafasan dan berbagai macam efek pada tumbuhtumbuhan. Untuk membatasi polusi sisa pembakaran yang keluar dari PLTU, maka cerobong dibuat yang tinggi agar polutan tersebar sehingga konsentrasi polutan dipermukaan tidak melebihi ambang batas yang telah ditentukan (Lihat Lampiran 3-6, Prakiraan Kadar Emisi PLTU). Disain cerobong PLTU Tanjung ini sekitar 120 m. Abu sisa pembakaran yang berupa fly ash yang keluar bersama dengan udara panas akan tersaring dalam bag filter. Dengan efisiensi penyerapan bag filter yang mencapai 99 %, maka fly ash yang keluar lewat cerobong jumlahnya relatif kecil. Untuk PLTU Tanjung ini partikulat yang keluar dari cerobong akan lebih kecil dari 50 mg / Nm3 (Standar World Bank). Penggunaan batubara Wara yang kandungan sulfurnya sekitar 0,4 %, maka PLTU tidak memerlukan peralatan Desulphurisasi dan emisi SO2
2. RENCANA KEGIATAN 217

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

yang keluar dari cerobong akan dibawah standar emisi yang diijinkan yaitu sekitar 750 mg / Nm3 (Standar Indonesia). Dengan boiler CFB pembakaran batubara dapat dilkukan dengan sempurna, sehingga tidak menghasilkan polutan Karbon Monoksida. Sedangkan polusi Nox dapat dibatasi teknik abatement yang baik. PLTU diperkirakan mengeluarkan emisi NOx maksimal 150 mg / Nm3 rata-rata dalam 24 Jam. Polusi panas buangan yang dihasilkan PLTU lewat cerobong kira-kira sekitar 8 % - 10 % dari panas input didalam boiler. Dengan penggunaan cerobong setinggi 120 m maka polusi panas yang turun ke permukaan tidak banyak berpengaruh pada suhu permukaan. 2. Blowdown menara pendingin (CT) Konsep disain PLTU adalah memaksimalkan daur ulang air yang dipakai dan meminimalkan air buangan. Blow down menara pendingin akan mengeluarkan air panas, air dengan kadar garam tinggi dan bahan-bahan kimia yang digunakan untuk pengolahan air sirkulasi. Seperti ditunjukkan pada Neraca Pemakaian Air (Water Balance Diagram), air keluaran dari blow down menara pendingin dialirkan ke kolam pengumpul. Dari kolam pengumpul sebagian digunakan untuk keperluan pada coal handling system dan ash handling system. Sisanya akan dibuang dalam saluran air yang ada setelah dipastikan bahwa kenaikan suhu buangan adalah kurang dari 3C melebihi suhu badan air penerima. Debu batubara dari proses penanganan batubara dan zat partikulat. Proses penanganan batubara merupakan sumber polusi debu batubara yang menyebar tertiup angin. Unutk mencegah abu berterbangan, maka dilakukan penyemprotan air di coal yard. Disamping itu pada sistem penanganan batubara dilengkapi pula dengan alat dust extraction. Penanganan debu batubara agar tidak berterbangan dilakukan dengan cara berikut : Pada lokasi pembongkaran batubara (coal unloading) dilakukan dengan Sistem Dust Extraction / Dust suppression.
2. RENCANA KEGIATAN 218

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Pada

lokasi

penimbunan

(storage)

dilakukan

dengan

penyemprotan air atau dengan membuat penimbunan tertutup (covered storage). Pada Titik Perpindahan (Transfer Point) dilakukan dengan memasang Sistem Dust Extraction yang dilengkapi penyaring (fabric filter) dengan efisiensi 99 %. Pada Bangker Batubara (Coal Bunker) dilakukan dengan Sistem DE seperti diatas. Untuk Conveyor dilakukan dengan memasang Gallary Conveyor yang tertutup dan Telescopic Chute Work. 3. Abu sisa pembakaran di boiler. PLTU Tanjung dalam operasinya dilengkapi dengan sistem penanganan abu, baik untuk abu terbang maupun abu dasar (bottom ash). Abu yang terkumpul pada penampung abu dasar (bottom ash hopper) maupun penampung abu terbang (ash silo) kemudian dibasahi dan diangkut dengan truk untuk ditimbun pada areal penimbunan abu (ash disposal area). Areal penimbunan abu untuk PLTU Tanjung ini disediakan seluas 8 Ha. Untuk mencegah rembesan ke tanah, areal ini dilapisi dengan HDPE/ HLPE. 4. Hasil keluaran dari Ion Exchangers pada DM Plant. Proses demineralisasi air penambah (make up water) boiler dilakukan dengan memasang DM plant. Untuk proses demineralisasi air sebanyak 25 m3 / jam dibutuhkan HCl sekitar 75 kg/hari dan NaOH sekitar 20 kg/hari. Peralatan ini beroperasi 18 jam/hari dan proses regenerasi selama 6 jam / hari. Selama proses regenerasi ion exchanger, DM plant ini akan menghasilkan larutan asam dan basa. Agar limbah keluaran DM Plant tidak mencemari lingkunngan, maka larutan ini disalurkan ke kolam penetralisir (neutralizing pit).

2. RENCANA KEGIATAN

2-

19

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

2.5.1.

Penanganan Polutan Limbah Padat. Limbah padat yang dihasilkan dari pengoperasian PLTU Batubara

adalah berupa: Debu batubara, yang dihasilkan selama penampungan dan pemindahan batubara. Abu terbang (fly ash), yang merupakan sisa pembakaran batubara yang terbawa bersama-sama gas buang Abu dasar (bottom ash), yang merupakan abu sisa pembakaran batubara yang terakumulasi di bawah tungku pembakaran. Endapan lumpur (sludge), yang terkumpul di dasar kolam pengendapan air larian permukaan lapangan penumpukan batubara dan kolam instalasi pengolahan air limbah lainnya. Abu dasar dan debu batubara akan ditimbun di tempat penimbunan khusus yang dilengkapi dengan lapisan kedap air (HDPE / LDPE) dan penampungan air lindi. Untuk memenuhi ketentuan batasan emisi partikel abu yang keluar dari chimney, yaitu maksium 50 mg/m3 (Standar Bank Dunia), maka dipasang alat penangkap abu (bag filter) dengan effisiensi minimum 99%.

2.5.2.

Penanganan Polutan Limbah Cair Limbah cair yang dihasilkan dalam kegiatan operasi PLTU batubara dapat

diketagorikan sebagai limbah domestik, air larian permukaan, limbah cair proses operasi, sisa atau bekas minyak (oli bekas, ceceran minyak). Limbah cair

tersebut secara umum tergolong zat pencemar dengan kriteria yang bersifat fisika dan kimia (termasuk kandungan unsur logam dan minyak). Limbah cair yang dihasilkan akan diolah hingga memenuhi kriteria kualitas air yang boleh dibuang ke badan air sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku, dalam hal ini didasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, serta Keputusan Gubernur Kalimantan Selatan Nomor 58 Tahun 1994 tentang Penggolongan Limbah Cair.

2. RENCANA KEGIATAN

2-

20

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Secara garis besar upaya pengolahan tersebut dilakukan dengan teknik koagulasi, sedimentasi, filtrasi dan netralisasi. Khusus untuk limbah yang

mengandung minyak (oli dan BBM) akan diolah dalam unit pemisahan minyak (oil water separator), ditampung dalam drum, dan selanjutnya dijual ke

padagang pengumpul oli bekas. Air limbah domestik dari kamar mandi dan dapur akan dibuang ke sistem sumur resapan. Limbah dari WC dibuang ke septic tank. Air yang telah memenuhi syarat baku mutu akan digunakan kembali di dalam sistem resirkulasi atau pasokan tambahan, atau kemungkinan juga dilepas ke badan air.

2.5.3.

Penanganan Polutan Buangan Gas Gas yang dihasilkan dalam proses pembakaran batubara yang akan

dilepaskan ke udara terdiri dari SO2, NOx, CO dan CO2. Dengan kandungan sulphur untuk batubara Wara sekitar 0,2 % 0,4 %, maka PLTU ini tidak memerlukan alat Desulphurisasi karena emisi yang dihasilkan jauh lebih kecil dari 750 mg/NM3 (Standar Indonesia).

2. RENCANA KEGIATAN

2-

21

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

BAB III RONA LINGKUNGAN AWAL

3.1. 3.1.1

Komponen Fisik Kimia Iklim Wilayah sekitar rencana lokasi PLTU Tanjung-Tabalong (selanjutnya

diringkas PLTU) termasuk dalam iklim munson tropis. Angin dari Barat Daya membuat curah hujan cukup tinggi, pada periode November - April. Sebaliknya, karena adanya pengaruh angin dari Tenggara pada periode Mei musim penghujan. Musim kemarau jatuh dalam bulan Mei Oktober. Hasil pengumpulan data iklim dari Stasiun Klimatologi Muara Uya sebagai stasiun terdekat dengan rencana lokasi proyek yang tercatat selama 10 tahun antara 1990 - 2000, menunjukkan suhu udara rata-rata bulanan berkisar antara 29,23 - 31,17 OC (Sumber Data : Stasiun Klimatologi Kelas I Banjarbaru). Suhu maksimum terjadi pada bulan Agustus dan suhu minimum terjadi pada bulan Desember sampai Januari. Pengumpulan data curah hujan diperoleh dari stasiun penangkar curah hujan terdekat milik PT Adaro Indonesia, mm. diperoleh data selama tahun 1997 2000 menunjukkan rata-rata curah hujan bulanan berkisar antara 68,38 264,25 Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Desember dan terendah pada bulan Agustus. Pola iklim mikro dalam wilayah studi tidak berbeda dengan pola dalam dataran Banua Lima yang dipengaruhi oleh lereng Barat Pegunungan Meratus yang berhutan dan bentangan rawa yang luas di sebelah Barat. Kelembaban relatif udara rerata bulanan dalam wilayah studi tergolong tinggi berkisar antara 74.6 % 85.6 % (Sumber Data: Stasiun Klimatologi Kelas I Banjarbaru). Kecepatan angin rerata bulanan termasuk rendah berkisar antara 0,7 knot atau 0,35 m/det (bulan Pebruari dan Maret) sampai 3,3 knot atau 1,65 m/det (bulan Agustus) dengan rata-ratanya 1,78 knot atau 0,89 m/det. Pada bulan Mei-Oktober (kemarau) arah angin dominan berhembus dari Timur Laut (NE) dan Timur (E),
3. RONA LINGKUNGAN AWAL

Oktober,

curah hujan menjadi lebih sedikit. Angin munson dari arah Barat menyebabkan

3- 1

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

sedangkan pada musim hujan (Nopember April) angin berhembus dari arah Timur (E) dan Tenggara (SE). Hasil pengukuran dalam bulan Desember 2006 pada studi UKL-UPL ini seperti ditunjukkan dalam Lampiran Teks 3-1 dan Tabel 3-1, menunjukkan arah angin Timur Laut Barat Daya dan kecepatan 2 5 m/s, kelembaban 45 65% dan suhu 30 320C.

3.1.2

Kualitas Udara dan Kebisingan Rona lingkungan kualitas udara dan kebisingan, sebagai kondisi awal

sebelum adanya proyek PLTU di amati pada tiga titik ukur, yaitu (1) dalam kawasan rencana Lokasi PLTU, (2) persimpangan Jalan Akses dengan jalan Raya, dan (3) dalam kawasan pemukiman penduduk Desa Warukin (permukiman Suku Dayak Manyaan). Kondisi kualitas udara yang dinyatakan dalam parameter debu menunjukkan bahwa pada titik KU-3 (= pemukiman penduduk Desa Warukin) sudah berada di atas baku mutu maksimum yang dipersyaratkan oleh PP Nomor 41 Tahun 1999, sedangkan di dua titik lainnya masih berada di bawah baku mutu. Kadar debu yang terukur di Desa Warukin ini bersumber dari arus lalu lintas jalan desa yang dalam kondisi kering, sehingga saat dilintasi oleh kendaraan sangat mudah mendisversikan debu ke udara ambien. Titik ukur kualitas udara pada Desa Warukin ini tepat berada di tepi jalan desa sehingga kadar debu yang terukur juga relatif tinggi. Selengkapnya hasil pengukuran kualitas udara dapat dilihat pada Tabel 3-1. Dari parameter tingkat kebisingan, seluruh titik pengamatan memiliki tingkat kebisingan yang berada di bawah baku mutu maksimum yang dipersyaratkan untuk masing-masing baku mutu yang ditetapkan sesuai dengan peruntukkannya. Pada titik (1) memiliki tingkat kebisingan yang paling rendah dibandingkan dengan dua titik pantau lainnya, hal ini disebabkan karena pada titik (1) = rencana lokasi PLTU) ini tidak ada kegiatan yang menimbulkan tingkat kebisingan, kecuali suara-suara yang ditimbulkan dari hembusan angin yang menggoyang daun. Selengkapnya hasil pengukuran kebisingan dapat dilihat pada Tabel 3-1.

3. RONA LINGKUNGAN AWAL

3- 2

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 3-1 Kondisi rona awal kualitas udara dan tingkat kebisingan pada rencana pembangunan PLTU dan daerah sekitarnya
No Satuan Parameter Kondisi Pengukuran Cuaca Arah angin Kecepatan angin m/s O Temperatur C udara Kelembaban % udara Debu g/m3 Kebisingan dBA

KU.1 cerah BL 24 30 65 39,31 36,45

KU.2 cerah BD 25 32 46 64,27 50,12

KU.3 Cerah BD 35 32 45 274,34 50,04

Baku mutu 230 55 / 70

2 3

Keterangan : (lihat Lampiran Teks 2-1) KU.1 : Rencana Lokasi PLTU KU.2 : Jalan Akses PLTU KU.3 : Desa Warukin Baku Mutu Kualitas Udara menurut PP. Nomor 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara Baku Mutu Kebisingan menurut Kepmen LH Nomor 48/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan Sumber : Lampiran Teks 3-1

Sebagai perbandingan, data Tabel 3-2 ditunjukkan hasil pengukuran tahun 2003 pada lokasi berdekatan dengan rencana lokasi PLTU, antara 2 6 km (Sumber Data: Studi Amdal PLTU Mulut Tambang (2 x 50 MW) TanjungTabalong).

3. RONA LINGKUNGAN AWAL

3- 3

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 3-2 Kualitas udara di sekitar rencana lokasi PLTU


No 1 2 3 4 5 6 Titik Pengukuran Debu 4 km dari rencana lokasi PLTU Desa Tepian Simpang tiga masuk ke Tepian Desa Maburai Pemukiman Transmigrasi Desa Blimbing / water intake Baku mutu*) 126,98 261,44 522,88 526,32 233,92 233,92 230 Kadar (g/m3) SO2 1,0057 0,5106 6,4527 2,9864 0,5106 0,5106 900 NO2 6,3945 2,5107 6,7644 3,2505 2,6956 1,4010 400 CO 94,27 2.232,68 4.798,77 6.509,50 1.377,32 9.930,50 30.000

*) Baku mutu menurut Peraturan Pemerintah nomor 41 Tahun 1999, tentang Pengendalian Pencemaran Udara

Hasil pengukuran debu dalam bulan Desember 2006 pada studi UKL-UPL ini seperti ditunjukkan dalam Lampiran Teks-3-1, adalah 39,31 274,38 (g/m3) lebih kecil dibandingkan hasil pengukuran pada Tabel 3-2 (126,98 526,32 g/m3). Pada umumnya sumber debu berasal dari debu jalanan yang melayang di udara setelah dilintasi oleh kendaraan disamping debu yang berasal dari spora tumbuhan yang terbang ditiup angin. Tingkat kebisingan di daerah sekitar rencana lokasi PLTU pada 3 (tiga) titik pantau pada studi UKL-UPL ini (Lampiran Teks- 3-1 dan Tabel 3-1), adalah 36,45 50,04 dBA, masih di bawah baku mutu. Pengukuran tahun 2003 pada titik pantau di sekitar rencana lokasi PLTU adalah 43,8 58,9 dBA. Kebisingan ini bersumber dari kendaraan bermotor yang melintas disamping suara yang ditimbulkan oleh binatang (seperti burung) dan suara pepohonan yang gemuruh ditiup angin.

3.1.3

Fisiografi dan Morfologi Sistem fisiografi yang berkembang di daerah rencana pembangunan PLTU

menjadi bagian dari perkembangan tatanan sistem fisiografi regional Pegunungan Meratus. Secara morfologi kondisi regional sistim fisiografi Pegunungan Meratus Keberadaan satuan geomorfik topografi
3- 4

mengacu pada pengelompokkan satuan geomorfik Van Zuidam (1979) terletak pada satuan topografi bergelombang.
3. RONA LINGKUNGAN AWAL

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

bergelombang terletak di Meratus.

sebelah barat laut dari lajur tinggian pegunungan

Morfogenesis topografi bergelombang tersebut masih berkait dengan proses erosi selektif sesudah blok faulting pengangkatan pegununungan Meratus akhir miosen. Dibagian barat dari satuan topografi bergelombang berkembang satuan geomorfik dataran berupa dataran yang disusun oleh material endapan alluvial.
Perkembangan relief morfologi satuan topografi bergelombang tersebut dicirikan dengan kemiringan lereng 5-15% miring ke arah selatan dengan beda tinggi 5-20m. Sungai yang berkembang adalah Sungai Tabalong dengan anak-anak sungainya antara lain: S. Mangkusip, S. Jaing. S. Tabalong merupakan sungai utama yang pola alirannya membentuk pola sub dendritik dengan lembah sungai berbentuk U berstadium tua. Lokasi rencana tapak proyek PLTU beserta saluran air penunjangnya yang menghubungkan PLTU hingga sungai Tabalong menempati daerah yang mempunyai kelerengan umum 5-15%, ketinggian tempat terdapat pada level ketinggian 24 mdpal 56 mdpal. Sungai dari rencana lokasi PLTU mengalir ke sungai Mangkusip yang merupakan anak sungai Tabalong. Pola aliran yang berkembang pada sungai Mangkusip adalah sub dendritik dengan ciri lembah sungai berbentuk U melebar kesamping serta bermeander. Kondisi sungai tersebut dapat dikelompokkan dalam stadium sungai tua.

3.1.4

Geologi Dalam tatanan geologi regional, wilayah studi menempati bagian timur laut

Sub Cekungan Barito berdekatan dengan Pegunungan Meratus yang menjadi bagian dari Cekungan Kutai. Dalam tatanan stratigrafi regional wilayah studi dan sekitarnya disusun oleh batuan sedimenter tersier dan kuarter meliputi: Formasi Tanjung (Tet) berumur Eosen, Formasi Berai (Tomb) berumur Oligomiosen, Formasi Warukin (Tmw) berumur Miosen, Formasi Dahor (Qtd) dan Endapan Alluvial (Qa). Daerah studi termasuk tapak proyek pembangunan PLTU terletak diatas Formasi Warukin yang disusun oleh perselingan antara batupasir kuarsa dan batu lempung dengan sisipan batu lempung pasiran dan batubara. Karakteristik
3. RONA LINGKUNGAN AWAL

3- 5

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

sifat fisik batuan penyusun Formasi Warukin adalah padat, kurang kompak, permeabilitas rendah setempat-setempat tinggi dengan daya dukung batuan sedang - tinggi. Sedang karakteristik tanah lapukan dan rombakan adalah bersifat lepas, tidak padu, permeabilitas tinggi, pada daerah terbuka sangat rentan erosi. Wilayah tapak proyek tidak terdapat sumberdaya mineral batubara, dibuktikan dengan singkapan batubara di bekas tambang Wara yang lokasinya berada disebelah tenggara dari tapak proyek. Perkembangan struktur geologi dipengaruhi oleh perkembangan proses kegiatan tektonik regional yang terjadi mulai Pra Tersier Miosen Tengah. Perkembangan struktur geologi pada batuan sedimenter tersier penyusun daerah studi dan sekitarnya dipengaruhi tektonik Akhir Miosen.Pada Akhir Miosen terjadinya pengangkatan pegunungan Meratus sehingga membentuk strukturstruktur geologi antara lain: lipatan (antiklin dan sinklin), patahan (patahan naik, patahan mendatar dan patahan normal) serta retakan/kekar. perlapisan batuannya miring kearah tenggara. Didaerah studi struktur geologi yang berkembang adalah struktur lipatan monoklin yang

3.1.5

Hidrologi Daerah studi UKL-UPL PLTU berada di dalam kawasan DAS Tabalong,

sebelah Timur alur sungai Tabalong. Kondisi topografi lahan semakin tinggi konturnya kearah Tenggara Timur Laut dan dibatasi oleh cabang anak sungai Tabalong yaitu sungai Jaing, tetapi semakin ke Barat Barat Laut kontur mulai makin rendah dan terdapat atau dibatasi oleh sungai Mangkusip. Kedua anak sungai Jaing dan Mangkusip sama-sama bermuara ke sungai Tabalong yang menjadi tampungan dari air permukaan (run off) ataupun aliran bawah permukaan (base flow) di kawasan DAS Tabalong tersebut. Karekteristik sungai dan anak-anak sungai adalah : Sungai Mangkusip, terletak sebelah Barat daerah studi, sungai orde ke 2 dan mendapat pengaliran air dari hulunya yaitu sungai Tepian. Pengukuran sesaat (musim kemarau) profil penampang basah dengan lebar 2 m dengan kedalaman rata-rata Y = 0,15 m (titik pengukuran jembatan Mangkusip). Pengukuran kecepatan hanya dapat dilakukan dengan alat pelampung, dan mendapatkan debit Q = 49 liter/dt ( hitungan pada Lampiran Teks-3).
3. RONA LINGKUNGAN AWAL

3- 6

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Sungai Jaing, sungai ini terletak sebelah Timur daerah studi, merupakan salah satu anak sungai Tabalong. Pengukuran sesaat profil penampang basah dan pengukuran kecepatan, dimana lebar rata-rata b = 8,50 m dengan kedalaman rata-rata Yr = 0,85 m. Pengukuran kecepatan dengan Current Meter dibeberapa titik mendapatkan kecepatan rata-rata Vr = 0,34 m/dt, sehingga debit rata-rata Qr = 2,45 M 3 /dt ( perhitungan pada Lampiran Teks 3-2)

Sungai Tabalong (sungai utama), sungai yang merupakan terkonsentrasinya air permukaan (run off) dan aliran bawah permukaan (base flow) pada DAS Tabalong. Keberadaan air sungai ini akan menjadikan keberlanjutan beroperasinya pembangunan PLTU. Pengukuran sesaat penampang basah sungai (lokasi rencana intake PLTU, Jembatan S. Tabalong) pada kisaran posisi 02 0.10 '.08'' LS dan 1150.22 ''.58'' BT . Lebar atas Tampang Basah b = 38 m dengan kedalaman bervariasi, pada titik tengah Y = 2,50 m, dan tepi kiri/kanan masing-masing Y = 3,10 m dan Y = 2,30 m. Pengukuran sesaat kecepatan ( dengan alat current meter ) mendapatkan Vr = 0,33 m/dt, sehingga debit rata-rata Qr = 33,28 m3/dt ( perhitungan pada Lampiran Teks 3-2). Besaran debit ini merupakan salah satu besaran kapasitas tampung

sungan Tabalong, yang tentunya kapasitas ini dapat berubah berfluktuasi terutama pada musim penghujan ataupun musim kemarau (data debit sungai Tabalong ) dan diharapkan keberadaan debit dapat mensuplay kebutuhan PLTU (350 m3/jam) dan masyarakat luas lainnya. Data debit sungai Tabalong didapat dari Proyek Hidrologi Kalimantan Selatan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Pengairan Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah, meliputi data debit selama 21 tahun mulai tahun 1977 sampai dengan tahun 2001 dengan beberapa tahun tidak ada pengukuran sehingga untuk analisa data diperlukan perhitungan data tambahan untuk mengisi kekosongan data tersebut. Data debit sungai Tabalong ditampilkan dalam Lampiran Teks 3-2. Sebagai perbandingan karakteristik hidrologi wilayah studi UKL-UPL

PLTU, digunakan hasil kajian terhadap Sungai Tepian, Sungai Mangkusip dan Sungai Tabalong tahun 2003 sebagai berikut:

3. RONA LINGKUNGAN AWAL

3- 7

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

a. Sungai Tepian Hulu, Pengukuran sesaat parameter hidraulikanya yaitu lebar b= 70 cm, kedalaman rata-rata y = 10 cm, hasil perhitungan debit Q = 7,7 lt/dt. Semakin kehilirnya terjadi perubahan geometris sungai yaitu luas tampang dan debit sungai. b. Sungai Tepian Hilir, sungai ini bagian hilirnya dari sungai Tepian hulu, dimana keberadaan air permukaan berakumulasi dengan limpasan air lainnya. Pengukuran sesaat Sungai Tepian Hilir pada titik jembatan Kampung Tepian dimana lebar b= 6,5 m, kedalaman rata-rata y = 1 m, pengukuran kecepatan dengan alat current meter didapat V = 0,06 m/dt dan mendapatkan debit Q = 0,4 m3/dt. Sungai tepian ini mengalirkan air kehilirnya mencapai sungai Mangkusip

sebagai sungai orde 2. Analisa data sedimen dari laboratorium dimana gradasi butiran

mendapatkan d 50 = 0,1 mm dan d 90 = 0,02 mm , yang selanjutnya data ini akan di analisa untuk prakiraan erosi dan sedimentasi di wilayah studi terutama kawasan sungai tepian. c. Sungai Mangkusip, sungai ini merupakan orde sungai ke dua yang mendapat aliran dari hulunya yaitu sungai Tepian. Pengukuran sesaat profil lintang sungai dengan lebar penampang basah b = 5 m, kedalaman rata-rata y = 0,36 m. Hasil pengukuran kecepatan dengan current meter mendapatkan kecepatan V = 0,325 m/dt sehingga didapat debit sesaat Q = 0,585 m3/dt. Debit ini mengalir ke hilirnya bermuara pada sungai Tabalong yang merupakan sungai orde 3. Analisa data sedimen dari laboratorium , gradasi butiran mendapatkan

d 50 = 0,1 mm dan d 90 = 0,035 mm , yang selanjutnya data ini akan di


analisa untuk prakiraan erosi dan sedimentasi di wilayah studi terutama kawasan sungai Mangkusip dan sekitarnya. d. Sungai Tabalong, merupakan sungai utama pada DAS Tabalong. keberadaan air sungai akan menjadikan kelangsungan beroperasinya PLTU tersebut.

3. RONA LINGKUNGAN AWAL

3- 8

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Pengukuran sesaat geometris tampang sungai ( titik daerah intake rencana PLTU desa Belimbing Raya ), dimana lebar atas tampang basah b = 75 m dengan kedalaman bervariasi, pada titik tengah sungai kedalaman y = 3,5 m, pada bagian tepi kiri dan kanan masing-masing 1,8 m . Pengukuran kecepatan dengan current meter mendapatkan kecepatan rata-rata V = 0,39 m/dt, sehingga debit rata-rata Q = 69,5 m3/dt. Besaran debit ini merupakan salah satu besaran kapasitas sungai Tabalong yang tentunya berfluktuasi pada musim kemarau dan penghujan (lihat data debit S Tabalong) dan diharapkan akan dapat mensuplay kebutuhan operasional PLTU sebesar 350 L/dt. Analisa data sedimen dari laboratorium , gradasi butiran mendapatkan

d 50 = 0,2 mm dan d 90 = 0,035 mm , yang selanjutnya data ini akan di


analisa untuk prakiraan erosi dan sedimentasi di wilayah studi terutama kawasan sungai Tabalong Kondisi air tanah yang tersedia cukup memadai, jika mengamati dari keberadaan sumur-sumur di sekitar konsentrasi penduduk pinggiran jalan raya Mabuun, di mana fluktuasi kedalaman air sumur 5 7 m dari level muka tanah setempat. Pergerakan air tanah di perkirakan bergerak dari arah Utara, daerah kontur tinggi bergerak ke Selatan mengikuti dengan keadaan kontur lebih rendah sampai mencapai alur pengumpul air permukaan dan air tanah yaitu sungai Tabalong dengan laju pergerakan air tanah berkisar k = 5. 10 4 cm/dt. Air hujan yang masuk menjadi air tanah diperkirakan 10 % - 30 % dari curah hujan tahunan di daerah ini yang besarnya sekitar 2000 mm. Infiltrasi air hujan menjadi air tanah dipengaruhi oleh kondisi permukaan daerah recharge. Misalnya 15 % air hujan diperkirakan menjadi air tanah, maka debit input air tanah dalam sistem air tanah Tinggian Tutupan yang terjadi adalah setara dengan 0.246 m3/det atau 246 L/det. Dengan faktor keamanan sebesar 1.5, maka debit input air tanah maksimum sebesar 164 L/det. Air tanah di wilayah studi terdapat dalam sistem akifer yang disebut dengan strip thin leaky-multiaquifer system. Dalam sistem akifer ini aliran air tanah bersifat anisotropik, padamana drawdown searah strike lebih dominan dibanding drawdown searah dip. Fenomena ini mengindikasikan bahwa transmisi

3. RONA LINGKUNGAN AWAL

3- 9

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

air lebih banyak terjadi dalam arah horisontal, sehingga terdapat daerah pengaruh yang searah dengan strike. Keberadaan akuifer/air tanah didaerah lokasi PLTU tidak feasibel atau tidak mencukupi untuk dapat memenuhi kebutuhan operasional PLTU ( 350 L/dt ) tersebut diatas.

3.1.6

Kualitas Air Pengamatan terhadap kualitas fisik dan kimia air permukaan

dilaksanakan pada sungai dan aliran air (creek) yang terdapat di dalam wilayah studi yang mencakup 4 titik pengamatan (site sampling) di dalam areal DAS Tabalong dan sub DAS Mangkusip. Hasil pengukuran kualitas air pada ke empat lokasi pengamatan tersebut secara lengkap dapat di lihat di Lampiran Teks 3-3 (hasil analisis laboratorium). Hasil analisis menunjukkan parameter kualitas airnya masih berada dalam kisaran yang diperbolehkan menurut baku mutu air golongan B berdasarkan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Kalimantan Selatan Nomor : 28 Tahun 1994.

3.1.7

Tata Ruang dan Tata Guna Lahan

Berdasarkan sistem klasifikasi tanah Pusat Penelitian Tanah Bogor (1983) jenis tanah di tapak proyek termasuk kelas Podsolik Plintik. Jenis tanah ini dapat dikategorikan Plintudults (berdasarkan klasifikasi taksonomi tanah). Tanah di sekitar tapak proyek berkembang dari batuan sedimen batuliat dan batupasir yang berumur tersier, dengan relief berombak (3 8 %), dan drainase baik. Tekstur tanah lapisan atas termasuk lempung berdebu, dan tanah lapisan bawah termasuk liat berdebu. Struktur tanah lapisan atas termasuk blok menyudut dengan berukuran besar (30 60 mm) dan tingkat perkembangan kuat, konsistensi agak teguh. Sedangkan tanah lapisan bawah berstruktur blok menyudut dengan perkembangan kuat dan berukuran besar 50 100 mm, konsistensi teguh. Permeabilitas tanah termasuk sangat lambat (< 0,01cm/jam), hal ini berkaitan dengan struktur tanah yang berukuran besar, porositas yang rendah. Diduga kapasitas infiltrasi juga terbatas sebab pada kedalaman sekitar 50 cm di
3. RONA LINGKUNGAN AWAL

3- 10

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

bawah permukaan tanah terdapat lapisan plintit yang kompak padat teguh. Kandungan bahan organik tanah lapisan atas tergolong rendah sedang (1,75 2,40 % C-Org). Tidak terdapat sarasah pada tanah lapisan atas, tetapi sangat padat dengan akar alang-alang. Berdasarkan peta penggunaan lahan dan pengamatan langsung di lapangan, diketahui bahwa penggunaan lahan pada tapak proyek berupa perkebunan karet, kelapa sawit rakyat, sebagian kecil berupa semak belukar dan padang alang-alang. Di sebelah utara dan barat tapak proyek berbatasan dengan perkebunan. Disisi sebelah Timur berbatasan dengan perkebunan besar kelapa sawit milik PT. Cakung Permata Nusa (telah berproduksi), sedangkan di sisi sebelah barat berbatasan dengan perkebunan karet rakyat (sebagian telah berproduksi). Adapun pada sisi-sisi lainnya yang berbatasan langsung masih berupa semak belukar dan hutan sekunder, atau berupa sebaran perkebunan karet rakyat. Adapun wilayah yang akan dilalui pipa air dari S.Tabalong ke tapak proyek akan melewati beberapa jenis penggunaan lahan yaitu sisi jalan Propinsi, permukiman dan lahan pekarangan.
Bentuk penguasaan lahan pada tapak proyek adalah merupakan milik negara, yang dipinjamkan kepada masyarakat yang selanjutnya dilengkapi dengan surat segel tanah.

3.1.8

Kebijakan Tata Ruang Berdasarkan dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten

Tabalong 2002-2012, tapak proyek dan daerah yang diduga kena dampak berada pada Satuan Wilayah Pembangunan I, dimana Kota Tanjung sebagai pusat pelayanan, dan wilayah pelayanannnya meliputi Kecamatan Tanjung, Kecamatan Tanta dan Murung Pudak. Dalam skala perencanaan yang lebih rinci, yakni seperti yang tertuang dalam Rencana Tata Ruang Kawasan Penyangga Purimawar, tapak proyek berada pada kawasan pengembangan pertambangan, meskipun penggunaan lahan ada yang berupa perkebunan besar maupun rakyat. Kawasan Purimawar ini sendiri adalah merupakan kawasan koridor dengan jarak 500 meter kanan kiri jalan antara Puri Indah (Kecamatan Tanta) Mabuun sampai ke Warukin (Kecamatan Tanta), di mana jalan tersebut sebetulnya merupakan jalan arteri
3- 11

3. RONA LINGKUNGAN AWAL

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

primer yang menghubungkan Kota Tanjung dengan kota-kota kabupaten lainnnya maupun sebagai jalan utama untuk lintas propinsi yang diperkirakan akan mengalami pertumbuhan sangat cepat.

3.1.9

Tanah Pengumpulan data kualitas tanah dilakukan dengan pengambilan contoh

di tapak proyek dan di lingkungan sekitar proyek yang disesuaikan dengan tata guna lahan. Pengambilan contoh terusik dilakukan dengan menggunakan ring sample dan contoh tanah terusik dengan cara pemboran pada kedalaman 0-30 cm dan 30-60 cm. Sampel tanah kemudian diambil dan dianalisa di Laboratorium Kualitas Tanah Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Universitas Lambung Mangkurat (PPLH-UNLAM). Pengambilan contoh tanah dilakukan pada tapak proyek dan di lingkungan sekitar proyek dengan menggunakan konsep katena (toposequen) pada tiga posisi lereng antara lain; (1). Punggung bukit (T 1), (2). Pelembahan (T 2), dan (3). Puncak bukit (T 3).

3.1.10 Status Hara dan Sifat Tanah Hasil analisis contoh tanah pada beberapa lokasi tapak proyek selengkapnya disajikan pada Tabel 3-3. Hasil analisis tanah kemudian diberikan harkat kesuburannya menurut kriteria dari Pusat Penelitian Tanah tahun 1983.

Tabel 3-3 Hasil analisis contoh tanah pada berbagai lokasi pengambilan sampel
Lokasi Sampel No. Parameter Satuan
T1 (0-30) T1 (30-60) T2 (0-30) T2 (30-60) T3 (0-30) T3 (30-60)

Tekstur Pasir Debu Liat PSH % % % % g/cm3 cm/jam 8.29 27.68 47.90 16.13 1.21 3.48 4.25 6.17 32.67 50.55 10.61 4.38 29.63 24.41 30.51 15.45 1.23 5.65 4.32 24.29 30.37 33.73 11.62 4.45 23.03 49.02 12.88 15.07 1.29 3.91 4.30 15.16 25.73 38.31 20.81 4.85

2 3 4

Bulk density Permeabilitas pH H2O

(dilanjutkan)

3. RONA LINGKUNGAN AWAL

3- 12

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 3-3 (lanjutan)


Lokasi Sampel No. Parameter Satuan
T1 (0-30) T1 (30-60) 3.60 0.65 0.12 10.03 14.44 6.98 0.09 0.28 0.50 3.50 2.40 6.70 24.91 17.56 T2 (0-30) 3.62 0.29 0.17 11.26 15.24 2.41 0.06 0.10 1.00 2.50 1.80 4.30 12.75 28.67 T2 (30-60) 3.61 0.93 0.12 8.77 13.61 1.95 0.04 0.11 0.30 2.65 1.00 5.80 16.11 19.22 T3 (0-30) 3.68 0.94 0.17 15.98 15.23 6.85 0.06 0.18 0.50 2.25 1.00 4.11 15.62 19.16 T3 (30-60) 3.64 0.36 0.13 10.65 14.46 2.61 0.07 0.19 0.40 2.60 0.80 5.20 15.44 21.07

5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

pH KCl C-organik N-total P2O5-total P2O5-tersedia K2O-total K-tukar Na-tukar Mg-tukar Ca-tukar Al-tukar H-tukar KTK KB

% % mg/100 g ppm mg/100 g me/100 g me/100 g me/100 g me/100 g me/100 g me/100 g me/100 g %

3.57 1.45 0.16 11.90 14.43 13.52 0.14 0.18 0.74 2.71 2.20 6.70 29.25 12.88

Sumber : Data primer hasil analisa laboratorium Kualitas Tanah PPLH-UNLAM Banjarbaru (Lampiran Teks 3-4)

Punggung Bukit (T 1) Kedalaman 0-30 cm Tanah mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: kandungan C-organik rendah (1,45%), kandungan N-total rendah (0,16%), kandungan P2O5 tanah tergolong rendah (11.90 mg/100 g tanah), kandungan K2O tanah tergolong rendah (13.52 mg/100 g tanah), kandungan P-tersedia tanah dapat digolongkan rendah (14.43 ppm). Susunan kation tukar terutama Kalium digolongkan sangat rendah (0.14 me/100 g tanah), Natrium dikelaskan rendah (0.74 me/100 g tanah), kandungan Magnesium dikelaskan rendah (0,50 me/100 g tanah) dan kandungan Kalsium digolongkan rendah (2.71 me/100 g tanah). Kejenuhan basa (KB) dikelaskan sangat rendah (12.88%), dengan kapasitas tukar kation (KTK) dikelaskan tinggi (29.25 me/100 g). Tanah di lahan ini mempunyai pH yang dikelaskan agak masam (pH H2O = 4.25 ; pH KCl = 3.57). Tekstur tanah tergolong liat. Punggung Bukit (T 1) Kedalaman 30-60 cm Tanah mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: kandungan C-organik sangat rendah (0.65%), kandungan N-total rendah (0,12%), kandungan P2O5
3. RONA LINGKUNGAN AWAL

3- 13

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

tanah tergolong rendah (10.03 mg/100 g tanah), kandungan K2O tanah tergolong sangat rendah (6.98 mg/100 g tanah), kandungan P-tersedia tanah dapat digolongkan rendah (14.44 ppm). Susunan kation tukar terutama Kalium digolongkan sangat rendah (0.09 me/100 g tanah), Natrium dikelaskan sedang (0.28 me/100 g tanah), kandungan Magnesium dikelaskan rendah (0.50 me/100 g tanah) dan kandungan Kalsium digolongkan rendah (3.50 me/100 g tanah). Kejenuhan basa dikelaskan sangat rendah (17.56%), dengan kapasitas tukar kation (KTK) dikelaskan sedang (24.91 me/100 g). Tekstur tanah tergolong liat. Tanah di lahan ini mempunyai pH yang dikelaskan agak masam (pH H2O = 4.38; pH KCl = 3.60).

Pelembahan (T 2) Kedalaman 0-30 cm Tanah mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: kandungan C-organik sangat rendah (0.29%), kandungan N-total rendah (0,17%), kandungan P2O5 tanah 100 tergolong rendah (11.26 mg/100 g tanah), kandungan K2O tanah tergolong sangat rendah (2.41 mg/100 g tanah), kandungan P-tersedia tanah dapat digolongkan rendah (15.20 ppm). Susunan kation tukar terutama Kalium digolongkan sangat rendah (0.06 me/g tanah), Natrium dikelaskan rendah (0,10 me/100 g tanah), kandungan Magnesium dikelaskan rendah (1.00 me/100 g tanah) dan kandungan Kalsium digolongkan rendah (2.50 me/100 g tanah). Kejenuhan basa dikelaskan rendah (28.67%), dengan kapasitas tukar kation (KTK) dikelaskan rendah (12.75 me/100 g). Tanah di lahan ini mempunyai pH yang dikelaskan agak masam (pH H2O = 4.32; pH KCl = 3.62). Tekstur tanah tergolong lempung liat berpasir.

Pelembahan (T 2) Kedalaman 30-60 cm Tanah mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: kandungan C-organik sangat rendah (0.93%), kandungan N-total rendah (0,12%), kandungan P2O5 tanah tergolong sangat rendah (8.77 mg/100 g tanah), kandungan K2O tanah tergolong sangat rendah (1.95 mg/100 g tanah), kandungan P-tersedia tanah dapat digolongkan rendah (13.60 ppm). Susunan kation tukar terutama Kalium digolongkan sangat rendah (0.04 me/100 g tanah), Natrium dikelaskan rendah (0.11 me/100 g tanah), kandungan Magnesium dikelaskan sangat rendah (0.30 me/100 g tanah) dan kandungan Kalsium digolongkan rendah (2.65 me/100 g
3. RONA LINGKUNGAN AWAL

3- 14

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

tanah). Kejenuhan basa dikelaskan sangat rendah (19.22%), dengan kapasitas tukar kation (KTK) dikelaskan rendah (16.11 me/100 g). Tekstur tanah tergolong lempung berliat. Tanah di lahan ini mempunyai pH yang dikelaskan agak masam (pH H2O = 4.45; pH KCl = 3.61).

Puncak Bukit (T 3) Kedalaman 0-30 cm Tanah mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: kandungan C-organik sangat rendah (0.94%), kandungan N-total rendah (0,17%), kandungan P2O5 tanah tergolong rendah (15.98 mg/100 g tanah), kandungan K2O tanah tergolong sangat rendah (6.85 mg/100 g tanah), kandungan P-tersedia tanah dapat digolongkan rendah (15.23 ppm). Susunan kation tukar terutama Kalium digolongkan sangat rendah (0.06 me/100 g tanah), Natrium dikelaskan rendah (0.18 me/100 g tanah), kandungan Magnesium dikelaskan rendah (0.50 me/100 g tanah) dan kandungan Kalsium digolongkan rendah (2.25 me/100 g tanah). Kejenuhan basa dikelaskan sangat rendah (19.16%), dengan kapasitas tukar kation (KTK) dikelaskan rendah (15.62 me/100 g). Tanah di lahan ini mempunyai pH yang dikelaskan agak masam (pH H2O = 4.30; pH KCl = 3.68). Tekstur tanah tergolong lempung.

Puncak Bukit (T 3) Kedalaman 30 - 60 Cm Tanah mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: kandungan C-organik sangat rendah (0.36%), kandungan N-total rendah (0,13%), kandungan P2O5 tanah tergolong rendah (10.65 mg/100 g tanah), kandungan K2O tanah tergolong sangat rendah (2.61 mg/100 g tanah), kandungan P-tersedia tanah dapat digolongkan rendah (14.46 ppm). Susunan kation tukar terutama Kalium digolongkan sangat rendah (0.07 me/100 g tanah), Natrium dikelaskan rendah (0.19 me/100 g tanah), kandungan Magnesium dikelaskan rendah (0.40 me/100 g tanah) dan kandungan Kalsium digolongkan rendah (2.60 me/100 g tanah). Kejenuhan basa dikelaskan rendah (21.07%), dengan kapasitas tukar kation (KTK) dikelaskan rendah (15.44 me/100 g). Tanah di lahan ini mempunyai pH yang dikelaskan agak masam (pH H2O = 4.85; pH KCl = 3.64). Tekstur tanah tergolong lempung berliat.

3. RONA LINGKUNGAN AWAL

3- 15

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

3.1.11 Kesuburan Tanah Penilaian kesuburan tanah dilakukan menurut kriteria yang dikembangkan oleh Pusat Penelitian Tanah Bogor (PPT, 1983). Kriteria ini digunakan karena belum ada baku mutu kualitas tanah dari instansi yang berwenang. Kriteria yang digunakan ini cukup representatif karena dibuat secara emperis. Ada lima sifat kimia tanah penting yang digunakan untuk menilai kesuburan tanah secara emperik, yaitu : kapasitas tukar kation (KTK), kejenuhan basa (KB), P2O5-total, K2O-total dan C-organik. Berdasarkan kriteria tersebut dilakukan penilaian kesuburan tanah pada lokasi pemantauan dan hasilnya disajikan pada Tabel 3-4. Hasil penilaian kesuburan tanah pada lokasi pemantauan menunjukkan bahwa status kesuburan tanah pada semua lokasi pemantauan adalah rendah.

Tabel 3-4 Penilaian status kesuburan tanah pada lokasi pengambilan sampel tanah

Sifat Kimia Tanah No. Lokasi Sampel KTK KB P2O5 K2O C-org.

Status Kesuburan

1 2 3 4 5 6

T 1 (0-30 cm) T 1 (30-60 cm) T 2 (0-30 cm) T 3 (0-30 cm)

Tinggi Sedang

Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah

Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah

Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah

T 2 (30-60 cm) Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah T 3 (30-60 cm) Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah

3.1.12 Erosi Tanah Hasil pengamatan lapangan dan data hasil analisis contoh tanah di laboratorium yang berkaitan dengan erosi tanah adalah tekstur, C-organik, struktur, dan permeabilitas. Variabel-variabel tersebut nantinya akan menentukan indeks erodibilitas yang menunjukan nilai kepekaan suatu tanah terhadap kejadian erosi. Dengan menggunakan rumus Universal Soil Losses Equation (USLE) maka akan diperoleh nilai pendugaan erosi. Hasil pendugaan besarnya erosi tanah pada beberapa lokasi pengambilan sampel selengkapnya disajikan pada Tabel 3-5.
3. RONA LINGKUNGAN AWAL

3- 16

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 3-5 Pendugaan besarnya erosi tanah


No. Lokasi Pemantauan R K LS CxP A

1 2 3
Keterangan : R LS P

T1 T2 T3

1215 1215 1215

0.13 0.12 0.10

0.85 0.45 0.95

0.9 0.45 0.38

143.57 57.08 117.27

= Erosivitas hujan = Panjang lereng dan slope = Faktor pengelolaan

K C A

= Erodibilitas tanah = Faktor vegetasi = Erosi (ton/ha/tahun)

3.1.13 Kestabilan Tanah Kestabilan tanah dapat diartikan sebagai ketahanan tanah terhadap daya rusak dari luar. Ketahanan tanah menentukan tidak mudahnya massa tanah dihancurkan oleh air (air hujan dan air limpasan). Ketahanan tanah dipengaruhi oleh kandungan bahan organik, tekstur tanah dan bahan semen lainnya. Dalam kapasitas kestabililan tanah yang berhubungan dengan erosi tanah diindikasikan dengan nilai erodibilitas tanah. Nilai erodibilitas tanah ini dihitung berdasarkan hasil analisis contoh tanah di laboratirium terhadap data kandungan bahan organik, tekstur tanah (kandungan pasir, debu, liat, dan pasir sangat halus), permeabilitas tanah dan struktur tanah. Kesetabilan tanah dapat juga dinilai dari tingkat bahaya erosi yang merupakan perkiraan kehilangan tanah maksimum dibandingkan dengan tebal solum tanahnya pada setiap unit lahan bila teknik pengelolaan tanaman dan konservasi tanah tidak mengalami perubahan. Jumlah maksimum tanah hilang dimaksudkan untuk memprediksi produktivitas lahan tetap lestari. Penentuan tingkat bahaya erosi akan menggunakan kriteria dari Departemen Kehutanan (1986) dengan menggunakan pendekatan tebal solum tanah yang telah ada dan besarnya erosi sebagai dasar. Kriteria tingkat bahaya erosi berdasar tebal solum tanah dan besarnya bahaya erosi selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3-6. Ketebalan solum tanah di dalam lokasi proyek rata-rata memiliki ketebalan solum lebih dari 90 cm. Penetapan TBE didasarkan pada pembandingan nilai kedalaman solum tanah yang dihubungkan dengan erosi
3. RONA LINGKUNGAN AWAL

3- 17

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

maksimum tanah dari masing-masing lokasi yang menunjukan nilai erosi antara 57.08 hingga 143.57 ton/ha./tahun. Berdasarkan kriteria tingkat bahaya erosi pada Tabel 3-6 terlihat bahwa tingkat bahaya erosi pada masing-masing lokasi memiliki tingkat bahaya erosi sedang (S).

Tabel 3-6 Tingkat bahaya erosi berdasar tebal solum tanah dan besarnya bahaya erosi Tebal Solum (cm) > 90 60 90 30 60 < 30
Keterangan : SR = sangat rendah B = berat R = rendah S = sedang SB = sangat berat

Erosi Maksimum (ton/ha/th.) < 15 SR R S B 15 - 60 S B SB SB 60 - 180 S B SB SB 180 - 480 B SB SB SB > 480 SB SB SB SB

3.2. 3.2.1

Komponen Biologi Flora Darat Keadaan vegetasi yang di rencana areal PLTU dan sekitarnya terdiri atas

hutan sekunder muda (belukar), kebun campuran dan tanaman pekarangan. Pada tapak proyek untuk tingkat semai didominasi oleh alaban (Vitex pubescens), karamunting gunung (Rhodomyrus tomentosa), pelawan (Tristani obovata), beringin (Ficus benjamina), jamai (Rhodomnia ceneria) dan kujanjing (Pterospernum javanicum). Untuk tingkat pancang didominasi alaban (Viteks pubescens), (Adina pelawan (Tristani obovata), beringin (Ficus benjamina), bati-bati bengkirai (Trema amboinensis), mahang (Macaranga minutiflora),

hypoleuca) dan jambu-jambuan ( Eugenia sp). Sedang tumbuhan bawah pada tapak ini didominasi oleh jenis alang-alang, hering, rio-rio, karamunting kodok, kacang polong. Secara keseluruhan keadaan vegetasi di areal tapak PLTU dari segi keragaman dan potensi tidak terlalu besar.

3. RONA LINGKUNGAN AWAL

3- 18

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Pada areal sekitar tapak PLTU

untuk vegetasi hutan sekunder muda

(belukar) jenis yang mendominasi juga tidak jauh berbeda yaitu jenis alaban (Vitex pubescens). Sedang tumbuhan bawah yang mendominasi yaitu alang-alang, rumput teki, pandan, kerinyuh, hering, putri malu. Pada kebun campuran dan tanaman pekarangan terdapat 15 jenis tanaman yang didominasi oleh jenis karet (Hevea brasilensis), rambutan (Nephelium lappaceum), petai (Parkia spp), nangka (Arthocarpus integra). Untuk tumbuhan bawah didominasi oleh orok-orok, rumput teki, alang-alang, karamunting dan krinyuh.

3.2.2

Flora Air Hasil analisa sampel plankton pada 4 (empat) sampling sites dalam studi

UKL-UPL PLTU memperlihatkan adanya sejumlah genera dijumpai di wilayah studi.

fitoplankton yang

Terdapat 3 (tiga) phylum yang mengkontribusi

keanekaragaman hayati planktonik di kawasan studi, yaitu 6 genera dari phylum Cyanophyta, 7 genera dari phylum Chlorophyta, dan 3 genera dari phylum Chrysophyta (Lampiran Teks 3-5). Jenis fitoplankton yang ditemukan dengan jumlah tertinggi adalah Oscillatoria dari phylum Cyanophyta. Secara kuantitatif phylum Chlorophyta memperlihatkan keberadaan jumlah sel yang terbanyak dan jumlah spesies (jenis) tertinggi. Dari seluruh perhitungan kelimpahan sel planktonik yang diidentifikasi tersebut dapat dihitung tingkat keanekaragaman hayati biota planktonik pada setiap stasiun pengamatan. Nilai keanekaragaman Shannon-Wiener untuk fitoplankton pada wilayah studi UKL-UPL berkisar dari 1,9914 sampai 3,6405. Dari data Nilai keanekaragaman pada semua stasiun memperlihatkan tingkat keanekaragaman hayati masih tergolong baik yang dapat diartikan juga bahwa kondisi lingkungan perairan yang termasuk belum tercemar.

3. RONA LINGKUNGAN AWAL

3- 19

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

3.2.3

Fauna Darat

Untuk memperoleh data satwa liar dilakukan pengamatan langsung (observasi) terhadap satwa liar, selain itu juga berasal dari informasi penduduk dan data sekunder. Jenis-jenis satwa liar di lokasi paling sedikit dijumpai 12 jenis Mamalia, Reptila sebanyak 6 jenis, dan Aves terdapat 23 jenis (Tabel 3-7).
Tabel 3-7 Jenis satwa liar yang terdapat di wilayah studi UKL-UPL PLTU

No. Mamalia 1 2 3. 4. 5. 6 7 8. 9 10 11 12 Reptilia 1 2 3 4 5. 6.

Nama Indonesia atau Lokal Kera ekor panjang Musang Tupai Pelanduk/Kancil Babi Landak Tringgiling Hirangan Sado Tikus Menjangan Berang-berang Ular pucuk Biawak Kalimantan Biawak bergaris Ular sanca Kadal Ular belang

Nama Spesies atau Famili

Sumber

Status

Macaca fascicularis Paradoxurus hermaphroditus Sundasciurus lowii Tragulus javanicus Sus barbatus Hystrix brachyura Manis javanica Presbytis melalophos Mydaus javanensis Rattus exulans Cervus unicolor Cynogale bennetti

O I O I I I I I I O I I I I I I O I

Trimeresurus albolabris Varanus bornensis Varanus salvator Phyton reticulatus Mabuia multifasciata Bunarus fasciatus

(dilanjutkan)

3. RONA LINGKUNGAN AWAL

3- 20

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 3-7 (lanjutan)

No. Aves 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11 12 13. 14. 15. 16 17 18. 19. 20. 21 22 23.

Nama Indonesia atau Lokal Pipit/Bondol rawa Kelayangan Punai gading Tekukur biasa Ketinjau/Murai batu Burung gereja Cinenen belukar Bubut alang-alang Prenjak Kucica kampung Tombelet Meninting Burung madu merah Karuang Bambangan coklat Cabak Cekakak kecil Elang bondol Kutilang Kacamata gunung Cuit Pentet kelabu Caladi batu/pelatuk

Nama Spesies atau Famili

Sumber

Status

Lonchura malacca Hirundo tahitia Treron vernans Streptopelia chinensis Copsychus malabaricus Passer montanus Orthotomus atrogularis Centropus bengalensis Abroscopus bengalensis Copsychus saularis Hemicircus concretus Alcedo meningting

O O O O I O O O I I O O I

Aethopyga siparaja Pycnonotus flavescens Ixobrychus eurhythmus Caprimulgus affinis Todirhamphus sauctus Haliastur indus Pycnonotus aurigaster Zosterops montanus Nectarinia jgularis Lanius schach Meiglyptes tristis O O O O O O O O O O

Keterangan : O = terlihat; I = Informasi

3. RONA LINGKUNGAN AWAL

3- 21

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

3.2.4

Fauna Air Dari hasil analisa contoh plankton yang telah dilakukan, dalam wilayah

studi UKL-UPL PLTU hanya ditemukan 4 genera, yakni Castrada luthera, Notholca, Rotaria, dan Floscularia (Lampiran Teks 3-5). Indek keanekaragaman zooplankton semua berada dibawah 1, kecuali pada satu stasiun (PP-05, s. Tabalong) indek keanekaragaman mencapai nilai 2. Data ini memperkuat dugaan kondisi perairan di wilayah studi yang telah tercemar. Dari hasil analisa sampel benthos, juga dijumpai keberadaan jenis zoobenthos secara kuantitatif yang sedikit. Dari hasil analisa hanya ditemukan 5 genera (Lampiran Teks 3-5), diantaranya Valvata tricarinata dan Viviparus intertextus. Dari data yang diperoleh dengan nilai indeks keanekaragaman sebesar 0,6822 1,5644 dapat dikatakan bahwa perairan di wilayah studi
termasuk agak tercemar.

3.3. 3.3.1

Komponen Sosial Kependudukan Jumlah penduduk Kabupaten Tabalong tahun 2005 sebanyak 187.208

jiwa, terdiri atas 93.506 laki-laki dan 93.702 perempuan. Di Kecamatan Murung Pudak jumlahnya mencapai 31.153 jiwa dengan 15.820 jiwa laki-laki dan 15.333 jiwa perempuan. Untuk Kecamatan Tanta jumlah penduduknya mencapai Sedangkan 14.284 jiwa, yang terdiri dari 7.155 jiwa laki-laki dan 7.129 perempuan. Rasio jenis kelamin di Kabupaten Tabalong tercatat sebesar 99,79 %. masing-masing100,37 dan 103,17. Kepadatan penduduk rata-rata di Kabupaten Tabalong 47 jiwa per km2, Kecamatan Tanta rata-rata 83 jiwa per km2 dan Kecamatan Murung Pudak dengan kepadatan 262 jiwa per km2. Kecamatan Murung Pudak merupakan kecamatan yang penduduknya paling padat di Kabupaten Tabalong. Laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Tabalong pada Tahun 20042005 sebesar 0,77%, Kecamatan Tanta 0,46% dan Kecamatan Murung Pudak 1,49%. untuk Kecamatan Tanta dan Kecamatan Murung Mudak, rasio jenis kelamin

3. RONA LINGKUNGAN AWAL

3- 22

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Kecamatan dengan tingkat kepadatan penduduk tertinggi adalah Kecamatan Murung Pudak, dengan tingkat hunian 262 jiwa/km2. jiwa/km2. Kecamatan yang termasuk cukup padat penduduknya adalah Kecamatan Kelua yaitu 176 Kecamatan dengan tingkat kepadatan penduduk terrendah adalah Kecamatan Tanta dengan kepadatan Kecamatan Jaro dengan tingkat kepadatan 15 jiwa/km2, dan Kecamatan Bintang Ara dengan kepadatan 17 jiwa/km2.. penduduk 83 jiw/km2. Di Kabupaten Tabalong didapatkan di 262 buah Sekolah Dasar, 57 buah SLTP, dan 19 buah SLTA. telah menyelesaikan SLTA. Di Kecamatan Tanta didapatkan 23 buah SD, 4 buah MI, 2 buah SLTP, 1 buah MTs, dan 1 buah SLTA. Di Kecamatan Murung Pudak didapatkan 26 buah SD, 1 buah MI, 6 buah SLTP, 1 buah MTs, dan 4 buah SLTA. Di Kabupaten Tabalong mempunyai 2 suku bangsa asli setempat, yaitu Suku Banjar dan Suku Dayak. Suku Banjar merupakan mayoritas di Kabupaten Tabalong dan memeluk agama Islam agama Hindu, Budha dan Kristen. Sebanyak 95,56% penduduk Kabupaten Tabalong memeluk agama Sisanya menganut agama agama Pemeluk agama lainnya umumnya merupakan pendatang dari luar, keculi penduduk asli Dayak yang memeluk Jumlah penduduk Kabupaten Tabalong, hanya 14,9% pada kelompok umur 16 - 18 tahun 8,7% pada usia 19 24 tahun yang

Islam, kemudian disusul agama Kristen Protestan 2,41%, agama Katolik 0,83%, Hindu 0,67%, dan Budha 0,02%. kepercayaan, yaitu agama Kaharingan sebanyak 0,12%. Jumlah mesjid di Kabupaten Tabalong sebanyak 203 buah dan jumlah langgar 493 buah. sebanyak 2 buah. Suku Banjar sebagai penduduk asli mendominasi penduduk dengan jumlah 82,09% dari total penduduk di Kabupaten Tabalong. penduduk. Penduduk pendatang terbanyak adalah dari Suku Jawa dengan jumlah 12,75% dari total Penduduk pendatang lainnya adalah dari Suku Sunda, Bugis, Padang, Batak, Madura, Timor dan Ambon. Suku asli lainnya, yaitu Suku Dayak hanya 3,11% dari jumlah penduduk Kabupaten Tabalong. Gereja Protestan sebanyak 17 buah dan gereja Katolik

3. RONA LINGKUNGAN AWAL

3- 23

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

3.3.2

Ekonomi

3.3.2.1 Pendapatan Rumah Tangga Dari pengamatan di lapangan, sebagian besar responden di Desa Mabuun merupakan karyawan swasta perusahaan perkebunan dan pertambangan. Untuk Desa Maburai sebagian besar merupakan pekebun karet, kemudian yang lainnya swasta. Sedang untuk Desa Warukin, sebagian besar responen merupakan pekebun karet dan pekebun buah-buahan, dan 1 orang yang merupakan karyawan pertambangan. Penghasilan utama bervariasi antara Rp 300.000,- dan Rp 2.500.000,-. Tertinggi didapatkan di Desa Warukin dan Desa Mabuuun, sedangkan penghasilan terendah didapatkan di Desa Warukin. Penghasilan sampingan bervariasi antara Rp 400.000,- dan Rp 3.000.000,-. Penghasilan tertinggi didapatkan di Desa Maburai dengan usahanya berupa pembibitan karet. Sedangkan penghasilan terendah di Desa Mabuun yang hanya Rp 400.000,- dari usaha menyadap karet. Pengeluaran rumah tangga tertinggi di desa Mabuun dan Desa Warukin sebanyak Rp 1.500.000,- dan terendah terdapat di Desa Mabuun dan Desa Maburai sebanyak Rp 300.000,- per bulan. tergantung dari penghasilan/pendapatan. Kesempatan kerja dan kesempatan berusaha bagi penduduk di Kabupaten Tabalong cukup terbuka luas. Masyarakat masih dapat memanfaatkan peluang kerja di bidang penggalian dan pertambangan. Masyarakat juga dapat memanfaatkan peluang pada sektor-sektor atau bergerak di sektor perdagangan lain lain seperti warung makan, kios, atau jasa-lain yang merupakan dampak ekonomi dari keberadaan pertambangan batubara skala besar. Pengeluaran rumah tangga

3.3.2.2 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Keragaan dan pertumbuhan ekonomi suatu wilayah, didekati dengan menggunakan PDRB yang dianggap sebagai salah satu tolok ukur yang relevan. Berdasarkan PDRB Kabupaten Tabalong atas dasar harga konstan 1993, nilai
3. RONA LINGKUNGAN AWAL

3- 24

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

PDRB Kabupaten Tabalong dari tahun 2003, 2004 dan 2005 berturut-turut adalah Rp 1.925.278.647.000,, Rp 2.228.905.165.000,dan Rp 2.458.276.384.000.-. Peranan utama di dominasi oleh sektor Pertambangan dan Penggalian, yaitu sebesar Rp 1.486.429.174.000,- pada Tahun 2005. Kemudian disusul oleh sektor pertanian dengan Rp 441.328.137.000,-, yang ketiga sektor Jasa dengan nilai Rp 183.877.124.000,-. Sedang sektor yang paling kecil adalah sektor Listrik dan air minum yang hanya Rp 3.201.433.000,-. (Sumber Data: Tabalong Dalam Angka 2006). PDRB per kapita tahun 2005 tumbuh sebesar 13,38% (atas dasar harga berlaku). PDRB per kapita penduduk Tabalong tahun 2005 yang dilihat Sedangkan tingkat berdasarkan harga berlaku adalah sebesar Rp 9.815.210,-. Atau secara ratarata tiap orang mendapatkan 26.891 rupiah per hari. produktivitas yang dilihat dari PDRB per kapita atas dasar harga konstan sebesar 4,04% atau jika dinilai berdasarkan nilainya adalah sebesar Rp 7.268.285,- naik dari tahun sebelumnya yang hanya sebesar Rp 6.986.276,-.

3.3.2.3 Pertumbuhan Ekonomi Selama tahun 2003 2005, ekonomi Kabupaten Tabalong yang ditunjukkan oleh pertumbuhan PDRB rata-rata bertumbuh positif yakni 2,71 % per tahun. Sektor yang memiliki pertumbuhan paling tinggi pada Tahun 2005 tersebut adalah sektor pengangkutan dan komunikasi, sebesar 6,36%, kemudian tahun 2004 sebesar 6,24%, dan tahun 2003 sebesar 3,94%. Sedangkan sektor pertambangan dan penggalian yang mempunyai kontribusi 46,30% terhadap pembentukan PDRB tumbuh sebesar 4,85%, sehingga memacu perumbuhan ekonomi Kabupaten Tabalong sebesar 4,46%. Sektor lainnya yang mengalami pertumbuhan ekonomi pada Tahun 2005 adalah Industri pengolahan sebesar 1,23%, sektor bangunan 3,75%, sektor keuangan, persewaan & jasa perusahaan sebesar 3,58%, dan sektor Jasa-jasa sebesar 0,33%. Sektor yang mengalami pertumbuhan ekonomi negatif adalah sektor pertanian -0,81%, listrik dan air bersih -0,93%, dan sektor perdagangan, hotel dan restauran -0,55%.

3. RONA LINGKUNGAN AWAL

3- 25

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

3.3.3

Kegiatan Kemasyarakatan, Keamanan dan Ketertiban Menurut responden kegiatan gotong royong masih kuat dilakukan oleh

masyarakat. Kegiatan gotong royong itu antara lain: membersihkan mesjid, membersihkan lingkungan, acara perkawinan, yasinan, posyandu, selamatan, dan pembangunan desa. Menurut responden keadaan kegiatan gotong royong ini sama saja dari dulu sampai sekarang. Hal ini dinyatakan oleh 53,33% dari responden. Yang menyatakan semakin baik ada 43,33% dari total responden. Konflik sosial jarang terjadi, bahkan hampir tidak ada. Tokoh

masyarakat yang berperan dalm menyelesaikan konflik untuk Desa Mabuun secara berurutan dari yang terbanyak Ketua RT, Kepala Desa, Pimpinan Perusahaan, dan Bagian Humas. Untuk Desa Maburai tokoh masyarakat yang berperan adalah Kepala Desa, dan Ketua RT. Di Desa Warukin penyelesaian konflik tokoh yang berperan utama adalah kepala adat, kemudian baru kepala desa. Hubungan antar etnis di desa sendiri sangat akrab dan tidak ada konflik, serta berlangsung harmonis. Dari ketiga desa ini tidak ada cagar budaya yang terlihat maupun terpantau dengan pertanyaaan-pertanyaan ke responden. Demikian pula untuk Desa Warukin yang merupakan desa etnis dari Dayak Manyaan. Cagar budaya untuk Dayak Manyaan ini kemungkinan ada di Kalimantan Tengah di daerah Ampah dan Tamiang Layang.

3.3.4

Sikap dan Persepsi Masyarakat Pada persepsi masyarakat ingin diketahui seberapa jauh masyarakat

dalam hal ini responden mengetahui ada rencana pembangunan PLTU. Dari hasil wawancara dan kuesioner yang dilakukan didapatkan hal-hal sebagai berikut: Sebanyak 46,67% responden di Desa Maburai mengetahui rencana pembangunan PLTU. Di Desa Mabuun ada 4 responden yang mengetahui rencana PLTU dari tetangga dan teman. Sedang di Desa Maburai 6 orang

3. RONA LINGKUNGAN AWAL

3- 26

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

responden mengetahui dari teman dan tetangga, dan 4 responden lainnya mengetahuinya dari aparat desa. Rencana pembangunan PLTU telah diketahui oleh responden Desa Maburai sekitar 4 tahun yang lalu. Sedangkan responden dari Desa Mabuun, diketahuinya sejak satu tahun yang lalu. Untuk Desa Warukin pengetahuan diperoleh pada waktu survey UKL dan UPL PLTU. Di Desa Mabuun ada 9 responden yang menyatakan setuju dengan pembangunan PLTU, sedangkan yang menyatakan tidak setuju tidak ada. Demikian juga di desa Maburai sama dengan di Desa Mabuun. Pada Desa Warukin keseluruhan responden desa sebanyak 10 orang setuju semuanya. Ada 23 responden (76,67%) yang memberikan pernyataan dampak positif pada pembangunan PLTU ini. Hanya sebanyak 2 responden (6,67%) yang memberikan pernyataan ada dampak negatif. selain dampak positif juga ada dampak negatif. Adanya peluang dan kesempatan kerja secara langsung dan tidak langsung keberadaan PLTU, responden. Dampak negatif yang terjadi menurut responden, adanya erosi, limbah debu, menambah anggaran, dan sebagian kelompok mementingkan kelompoknya sendiri untuk mengurusi perusahaan. Dari 30 orang responden, didapatkan 12 orang responden yang menyatakan kemungkinan kena dampak dari PLTU ini, sedangkan yang menyatakan tidak ada 17 responden. Hanya ada 1 orang responden yang menyatakan bahwa lahan merupakan tanggapan positif dan harapan dari Diantara 30 responden seluruhnya terdapat 5 responden atau 16,67% yang menyatakan bahwa

perkebunannya terkena rencana pembangunan PLTU tersebut. Responden tersebut bersedia diganti rugi, dengan persyaratan ada musyawarah lebih dahulu antara pemilik tanah dengan perusahaan. Responden lainnya juga menyarankan, bahwa sebaiknya penggantian rugi tanah, dimusyawarahkan antara perusahaan dan pemilik tanah.

3. RONA LINGKUNGAN AWAL

3- 27

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

3.3.5

Kesehatan Masyarakat

3.3.5.1 Pola Penyakit Rona lingkungan komponen kesehatan masyarakat digambarkan dari kejadian kesakitan selama tiga tahun terakhir (2004, 2005 dan 2006). Kejadian kesakitan inik diperoleh dari data sekunder yang berasal dari Puskesmas Murung Pudak Kabupaten Tabalong yang wilayah kerjanya mencakup rencana lokasi pembangunan dan operasional PLTU. Sebagai pertimbangan digunakannya data kesehatan yang berasal dari puskesmas setempat ini yaitu wilayah ekologis sebaran polutan udara yang diprediksi dapat mencapai seluruh wilayah kerja puskesmas. Selengkapnya angka 10 penyakit terbanyak di wilayah kerja Puskesmas Murung Pudak Kabupaten Tabalong dapat dilihat pada tabel 3-8.

Tabel 3-8 Angka 10 Penyakit Terbanyak di Wilayah Kerja Puskesmas Murung Pudak, Kabupaten Tabalong Tahun 2004, 2005 dan 2006

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 ISPA

Jenis Penyakit

Jumlah Kasus Pada Tahun 2004 2804 2253 1218 850 635 564 524 501 429 418 2005 3001 2478 1365 893 699 536 527 476 459 481 2006 3360 2530 1464 935 768 672 572 550 473 422

Peny. Pulpa dan Jar. Peripikal Hipertensi Peny. Rongga Mulut, Kelenjar Ludah, Rahang dan lainnya Rematik Tonsilitis (Amandel) Mag Diare Penyakit Kulit Alergi Penyakit Lain pada Saluran Pernapasan Bagian Atas

Sumber : Puskesmas Murung Pudak, 2007

3. RONA LINGKUNGAN AWAL

3- 28

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Angka kesakitan seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3-8, terlihat bahwa penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Bagian Atas) selalu menduduki urutan paling banyak selama tiga tahun terakhir. Penyakit ISPA ini sangat erat hubungannya kondisi kualitas udara, baik di dalam rumah maupun di luar (udara ambien). Penyakit ISPA ini perlu diwaspadai peningkatannya seiring dengan operasional PLTU, karena polutan udara yang dapat disebarkan melalui cerobong. Penyakit lainnya yang diderita oleh masyarakat yang berhubungan dengan kualitas lingkungan adalah:1) penyakit Diare pada urutan ke 8, penyakit ini berkaitan dengan terjadinya perubahan kualitas air, karena operasional PLTU juga mengeluarkan limbah cair, sehingga peningkatan kasus penyakit ini juga perlu diwaspadai, 2) penyakit Lain Pada Saluran Pernafasan Bagian Atas pada urutan ke 10, seperti halnya ISPA penyakit ini juga lebih banyak disebabkan oleh perubahan kualitas udara namun bisa juga disebabkan oleh kejadian infeksi kuman, sehingga peningkatan penyakit ini juga perlu mendapat perhatian. Sedangkan angka kesakitan yang dikumpulkan langsung melalui kuesioner menunjukkan bahwa penyakit yang sering diderita adalah flu dan gatal-gatal pada kulit, penyakit ini bersesuaian dengan angka kesakitan terbanyak di Puskesmas setempat.

3.3.5.2 Status Gizi Status gizi masyarakat yang digambarkan dari status gizi bayi di wilayah kerja Puskesmas Murung Pudak, dapat dikatakan bahwa sebagian besar bayi / balita di sekitar rencana lokasi pembangunan dan pengoperasian PLTU memiliki status gizi yang tergolong baik, yaitu sebesar 98,99%, sedangkan sebagian kecil sisanya, yaitu 1,01% memiliki status gizi buruk. Kondisi ini dalam standar skala kualitas lingkungan termasuk dalam kategori baik dengan nilai 5.

3.3.5.3 Sanitasi Lingkungan Kondisi sanitasi perumahan penduduk sekitar lokasi tapak proyek rencana pembangunan PLTU dari segi kepadatan hunian semuanya termasuk dalam kategori tidak pada huni, dengan konstruksi terbanyak adalah semi permanen

3. RONA LINGKUNGAN AWAL

3- 29

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

87,2%, sedangkan sisanya 12,8% adalah termasuk dalam kategori permanen. Dari segi suhu, kelembaban dan kebersihan ruangan juga termasuk baik, yaitu terasa sejuk dan bersih 89,7% dan sisanya 10,3% keadaan rumah terasa panas dan cukup bersih, sedangkan segi penerangan rumah 94,9% termasuk dalam kategori baik, sedangkan sisanya 5,1 % termasuk dalam kategori kurang. Kondisi sanitasi perumahan ini secara keseluruhan dalam skala kualitas lingkungan termasuk kategori baik, dengan nilai 4.

3.3.5.4 Pembuangan Sampah Dari aspek pengelolaan sampah di sekitar rumah kebanyakan penduduk mengumpulkannya kemudian dibakar dan ini dilakukan dengan frekuensi yang sering, sehingga dari aspek pembuangan sampah penduduk sekitar tapak proyek dalam skala kualitas lingkungan termasuk kategori baik dengan nilai 4.

3.3.5.5 Pembuangan Kotoran Dari aspek penggunaan jamban keluarga / sarana pembaunagn kotoran manusia 100% penduduk membuang kotorannya ke jamban keluarga, namun ada 7,7 % penduduk yang menggunakan sarana jamban umum, sedangkan sisanya 92,3% menggunakan jamban keluarga milik sendiri. Kondisi demikian dalam skala kualitas lingkungan termasuk dalam kategori sangat baik dengan nilai 5.

3.3.5.6 Sumber Air Bersih Sumber air bersih yang sering digunakan oleh penduduk baik untuk keperluan mandi, cuci dan minum adalah 43,5 % mengambil air dari sumur gali, 43,7 % dari air sungai dan sisanya 12, 8% menggunakan air yang berasal dari PDAM. Penduduk yang mengambil air untuk kebutuhan sehari-hari dari PDAM adalah penduduk yang berada di Desa Mabuun yang terutama digunakan untuk keperluan minum, sedangkan untuk keperluan lainnya kadang-kadang mereka juga menggunakan air sungai, karena desanya yang berada di tepi sungai. Kondisi demikian dalam skala kualitas lingkungan termasuk dalam kategori jelek dengan nilai 2.
3. RONA LINGKUNGAN AWAL

3- 30

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

BAB IV DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI Dalam Tabel 4-1 diringkaskan identifikasi dampak pembangunan PLTU Tanjung Tabalong terhadap lingkungan, yang diprakirakan termasuk besar dan penting. Selanjutnya dalam Tabel 4-2 sampai dengan Tabel 4-28 diuraikan masingmasing dampak berdasarkan Tahap Pra Konstruksi, Tahap Konstruksi, dan Tahap Operasi. Tabel 4-1 Matrik identifikasi dampak kegiatan pembangunan dan pengoperasian PLTU Tanjung - Tabalong
No. Kegiatan Komponen Lingkungan GEO-FISIKKIMIA Kualitas udara Kebisingan Fisiografi Tanah Hidrologi Kualitas air BIOLOGI Biota darat Biota akuatik SOSIAL Ekonomi Sosial Budaya Persepsi masy. KESEHATAN MASY. 1 Pra2 1 2 Konstruksi 3 b b b b b b b b b b b b b b b 4a 4b 5 Operasi 1 b b 2 Pasca Operasi 1 b

b b b b

b b

b b

Keterangan:
Tahap Pra-Konstruksi : 1. Survai Lapangan 2. Pengadaan Lahan Tahap Kontruksi : 1. Mobilisasi Peralatan 2. Pembukaan dan Pematangan lahan 3. Pengadaan Material Pembangunan 4a. Pembangunan Prasarana dan Sarana 4b. Konstruksi Bangunan PLTU 5. Pengerahan dan Pengurangan Tenaga Kerja Tahap Pasca Operasi : 1. Pemanfaatan eks PLTU

Tahap Operasi : 1. Pengoperasian PLTU 2. Pemeliharaan PLTU

b= ada dampak
4. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI

4- 1

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

4.1. 4.1.1.

Dampak padaTahap Pra Konstruksi Dampak terhadap Komponen Sosial Budaya Tabel 4-2 Dampak kegiatan survey lapangan terhadap Sikap dan Persepsi masyarakat Tahap Pra Konstruksi

Sumber Dampak
Survey lapangan oleh Proyek PLTU dan Tim Studi UKL-UPL terhadap Sikap dan Per-sepsi Masyarakat

Jenis Dampak
Menimbulkan spekulasi terhadap lahan, dari keingin-tahuan sebagian lokasi, dan

Besaran Dampak
Dampak bersifat positif dan/atau negatif penting (+/-P)., tersebar luas, berlangsung selama tahap pra-konstruksi, dapat menimbulkan konflik dengan masyarakat terutama dari Desa Mabuun, Maburai, dan Warukin yang diperkirakan memanfaatkan lahan di lokasi PLTU, memiliki dampak lanjutan. Dampak negatif dapat dieliminasi dengan pengelolaan melalui pendekatan sosial, ekonomi, dan teknis lingkungan.

Keterangan
Hasil wawancara terhadap 30 orang responden dari Desa-Desa Mabuun, Maburai, dan Warukin menunjukkan sebanyak 47% telah mengetahui adanya rencana PLTU Tanjung. Rencana itu telah diketahui sejak 4 tahun yang lalu (responden Desa Maburai). Untuk responden Desa Warukin, rencana ini diperoleh ketika diadakan survey UKL-UPL PLTU Tanjung. Semua responden setuju pembangunan PLTU. Dari 30 responden, 77 % (23 respondent) menyatakan PLTU Tanjung memberikan dampak positif, hanya 2 orang menyatakan ada dampak negatif. 5 responden disamping menyatakan dampak positif ada pula yang menyatakan dampak negatif. Dampak negatif yang dikemukakan adalah kekawatiran adanya erosi, limbah debu, menambah anggaran, dan sebagian kelompok mementingkan kelompoknya sendiri untuk mengurusi perusahaan.

anggota belum atau

masyarakat di sekitar tapak proyek kepastian adanya jelasnya ganti rugi atau kompensasi persetujuan penolakan masyarakat tanpa dasar yang jelas bagi masyarakat. Dampak positif atau negatif.

44. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 4-3 Dampak kegiatan pengadaan lahan terhadap Sikap dan Persepsi masyarakat
Tahap Pra Konstruksi

Sumber Dampak
Pengadaan lahan untuk lokasi PLTU terhadap Sikap dan Persepsi Masyarakat Kepuasan terhadap

Jenis Dampak
atau nilai ketidak lahan, puasan

Besaran Dampak
Dampak bersifat positif dan/atau negatif penting (+/-P), tersebar luas, berlangsung selama konstruksi, konflik terutama Maburai dapat dengan dari yang lahan Desa tahap pramenimbulkan masyarakat Mabuun, di lokasi diperkirakan

Keterangan
Hanya ada 1 orang responden yang menyatakan bunannya but bahwa terkena lahan rencana tali perkepemasih

besaran kompensasi atau tali asih berkenaan dengan taksiran luas dan nilai lahan yang tergantung kepada status lahan, tanaman yang serta ada, pengakuan oleh ketidak oknum inginan pemanfaatan masyarakat, lahan

bangunan PLTU. Responden tersebersedia diberikan dengan (kompensasi), pengguna Responden menyarankan, pemberian rahkan tali antara persyaratan MSW. juga sebaiknya dimusyawadengan

ada musyawarah lebih dahulu antara tanah dengan lainnya bahwa asih, MSW

memanfaatkan

pemilik lahan untuk melepas hak atas lahannya. Dampak akan positif apabila masyarakat puas dengan nilai tali asih, sebaliknya negatif apabila masyarakat menolak. Dampak lanjutannya adalah pemenuhan jadwal keberlangsungan proyek PLTU

PLTU, memiliki dampak lanjutan terhadap kemanan dan ketertiban. Intensitas timbulnya masyarakat, dampak pemerintah berupa di Kab. kontroversi

pengguna lahan

Tabalong, atau pelaksana proyek. Dampak negatif dapat dieliminasi dengan pengelolaan melalui pendekatan sosial, ekonomi, dan teknis lingkungan.

44. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

4.2.

Dampak dalam Tahap Konstruksi

4.2.1. Dampak terhadap Geo Fisik Kimia Tabel 4-4 Dampak kegiatan pengadaan material bangunan terhadap Kualitas Udara
Tahap Konstruksi

Sumber Dampak
Pengadaan material bangunan terhadap Kualitas Udara

Jenis Dampak
Material yang dibutuhkan seperti: batu, pasir, tanah urug, besi beton, besi baja, kayu, genteng, sebagian didatangkan

Besaran Dampak
Dampak dari kegiatan dikategorikan negatif penting (-P). Sifat dampak tidak kumulatif dan berbalik, lama berlangsung relatif pendek (selama tahap konstruksi) meskipun dengan luas wilayah persebaran dampak yang terbatas (sepanjang jalan

Keterangan
Peningkatan kadar debu yang terjadi diprediksi sampai meningkat dari 64,27 g/m3 menjadi + 285,87 g/m3 namun hanya bersifat sesaat saja.

dari lokasi terdekat dengan tapak proyek seperti pasir dan tanah urug. Kegiatan pengadaan material bangunan

diprakirakan menyebabkan perubahan kualitas udara, terutama debu. Kadar

angkut),

intensitas debu yang

debu yang dihasilkan oleh kegiatan lalu lintas kendaraan beban (sekitar 18 unit truk per jam) akan melampaui baku mutu maksimum yang dipersyaratkan. Sedangkan kadar gas CO, SO2 dan NO2 meskipun sedikit meningkat namun masih di bawah nilai baku mutu.

terdispersi akan cepat kembali lagi. Memiliki dampak lanjutan terhadap kesehatan pekerja dan masyarakat. Dampak negatif dapat diminimasi

dengan pengelolaan secara teknis. Tolok ukur: Baku Mutu Udara Ambien menurut PP No. 41 Tahun 1999
44

4. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 4-5 Dampak kegiatan pembukaan dan pematangan lahan terhadap Fisiografi
Tahap Konstruksi

Sumber Dampak
Pembukaan dan pematangan lahan terhadap Fisiografi

Jenis Dampak
Kegiatan pembersihan lahan pada lokasi rencana pembangunan PLTU dengan luas mencapai 86 ha dapat mengubah bentuk morfologi setempat karena pemotongan/penggalian pada daerah daerah yang yang tinggi, pengurugan dan lereng cekung/rendah penstabilan akan

Besaran Dampak
Dampak dari kegiatan dikategorikan negatif kecil dan penting (-P). Intensitas dampak yang ditimbulkan dinilai cukup besar, berlangsung dalan jangka waktu yang singkat. Sifat dampak tidak kumulatif dan berbalik, 86 ha). dengan luas wilayah persebaran dampak yang terbatas Berdampak lanjutan terhadap tanah (peningkatan laju erosi), air (peningkatan kekeruhan dan suspended solid), dan biota terrestrial dan biota air. Dampak negatif dapat dikelola dengan pendekatan teknis.

Keterangan
Tanah pada lokasi berasal dari bahan induk endapan liat yang telah berkembang dengan ditandai telah terjadinya deferensiasi horizon tanah. Tanah lapisan atas yang mengandung bahan organik dengan ketebalan sekitar 5-10 cm dengan tingkat kesuburan oleh rendah yang disebabkan rendahnya

pemadatan/ diprakirakan

menimbulkan

dampak terhadap komponen fisiografi. Namun dengan terbukanya lahan dari sebaran vegetasi dan soil berhumus serta adanya tumpukan soil berhumus ditempat diperkirakan penumpukan dapat tanah meningkatkan

kejenuhan basa (KB). Pengupasan tanah atas pada kegiatan pembukaan dan (solum) pematangan yang relatip lahan lebih akan subur menghilangkan lapisan atas tanah dibandingkan dengan lapisan bawah.

erosi pada musim penghujan. Proses riil erosi dalam waktu lama dapat berkembang menjadi gulley erosion .

(dilanjutkan)
44. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 4-5 (lanjutan)

Sumber Dampak
Pembukaan dan pematangan lahan terhadap Fisiografi ]

Jenis Dampak
Apabila kondisi tersebut terjadi maka dikhawatirkan akan mengurangi kemantapan lereng daerah setempat dan menjadi daerah rawan longsor. Demikian juga tumpukan tanah yang tidak dikelola akan menyebabkan Erosi dan terjadinya erosi pada tumpukan tanah ditempat penumpukan. longsornya tanah dapat menyebabkan terjadinya dampak lanjutan berupa peningkatan kekeruhan air di Sungai Mangkusip. Disamping kesuburan termasuk itu, tanah dalam meskipun lapisan kategori status atas rendah tingkat semula.

Besaran Dampak

Keterangan

namun pengupasan tanah atas akan menyebabkan dari tingkat penurunan kesuburan kesuburan yang bisa mencapai 50% Lapisan atas tanah akan digantikan oleh lapisan bawah tanah (sub soil) yang memiliki tingkat kesuburan lebih rendah.

44. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 4-6 Dampak kegiatan pembukaan dan pematangan lahan terhadap Tanah Tahap Konstruksi

Sumber Dampak
Pembukaan dan pematangan lahan terhadap Tanah

Jenis Dampak
Kegiatan pembersihan lahan pada lokasi rencana pembangunan PLTU dengan luas mencapai 86 ha dapat mengubah bentuk morfologi penggalian setempat pada karena daerah pemotongan/ yang tinggi,

Besaran Dampak
Dampak dari kegiatan negatif Intensitas besar,

Keterangan
Tanah pada lokasi berasal dari bahan induk endapan liat yang telah berkembang dengan ditandai telah terjadinya deferensiasi horizon tanah. Tanah lapisan atas yang mengandung bahan organik dengan ketebalan sekitar 5-10 cm dengan tingkat kesuburan oleh rendah yang disebabkan rendahnya

dikategorikan penting (-P). dinilai cukup

dampak yang ditimbulkan berlangsung dalan jangka waktu yang singkat. Sifat dampak tidak kumulatif dan berbalik, wilayah 86 ha). dengan luas persebaran Berdampak tanah

pengurugan daerah yang cekung/rendah dan pemadatan/ penstabilan lereng diperkirakan akan menimbulkan fisiografi. dampak Namun terhadap dengan komponen

terbukanya lahan dari sebaran vegetasi dan soil berhumus serta adanya tumpukan soil berhumus ditempat penumpukan tanah diperkirakan dapat meningkatkan erosi pada musim penghujan. Proses riil erosi dalam waktu lama dapat berkembang menjadi gulley erosion dengan kedalaman lembah dapat

kejenuhan basa (KB). Pengupasan tanah atas pada kegiatan pembukaan dan (solum) pematangan yang relatip lahan lebih akan subur menghilangkan lapisan atas tanah dibandingkan dengan lapisan bawah.

dampak yang terbatas ( lanjutan terhadap

(peningkatan laju erosi), air (peningkatan kekeruhan dan suspended solid), dan

Nilai erosi akan meningkat tajam mencapai 4 m. Apabila kondisi tersebut terjadi biota terrestrial dan biota puluhan kali lipat seiring dengan lahan. Hasil maka dikhawatirkan akan mengurangi air. Dampak negatif dapat pembukaan pendugaan erosi kemantapan lereng daerah setempat dan dikelola dengan pende- perhitungan memperlihatkan bahwa jika katan teknis. menjadi daerah rawan longsor.
(dilanjutkan)
44. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 4-6 (lanjutan)

Sumber Dampak
[ Pembukaan dan pematangan lahan terhadap Fisiografi, Lahan dan Tanah ]

Jenis Dampak
Demikian juga tumpukan tanah yang tidak dikelola akan menyebabkan terjadinya erosi pada tumpukan tanah ditempat penumpukan. Pembersihan lahan akan menyebabkan hilangnya tanaman penutup tanah yang berfungsi mencegah erosi. Kondisi tersebut diperparah dengan kondisi lahan yang memiliki kelerengan yang bervariasi dari 5-25%. Erosi akan mengangkut sejumlah massa tanah sehingga akan menurunkan kualitas tanah dan mempengaruhi kualitas air tanah dengan meningkatkan sedimen terlarut. Erosi dan longsornya tanah dapat menyebabkan terjadinya dampak lanjutan berupa peningkatan kekeruhan air di Sungai Mangkusip. Disamping itu, meskipun status kesuburan tanah lapisan atas termasuk dalam kategori rendah namun pengupasan tanah atas akan menyebabkan penurunan tingkat kesuburan yang bisa mencapai 50% dari tingkat kesuburan semula. Lapisan atas tanah akan digantikan oleh lapisan bawah tanah (sub soil) yang memiliki tingkat kesuburan lebih rendah.

Besaran Dampak
erosi

Keterangan
tanaman penutup hilang dapat mencapai ton/hektar/tahun maka nilai 1033,24

dibanding-kan

dengan erosi awal yang hanya 105,11 ton/hektar/tahun. Peningkatan erosi disebabkan oleh perubahan penggunaan lahan dari bervegetasi kebun dan semak belukar menjadi tanah terbuka.

44. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 4-7 Dampak kegiatan pembangunan prasarana dan sarana terhadap Fisiografi Tahap Konstruksi

Sumber Dampak
Pembangunan PLTU terhadap Fisiografi

Jenis Dampak
Pembangunan prasarana dan sarana penunjang yang direncanakan dibangun di atas lahan urugan dikhawatirkan dapat menyebabkan amblesan. Lahan bekas penggalian/pemotongan yang kondisi tanah penumpu bangunannya dalam kondisi relatif stabil. Bertambahnya beban berat yang ditimbulkan oleh bangunan bertingkat dikhawatirkan melampaui daya dukung lahan yang pada akhirnya dapat menyebabkan terjadinya penurunan permukaan tanah dan berlanjut dengan miring atau rusaknya bangunan. Terganggunya stabilitas lahan sebagai akibat yang ditimbulkan oleh beban berat di atasnya dapat menyebabkan terjadinya longsoran (mass sliding), terutama pada musim hujan yang selanjutnya akan membawa sejumlah massa tanah ke lingkungan perairan dengan akibat lanjutan terjadinya peningkatan kekeruhan pada badan air penerima.

Besaran Dampak
Dampak yang ditimbulkan oleh

Keterangan
Prasarana dan sarana antara lain: (1) coal storage yard, ash storage yard, cooling tower dan pump house, water reservoir, oil storage tank, switchyard, water treatment & DM plant, coal handling plant, DG building & Cooling Tower, compressor house; (2) non plant buildings: stores & canteen, gate house, work shop

kegiatan pembangunan prasarana dan sarana terhadap komponen fisiografi penting, dikategorikan meskipun negatif dampak

stabilitas lereng dan daya dukung tanah tidak berpengaruh secara langsung terbatas luasan pada manusia, luas wilayah persebaran dampak yang dibandingkan seluruh proyek dengan yang

mencapai 86 ha, namun dampak yang ditimbulkan berlangsung lama dan dapat berlanjut terhadap komponen lingkungan yang lain, bersifat kumulatif dan tidak berbalik. Dampak negatif dapat diminimasi dengan pengelolaan menggunakan pendekatan teknologi.

44. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 4-8 Dampak kegiatan konstruksi bangunan unit sistem pembangkit PLTU Tanjung terhadap Fisiografi Tahap Konstruksi

Sumber Dampak
Konstruksi bangunan PLTU terhadap Fisiografi

Jenis Dampak
Pembangunan PLTU yang saat beroperasi menimbulkan getaran dan bersama beban bangunan akan menambah beban diatas tanah penumpu bangunan. amblesan yang Apabila daya dapat dukung tanah terlampaui maka dapat terjadi dikhawatirkan bahwa merusak fisik bangunan. Kondisi tersebut mengindikasikan pembangunan PLTU mempunyai dampak negatif terhadap daya dukung tanah apabila tidak dikelola dengan baik. Pembangunan bangunan penunjang PLTU khususnya ash disposal area yang didesain dengan permukaan datar cekung akan kedalam berdampak sedalam 1,5 m yang dasar permukaan cekungannya terjadinya perubahan relief topografi.

Besaran Dampak
Dampak dikategorikan negatif dan penting. dampak cukup yang besar, Penilaian ini ditimbulkan berlangsung didasarkan kepada intensitas

Keterangan
Bangunan utama PLTU antara lain: unit-unit steam generation, turbo generator,bag filter, deaerator, boiler

dalam jangka waktu yang lama, bersifat kumulatif dan tidak berbalik. Dampak negatif dapat diminimasi dengan pengelolaan menggunakan pendekatan teknologi.

(dilanjutkan)

44. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI

10

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 4-8 (lanjutan)

Sumber Dampak
[ Konstruksi bangunan PLTU terhadap Fisiografi ]

Jenis Dampak
Lokasi tersebut harus dipersiapkan dengan meratakan permukaan tanah yang semula merupakan daerah dengan topografi berlereng sedang menjadi cekung dengan permukaannya datar. Pembangunan lokasi ash disposal dan coal yard (tempat penempatan batubara) tersebut dilakukan dengan pemotongan atau penggalian tanah pada daerah yang lebih tinggi, khususnya disisi timur dari area tapak proyek, yang rona awalnya merupakan topografi miring sedang. Dampak-dampak pembangunan bangunan terlampauinya penunjang daya dari pembangkit kegiatan utama dan yaitu yang

Besaran Dampak

Keterangan

pembangkit dukung

menyebabkan amblesan secara setempat dan perubahan topografi.

44. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI

11

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 4-9 Dampak kegiatan pembukaan dan pematangan lahan terhadap Biota Darat Tahap Konstruksi

Sumber Dampak
Pembukaan dan pematangan lahan terhadap Biota Darat

Jenis Dampak
Berkurang atau hilangnya flora darat (vegetasi) sebagai habitat berbagai jenis fauna darat, yang berlanjut hilangnya kelompok Aves, Mammalia, Reptilia, Amphibia. Flora/vegetasi: Jumlah Jumlah jenis jenis pohon permudaan menurun pohon jumlahnya menjadi sekitar 0 2 jenis tumbuhan bawah/non berkurang menjadi sekitar 2 jenis (termasuk

Besaran Dampak
Dampak kan dikategoridan kepada dampak ditimbulkan berlangsung konstruksi),

Keterangan
Sebagai rona awal biota darat hasil survey dan pengamatan saat survey UKL-UPL pada lokasi rencana PLTU Tanjung dan sekitarnya, ditemukan: Flora/vegetasi: Jumlah jenis pohon permudaan dari rona awal sebanyak 17 jenis Jumlah jenis tumbuhan bawah/ non Fauna: Aves/burung (sebagai indikator): Indeks keragaman (H) sebesar 2,10 (keragaman sedang), dengan jumlah jenis pada rona awal adalah 11 jenis pohon dari rona awal sebanyak 11 jenis

negatif

penting. Penilaian ini didasarkan intensitas yang pun (selama

cukup besar meskidalam jangka pendek bersifat kumulatif dan tidak berbalik.

dua jenis tumbuhan bawah yang dilindungi akan hilang yaitu kantong semar/Nepenthes sp. Fauna: Aves/burung (sebagai indikator): Jumlah jenis burung dari rona awal sebanyak 11 jenis berubah menjadi 5 jenis, dengan perbedaan jenis burung yang mendominasi kawasan. Burung yang menempati habitat terbuka berupa semak belukar dan vegetasi sepanjang guntung akan bermigrasi ke tempat lain

44. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI

12

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

4.2.3.

Dampak terhadap Sosial, Ekonomi, Kesehatan Masyarakat Tabel 4-10 Dampak kegiatan pengerahan dan pengurangan tenaga kerja terhadap Ekonomi Tahap Konstruksi

Sumber Dampak
Pengerahan dan pengurangan tenaga kerja terhadap Ekonomi

Jenis Dampak
Pengerahan menciptakan kesempatan masyarakat. terbatas tenaga tertentu. tenaga lapangan kerja kerja akan dan bagi

Besaran Dampak
Dampak Penilaian ini dikategorikan didasarkan

Keterangan
Dalam Tahap Konstruksi, tenaga kerja yang diperlukan terdiri atas tenaga manajerial, tenaga lapangan, lainnya. konstruksi administrasi proyek, operator kendaraan beban dan kendaraan operasional operator alat berat, tenaga kerja Untuk kegiatan puncak tahap akan dibutuhkan tenaga kerja konstruksi bangunan, dan tenaga kerja spesifik

positif, besar, dan penting. kepada intensitas dampak yang ditimbulkan berlangsung dalam jangka waktu yang lama, berlanjut dalam Tahap Operasi, banyaknya masyarakat yang terkena dampak langung positif (sekitar PLTU dan dalam Kecamatan terdekat), adanya dampak lanjutan berupa peningkatan kesejahteraan, akumulatif dan sinergitik, memiliki dampak balik terhadap dampak positif PLTU.

berusaha

Peluang kesempatan yang dengan dibutuhkan kualifikasi

kerja bagi masyarakat lokal relatif karena kerja

Jumlah tenaga kerja lokal

yang dapat untuk kegiatan konstruksi diperkirakan kurang dari 40% dari kebutuhan. Sedangkan pada saat operasi jumlah tenaga yang dapat diserap dari masyarakat lokal semakin terbatas berkenaan dengan kualifikasi yang lebih tinggi. proyek. Padahal kualifikasi ini tidak banyak tersedia di sekitar

sebanyak 400 orang dan 10 orang diantaranya adalah tenaga kerja asing. Jika dilihat dari asal daerah pekerja, diperkirakan sebanyak 200 orang berasal dari daerah sekitar proyek dan 200 orang lainnya berasal dari luar daerah dan akan menetap sementara di dalam lokasi proyek.

(dilanjutkan)

44. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI

13

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Sumber Dampak
[ Pengerahan dan pengurangan tenaga kerja terhadap Ekonomi ] Adanya

Jenis Dampak
kesempatan PLTU cukup berusaha, diprakirakan besar mata dalam uang keberadaan berdampak

Besaran Dampak
Dampak positif dapat ditingkatkan dengan pengelolaan menggunakan pendekatan ekonomi. sosial dan

Keterangan
Pada akhir tahap Konstruksi, sebagian tenaga kerja akan dikurangi terutama dari jenis pekerjaan konstruksi (operator dan konstruksi), sedangkan sebagian lainnya akan dipekerjakan dalam Tahap Operasi, sekaligus pengadaan tenaga kerja baru dengan kualifikasi tertentu. Pada tahap operasi hanya dibutuhkan tenaga kerja lokal sebanyak 144 orang staf O & M, yang terdiri dari 52 orang tenaga operasi (operation engineers dan controllers), 8 orang chemist dan analysts termasuk tenaga lingkungan, 80 orang tenaga pemeliharaan (mechanical, electrical, control dan instrumentation, civil), dan 4 orang tenaga keamanan. Dengan demikian di akhir tahap konstruksi akan terjadi pengurangan tenaga kerja sekitar 254 orang dari yang semula berjumlah 400 orang. Dalam tahap Konstruksi yang berlangsung selama 22 bulan dengan total pendapatan karyawan dan tenaga kerja lainnya sebanyak 12 x 400 x Rp. 2.500.000 (rata-rata) = Rp. 12 M, dengan pengeluaran sebanyak 50%, berarti uang yang beredar dalam Kecamatan Murung Pudak adalah Rp. 6 M

menumbuhkan jenis usaha baru dan perputaran/peredaran (multiplier effects). Dengan kondisi dan perkembangan wilayah Tanjung saat ini, maka dengan terbukanya kesempatan berusaha dapat kenaikan berdampak multiplier tabungan kenaikan pendapatan terhadap pada sesuai pendapatan terjadi fungsi saja, terjadi efek dan yang tetapi sehingga

konsumsi

diperoleh. Berarti bukan hanya terjadi terjadi efek pelipat yang lebih besar. Analogi secara visual dapat dilihat dari pertumbuhan peluang berusaha yang signifikan di wilayah Desa AsamAsam dengan beroperasinya PLTU Asam-Asam.

44. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI

14

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 4-11 Dampak kegiatan pengerahan dan pengurangan tenaga kerja terhadap Sosial Budaya Tahap Konstruksi

Sumber Dampak
Pengerahan pengurangan kerja terhadap Budaya dan tenaga

Jenis Dampak
Tenaga yang berasal dari luar daerah diprakirakan terhadap akan kondisi berdampak sosial budaya

Besaran Dampak
Dampak negatif, penting. didasarkan dikategorikan kecil tetapi kepada Penilaian ini

Keterangan
Hasil wawancara responden dari Mabuun, Maburai, dan Desa Warukin, diperoleh data: mayoritas penduduk merupakan penduduk asli dari Suku Banjar, yang menganut agama Islam, sehingga kegiatan masyarakat tidak terlepas dengan agama Islam (seperti kegiatan yasinan, selamatan, tasmiah dan arisan). masyarakat. Mayoritas masyarakat (78%) Desa Warukin dihuni oleh Dayak Warukin yang termasuk dalam Suku Dayak Maanyan. Untuk komunikasi dengan Banjar, warga dan lainnya digunakan Bahasa untuk sesamanya digunakan Dalam satu tahun terakhir tidak pernah terjadi konflik dalam

masyarakat setempat. Dampak yang mungkin timbul berupa berubah atau bergesernya nilai dan norma budaya akibat terpengaruh oleh adat dan norma yang bersumber dari tenaga kerja luar daerah. kelompok skill dan Tenaga kerja engineering

intensitas dampak yang ditimbulkan berlangsung dalam jangka waktu yang lama dalam yang dan pak sikap dan karena Tahap terkena (sekitar dalam lanjutan dan sinergitik, berlanjut Operasi, dampak PLTU

banyaknya langung

masyarakat

umumnya adalah orang-orang yang terbiasa hidup di kota dengan nilai dan norma budaya yang berbeda dengan masyarakat pedesaan. Meningkatnya interaksi sosial sehubungan dengan adanya pendatang yang bekerja sebagai buruh maupun tenaga ahli juga dapat merubah pola dan struktur pranata sosial yang telah ada.
4. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI

Kecamatan terhadap persepsi akumulatif memiliki

terdekat), adanya dam-

Bahasa Maanyan.

Sebagian besar penduduk

desa beragama Kristen (Pantekosta, Katolik, Protestan, Bethel). Sedangkan yang masih menganut agama Hindu Kaharingan hanya tertinggal 4 orang saja (Sumber Penghulu Adat Desa Warukin).
415

masyarakat,

dampak balik terhadap dampak positif PLTU.

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 3.11 (lanjutan)

Sumber Dampak
[ Pengerahan dan pengurangan tenaga kerja terhadap Budaya ] budaya

Jenis Dampak
Berdasarkan rona awal, kondisi sosial masyarakatnya di sekitar lokasi proyek di dominasi oleh adat Banjar dan Jawa dengan pemeluk agama beragama yang Islam. relatif Dengan homogen kondisi

Besaran Dampak
Dampak negatif dapat diminimasi dengan pengelolaan menggunakan pendekatan sosial-budaya, dan ekonomi.

Keterangan

demikian maka masuknya pendatang sebagai tenaga kerja pada proyek tidak banyak berpengaruh terhadap variabel sosial budaya lainnya seperti pelapisan sosial, perubahan sosial, kepemimpinan, dan lain-lainnya.

44. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI

16

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 4-12 Dampak kegiatan mobilisasi peralatan terhadap Sikap dan Persepsi Masyarakat Tahap Konstruksi

Sumber Dampak
Mobilisasi peralatan terhadap Sikap dan Persepsi Masyarakat

Jenis Dampak
Dampak yang ditimbullkan terhadap persepsi dan sikap masyarakat dapat berupa penurunan dampak dampak kualitas langsung turunan udara terkait dari dan dengan

Besaran Dampak
Dampak Penilaian ini dikategorikan didasarkan

Keterangan
Peralatan berat seperti excavator dan dozer diangkut menggunakan truck trailer dari Pelabuhan Kelanis dan/atau dari tambang PT. Adaro (sewa pakai). Konstruksi. Frekuensi mobilisasi lalu lintas atau adalah kurang dari 5 kali selama tahap Kecelakaan hambatan perjalanan kendaraan umum di jalan yang melibatkan kegiatan sangat jarang terjadi (peluang < 1%), namun tetap berdampak terhadap sikap masyarakat.

negatif besar dan penting. kepada intensitas dampak yang ditimbulkan berlangsung dalam jangka waktu terbatas, banyaknya adanya masyarakat yang terkena dampak langung, dampak lanjutan terhadap keamanan dan ketertiban, akumulatif dan sinergitik, memiliki terhadap PLTU. Dampak diminimasi pendekatan teknologi. negatif sosial dapat dengan dan dampak dampak balik positif

peningkatan kebisingan atau berupa keselamatan lalu-lintas. Berdasarkan

prakiraan dampak, kegiatan mobilisasi ini tidak berdampak penting terhadap kualitas udara dan tingkat kebisingan. Lalu-lintas material dampak masyarakat kendaraan akan memicu di negatif pengangkut munculnya kalangan jalan dan

pengguna

masyarakat yang bermukim di sekitar jalan yang dilalui oleh kendaraan pengangkut peralatan berat dan material yang akan berlanjut terhadap aktifitas proyek secara keseluruhan.

44. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI

17

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 4-13 Dampak kegiatan pengadaan material pembangunan PLTU Tanjung terhadap Sikap dan Persepsi Masyarakat Tahap Konstruksi

Sumber Dampak
Pengadaan material pembangunan terhadap sikap dan persepsi masyarakat

Jenis Dampak
Dampak yang ditimbulkan terkait dengan dampak turunan karena penurunan kualitas udara dan peningkatan kebisingan serta terkait dengan dampak langsung terhadap kenyamanan dan keselamatan berlalulintas. Keluar masuknya kendaraan pengangkut material ke dan dari lokasi proyek PLTU sebagian akan melintasi daerah permukiman dan jalan umum. Hal tersebut dapat menimbulkan gangguan terhadap kenyamanan berlalu-lintas dan memicu munculnya kekhawatiran akan keselamatan lalulintas. Tindakan kriminal, terutama dari oknum masyarakat terhadap material yang disimpan dalam lokasi proyek potensial untuk terjadi (misalnya pencurian, penggelapan) sehingga merugikan proyek (keterlambatan dalam penyelesaian konstruksi).

Besaran Dampak
Dampak dikategorikan negatif dan penting. Penilaian ini didasarkan kepada intensitas dampak yang ditimbulkan berlangsung dalam jangka waktu terbatas, banyaknya masyarakat yang terkena dampak langung, adanya dampak lanjutan terhadap keamanan dan ketertiban, akumulatif dan sinergitik, memiliki dampak balik terhadap dampak positif PLTU. Pengelolaan dampak negatif dapat diminimasi dengan pendekatan sosial dan teknologi.

Keterangan
Material yang dibutuhkan dalam kegiatan pembangunan PLTU Tanjung seperti: batu, pasir, tanah urug, besi beton, besi baja, kayu, dan genteng. Bahan-bahan tersebut sebagian didatangkan dari lokasi terdekat dengan tapak proyek seperti pasir. Batu dan tanah urug, sebagian lainnya terutama material yang terbuat dari logam didatangkan dari luar Pulau Kalimantan melalui Pelabuhan Klanis, sebagian bahan bangunan dibawa dari Banjarmasin yang menggunakan jalan propinsi sepanjang 200 km. Material yang diangkut termasuk peralatan untuk konstruksi sistem pembangkit. Rona awal kualitas udara di tapak proyek dengan parameter yang 3 dominan adalah kadar debu terukur 39,31 g/m 3 (KU.1), dan di pemukiman terdekat 64,27 g/m (KU2), sedangkan kadar gas CO, SO2 dan NO2 pada semua titik pengukuran terdeteksi dalam jumlah yang sangat kecil. Kecelakaan lalu lintas atau hambatan perjalanan kendaraan umum di jalan yang melibatkan kegiatan sangat jarang terjadi (peluang < 1%), namun tetap berdampak terhadap sikap masyarakat. Material bangunan disimpan di tempat terbuka dan peralatan lainnya diamankan dalam gudang di tapak proyek.
418

4. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 4-14 Dampak kegiatan pengerahan dan pengurangan tenaga kerja terhadap Sikap dan Persepsi Masyarakat Tahap Konstruksi

Sumber Dampak
Pengerahan dan pengurangan tenaga kerja terhadap Sikap dan Persepsi Masyarakat

Jenis Dampak
Dampak kegiatan berasal dari munculnya kecemburuan sosial berkaitan dengan peluang dan kesempatan kegiatan proyek. Berdasarkan aspirasi penduduk yang didapat dari hasil studi rona awal lingkungan terlihat adanya animo yang cukup besar dari penduduk untuk dapat bekerja di PLTU Tanjung Tabalong. berharap itu dimiliki tingkat oleh Responden kerja. sangat bekerja pada

Besaran Dampak
Dampak dikategorikan negatif dan/atau positif, kecil tetapi penting. Penilaian ini didasarkan kepada intensitas dampak yang ditimbulkan berlangsung dalam jangka berlanjut waktu yang lama karena Operasi, dalam Tahap

Keterangan
Berdasarkan Monografi 2006, hanya sumber Kabupaten sebanyak data Tabalong 28,6%

(5.000 orang) penduduk Kabupaten Tabalong yang berusia 19 24 tahun berpendidikan tingkat SLTA.

banyaknya masyarakat yang terkena dampak langung (sekitar PLTU dan dalam Kecamatan terdekat), adanya dampak lanjutan terhadap ekonomi, sosial budaya, demografi, keamanan dan ketertiban masyarakat, akumulatif dan sinergitik, memiliki dampak balik terhadap Dampak tergantung dampak positif kepada positif PLTU. negatif intensitas dan/atau

dapat dilibatkan sebagai tenaga Sementara yang pendidikan rendah.

tenaga kerja yang ada tergolong Berdasarkan kualifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan,

pengelolaan dampak.

(dilanjutkan)
44. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI

19

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 4-14 (lanjutan)

Sumber Dampak
[ Pengerahan dan pengurangan tenaga kerja terhadap Sikap dan Persepsi Masyarakat ]

Jenis Dampak
maka sebagian besar masyarakat di sekitar tapak proyek hanya dapat berperan sebagai pekerja menengah bawah. Jumlah masyarakat yang terkena dampak secara langsung cukup banyak meliputi warga di sekitar wilayah desa Mabuun dan desa Maburai. langsung Kedua terkena desa tersebut dari merupakan daerah yang secara dampak kegiatan proyek.

Besaran Dampak

Keterangan
Harapan masyarakat (hasil wawancara dalam studi UKL-UPL PLTU Tanjung):
Desa Mabuun Harapan masyarakat Semoga dari pihak perusahaan dapat membantu masyarakat baik dari pekerjaan maupun jalan Jangan mengganggu lingkungan Semoga berdampak positif bagi masyarakat sekitar Dapat ikut berdagang ke PLTU Agar memperhatikan Amdal/memperhatikan dampak lingkungan Adanya lahan pekerjaan bagi masyarakat sekitar Percepatan proyek untuk memenuhu kekurangan tenaga listrik Semoga buat pembangunan desa lebih baik Agar pemerintahan memberikan manfaat bagi masyarakat Adanya lowongan kerja bagi masyarakat Semoga pihak proyek dapat memberikan perekonomian bagi masyarakat dengan ikut terlibat dalam pekerjaan Supaya tidak lagi mati lampu Diberikan kesempatan kerja bagi masyarakat Dikelola dan diperhatikan masyarakat sekitar 420

Maburai

Warukin

4. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 4-15 Dampak kegiatan pengadaan mateial bangunan terhadap Kesehatan Masyarakat Tahap Konstruksi

Sumber Dampak
Pengadaan material bangunan terhadap Kesehatan

Jenis Dampak
Kegiatan mengakibatkan terjadinya perubahan terhadap kualitas udara berupa peningkatan kadar debu, yang terpapar pada msyarakat sekitar maupun terhadap para pekerja proyek. Dalam rona awal lingkungan penyakit yang sering diderita oleh masyarakat adalah flu yang juga dapat digolongkan dengan penyakit ISPA. Pengotoran udara oleh debu dapat memicu frekuensi serangan ISPA bagi penduduk atau bahkan memperpanjang lama sakit.

Besaran Dampak
Dampak dikategorikan negatif, kecil tetapi penting. Penilaian ini didasarkan kepada pendek, dan intensitas dampak yang ditimbulkan berlangsung dalam jangka banyaknya masyarakat yang Kecamatan lanjutan terdekat), terhadap balik terkena dampak langung (sekitar PLTU dalam adanya sinergitik, Tolok Ukur: Angka kesakitan pada masyarakat dampak

Keterangan
Berdasarkan urutan penyakit data yang Puskesmas Murung Pudak, terbanyak adalah penyakit pulpa dan jaringan perifikal, penyakit dan ISPA (infeksi saluran pernafasan akut) penyakit skala hypertensi. kualitas baik Kondisi demikian menunjukkan kategori lingkungan termasuk dalam sangat dengan nilai 5.

ekonomi, sosial budaya, akumulatif dan memiliki dampak terhadap dampak positif PLTU.

44. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI

21

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

4.3.

Dampak padaTahap Operasi

4.3.1. Dampak terhadap Geo Fisik Kimia Tabel 4-16 Dampak kegiatan pengoperasian PLTU terhadap Kualitas Udara Tahap Operasi

Sumber Dampak
Pengoperasian PLTU terhadap Kualitas Udara

Jenis Dampak
Pengoperasian PLTU yang membakar sejumlah batubara akan menghasilkan emisi yang dikeluarkan dari cerobong. Emisi tersebut diprakirakan; SOx sebagai SO2 = 41.616.000 g/detik, NOx sebagai NO2 = 17.800.000 g/detik, CO2 = 3.611.000.000 g/detik dan fly ash = 4.190.000 g/detik. Walaupun emisi tersebut dilepaskan pada cerobong dengan ketinggian yang cukup memadai (120 meter), tetapi kemungkinan polutan tersebut untuk menambah polutan di udara ambien masin dimungkinkan oleh tiupan angin. Perubahan kualitas udara pada tahap ini juga dapat disebabkan kegiatan suplai batubara dan dari kegiatan ini polutan yang utama adalah debu yang kadarnya dapat mencapai > 1000 g/m3.

Besaran Dampak
Dari segi intensitas dampak, dinilai besar karena diprediksi dapat meningkatkan polutan udara terutama partikel dan gas CO2 sampai melebihi baku mutu. Dari sisi waktu dampak ini berlangsung lama yaitu selama kegiatan operasi dan dampak ini menyebablkan dampak turunan terhadap biota darat (flora/fauna) dan kesehatan masyarakat. Oleh karena itu dampak ini diklasifikasikan sebagai dampak besar dan penting. Sifat Dampak : Negatif Tolok Ukur : PP No. 41/1999 (Baku Mutu Udara Ambien) KEP-13/MENLH/3/ 1995 (Baku Mutu Emisi Sumber Tidak bergerak/ PLTU)

Keterangan
PLTU dengan kapasitas 2 x 30 MW, membakar batubara 25 ton/jam pembangkit, melalui perhitungan yang didasarkan atas spesifikasi batubara yang dibakar (dari Tambang Wara PT. Adaro Indonesia), maka emisi yang dikeluarkan dapat pula diprediksikan, seperti yang telah dituliskan pada kolom Jenis Dampak. Kemudian setelah dilakukan perhitungan sebaran polutan tersebut dengan Model Gauss, untuk kadar yang sesuai dengan komposisi udara normal diperoleh:
Parameter SO2 CO2 NO2 Debu Potensi sebaran pada kecepata angin ekstrim (6 m/det) 2 km 6 7 km, siang 3 km pada malam 2 km 4 km (tanpa bag filter)

Sumber : Lampiran Teks 3-6 Sedangkan sebaran debu dari aktifitas hauling batubara dapat dianalogikan dengan jalan beberapa tambang batubara, yang pada saat cuaca kering kadar debunya mencapai > 1000 g/m3. (Data dan hasil analisis dicantumkan dalam
Lampiran Teks 3-6
4 - 22

4. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 4-17 Dampak kegiatan pengoperasian PLTU terhadap Kebisingan Tahap Operasi

Sumber Dampak
Pengoperasian PLTU terhadap Kebisingan

Jenis Dampak
Beroperasinya PLTU tentu

Besaran Dampak
Dari segi intensitas dampak, dinilai besar karena diprediksi dapat meningkatkan kebisingan pada permukiman terdekat sampai melebihi baku mutu yang ditetapkan. Dari sisi waktu dampak ini berlangsung lama yaitu selama kegiatan operasi dan dampak ini menyebabkan dampak turunan terhadap biota darat (terutama fauna) dan persepsi masyarakat. Oleh karena itu dampak ini diklasifikasikan sebagai dampak besar dan penting. Sifat Dampak : Negatif. Dampak dapat diminimasi dengan pengelolaan menggunakan pendekatan teknologi. Tolok Ukur : KEP-48/MENLH/11/1996 (Baku Tingkat Kebisingan, 55 untuk pemukiman dan 70 untuk Industri) Kepmenaker nomor 51/1999 (NAB Faktor Fisika di Tempat Kerja), 85 dBA untuk 8 jam kerja sehari

Keterangan
Penyebaran tingkat kebisingan dari sumbernya (point sources), dihitung dengan formula L2 = L1 10 log (d2/d1)2. Dengan formula tersebut maka batas daerah pemukiman terdekat dengan bangunan utama PLTU adalah radius + 200 meter, sedangkan untyuk keperluan perkantoran PLTU dapat dibuat dengan konstruksi dinding beton yang kuat tanpa celah, sehingga kebisingan dari turbin tidak masuk ke ruang kantor.

menghasilkan bunyi/ kebisingan yang relatif tinggi. Khusus untuk bising di dalam ruang turbin dapat mencapai 80 - 85 dBA dan bising ini merupakan paparan (exposure) bagi tenaga kerja dan berpotensi juga untuk menyebar terdekat. yang terukur ke Rona di pemukiman kebisingan dan

rencana lokasi adalah 36,45 dBA demikian analogi untuk dengan di pemukiman terdekat

rencana lokasi proyek dimana kebisingan tersebut masih bawah baku mutu untuk baku tingkat kebisingan. maksimum

4. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI

4 - 23

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 4-18 Dampak kegiatan pengoperasian PLTU terhadap Hidrologi


Tahap Operasi

Sumber Dampak
Pengoperasian PLTU terhadap Hidrologi

Jenis Dampak
Air untuk PLTU diambil dari sungai Tabalong, mempengaruhi sehingga keseimbangan dapat air

Besaran Dampak
Dampak (-P). jangka dikategorikan dalam (selama Intensitas

Keterangan
Pengoperasian PLTU memerlukan air yang diambil dari Sungai Tabalong melalui pipa tanam dengan debit sesuai kebutuhan. Kebutuhan air untuk kondensor adalah 300 m3/jam dan D.M. water system adalah 50 m3. Oleh karenanya diperlukan analisis probabilitas frekwensi debit ( debit eksterm minimum ) sungai Tabalong, agar dapat diketahui kapasitas minimum daya dukung debit sungai Tabalong untuk melayani kebutuhan masyarakat luas.

negatif, besar, dan penting Berlangsung panjang

sungai Tabalong, karena keberadaan air sungai juga dibutuhkan oleh pihak lainnya. Hasil analisis besaran debit minimum dan probabilitas/peluang yang akan terjadi pada kurun waktu tertentu (periode ulang), yakni periode ulang 25 tahun yang akan datang, akan terjadi debit minimum Qmin = 0,51 m /dt sebanyak satu kali, atau untuk periode ulang 50 th yang akan datang akan terjadi satu kali m /dt.
3 3

tahap operasi).

dampak yang ditimbulkan tergolong besar meskipun berpeluang terjadi hanya pada musim kemarau pada periode 25 tahunan dengan wilayah Jumlah persebaran manusia yang dampak yang cukup luas. terkena dampak tergolong banyak, terutama di bagian hilir water intake terhadap masyarakat yang

Qmin = 0,23

(dilanjutkan)
4. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI

4 - 24

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 4-18 (lanjutan)

Sumber Dampak
[ Pengoperasian PLTU terhadap Hidrologi ] Mengingat Tabalong

Jenis Dampak
keberadaan juga diperlukan sungai oleh

Besaran Dampak
memanfaatkan air sungai Tabalong secara langsung dan suplai air bersih dari PDAM bagian hilir. Sifat dampak (dapat (dapat Tabalong
3

Keterangan
Hasil analis probabilitas frekwensi debit ektrim minimum sebagai berikut:
Periode Ulang (Tahun) 2 5 10 25 50 Q min ( m3/dt ) 3,64 1,80 1,08 0,51 0,23 Keterangan

masyarakat pengguna air lain seperti Instalasi PDAM (90,00 lt/dt), Instalasi Pertamina (166,00 lt/dt), dan rencana intake PLTU Tanjung (97,20 lt/dt) sehingga total pengambilan Qout = 353,00 lt/dt atau 0,353 m /dt. Berdasarkan frekwensi analisis sungai probabilitas debit
3

tidak dan

kumulatif oleh berbalik

diasimilasi

lingkungan)

dipulihkan),

Peluang 4 % Peluang 2 %

berdampak lanjut terhadap komponen sosial, ekonomi, budaya serta persepsi ter-hadap negatif dapat dengan masyarakat PLTU Tanjung. Dampak diminimasi

Perhitungan disajikan dalam Lampiran Teks 3-2.

terdapat debit minimum Qmin < 1 m /dt dengan peluang kejadian 4 % dan jika dibandingkan keperluan lain (Qout), maka memberikan indikasi bahwa sungai Tabalong berpeluang terjadi kekeringan. Keadaan ini akan dapat mengganggu masyarakat pengguna air sungai di bagian hilir lokasi water intake PLTU Tanjung.

pengelolaan menggunakan pendekastan teknologi dan sosial.

4. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI

4 - 25

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 4-19 Dampak kegiatan pengoperasian PLTU terhadap Kualitas Air


Tahap Operasi

Sumber Dampak
Pengoperasian PLTU terhadap Kualitas Air Dampak kegiatan

Jenis Dampak
yang ditimbulkan oleh PLTU

Besaran Dampak
Dampak bersifat negatif,

Keterangan
Hasil analisis kualitas air pada saat survey UKL-UKL PLTU Tanjung terhadap sample air pada tapak proyek (PP-01), di sekitar tapak proyek (PP-02), dan Sungai Mangkusip diperoleh data:
Item TDS TSS pH DO BOD COD Sulfat Mn Al Fe Zn Cu PP-01 16,2 29,0 5,3 5,17 8,02 22,51 96,0 0,005 0,002 0,52 0,001 0,003 Sample sites PP-02 18,2 34,0 6,7 5,48 7,27 10,52 12,0 0,002 0,001 0,140 0,001 0,001 PP-04 14,8 19,0 5,2 5,19 9,65 18,56 67,0 0,007 0,002 0,55 0,002 0,003

pengoperasian

besar, dan penting (-P). Berlangsung dalam jangka panjang operasi). tergolong (selama tahap Intensitas besar dan

terhadap kualitas air bersumber dari buangan limbah padat dan limbah cair yang dilakukan selama proses kegiatan pembangkitan tenaga listrik. Limbah domestik umumnya bersumber dari hasil ekskresi (wc), kamar mandi, dan dapur yang disalurkan ke dalam septic tank. Limbah ini dianggap tidak terbuang ke lingkungan, sehingga tidak menghasilkan dampak. Sedangkan limbah non domestik berasal dari air larian lapangan penumpukan batubara, abu, dan dari unit water treatment. Jika limbah cair yang dibuang ke lingkungan sekitar tersebut tanpa proses pengolahan terlebih dahulu

dampak yang ditimbulkan berdampak lanjut terhadap komponen lingkungan biota air, sosial, budaya, sikap dan persepsi masyarakat. Dampak dapat diminimasi dengan teknologi. pengelolaan menggunakan pendekatan

Data hasil analisis dicantumkan dalam Lampiran Teks 3-3

Limbah cair domestik yang dialirkan ke dalam septic tank tidak perlu di buang ke luar lingkungan PLTU. Limbah padat organik yang dibuang dalam TPA secara berkala diangkut dan dibuang oleh Dinas Kebersihan Kab. Tanjung, sehingga pengaruhnya (dilanjutkan) terhadap kualitas air tidak signifikan.

4. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI

4 - 26

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 4-19 (lanjutan)

Sumber Dampak
[ Pengoperasian PLTU terhadap Kualitas Air ]

Jenis Dampak
diprakirakan akan dapat menyebabkan penurunan kualitas air yang akan berdampak lanjut terhadap biota akuatik pada badan air penerima limbah cair tersebut. karakteristik dihasilkan, diperkirakan limbah baik Berdasarkan cair yang kegiatan sejumlah

Besaran Dampak

Keterangan
Curah hujan yang jatuh dalam kawasan PLTU Tanjung sebagai run off akan mengangkut partikel tanah, partikel batubara ke lingkungan sekitarnya. Air hujan (sebagai run off) akan mengandung padatan tersuspensi, COD, substansi kimiawi dari batubara (terutama dari partikel debu) yang tinggi, nilai kekeruhan yang tinggi pula, kandungan ammonia, nitrit yang melebihi BMA. Apabila tanpa pengelolaan, maka substansi itu akan masuk ke dalam aliran air menuju alur sungai Mangkusip.

oleh

domestik maupun pada proses PLTU terdapat parameter kualitas air yang secara langsung atau tidak langsung akan mengalami perubahan ke kondisi yang lebih jelek, yaitu: warna, suhu, pH, TSS, turbidity, DO, NH3-N, Fe, Cl2, H2S, BOD, COD, minyak dan lemak.

4. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI

4 - 27

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 4-20 Dampak kegiatan pemeliharaan PLTU terhadap Kualitas Air


Tahap Operasi

Sumber Dampak
Pemeliharaan PLTU terhadap Kualitas Air Kegiatan untuk

Jenis Dampak
pemeliharaan meningkatkan PLTU efektifitas

Besaran Dampak
Dampak tetapi kualitas dinilai meskipun relatif shock dinilai penting air cukup negatif (-P).

Keterangan

dilakukan secara berkala setiap tahun keandalan mesin pembangkit tenaga listrik. Pemeliharaan dan pengecekan sistem house (akan kerja (akan peralatan dilakukan logam dan terhadap: boiler, turbine, dan bag menghasilkan logam teroksidasi), peralatan balance of plant menghasilkan ceceran oli), kolam penampung lindi, batubara dan oil water separator (akan menghasilkan logam dan padatan ceceran tersuspensi, oli). Hasil

Keterangan lihat Tabel 4-19

Intensitas dampak terhadap pemukaan besar berlangsung (sebagai memiliki Dampak terhadap dan dapat dengan

dalam jangka waktu yang singkat loading),

sifat kumulatif dalam waktu sangat pendek. dapat berlanjut

komponen biota air, sosial, ekonomi, Dampak diminimasi sikap negatif persepsi masyarakat.

pemeliharaan peralatan ini apabila tidak terkelola dengan baik potensial untuk masuk ke dalam aliran air ke sungai sehingga meningkatkan kadar COD, padatan tersuspensi, minyak, dan logam berat di perairan umum.

pengelolaan menggunakan pendekatan teknologi.

4. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI

4 - 28

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

4.3.2.

Dampak terhadap Biologi

Tabel 4-21 Dampak kegiatan pengoperasian PLTU terhadap Biota Darat Tahap Operasi

Sumber Dampak
Pengoperasian PLTU terhadap Biota Darat

Jenis Dampak
Pengoperasian PLTU dengan

Besaran Dampak
Dampak bersifat negatif,

Keterangan
Kondisi biota darat dalam masa akhir Tahap Konstruksi akan berubah positif dengan adanya pengelolaan lingkungan, terutama adanya vegetasi yang ditanam. Vegetasi tipe pohon, tanaman perdu, rerumputan yang semakin berkembang dan terpelihara baik akan menjadi habitat bagi fauna darat, terutama kelompok Aves. Akan tetapi tergantung kepada pengelolaan debu, kondisi biota darat dapat mencapai klimaks.

penggunaan bahan bakar batubara akan menghasilkan fly ash yang diperkirakan akan meningkatkan kadar partikulat matter di udara. Berdasarkan hasil prediksi akan terjadi peningkatan kadar debu (fly ash) melebihi baku mutu ambien yang dipersyaratkan hingga radius 6 7 km dari lokasi proyek. dapat Peningkatan kadar debu menurunkan terbang (fly ash) tersebut diperkirakan mengganggu/ produktifitas usaha perkebunan (kelapa sawit dan karet) yang terdapat di sekitar lokasi proyek. Dampak juga mengenai populasi fauna darat (terutama Aves) yang berkurang atau menghilang dari kawasan PLTU dan wilayah terkena dampak debu.

besar, dan penting (-P). Berlangsung dalam jangka panjang operasi). Intensitas ditimbulkan cukup besar dampak yang tergolong meskipun (selama tahap

dalam wilayah persebaran yang terbatas, berdampak lanjutan terhadap komponen lingkungan sikap negatif sosial, dan dapat ekonomi, Dampak

persepsi masyarakat. dikelola dengan menggunakan pendekatan teknologi dan biologis. (dilanjutkan)
4 - 29

4. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 4-21 (lanjutan)

Sumber Dampak
[ Pengoperasian PLTU terhadap Biota Darat ]

Jenis Dampak
Flora/vegetasi: Deskriptif dan sifatnya temporal terutama dedaunan di musim kemarau, akan tervegetasi

Besaran Dampak

Keterangan

ganggu/tertutup debu bila debu batu bara sisa pembakaran tidak terkelola dengan baik Fauna: Jumlah jenis dan keragaman mikro debu dan sisa fauna sebagai akibat kebisingan, perubahan gangguan iklim partikel

pembakaran batubara. Aves/burung (sebagai indikator): Jumlah jenis burung dari rona awal sebanyak 11 jenis berubah menjadi 4 jenis, karena hanya burung-burung tertentu yang dapat beradaptasi dengan lingkungan baru dengan beroperasionalnya PLTU Secara umum, kesehatan vegetasi di dalam dan sekitar tapak proyek akan terganggu dan mengurangi keragaman fauna

4. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI

4 - 30

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 4-22 Dampak kegiatan pengoperasian PLTU terhadap Biota Akuatik Tahap Operasi

Sumber Dampak
Pengoperasian PLTU terhadap Biota Akuatik

Jenis Dampak
Pengoperasian PLTU akan melibatkan bekerjanya sub-sub sistem penunjang yang dalam pengoperasiannya akan menghasilkan limbah cair. pengolahan limbah limbah padat dan akan Setelah tersebut melalui

Besaran Dampak
Dampak dikategorikan Intensitas Hasil

Keterangan
sampling, pengamatan, analisis

negatif penting.

terhadap biota akuatik di tapak proyek (PP-1), sekitar tapak proyek (PP2), dan Sungai Mangkusip (PP-4) diperoleh:
Item Kelimpahan Indeks keanekaragaman Indeks keseragaman Indeks dominasi Jumlah taksa Item Kelimpahan Indeks keanekaragaman Indeks keseragaman Indeks dominasi Jumlah taksa PP-01 245/16 1.99/1.00 0.86/1.00 0.29/0.50 5/2 Plankton (Fito/zoo) PP-02 PP-04 1307/168 363/72 3.12/0.45 2.50/0.76 0.94/0.45 0.13/0.83 10/2 0.89/0.76 0.20/0.65 7/2

dampak yang ditimbulkan dinilai besar, berlangsung dalam jangka waktu yang lama dan terus-menerus, bersifat kumulatif (tidak dapat atau sangat lambat

dibuang ke lingkungan luar hingga ke badan air penerima. Limbah berdampak bersumber padat dari yang biota endapan potensial akuatik lumpur terhadap

diasimilasi oleh lingkungan) dan berbalik (kualitas air dapat dikelola), dan Memiliki sinergitis dengan sumber dampak lainnya. dampak lanjutan terhadap komponen sosial, ekonomi, sikap dan persepsi masyarakat.

(sludge) yang terkumpul di dasar kolam pengendapan air larian permukaan lapangan penumpukan batubara dan kolam instalasi pengolahan air limbah lainnya. kegiatan Sedangkan operasi limbah cair PLTU batubara

Makro zoobenthos PP-01 PP-02 PP-04 823 431 1295 0.79 0.68 1.28 0.79 0.64 2 0.68 0.70 2 0.81 0.48 3

bersumber dari limbah domestik, air larian permukaan, limbah cair proses

Data hasil analisis dicantumkan dalam Lampiran Teks 3-5

(dilanjutkan)
4. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI

4 - 31

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 4-22 (lanjutan)

Sumber Dampak
[ PengoperasianPLTU terhadap Biota Akuatik ]

Jenis Dampak
pengolahan, sisa atau bekas minyak (oli bekas, ceceran minyak). Pembuangan limbah padat dan limbah cair tanpa pengolahan ke badan air penerima akan berdampak langsung pada penurunan kepadatan dan kelimpahan serta perubahan komposisi jenis biota akuatik. terhadap biota air Dampak tidak dapat melalui langsung dari pembuangan limbah penurunan kualitas air sebagai media hidup biota akuatik. Perubahan biota akuatik dari kondisi rona awal diprakirakan kelimpahan, jumlah terjadi indeks taksa. penurunan

Besaran Dampak
Dampak negatif dapat dikelola dengan menggunakan pendekatan teknologi dan biologis. ikan air

Keterangan
Di sungai Mangkusip ditemukan jenis-jenis tawar yang termasuk Kelas Ostariophysi seperti seluang (Rasbora sp.), puyau (Osteochillus sp), senggiringan, lais ( (Cryptopterus micronema); jenis-jenis ikan rawa seperti haruan (Channa striatus), betok (Anabas testudineus), sepat (Trichogaster trichopterus)

keanekaragaman,

Sebaliknya terjadi peningkatan indeks keseraragaman dan indeks dominasi.

4. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI

4 - 32

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 4-23 Dampak kegiatan pemeliharaan PLTU terhadap Biota Akuatik Tahap Operasi

Sumber Dampak
Pemeliharaan PLTU terhadap Biologi Akuatik

Jenis Dampak
Pemeliharaan PLTU akan dilakukan secara rutin 1 kali setahun agar kehandalan PLTU tetap terjaga. Pelaksanakan kegiatan pemeliharaan tersebut akan meng-hasilkan limbah dengan berbagai karakteristik yang selanjutnya akan dibuang ke badan air penerima. Limbah yang diperkirakan potensial berdampak terhadap biota air bersumber dari : pembersihan dengan teroksidasi perbaikan dan pembersihan peralatan balance of plant dengan limbah berupa logam dan ceceran oli. boiler dari kerak logam limbah berupa

Besaran Dampak
Dampak dinilai negatif tetapi

Keterangan
Keterangan lihat Tabel 4-22

penting (-P). pada biota

Intensitas dampak akuatik dalam air

terhadap kualitas air yang berlanjut pemukaan meskipun dinilai cukup besar dalam

berlangsung

jangka waktu yang relatif singkat (sebagai shock loading), memiliki sifat kumulatif dalam waktu sangat pendek. terhadap ekonomi, masyarakat. Dampak dapat berlanjut komponen sikap dan sosial, persepsi

(dilanjutkan)

4. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI

4 - 33

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 4-23 (lanjutan)

Sumber Dampak
[ Pemeliharaan PLTU terhadap Biologi Akuatik ]

Jenis Dampak
pengerukan dan pemindahan endapan yang ditampung kolam penampung lindi abu, batubara, dan oil separator akan menghasilkan limbah berupa partikel tersuspensi dan terlarut, minyak mineral, dan logam terlarut. Pembuangan limbah tersebut ke badan air penerima tidak akan biota langsung berdampak air dan melalui langsung berdampak terhadap

Besaran Dampak
Dampak negatif dapat dikelola dengan menggunakan pendekatan teknologi dan biologis.

Keterangan

penurunan kualitas air yang menjadi media hidup biota air. Perubahan terjadi taksa. biota akuatik dari kondisi rona awal diprakirakan penurunan kelimpahan, indeks keanekaragaman, jumlah Sebaliknya terjadi peningkatan indeks keseraragaman dan indeks dominasi.

4. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI

4 - 34

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

4.3.3.

Dampak terhadap Sosial, Budaya, dan Ekonomi

Tabel 4-24 Dampak kegiatan pengoperasian dan pemeliharaan PLTU terhadap ekonomi Tahap Operasi

Sumber Dampak
Pengoperasian dan pemeliharaan PLTU terhadap Ekonomi

Jenis Dampak
Pengoperasian padat (fly dan ash) pemeliharaan yang dapat usaha

Besaran Dampak
Dampak bersifat negatif,

Keterangan
Hasil wawancara pada responden survey UKUPL PLTU Tanjung diperoleh data mengenai pendapatan rumah tangga sebagai berikut: Sebagian besar responden di Desa Mabuun merupakan karyawan swasta perusahaan perkebunan dan pertambangan. Untuk Desa Maburai sebagian besar merupakan pekebun karet, kemudian yang lainnya swasta. Sedang untuk Desa Warukin, sebagian besar responden meupakan pekebun karet dan pekebun buah-buahan, dan 1 orang yang merupakan karyawan pertambangan. Penghasilan utama bervariasi antara Rp 300.000,- dan Rp 2.500.000,-. Tertinggi didapatkan di Desa Warukin dan Desa Mabuun, sedangkan penghasilan terendah didapatkan di Desa Warukin. Penghasilan sampingan bervariasi antara Rp 400.000,- dan Rp 3.000.000,-. Penghasilan tertinggi didapatkan di Desa Maburai dengan usahanya berupa pembibitan karet.
4 - 35

PLTU akan menghasilkan limbah menurunkan produktifitas

besar, dan penting (-P) dan dampak besar positif (+P). Berlangsung dalam jangka panjang operasi). golong meskipun berdampak hadap persepsi dan sinergis. (selama tahap Intensitas damcukup dalam besar wilayah terling-

perkebunan karet dan kelapa sawit yang terdapat di sekitar lokasi proyek jika tidak dikelola berarti dengan baik. usaha Penurunan perkebunan produktifitas

pak yang ditimbulkan ter-

penurunan

pendapatan masyarakat yang bermata pencaharian sebagai petani kebun, termasuk perkebunan PT. Cakung Permata Nusa di sebelah Timur rencana lokasi PLTU.

persebaran yang terbatas, lanjutan komponen

kungan sosial, sikap dan masyarakat. Dampak bersifat kumulatif

4. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 4-24 (lanjutan)

Sumber Dampak
[ Pengoperasian dan pemeliharaan PLTU terhadap Ekonomi ]

Jenis Dampak
Keberadaan PLTU Tanjung dapat meningkatkan aktivitas ekonomi di Desa Mabuun dan Desa Maburai, yang ditimbulkan oleh perubahan dan berusaha, diprakirakan besar usaha dalam baru. kepadatan Adanya keberadaan berdampak menumbuhkan dilihat Desa dari penduduk kesempatan PLTU cukup jenis

Besaran Dampak
Dampak bersifat positif dan penting apabila dilihat dari perkembangan mian bagi sekitarnya, Tabalong) Dampak perekonomasyarakat daerah dan negatif (Kab. Propinsi dapat dengan sosial, dan

Keterangan
Sedangkan penghasilan terendah di Desa Mabuun yang hanya Rp 400.000,dari usaha menyadap karet. Pengeluaran rumah tangga tertinggi di desa Mabuun dan Desa Warukin sebanyak Rp 1.500.000,- dan terendah terdapat di Desa Mabuun dan Desa Maburai sebanyak Rp 300.000,- per bulan. Pengeluaran rumah tangga tergantung dari pendapatan. Berdasarkan PDRB Kabupaten Tabalong atas dasar harga konstan 1993, nilai PDRB Kabupaten Tabalong dari tahun 2003, 2004 dan 2005 berturut-turut adalah Rp 1,925 T, Rp 2,229 T dan Rp 2,458 T. Sumber PDRB utama adalah sektor Pertambangan dan Penggalian, yaitu sebesar Rp 1,486 T pada Tahun 2005, disusul oleh sektor pertanian dengan Rp 441,3 M, dan sektor Jasa dengan nilai Rp 183,9 M. Sedang sektor yang paling kecil adalah sektor Listrik dan Air minum, hanya Rp 3.2 M (Tabalong Dalam Angka 2006)

permukimannya di kedua desa itu.

Kalimantan Selatan. diminimalkan teknologi, ekonomi.

menggunakan pendekatan

(multiplier effects).

Analogi dapat peluang dengan

pertumbuhan

berusaha yang signifikan di wilayah Asam-Asam beroperasinya PLTU Asam-Asam.

4. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI

4 - 36

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 4-25 Dampak kegiatan pengoperasian dan pemeliharaan PLTU terhadap Sikap dan Persepsi Masyarakat Tahap Operasi

Sumber Dampak
Pengoperasian dan pemeliharaan PLTU terhadap Sikap dan Persepsi Masyarakat

Jenis Dampak
Dampak kegiatan pengoperasian PLTU terhadap persepsi dan sikap masyarakat bersumber dari: (1) peningkatan kadar debu terbang (fly ash), (2) penurunan kualitas air hingga melampaui baku mutu yang dipersyaratkan, dan (3) pemakaian air Sungai Tabalong oleh PLTU dalam musim dampak kemarau. terhadap Berdasarkan hasil prediksi

Besaran Dampak
Dampak dinilai positif dan negatif penting (+/-P). Penilaian ini didasarkan kepada intensitas dampak yang ditimbulkan cukup besar dan mencakup wilayah Desa Maburai dan Mabuun, berlangsung dalam jangka waktu yang lama, bersifat kumulatif dan berbalik, menimbulkan dampak lanjutan terhadap komponen sosial lainnya. Dampak positif dinyatakan oleh responden (93 %). Dampak positif ini dapat ditingkatkan menggunakan pendekatan sosial Dampak negatif dapat diminimalkan dengan menggunakan pendekatan teknologi, sosial, dan ekonomi.

Keterangan
Keterangan lihat Tabel 4-14.

komponen udara diperkirakan sebaran debu yang melebihi kadar yang diperbolehkan dapat mencapai radius 4 km dari lokasi proyek (lihat Keterangan Tabel 4-16). Di samping itu, pengoperasian PLTU juga akan menghasilkan bahan buangan (limbah) cair yang jika tidak sempurna proses pengolahannya akan dapat mencemari badan air penerima.

4. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI

4 - 37

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

4.3.4.

Dampak terhadap Kesehatan Masyarakat

Tabel 4-26 Dampak kegiatan pengoperasian PLTU terhadap Kesehatan Masyarakat Tahap Operasi

Sumber Dampak
Pengoperasian PLTU terhadap Kesehatan Masyarakat

Jenis Dampak
Pengoperasian PLTU menyebabkan terjadinya peningkatan beberapa polutan udara di udara ambien sekitar proyek dengan radius 6 7 km (CO2) terutama terhadap sebaran debu/abu yang merupakan polutan terbanyak yang keluar dari cerobong pembangkit. Peningkatan kadar debu di udara ambien ini merupakan pajanan bagi masyarakat sekitar PLTU dan ini dapat menjadi pemicu terjadinya kasus penyakit yang berhubungan dengan pernafasan. Pengotoran udara oleh debu adalah salah satu faktor pemicu seringnya atau frekuensi serangan ISPA bagi penduduk atau bahkan memperpanjang lama sakit (biasanya ISPA ringan dapat sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan selama 14 hari). Penyakit ini dapat membentuk pola kejadian penyakit dalam masyarakat yang ditentukan oleh sanitasi lingkungan.

Besaran Dampak
Dampak dikategorikan negatif tetapi penting (-P). Penilaian itu didasarkan kepada jumlah masyarakat yang terkena dampak meskipun terbatas namun sangat penting karena menyangkut kesehatan ma-syarakat pada warga di sekitar wilayah desa Maburai dan Desa Mabuun. Intensitas dampak dapat menimbulkan kontroversi di masyarakat, pemerintah daerah, atau pelaksana proyek. Sifat dampak kumulatif dan berbalik. Dampak bersifat sinergis dengan sumber dampak lainnya. Memiliki dampak lanjutan terhadap komponen sosial dan ekonomi yang berkenaan dengan social cost untuk kesehatan.

Keterangan
Dalam rona awal lingkungan penyakit yang sering diderita oleh masyarakat adalah flu yang juga dapat digolongkan dengan penyakit ISPA.

4. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI

4 - 38

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

4.4. Dampak padaTahap Pasca Operasi 4.4.1. Dampak terhadap Fisik Kimia dan Biologi Tabel 4-27 Dampak pemanfaatan eks PLTU terhadap Fisik, Kimia, dan Biologi Tahap Pasca Operasi

Sumber Dampak
Pemanfaatan eks PLTU Tanjung terhadap Fisik, Kimia, dan Biologi

Jenis Dampak
Setelah berakhirnya pengoperasian PLTU Tanjung maka akan terjadi proses pemulihan lingkungan fisik, kimia, dan biologi di dalam dan sekitar tapak proyek. Proses dan intensitas pemulihan tergantung kepada jenis pemanfaatan prasarana dan sarana eks PLTU. Diprakirakan lingkungan aspek lingkungan fisik, kimia, dan biologi, menjadi semakin baik apabila eks PLTU dimanfaatkan untuk kegiatan non industri yang tidak atau kurang menghasilkan polutan ke udara, air, dan tanah. Dampak lanjutannya akan mengenai aspek biologi yang semakin baik.

Besaran Dampak
Dampak dikategorikan positif, dan penting (+P). Berlangsung dalam jangka panjang (selama tahap pasca operasi). Intensitas dampak yang ditimbulkan tergolong cukup besar dengan peluang terjadi nya perbaikan komponen lingkungan, wilayah persebaran dampak yang cukup luas. Jumlah manusia yang terkena dampak tergolong banyak, terutama di bagian hilir water intake terhadap masyarakat yang memanfaatkan air sungai Tabalong secara langsung dan suplai air bersih dari PDAM bagian hilir. Sifat dampak kumulatif (dapat diasimilasi oleh lingkungan) dan berbalik (dapat dipulihkan), berdampak lanjut terhadap komponen sosial, ekonomi, budaya serta persepsi masyarakat terhadap PLTU.

Keterangan
Karyawan PLTU yang kehilangan pekerjaan pada awal Tahap Pasca Operasi adalah 144 orang (Tabel 2-6). Jika nilai pesangon rata-rata sebesar Rp. 300.000.000, maka modal yang dapat digunakan adalah Rp. 43,2 M.

4. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI

4 - 39

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

4.4.2. Dampak terhadap Sosial dan Kesehatan Tabel 4-28 Dampak pemanfaatan eks PLTU Tanjung terhadap Sosial dan Kesehatan Masyarakat Tahap Pasca Operasi

Sumber Dampak
Pemanfaatan eks PLTU Tanjung terhadap Sosial dan Kesehatan Masyarakat

Jenis Dampak
Pada thap Awal Pasca Operasi, karyawan PLTU yang kehilangan pekerjaan akan mengalami guncangan (shock) sementara. Pesangon yang diperoleh dari perusahaan ini merupakan modal utama untuk membuka usaha di permukiman sekitar lokasi eks PLTU maupun di tempat lainnya. Eks karyawan dapat pula dipekerjakan pada kegiatan yang memanfaatkan eks PLTU. Dampak lanjutan dari perbaikan fisik, kimia, dan biologi di dalam dan sekitar tapak proyek, memberikan dampak perbaikan terhadap kehidupan sosial dan kesehatan masyarakat. Kehidupan sosial masyarakat di tapak proyek dan sekitar proyek menjadi lebih baik dengan memanfaatkan bangunan-bangunan, fasilitas-fasilitas sosial ekonomi dan lahan-lahan yang ada untuk peningkatan kehidupan sosialnya.

Besaran Dampak
Dampak dikategorikan positif dan penting (+P). Berlangsung dalam jangka panjang (selama tahap pasca operasi). Intensitas dampak yang ditimbulkan tergolong cukup besar dengan peluang terjadinya perbaikan komponen sosial ekonomi dan kesehatan masyarakat dengan lingkup yang cukup luas. Dampak terhadap perbaikan sosial ekonomi dan kesehatan masyarakat menyebar luas sampai di luar tapak proyek, bahkan dapat mencapai wilayah diluar Kecamatan Murung Pudak. Dengan memanfaatkan segala fasilitas dari proyek maka dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di tapak proyek dan sekitarnya.

Keterangan
Karyawan PLTU yang kehilangan pekerjaan pada awal Tahap Pasca Operasi adalah 144 orang (Tabel 2-6). Jika nilai pesangon ratarata sebesar Rp. 300.000.000, maka modal yang dapat digunakan adalah Rp. 43,2 M. Hasil wawancara pada responden survey UKUPL PLTU pada tahap Pra Konstruksi diperoleh data mengenai pendapatan rumah tangga sebagai berikut: Sebagian besar responden di Desa Mabuun merupakan karyawan swasta perusahaan perkebunan dan pertambangan. Untuk Desa Maburai sebagian besar merupakan pekebun karet, kemudian yang lainnya swasta. Sedang untuk Desa Warukin, sebagian besar responden merupakan pekebun karet dan pekebun buah-buahan, dan 1 orang yang merupakan karyawan pertambangan. Penghasilan utama pada tahap Pra Konstruksi bervariasi antara Rp 300.000,- dan Rp 2.500.000,-. Tertinggi didapatkan di Desa Warukin dan Desa Mabuun, sedangkan penghasilan terendah didapatkan di Desa Warukin. (dilanjutkan)

4. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI

4 - 40

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 4-28 (lanjutan)

Sumber Dampak

Jenis Dampak
Kesehatan masyarakat di tapak proyek dan wilayah sekitarnya menjadi lebih baik dengan tidak adanya lagi limbah yang dihasilkan dari PLTU dan Fasilitas lingkungan yang
telah ada dapat dimanfaatkan oleh masyarakat, seperti pemanfaatan fasilitas air bersih.

Besaran Dampak
Dampak positif penting dapat diperbesar dengan mengadakan pendekatan sosial dan ekonomi.

Keterangan
Penghasilan sampingan bervariasi antara Rp 400.000,- dan Rp 3.000.000,-. Penghasilan tertinggi didapatkan di Desa Maburai dengan usahanya berupa pembibitan karet. Dalam rona awal lingkungan penyakit yang sering diderita oleh masyarakat adalah flu yang juga dapat digolongkan dengan penyakit ISPA

4. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI

4 - 41

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

BAB V PROGRAM PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP Dalam Tabel 5-1 diringkaskan evaluasi dampak penting pembangunan PLTU terhadap lingkungan, yang sebelumnya telah diidentifikasikan pada Tabel 4-1. Selanjutnya dalam Tabel 5-2 sampai dengan Tabel 5-28 diuraikan pengelolaan dan pemantauan masing-masing dampak berdasarkan Tahap Pra Konstruksi, Tahap Konstruksi, dan Tahap Operasi. Tabel 5-1 Matrik evaluasi dampak penting kegiatan pembangunan dan pengoperasian PLTU
No Komp. Lingk
1 GEO-FISIKKIMIA 2 Kualitas udara Kebisingan Fisiografi Tanah Hidrologi Kualitas air -P -P -P -P -P +P -P -P -P -P +P +P -P +/-P +/-P -P -P -P
Tahap Kontruksi : 1. Mobilisasi Peralatan 2. Pembukaan dan Pematangan lahan 3. Pengadaan Material Pembangunan 4a. Pembangunan Prasarana dan Sarana 4b. Konstruksi Bangunan PLTU 5. Pengerahan dan Pengurangan Tenaga Kerja Tahap Pasca Operasi : 1. Pemanfaatan eks PLTU

Kegiatan 1

Pra2 1 2

Konstruksi 3
-P

Operasi 4b 5 1
-P -P

Pasca Operasi

4a

1 +P

-P

-P

BIOLOGI Biota darat Biota akuatik

SOSIAL Ekonomi Sosial Budaya Persepsi masyarakat -P -P

+/-P

-P -P

+/-P +P

KESEHATAN MASYARAKAT

Keterangan: Tahap Pra-Konstruksi : 1. Survai Lapangan 2. Pengadaan Lahan

Tahap Operasi : 1. Pengoperasian PLTU 2. Pemeliharaan PLTU

+/- = dampak positif/negatif

P = dampak penting

5. PROGRAM PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

5-

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 5-2 Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan survey lapangan pada Sikap dan Persepsi masyarakat Tahap Pra Konstruksi No. Pengelolaan dan Pemantauan Dampak
Sumber Dampak Penting

Uraian

1)

2)

Upaya Pengelolaan Dampak

3)

Upaya Pemantauan Dampak Tolok ukur dampak

4)

5)

Lokasi Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Periode Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan

6)

Survey lapangan oleh Proyek PLTU dan Tim Studi UKL-UPL: menimbulkan keingin-tahuan dan spekulasi dari sebagian anggota masyarakat di sekitar tapak proyek terhadap kepastian lokasi, belum jelasnya besaran tali asih atau kompensasi lahan, adanya persetujuan atau penolakan masyarakat tanpa dasar yang jelas oleh masyarakat. Dampak positif atau negatif. Melaksanakan sosialisasi rencana kegiatan untuk memberikan kejelasan kepada masyarakat tentang: (a) tujuan dan manfaat pembangunan dan pengoperasian PLTU, (b) adanya kompensasi, tali asih lahan, tanaman, bangunan yang lahannya digunakan sebagai lokasi PLTU, (c) adanya proses pembebasan lahan yang berpedoman pada norma-norma yang berlaku, dengan mengutamakan asas musyawarah mufakat dan menyelesaikannya sesegera mungkin sesuai dengan mekanisme yang disepakati. Melaksanakan komunikasi dan dialog antara MSW dengan masyarakat luas untuk memperoleh umpan balik yang efektif dan menangkap aspirasi logis yang berkembang di masyarakat. Pemantauan dampak dilakukan terhadap: Pengetahuan, pemahaman, dan penerimaan masyarakat di sekitar tapak proyek mengenai rencana PLTU di sekitar permukimannya. Masyarakat mengetahui adanya rencana pembangunan dan pengoperasian PLTU pada lokasi yang ditetapkan sehingga ketidak pastian dan spekulasi dari masyarakat dapat dicegah Kep. Kep Bapedal Nomor 08 tahun 2000 tentang Keterlibatan Masyarakat dan Keterbukaan Informasi dalam Proses Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Desa Mabuun, Desa Maburai, dan permukiman lainnya yang berkepentingan Masyarakat dan manajemen perkebunan kelapa sawit dan karet PT. Cakung Permata Nusa Tahap Pra Konstruksi (sebelum kegiatan pengadaan lahan dilaksanakan)

5. PROGRAM PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

5-

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 5-3 Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pengadaan lahan terhadap Sikap dan Persepsi masyarakat Tahap Pra Konstruksi No. Pengelolaan dan Pemantauan Dampak
Sumber Dampak Penting

Uraian

1)

2)

Upaya Pengelolaan Dampak

3)

Upaya Pemantauan Dampak

4)

Tolok ukur dampak

Pengadaan lahan untuk lokasi PLTU terhadap Sikap dan Persepsi Masyarakat: Kepuasan atau ketidak puasan besaran kompensasi atau tali asih terhadap lahan, berkenaan dengan taksiran luas dan nilai tanaman yang tergantung kepada status lahan, tanaman yang ada, pengakuan penggunaan lahan oleh oknum masyarakat, serta ketidak inginan pengguna lahan untuk melepas lahannya. Dampak akan positif apabila masyarakat puas dengan nilai tali asih, sebaliknya negatif apabila masyarakat menolak. Dampak lanjutannya adalah pemenuhan jadwal proyek PLTU. Melaksanakan pembebasan lahan berpedoman pada peraturan yang berlaku, dengan mengutamakan asas musyawarah mufakat dan menyelesaikannya sesegera mungkin sesuai dengan mekanisme yang disepakati. Pengawasan dan keterbukaan terhadap proses penilaian lahan, tanaman, bangunan yang akan dibebaskan Pemantauan dampak dilakukan terhadap: Kesepakatan antara proyek dan masyarakat untuk nilai tali asih atau kompensasi terhadap tanaman, bangunan yang dibebaskan Proses penyerahan nilai kompensasi dan tali asih kepada masyarakat yang bersangkutan Terhadap dampak positif: Pembebasan lahan masyarakat untuk MSW berlangsung lancar Masyarakat pemilik lahan merasa puas terhadap nilai kompensasi dan tali asih yang diterimanya Terhadap dampak negatif: Adanya konflik antara pihak yang sebelumnya memanfaatkan lahan tapak proyek dengan MSW serta kontraktornya dalam penyelesaian pembebasan lahan. Tolok Ukur: UU Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria UU No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang. PP Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah. Peraturan Meneg Agraria/Kepala BPN No. 2 Tahun 1993 tentang Tatacara Memperoleh Ijin Lokasi dan Hak Atas Tanah Bagi Perusahaan Dalam Rangka Penanaman Modal, Jo. Peraturan Meneg Agraria/Kepala BPN No. 2 Tahun 1999 tentang Ijin Lokasi. Peraturan Kep. BPN No. 2 Tahun 1995 tentang Izin Lokasi

5) Lokasi Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Periode Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan

Perda Kalimantan Selatan Nomor 9 Tahun 2000 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan Selatan Desa Mabuun, Desa Maburai, dan permukiman lainnya yang berkepentingan Tahap Pra Konstruksi (sebelum kegiatan Konstruksi dilaksanakan)

6)

5. PROGRAM PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

5-

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 5-4 Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pengadaan material bangunan terhadap Kualitas Udara Tahap Konstruksi No. Pengelolaan dan Pemantauan Dampak
Sumber Dampak Penting

Uraian

1)

2)

Upaya Pengelolaan Dampak

3)

Upaya Pemantauan Dampak

4)

Tolok ukur dampak

5)

Lokasi Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Periode Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan

Pengadaan material bangunan terhadap Kualitas Udara: Material yang sebagian didatangkan dari lokasi terdekat dengan tapak proyek seperti pasir dan tanah urug diprakirakan menyebabkan perubahan kualitas udara, terutama debu. Kadar debu yang dihasilkan oleh kegiatan lalu lintas kendaraan beban (sekitar 18 unit truk per jam) akan melampaui baku mutu maksimum yang dipersyaratkan. Sedangkan kadar gas CO, SO2 dan NO2 meskipun meningkat namun masih dibawah nilai baku mutu. Pembatasan kecepatan kendaraan angkut maksimum 40 km/jam di jalan umum dan 25 km/jam di jalan desa Mangatur frekwensi lalu-lintas dengan menghindari konvoi armada pengangkut Melakukan penyiraman di ruas jalan desa yang padat penduduknya pada musim kemarau MSW dan kontraktor mengadakan koordinasi dengan PT. Cakung Permata Nusa mengenai penggunaan jalan perkebunan kelapa sawit dan karet. Pemantauan dampak dilakukan terhadap: Lalu lintas kendaraan angkutan material proyek PLTU yang dioperasikan oleh MSW (frekuensi kendaraan, kecepatan kendaraan) yang melalui jalan desa Penanganan dan penyelesaian kasus lalu lintas dan kasus lainnya yang berkenaan dengan kegiatan proyek Kadar debu, CO, SO2 dan NO2 Terhadap dampak negatif: Masyarakat yang terkena dampak mengajukan protes timbulnya paparan debu akibat lalu lintas kendaraan pengangkutan material dan bahan bangunan Adanya kecelakaan lalulintas yang secara langsung atau tidak langsung melibatkan kegiatan proyek Tolok Ukur: Baku mutu udara ambien untuk kadar debu menurut PP. No. 41 tahun 1999 UU Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Desa Mabuun, Desa Maburai, dan permukiman lainnya yang dilalui kendaraan Jalan perkebunan PT. Cakung Permata Nusa Tahap Konstruksi (selama pengangkutan material dan bahan konstruksi)

6)

5. PROGRAM PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

5-

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

No.

Tabel 5-5 Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pembukaan dan pematangan lahan terhadap Fisiografi Tahap Konstruksi Pengelolaan dan Uraian Pemantauan Dampak
Sumber Dampak Penting Pembukaan dan pematangan lahan terhadap Fisiografi:: Kegiatan pembersihan lahan pada lokasi rencana pembangunan PLTU dengan luas mencapai 86 ha dapat mengubah bentuk morfologi setempat karena pemotongan/penggalian pada daerah yang tinggi, pengurugan daerah yang cekung/rendah dan pemadatan/penstabilan lereng diperkirakan akan menimbulkan dampak terhadap komponen fisiografi. Erosi dan longsornya tanah dapat menyebabkan terjadinya dampak lanjutan berupa peningkatan kekeruhan air di Sungai Mangkusip. Mencegah terjadinya longsoran tebing dan timbunan tanah atau batuan: Pembukaan tanah yang membentuk lereng dibuat berjenjang, lebar jenjang minimal 5 m, dan tinggi jenjang tunggal maksimum 10 m, dan kemiringan lereng secara keseluruhan maksimum 45. Mengatur penempatan material galian dengan lebar jenjang 10 m, tinggi 10 m, dan kemiringan lereng secara keseluruhan 30 untuk penempatan permanen, dan 45 untuk penempatan sementara. Alur sungai (guntung) semaksimal mungkin dipertahankan termasuk vegetasi di sepanjang alur. Pemantauan dampak dilakukan terhadap: Stabilitas lahan yang dimatangkan. Keberadaan ekosistem dan alur sungai dalam tapak proyek Terhadap dampak negatif: Indikasi atau gejala terjadinya longsoran tebing dan timbunan tanah Perubahan alur sungai dalam tapak proyek Tolok Ukur: UU Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Areal tapak proyek PLTU Tanjung

1)

2)

Upaya Pengelolaan Dampak

3)

Upaya Pemantauan Dampak Tolok ukur dampak

4)

5)

Lokasi Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Periode Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan

6)

Tahap Konstruksi (selama pembukaan dan pematangan lahan)

5. PROGRAM PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

5-

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 5-6 Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pembangunan prasarana dan sarana PLTU terhadap Tanah Tahap Konstruksi No. Pengelolaan dan Pemantauan Dampak
Sumber Dampak Penting

Uraian

1)

2)

Upaya Pengelolaan Dampak

3)

Upaya Pemantauan Dampak Tolok ukur dampak

4)

5)

Lokasi Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Periode Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan

Pembukaan dan pematangan lahan PLTU terhadap Tanah: Tumpukan tanah yang tidak dikelola akan menyebabkan terjadinya erosi pada tumpukan tanah ditempat penumpukan. Pembersihan lahan akan menyebabkan hilangnya tanaman penutup tanah yang berfungsi mencegah erosi. Kondisi tersebut diperparah dengan kondisi lahan yang memiliki kelerengan yang bervariasi dari 525%. Erosi akan mengangkut sejumlah massa tanah sehingga akan menurunkan kualitas tanah dan mempengaruhi kualitas air tanah dengan meningkatkan sedimen terlarut. Erosi dan longsornya tanah dapat menyebabkan terjadinya dampak lanjutan berupa peningkatan kekeruhan air di Sungai Mangkusip. Disamping itu, meskipun status kesuburan tanah lapisan atas termasuk dalam kategori rendah namun pengupasan tanah atas akan menyebabkan penurunan tingkat kesuburan yang bisa mencapai 50% dari tingkat kesuburan semula. Lapisan atas tanah akan digantikan oleh lapisan bawah tanah (sub soil) yang memiliki tingkat kesuburan lebih rendah. Tumpukan vegetasi dipisahkan dari tanah lapisan atas. Vegetasi dibiarkan membusuk (sebagai humus) tanpa dibakar Tanah lapisan atas dan humus dikembalikan ke tempat semula terutama pada lahan yang akan dijadikan taman. Pencegahan erosi dengan membuat terasering. Alur sungai dan vegetasinya semaksimal mungkin tetap dipertahankan seperti keadaan aslinya. Pemantauan dampak dilakukan terhadap: Erosi dan stabilitas lahan yang dimatangkan Keberadaan ekosistem dan alur sungai dalam tapak proyek. Terhadap dampak negatif: Indikasi atau gejala terjadinya longsoran tebing dan timbunan tanah Perubahan alur sungai dan vegetasinya dalam tapak proyek Tolok Ukur: UU Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Areal tapak proyek PLTU Tanjung

6)

Tahap Konstruksi (selama selama pembukaan dan pematangan lahan)

5. PROGRAM PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

5-

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 5-7 Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pembangunan prasarana dan sarana PLTU terhadap Fisiografi Tahap Konstruksi No. Pengelolaan dan Pemantauan Dampak
Sumber Dampak Penting

Uraian

1)

2)

Upaya Pengelolaan Dampak

3)

Upaya Pemantauan Dampak Tolok ukur dampak

4)

5)

Lokasi Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Periode Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan

Pembangunan prasarana dan sarana PLTU terhadap Fisiografi: Pembangunan prasarana dan sarana penunjang secara keseluruhan yang direncanakan dibangun di atas lahan urugan dikhawatirkan dapat menyebabkan amblesan. Lahan bekas penggalian/pemotongan yang kondisi tanah penumpu bangunannya dalam kondisi relatif stabil. Bertambahnya beban berat yang ditimbulkan oleh bangunan bertingkat potensial melampaui daya dukung lahan yang pada akhirnya dapat menyebabkan terjadinya penurunan permukaan tanah dan berlanjut dengan miring atau rusaknya bangunan. Terganggunya stabilitas lahan sebagai akibat yang ditimbulkan oleh beban berat di atasnya dapat menyebabkan terjadinya longsoran (mass sliding), terutama pada musim hujan yang selanjutnya akan membawa sejumlah massa tanah ke lingkungan perairan dengan akibat lanjutan terjadinya peningkatan kekeruhan pada badan air penerima. Mencegah terjadinya longsoran tebing dan timbunan tanah atau batuan di dalam lokasi proyek yang dapat berlanjut ke sekitar lokasi proyek: Melaksanakan soil test dengan baik dan merancang pondasi yang benar untuk semua bangunan dan struktur. Pembukaan tanah yang membentuk lereng dibuat berjenjang, lebar jenjang minimal 5 m, dan tinggi jenjang tunggal maksimum 10 m, dan kemiringan lereng secara keseluruhan maksimum 45. Mengatur penempatan material galian dengan lebar jenjang 10 m, tinggi 10 m, dan kemiringan lereng secara keseluruhan 30 untuk penempatan permanen, dan 45 untuk penempatan sementara. Pembangunan prasarana dan sarana PLTU semaksimal mungkin diusahakan berada di luar alur sungai (guntung). Pemantauan dampak dilakukan terhadap: Stabilitas lahan yang terbebani oleh bangunan dan sarana lainnya Keberadaan ekosistem dan alur sungai dalam tapak proyek. Terhadap dampak negatif: Indikasi atau gejala terjadinya longsoran tebing dan timbunan tanah Perubahan fisik banguna dan sarana lainnya Tolok Ukur: UU Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Areal tapak proyek PLTU Tanjung

6)

Tahap Konstruksi (selama pembangunan prasarana dan sarana)

5. PROGRAM PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

5-

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 5-8 Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pembangunan PLTU terhadap Fisiografi Tahap Konstruksi No. Pengelolaan dan Pemantauan Dampak
Sumber Dampak Penting

Uraian

1)

2)

Upaya Pengelolaan Dampak

3)

Upaya Pemantauan Dampak Tolok ukur dampak

4)

5)

Lokasi Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Periode Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan

Konstruksi bangunan PLTU terhadap Fisiografi: Pembangunan bangunan PLTU yang saat beroperasi menimbulkan getaran dan bersama beban bangunan akan menambah beban diatas tanah penumpu bangunan. Pembangunan bangunan penunjang pembangkit khususnya ash disposal area (area buangan debu) akan berdampak terjadinya perubahan relief topografi dengan permukaannya datar. Dampak-dampak dari kegiatan pembangunan pembangkit adalah terlampauinya daya dukung yang menyebabkan amblesan secara lokal dan perubahan topografi. Mencegah terjadinya longsoran tebing dan timbunan tanah atau batuan di dalam lokasi proyek yang dapat berlanjut ke sekitar lokasi proyek: Merancang dengan benar struktur yang berat dan tinggi, memperhitungkan daya dukung tanah dan beban lain seperti angin, dan sebagainya. Analisis intensif terhadap pembebanan bangunan PLTU terhadap daya dukung tanah. Membentuk lereng yang benar dan perlindungan lereng pada semua tempat. Konstruksi bangunan PLTU semaksimal mungkin di luar alur sungai (guntung). Pemantauan dampak dilakukan terhadap: Stabilitas lahan yang terbebani oleh bangunan dan sarana lainnya Keberadaan ekosistem dan alur sungai dalam tapak proyek. Terhadap dampak negatif: Indikasi atau gejala terjadinya longsoran tebing dan timbunan tanah Perubahan fisik bangunan Tolok Ukur: UU Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Areal tapak proyek PLTU Tanjung

6)

Tahap Konstruksi (selama pembangunan PLTU)

5. PROGRAM PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

5-

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 5-9 Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pembukaan dan pematangan lahan terhadap Biota Darat Tahap Konstruksi No. Pengelolaan dan Pemantauan Dampak
Sumber Dampak Penting

Uraian

1)

2)

Upaya Pengelolaan Dampak

3)

Upaya Pemantauan Dampak

4)

Tolok ukur dampak

5)

Lokasi Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Periode Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan

Pembukaan dan pematangan lahan terhadap Biota Darat: Berkurang atau hilangnya flora darat (vegetasi) sebagai habitat berbagai jenis fauna darat, yang berlanjut hilangnya kelompok Aves, Mammalia, Reptilia, Amphibia. Flora/vegetasi: Jumlah jenis pohon permudaan menurun jumlahnya menjadi sekitar 0 2 jenis Jumlah jenis tumbuhan bawah/non pohon berkurang menjadi sekitar 2 jenis (termasuk jenis tumbuhan bawah yang dilindungi akan hilang yaitu kantong semar (Nepenthes sp). Indeks keragaman (H) vegetasi pohon alamiah yang berkembang di guntung/ceruk akan berubah nilainya menjadi 0 (rendah) Fauna: Aves/burung (sebagai indikator): Indeks keragaman (H) akan berubah menjadi 1,01 (rendah) karena burung yang menempati habitat terbuka dan vegetasi sepanjang alur sungai akan bermigrasi ke tempat lain Perlu dibuat rencana kegiatan penghijauan di areal proyek dengan senantiasa mengadopsi jenis-jenis tanaman lokal. Semaksimal mungkin mempertahankan alur sungai seperti keadaan aslinya, sehingga konservasi terhadap flora alamiah masih dapat terjaga. Membuat koleksi jenis tumbuhan yang dilindungi agar kemudian hari keberadaannya dapat dipertahankan. Pemantauan dampak dilakukan terhadap: Efektivitas pengelolaan dampak terhadap keberadaan alur sungai sebagai habitat asli yang dikonservasi Fauna darat: populasi, keanekaragaman (Aves, Mammalia, Reptilia, Amphibia) yang terdapat di sekitar lokasi proyek dalam radius .6 7 km Terhadap dampak negatif: Semakin menurunnya populasi fauna darat, teutama Aves di dalam dan sekitar PLTU Tanjung. Di dalam dan sekitar tapak proyek PLTU Tanjung

6)

Tahap Konstruksi

5. PROGRAM PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

5-

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

No.

Tabel 5-10 Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pengerahan dan pengurangan tenaga kerja terhadap ekonomi Tahap Konstruksi Pengelolaan dan Uraian Pemantauan Dampak
Sumber Dampak Penting Pengerahan dan pengurangan tenaga kerja terhadap Ekonomi: Pengerahan tenaga kerja akan menciptakan lapangan kerja dan kesempatan berusaha bagi masyarakat. Peluang kesempatan kerja bagi masyarakat lokal relatif terbatas karena yang dibutuhkan tenaga kerja dengan kualifikasi tertentu. Jumlah tenaga kerja lokal yang dapat untuk kegiatan konstruksi diperkirakan kurang dari 40% (156 orang) dari kebutuhan. Sedangkan pada saat operasi jumlah tenaga yang dapat diserap dari masyarakat lokal semakin terbatas berkenaan dengan kualifikasi yang lebih tinggi. Padahal kualifikasi ini tidak banyak tersedia di sekitar proyek. Dengan adanya kesempatan berusaha bagi masyarakat, keberadaan PLTU diprakirakan berdampak cukup besar dalam menumbuhkan jenis usaha baru dan perputaran peredaran mata uang (multiplier effects). Mendorong berkembangnya perekonomian lokal seperti toko, kios, warung dengan penyediaan bahan keperluan sehari-hari secara lengkap, mencukupi, dan berkualitas dengan harga bersaing. Mengadakan pembinaan terhadap eks. karyawan yang di PHK untuk pemanfaatan pesangon sebagai modal usahanya. Pemantauan dampak dilakukan terhadap: Masyarakat lokal yang bekerja pada MSW atau kontraktornya dan tempat permukimannya. Perubahan perekonomian lokal yang diamati dari peningkatan jumlah usaha ekonomi, fisik bangunan di permukiman sekitar tapak proyek. Terhadap dampak positif: Jumlah tenaga kerja lokal yang terserap oleh MSW dan kontraktornya Jumlah unit usaha di daerah-daerah yang berdekatan dengan lokasi proyek dan pemukiman tenaga kerja pendatang tumbuh secara signifikan Adanya perubahan tampilan fisik di permukiman sekitar tapak proyek PLTU Tanjung yang mengindikasikan peningkatan kesejahteraan masyarakat Masyarakat di sekitar tapak proyek PLTU Tanjung

1)

2)

Upaya Pengelolaan Dampak

3)

Upaya Pemantauan Dampak

4)

Tolok ukur dampak

5)

Lokasi Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Periode Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan

6)

Tahap Konstruksi

5. PROGRAM PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

5 - 10

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

No.

Tabel 5-11 Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pengerahan dan pengurangan tenaga kerja terhadap Sosial Budaya Tahap Konstruksi Pengelolaan dan Uraian Pemantauan Dampak
Sumber Dampak Penting Pengerahan dan pengurangan tenaga kerja terhadap Budaya: tenaga yang berasal dari luar daerah diprakirakan akan berdampak terhadap kondisi sosial budaya masyarakat setempat. Dampak yang mungkin timbul berupa berubah atau bergesernya nilai dan norma budaya akibat terpengaruh oleh adat dan norma yang bersumber dari tenaga kerja luar daerah. Meningkatnya interaksi sosial sehubungan dengan adanya pendatang yang bekerja sebagai buruh maupun tenaga ahli juga dapat merubah pola dan struktur pranata sosial yang telah ada. Masuknya pendatang sebagai tenaga kerja pada MSW untuk proyek PLTU secara sosial budaya potensial berdampak negatif penting. Membantu memelihara keharmonisan hubungan antar kelompok Membantu melestarikan norma dan nilai budaya yang positif dan kondusif Memberi keteladanan budaya kerja profesional yang jujur dan bertanggung jawab Membantu menumbuhkan kesadaran untuk saling menghargai perbedaan latar belakang budaya pekerja pendatang dan budaya lokal Pemantauan dampak dilakukan terhadap: Perubahan sosial budaya masyarakat lokal Penerimaan masyarakat lokal terhadap pendatang dari luar daerah Interaksi sosial antara masyarakat lokal dan pendatang dari luar daerah Terhadap dampak negatif: Perubahan norma dan nilai/gaya hidup masyarakat setempat Perubahan pola kekerabatan dan nilai agama Masyarakat di sekitar tapak proyek PLTU Tanjung

1)

2)

Upaya Pengelolaan Dampak

3)

Upaya Pemantauan Dampak

4)

Tolok ukur dampak

5)

Lokasi Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Periode Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan

6)

Tahap Konstruksi

5. PROGRAM PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

5 - 11

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 5-12 Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan mobilisasi peralatan terhadap Sikap dan Persepsi Masyarakat Tahap Konstruksi No. Pengelolaan dan Pemantauan Dampak
Sumber Dampak Penting

Uraian

1)

2)

Upaya Pengelolaan Dampak

3)

Upaya Pemantauan Dampak

4)

Tolok ukur dampak

5)

6)

Lokasi Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Periode Pengelolaan dan Pemantauan

Mobilisasi peralatan terhadap Sikap dan Persepsi Masyarakat: Dampak yang ditimbullkan terhadap persepsi dan sikap masyarakat dapat berupa dampak turunan dari penurunan kualitas udara dan peningkatan kebisingan atau berupa dampak langsung terkait dengan keselamatan lalu-lintas. Berdasarkan prakiraan dampak, kegiatan mobilisasi ini hanya berdampak penting yang ditimbulkan oleh lalu-lintas kendaraan pengangkut material yang dapat memicu munculnya dampak negatif bagi masyarakat pengguna jalan dan masyarakat yang bermukim di sekitar jalan yang dilalui oleh kendaraan pengangkut peralatan berat dan material yang akan berlanjut terhadap aktifitas proyek secara keseluruhan. Dampak dapat berlanjut terhadap keamanan dan ketertiban, serta komponen sosial lainnya. Pembatasan kecepatan kendaraan angkut maksimum 40 km/jam di jalan umum dan 25 km/jam di jalan desa (untuk menghindarkan kecelakaan lalu lintas dan mengurangi paparan debu). Mangatur frekwensi lalu-lintas dengan menghindari konvoi armada pengangkut. Penyelesaian kasus lalu lintas yang ditimbulkan oleh kepentingan MSW (atau kontraktornya) sesegera mungkin, secara tuntas sesuai peraturan, proporsional, dan memuaskan bagi kedua belak pihak (masyarakat dan perusahaan). Pemantauan dampak dilakukan terhadap: Lalu lintas kendaraan angkutan material proyek PLTU yang dioperasikan oleh MSW (frekuensi kendaraan, kecepatan kendaraan) yang melalui jalan desa Penanganan dan penyelesaian kasus lalu lintas dan kasus lainnya yang berkenaan dengan kegiatan proyek Sikap masyarakat terhadap debu yang ditimbulkan oleh kegiatan lalu lintas proyek Kadar debu, CO, SO2 dan NO2 Terhadap dampak negatif: Masyarakat yang terkena dampak mengajukan protes dan tuntutan terhadap kasus lalu lintas, kerusakan jalan dan infrastruktur lainnya dalam kegiatan mobilisasi peralatan berat dan material PLTU. Masyarakat yang terkena dampak mengajukan protes karena debu akibat lalu lintas kendaraan pengangkutan material dan bahan bangunan Tolok Ukur: Baku mutu udara ambien untuk kadar debu menurut PP. No. 41 tahun 1999 UU Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Masyarakat di sekitar tapak proyek PLTU Tanjung Masyarakat di sekitar permukiman yang merupakan jalur jalan mobilisasi Tahap Konstruksi

5. PROGRAM PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

5 - 12

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 5-13 Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pengadaan material pembangunan terhadap Sikap dan Persepsi Masyarakat Tahap Konstruksi No. Pengelolaan dan Pemantauan Dampak
Sumber Dampak Penting

Uraian

1)

2)

Upaya Pengelolaan Dampak

3)

Upaya Pemantauan Dampak

Pengadaan material pembangunan terhadap Sikap dan Persepsi Masyarakat: Dampak yang ditimbulkan terkait dengan dampak turunan karena penurunan kualitas udara dan peningkatan kebisingan serta terkait dengan dampak langsung terhadap kenyamanan dan keselamatan berlalu-lintas. Keluar masuknya kendaraan pengangkut material ke dan dari lokasi PLTU sebagian akan melintasi daerah permukiman dan jalan umum. Hal tersebut dapat menimbulkan gangguan terhadap kenyamanan berlalu-lintas dan memicu munculnya kekhawatiran akan keselamatan lalu-lintas. Tindakan kriminal, terutama dari oknum masyarakat terhadap material yang disimpan dalam lokasi proyek potensial untuk terjadi (misalnya pencurian, penggelapan) sehingga merugikan proyek (keterlambatan dalam penyelesaian konstruksi). Pembatasan kecepatan kendaraan angkut maksimum 40 km/jam di jalan umum dan 25 km/jam di jalan desa Mangatur frekwensi lalu-lintas dengan menghindari konvoi armada pengangkut. Melakukan penyiraman di ruas jalan desa yang dilalui kendaraan proyek di daerah padat penduduk pada musim kemarau. Meningkatkan keamanan di tapak proyek PLTU dan jalur transportasi material. Penyelesaian kasus lalu lintas yang ditimbulkan oleh kepentingan MSW (atau kontraktornya) sesegera mungkin, secara tuntas sesuai peraturan, proporsional, dan memuaskan bagi kedua belak pihak (masyarakat dan perusahaan) Penyelesaian kasus kriminal yang ditimbulkan oleh oknum masyarakat atau oknum perusahaan terhadap material MSW sesegera mungkin, secara tegas sesuai hukum. Pemantauan dampak dilakukan terhadap: Lalu lintas kendaraan angkutan material PLTU (frekuensi kendaraan, kecepatan kendaraan) yang melalui jalan desa. Penanganan dan penyelesaian kasus lalu lintas dan kasus lainnya yang berkenaan dengan kegiatan proyek Penanganan dan penyelesaian kasus kriminal yang berkenaan dengan kegiatan proyek Sikap masyarakat terhadap paparan debu yang ditimbulkan okeh kegiatan lalu lintas proyek Kadar debu, CO, SO2 dan NO2 Tingkat kebisingan

(dilanjutkan)

5. PROGRAM PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

5 - 13

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 5-13 (lanjutan)

No.

Pengelolaan dan Pemantauan Dampak


Tolok ukur dampak

Uraian

4)

5)

Lokasi Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Periode Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan

Terhadap dampak negatif: Masyarakat yang terkena dampak mengajukan protes terhadap paparan debu, parameter kualitas udara, dan kebisingan akibat lalu lintas kendaraan pengangkutan material dan bahan bangunan Masyarakat yang terkena dampak mengajukan protes dan tuntutan terhadap kasus lalu lintas, kerusakan jalan dan infrastruktur lainnya dalam kegiatan pengadaan peralatan dan material PLTU Adanya kehilangan material proyek terutama dalam tapak proyek Tolok Ukur: UU Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Baku mutu udara ambien untuk kadar debu menurut PP. No. 41 tahun 1999 Masyarakat di sekitar tapak proyek PLTU Tanjung Masyarakat di sekitar pemukiman yang merupakan jalur jalan mobilisasi Tahap Konstruksi

6)

5. PROGRAM PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

5 - 14

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 5-14 Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pengerahan dan pengurangan tenaga kerja terhadap Sikap dan Persepsi Masyarakat Tahap Konstruksi No. Pengelolaan dan Pemantauan Dampak
Sumber Dampak Penting

Uraian

1)

2)

Upaya Pengelolaan Dampak

3)

Upaya Pemantauan Dampak

4)

Tolok ukur dampak

5)

Lokasi Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Periode Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan

Pengerahan dan pengurangan tenaga kerja terhadap Sikap dan Persepsi Masyarakat: Dampak kegiatan berasal dari munculnya kecemburuan sosial berkaitan dengan peluang dan kesempatan bekerja pada kegiatan proyek. Padahal animo masyarakat lokal sekitar tapak proyek cukup besar untuk dapat bekerja di PLTU. Sementara itu tingkat pendidikan yang dimiliki oleh tenaga kerja yang ada tergolong rendah. Berdasarkan kualifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan, maka sebagian besar masyarakat di sekitar tapak proyek hanya dapat berperan sebagai pekerja menengah bawah. Jumlah masyarakat yang terkena dampak cukup banyak meliputi warga di sekitar wilayah desa Mabuun dan Desa Maburai. Kedua desa tersebut merupakan daerah yang secara langsung terkena dampak dari kegiatan proyek. Mengadakan penerimaan tenaga kerja lokal dan pengurangan tenaga kerja secara bijaksana dengan mempertimbangkan kondisi masyarakat lokal dan perusahaan berdasarkan hasil analisa kualifikasi yang tersedia. Keterbukaan pihak PLTU tentang pola rekruitmen dan pengurangan tenaga kerja untuk menciptakan persepsi masyarakat lokal secara positif terhadap kebijaksanaan ketenaga kerjaan yang diambil oleh pihak PLTU dan Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Tabalong. Pemantauan dampak dilakukan terhadap: Masyarakat lokal yang terserap dalam proyek pada Tahap Konstruksi Adanya keluhan hingga unjuk rasa yang memprotes kebijaksanaan penerimaan tenaga kerja dan pengurangan, termasuk yang dilakukan oleh kontraktor MSW Gejolak yang timbul dari tenaga kerja lokal yang diputuskan hubungan kerjanya oleh MSW Terhadap dampak positif: Adanya tanggapan yang baik, pemahaman, dan penerimaan terhadap kebijakan proyek terhadap rekriutmen tenaga kerja lokal untuk bekerja pada MSW atau kontaktornya dalam Tahap Konstruksi Terhadap dampak negatif: Penerimaan dan pengurangan tenaga kerja pada MSW dan kontraktornya (dalam Tahap Konstruksi) menimbulkan keresahan, protes, atau gejolak pada karyawan atau pekerja terutama yang berasal dari masyarakat lokal. Masyarakat di sekitar tapak proyek PLTU Tanjung (terutama Desa Mabuun dan Desa Maburai).

6)

Tahap Konstruksi

5. PROGRAM PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

5 - 15

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 5-15 Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pengadaan material bangunan terhadap Kesehatan Masyarakat Tahap Konstruksi No. Pengelolaan dan Pemantauan Dampak
Sumber Dampak Penting

Uraian

1)

2)

Upaya Pengelolaan Dampak

3)

Upaya Pemantauan Dampak

4)

Tolok ukur dampak

5)

Lokasi Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Periode Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan

Pengadaan material bangunan terhadap Kesehatan Masyarakat: Perubahan terhadap kualitas udara berupa peningkatan kadar debu, yang terpapar pada masyarakat sekitar maupun terhadap para pekerja proyek. Dalam rona awal lingkungan penyakit yang sering diderita oleh masyarakat adalah flu yang juga dapat digolongkan dengan penyakit ISPA. Pengotoran udara oleh debu dapat memicu frekuensi serangan ISPA bagi penduduk atau bahkan memperpanjang lama sakit. Mendukung pelaksanaan pembangunan sektor kesehatan melalui bantuan fasilitas dan bantuan pelayanan kesehatan bagi karyawan MSW dan kontraktor serta masyarakat sekitar lokasi proyek Melaksanakan pengelolaan terhadap kualllitas udara seperti yang diuraikan pada Tabel 5-4 dan Tabel 5-12. Pemantauan dampak dilakukan terhadap: Keluhan karyawan dan masyarakat berkenaan dengan kesehatan yang diduga bersumber dari debu dan kualitas udara sebagai dampak kegiatan proyek. Terhadap dampak negatif: Pola penyebaran penyakit yang berkaitan dengan peningkatan kadar debu ambien Angka kesakitan yang terrekam di Puskesmas, Pustu Masyarakat di sekitar tapak proyek PLTU Tanjung (terutama Desa Mabuun dan Desa Maburai).

6)

Tahap Konstruksi

5. PROGRAM PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

5 - 16

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 5-16 Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan PLTU terhadap Kualitas Udara Tahap Operasi No.
1)

Pengelolaan dan pemantauan dampak


Sumber Dampak Penting

Uraian

2)

Upaya Pengelolaan Dampak

3)

Upaya Pemantauan Dampak

Pengoperasian PLTU terhadap Kualitas Udara: Pengoperasian PLTU yang membakar sejumlah batubara akan menghasilkan emisi yang dikeluarkan dari cerobong. Emisi tersebut diprakirakan; SOx sebagai SO2 = 41.616.000 g/detik, NOx sebagai NO2 = 17.800.000 g/detik, CO2 = 3.611.000.000 g/detik dan fly ash = 4.190.000 g/detik. Walaupun emisi tersebut dilepaskan pada cerobong dengan ketinggian yang cukup memadai (120 meter), tetapi kemungkinan polutan tersebut untuk menambah polutan di udara ambien masin dimungkinkan oleh tiupan angin. Perubahan kualitas udara pada tahap ini juga dapat disebabkan oleh adanya kegiatan suplai dan pemindahan batubara dan oleh abu dari penampungan debu (ash dyke). Dari kegiatan ini polutan debu 3 kadarnya dapat mencapai > 1000 g/m . Stabilisasi dan perawatan permukaan lapangan penumpukan batubara Berkelanjutan memonitor emisi cerobong dengan CEMS (Continuos Emmision Monitoring System). Menyediakan Dust Filter pada crushing plant. Menjaga agar ash disposal selalu basah untuk mencegah terbentuknya fly ash ke udara. Melakukan penyiraman di lokasi/areal stockpile/stockyard untuk mengurangi potensi pencemaran debu, terutama pada musim kemarau dan hari-hari dimana tidak ada hujan Melakukan penyiraman pada crushing plant dan conveyor menuju coal feeder dengan water sprayer untuk mengurangi disversi debu. Perawatan mesin PLTU secara teratur dan tepat waktu agar diperoleh kinerja alat yang maksimal dan kinerja sistem pembakaran yang sempurna. Pemeliharaan Bag House Filter secara periodik, sesuai dengan petunjuk penggunaannya. Tanggapan dan penyelesaian secara secara cepat mengenai keluhan masyarakat terhadap kualitas udara sebagai dampak kegiatan PLTU Penanaman vegetasi jenis pohon yang tinggi, berdaun lebat, tidak mudah patah sebagai zona penyangga (buffer zone) di sekeliling lokasi PLTU yang berfungsi untuk menyerap gas dan debu Penghijauan dalam areal PLTU, terutama yang diperuntukan taman. Membuang sisa pembakaran (bottom ash) pada tempat pembuangan khusus yang tertutup air. Penggunaan masker bagi pekerja di stockpile dan crusher. Pemantauan dampak dilakukan terhadap: Efektivitas pengelolaan dampak terhadap kualitas udara yang sekaligus akan digunakan untuk mengevaluasi kelayakan teknologi yang digunakan Kualitas Udara yang meliputi parameter: debu PM 10 (SPM), CO, NO2 dan SO2 (dilanjutkan)

5. PROGRAM PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

5 - 17

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 5-16 (lanjutan)

No.

Pengelolaan dan pemantauan dampak


Tolok ukur dampak

Uraian

4)

Terhadap dampak negatif: Adanya keluhan masyarakat di sekitar lokasi proyek mengenai kualitas udara (debu batubara, dan parameter lainnya) yang ditimbulkan oleh pengoperasian PLTU Tolok Ukur: Baku Mutu Udara Ambien sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara

5) Lokasi Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Periode Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan

6)

Baku mutu emisi untuk sumber tidak bergerak menurut Kep. Men. LH Kep-13/MENLH/13/1995 Permukiman di sekitar tapak proyek (terutama Desa Maburai dan Desa Mabuun) Emplasemen perkebunan kelapa sawit dan karet PT. Cakung Permata Nusa Setiap 3 (tiga) bulan Kasuistis

5. PROGRAM PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

5 - 18

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 5-17 Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan PLTU terhadap Kebisingan Tahap Operasi No.
1)

Pengelolaan dan pemantauan dampak


Sumber Dampak Penting

Uraian

2)

Upaya Pengelolaan Dampak

3)

Upaya Pemantauan Dampak Tolok ukur dampak

4)

Pengoperasian PLTU terhadap Kebisingan: Beroperasinya PLTU tentu menghasilkan bunyi/kebisingan yang relatif tinggi. Khusus untuk bising di dalam ruang turbin dapat mencapai 80 85 dBA dan bising ini merupakan paparan bagi tenaga kerja dan berpotensi juga untuk menyebar ke pemukiman terdekat. Kebisingan juga terjadi saat start up PLTU dan pengoperasian boiler safety valve, dan dapat mencapai lebih 100 dBA. Tetapi hal ini sangat jarang terjadi. Rona kebisingan yang terukur di rencana lokasi adalah 36,45 dBA (KU-1, Lampiran Teks 3-1) dan demikian analogi untuk pemukiman terdekat dengan rencana lokasi proyek dimana kebisingan tersebut masih di bawah baku mutu maksimum (55 dBA) untuk baku tingkat kebisingan bagi kawasan pemukiman dan 85 dBA bagi kawasan kerja. Penggunaan alat pelindung diri berupa sumbat atau tutup telinga bagi pekerja operator ataupun tenaga kerja lainnya yang memasuki ruang power house, serta operator alat berat. Memasang peredam suara untuk fan dan safety valve untuk mengurangi kebisingan. Pengaturan jadwal atau shift kerja dalam rangka mengurangi jumlah jam paparan kebisingan khusus bagi operator. Melengkapi ruang kerja operator dengan kipas angin/fan. Penanaman vegetasi jenis pohon yang tinggi, berdaun lebat, tidak mudah patah sebagai zona penyangga (buffer zone) di sekeliling lokasi PLTU yang berfungsi untuk minimasi kebisingan Pemantauan dampak dilakukan terhadap: Efektivitas pengelolaan dampak terhadap kebisingan yang sekaligus akan digunakan untuk mengevaluasi kelayakan teknologi yang digunakan Terhadap dampak negatif: Adanya keluhan masyarakat di sekitar lokasi proyek mengenai kebisingan yang ditimbulkan oleh pengoperasian PLTU Tolok Ukur:

5) Lokasi Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Periode Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan

6)

Kepmenaker nomor 51/1999, tentang NAB Faktor Fisika di Tempat Kerja Permukiman di sekitar tapak proyek (terutama Desa Maburai dan Desa Mabuun) Emplasemen perkebunan kelapa sawit dan karet PT. Cakung Permata Nusa Setiap 3 (tiga) bulan Kasuistis

5. PROGRAM PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

5 - 19

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 5-18 Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pengoperasian PLTU terhadap Hidrologi Tahap Operasi No.
1)

Pengelolaan dan pemantauan dampak


Sumber Dampak Penting

Uraian
Pengoperasian PLTU terhadap Hidrologi: Air untuk PLTU diambil dari sungai Tabalong, sehingga dapat mempengaruhi keseimbangan air sungai Tabalong, karena keberadaan air sungai juga dibutuhkan oleh pihak lainnya di bagian hilir water intake PLTU Tanjung. Berdasarkan analisis probabilitas frekwensi debit sungai Tabalong 3 terdapat debit minimum Qmin < 1 m /dt dengan peluang kejadian 4 % dan jika dibandingkan keperluan lain (Qout), maka memberikan indikasi bahwa sungai Tabalong berpeluang terjadi kekeringan. Keadaan ini akan dapat mengganggu masyarakat pengguna air sungai di bagian hilirnya. Mengendalikan, membatasi volume dan waktu pengambilan air di Sungai Tabalong dengan memperhatikan ketersediaan dan kecukupan air untuk pemanfaatan lainnya. Menyediaan alternatif sumber air lain antara lain underground water atau air water treatment tambang batubara PT. Adaro di Wara sebagai cadangan untuk menutupi kekurangan air pada bulan-bulan kering Memanfaatkan kawasan PLTU untuk preservasi air tanah dengan membuat: sumur-sumur resapan bagi air hujan dari bangunan, saluran air yang menuju kolam-kolam penampung air hujan (runoff). Pemantauan dampak dilakukan terhadap: Aspek Hidrologi yang meliputi: kondisi dan kuantitas air Sungai Tabalong di bagian hilir (water intake PLTU) Keluhan masyarakat pengguna air di bagian hilir (water intake PLTU) Terhadap dampak negatif: Masyarakat pengguna air di bagian hilir mengalami kekurangan air dalam musim kemarau. Tolok Ukur: UU Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air Undang-Undang RI Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan Peraturan Pemerintah RI Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai Areal PLTU Tanjung Water intake PLTU Tanjung Masyarakat pengguna di bagian hilir water intake PLTU Tanjung Satu kali dalam musim hujan Dua kali dalam musim kemarau (pertengahan dan puncak musim) Kasuistis

2)

Upaya Pengelolaan Dampak

3)

Upaya Pemantauan Dampak

4)

Tolok ukur dampak

5)

6)

Lokasi Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Periode Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan

5. PROGRAM PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

5 - 20

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 5-19 Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pengoperasian PLTU terhadap Kualitas Air Tahap Operasi No.
1)

Pengelolaan dan pemantauan dampak


Sumber Dampak Penting

Uraian

2)

Upaya Pengelolaan Dampak

3)

Upaya Pemantauan Dampak

4)

Tolok ukur dampak

Pengoperasian PLTU terhadap Kualitas Air: Dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan pengoperasian PLTU terhadap kualitas air bersumber dari buangan limbah padat dan limbah cair yang dilakukan selama proses kegiatan pembangkitan tenaga listrik. Limbah domestik dianggap tidak terbuang ke lingkungan, sehingga tidak menghasilkan dampak. Sedangkan limbah non domestik berasal dari air larian lapangan penumpukan batubara dan dari unit water treatment. Jika limbah cair yang dibuang ke lingkungan sekitar tersebut tanpa proses pengolahan terlebih dahulu diperkirakan akan dapat menyebabkan penurunan kualitas air yang akan berdampak lanjut terhadap biota akuatik pada badan air penerima limbah cair tersebut. Berdasarkan karakteristik limbah cair yang dihasilkan, baik oleh kegiatan domestik maupun pada proses pembangkitan tenaga listrik diperkirakan terdapat sejumlah parameter kualitas air yang secara langsung atau tidak langsung akan mengalami perubahan ke kondisi yang lebih jelek, yaitu: warna, suhu, pH, TSS, turbidity, DO, NH3-N, Fe, Cl2, H2S, BOD, COD, minyak dan lemak. Pengoperasian unit pengolahan air limbah (wastewater treatment) dan coal yard pond seoptimal mungkin untuk memperoleh keluaran hasil olahan air limbah sesuai kriteria yang dipersyaratkan Mengelola limbah B3, oli bekas, dumping area di seluruh unit kegiatan PLTU sesuai peraturan yang berlaku. Pemantauan dampak dilakukan terhadap: Efektivitas pengelolaan limbah cair agar tidak mencemari perairan dan sekaligus sebagai dasar untuk mengevaluasi teknologi pengelolaan limbah cair yang diaplikasikan Volume dan kualitas air limbah di dalam dan outlet wastewater treatment serta perairan penerima untuk parameter: warna, suhu, pH, TSS, turbidity, DO, NH3-N, Fe, Mn, H2S, BOD, COD, minyak dan lemak. Terhadap dampak negatif: Hanya sebagian parameter kualitas air dari water treatment yang dikeluarkan ke perairan penerima yang memenuhi BMA. Adanya keluhan masyarakat pengguna air terhadap air sungai yang menerima treated water dari PLTU Tolok Ukur: Peraturan Pemerintah RI Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Peraturan Daerah Propinsi Kalimantan Selatan Nomor 2 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Baku mutu air Golongan B menurut SK. Gub. Prov. Kal.Sel. No. 28 tahun 1994 untuk kualitas air permukaan Baku mutu air Golongan I menurut SK. Gub. Prov. Kal.Sel. No. 58 tahun 1994 untuk kualitas air limbah. (dilanjutkan)

5. PROGRAM PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

5 - 21

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 5-19 (lanjutan)

No.
5)

Pengelolaan dan pemantauan dampak


Lokasi Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Periode Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan

Uraian
Water treatment PLTU Tanjung Air sungai penerima treated water (Sungai Mangkusip) Setiap 6 (enam) bulan, pada musim hujan dan musim kemarau Kasuistis

6)

5. PROGRAM PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

5 - 22

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 5-20 Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pemeliharaan PLTU terhadap Kualitas Air Tahap Operasi No.
1)

Pengelolaan dan pemantauan dampak


Sumber Dampak Penting

Uraian

2)

Upaya Pengelolaan Dampak

3)

Upaya Pemantauan Dampak

4)

Tolok ukur dampak

5) 6)

Lokasi Pengelolaan dan Pemantauan Periode Pengelolaan dan Pemantauan

Pemeliharaan PLTU terhadap Kualitas Air: Kegiatan pemeliharaan PLTU dilakukan secara berkala setiap tahun untuk meningkatkan efektifitas keandalan mesin pembangkit tenaga listrik. Pemeliharaan dan pengecekan sistem kerja peralatan dilakukan terhadap: boiler dan bag house (akan menghasilkan logam teroksidasi), peralatan balance of plant (akan menghasilkan logam dan ceceran oli), kolam penampung lindi, batubara dan oil water separator (akan menghasilkan padatan tersuspensi, logam dan ceceran oli). Hasil pemeliharaan peralatan ini apabila tidak terkelola dengan baik potensial untuk masuk ke dalam aliran air ke sungai sehingga meningkatkan kadar COD, padatan tersuspensi, minyak, dan logam berat di perairan umum. Pengoperasian unit pengolahan air limbah (wastewater treatment) seoptimal mungkin untuk memperoleh keluaran hasil olahan air limbah sesuai kriteria yang dipersyaratkan Mengelola limbah B3, oli bekas, dumping area di seluruh unit kegiatan PLTU Tanjung sesuai peraturan yang berlaku Pemantauan dampak dilakukan terhadap: Efektivitas pengelolaan limbah cair agar tidak mencemari perairan dan sekaligus sebagai dasar untuk mengevaluasi teknologi pengelolaan limbah cair yang diaplikasikan Volume dan kualitas air limbah di dalam dan outlet wastewater treatment serta perairan penerima untuk parameter: warna, suhu, pH, TSS, turbidity, DO, NH3-N, Fe, Mn, H2S, BOD, COD, minyak dan lemak. Terhadap dampak negatif: Sebagian parameter kualitas air dari water treatment yang dikeluarkan ke perairan penerima masih melebihi BMA yang dipersyaratkan Adanya keluhan masyarakat pengguna air terhadap air sungai yang menerima treated water dari PLTU yang terjadi dalam waktu tertentu (shock loading) Tolok Ukur: Peraturan Pemerintah RI Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Peraturan Daerah Propinsi Kalimantan Selatan Nomor 2 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Baku mutu air Golongan B menurut SK. Gub. Prov. Kal.Sel. No. 28 tahun 1994 untuk kualitas air permukaan Baku mutu air Golongan I menurut SK. Gub. Prov. Kal.Sel. No. 58 tahun 1994 untuk kualitas air limbah Water treatment PLTU Tanjung Air sungai penerima treated water (Sungai Mangkusip) Satu kali per tahun (sesuai waktu pemeliharaan) Kasuistis

5. PROGRAM PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

5 - 23

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

No.
1)

Tabel 5-21 Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pengoperasian PLTU terhadap Biota Darat Tahap Operasi Pengelolaan dan Uraian pemantauan dampak
Sumber Dampak Penting Pengoperasian PLTU terhadap Biota Darat: Pengoperasian PLTU dengan penggunaan bahan bakar batubara akan menghasilkan fly ash yang diperkirakan akan meningkatkan kadar partikulat di udara. Berdasarkan hasil prediksi akan terjadi peningkatan kadar debu (fly ash) melebihi baku mutu ambien yang dipersyaratkan hingga 6 7 km dari lokasi proyek. Peningkatan kadar debu terbang (fly ash) tersebut diperkirakan dapat mengganggu/ menurunkan produktifitas usaha perkebunan (kelapa sawit dan karet) yang terdapat di sekitar lokasi proyek. Dampak juga mengenai populasi fauna darat (terutama Aves) yang berkurang atau menghilang dari kawasan PLTU dan wilayah terkena dampak debu. Flora/vegetasi: Deskriptif dan sifatnya temporal terutama di musim kemarau, dedaunan vegetasi akan terganggu/tertutup debu bila debu batu bara sisa pembakaran dan abu tidak terkelola dengan baik Fauna: Aves (sebagai indikator): Indeks keragaman (H) akan berubah dari sebesar 2,10 (keragaman sedang) akan berubah menjadi 0,875 (rendah) karena hanya burung-burung tertentu yang dapat beradaptasi dengan lingkungan baru dengan beroperasionalnya PLTU Secara umum, kesehatan vegetasi di dalam dan sekitar tapak proyek akan terganggu dan mengurangi keragaman fauna Melaksanakan kegiatan pengelolaan dampak terhadap kualitas udara seperti yang diuraikan pada Tabel 5-16 dan secara intensif melaksanakan upaya-upaya perbaikan secara berkelanjutan (continual improvement). Memasang cerobong dengan tinggi 120 m untuk membatasi penyebaran abu. Memasang bag filter untuk membasahi partikulat dari cerobong 2 sampai < 50 mg/m . Penghijauan di areal PLTU. Pemantauan dampak dilakukan terhadap: Efektivitas pengelolaan dampak terhadap penurunan kualitas dan kuantitas hasil perkebunan karet dan kelapa sawit yang berada dalam radius 6 - 7km dari sumber dampak Fauna darat: populasi, keanekaragaman (Aves, Mammalia, Reptilia, Amphibia) yang terdapat di sekitar lokasi proyek dalam radius .6 - 7 km Kemajuan kegiatan penghijaun Terhadap dampak negat0if: Adanya keluhan masyarakat di sekitar PLTU terhadap produktivitas perkebunannya Semakin menurunnya populasi fauna darat, terutama Aves di sekitar dan didalam PLTU Tanjung. Wilayah hingga jarak 6 - 7 km di sekitar tapak proyek (PLTU) Emplasemen perkebunan kelapa sawit dan karet PT. Cakung Permata Nusa di sekitar tapak proyek (PLTU Tanjung) Perkebunan rakyat di sekitar tapak proyek (PLTU Tanjung) Setiap 3 (tiga) bulan Kasuistis

2)

Upaya Pengelolaan Dampak

3)

Upaya Pemantauan Dampak

4)

Tolok ukur dampak

5)

Lokasi Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Periode Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan

6)

5. PROGRAM PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

5 - 24

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 5-22 Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pengoperasian PLTU terhadap Biota Akuatik Tahap Operasi No.
1)

Pengelolaan dan pemantauan dampak


Sumber Dampak Penting

Uraian
Pengoperasian PLTU terhadap Biota Akuatik Limbah padat yang potensial berdampak terhadap biota akuatik bersumber dari endapan lumpur (sludge) yang terkumpul di dasar kolam pengendapan air larian permukaan lapangan penumpukan batubara dan kolam instalasi pengolahan air limbah lainnya. Sedangkan limbah cair kegiatan operasi PLTU bersumber dari limbah domestik, air larian permukaan, limbah cair proses proses operasi, sisa atau bekas minyak (oli bekas, ceceran minyak). Pembuangan limbah padat dan limbah cair ke badan air penerima meskipun telah melalui pengolahan akan berdampak langsung pada penurunan kepadatan dan kelimpahan serta perubahan komposisi jenis biota akuatik. Dampak tidak langsung dari pembuangan limbah terhadap biota air dapat melalui penurunan kualitas air sebagai media hidup biota akuatik. Melaksanakan kegiatan pengelolaan dampak terhadap kualitas udara seperti yang diuraikan pada Tabel 5-19 dan Tabel 5-20 dan secara intensif melaksanakan upaya-upaya perbaikan secara berkelanjutan (continual improvement). Pemantauan dampak dilakukan terhadap: Efektifitas program pengelolaan dalam mengeliminir dampak lanjutan dari kualitas air permukaan terhadap ekosistem perairan Biota Air yang mencakup aspek Indeks Keanekaragaman, struktur komunitas dan kelimpahan biota air (plankton, benthos, nekton) Terhadap dmpak negatif: Perubahanan indeks keanekaragaman, struktur komunitas dan kelimpahan biota air (plankton, benthos, ikan) dibandingkan dengan kondisi rona awal Perairan penerima treated wastewater (bagian hulu dan tengah Sungai Mangkusip) Setiap 6 (enam) bulan pada musim hujan dan musim kemarau

2)

Upaya Pengelolaan Dampak Upaya Pemantauan Dampak

3)

4)

Tolok ukur dampak

5)

Lokasi Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Periode Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan

6)

5. PROGRAM PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

5 - 25

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

No.
1)

Tabel 5-23 Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pemeliharaan PLTU terhadap Biota Akuatik Tahap Operasi Pengelolaan dan Uraian pemantauan dampak
Sumber Dampak Penting Pemeliharaan PLTU terhadap Biologi Akuatik: Kegiatan akan menghasilkan limbah dengan berbagai karakteristik (sebagai shock loading) diperkirakan potensial berdampak terhadap biota air bersumber dari : pembersihan boiler dari kerak dengan limbah berupa logam teroksidasi perbaikan dan pembersihan peralatan balance of plant dari limbah berupa logam dan ceceran oli. pengerukan dan pemindahan endapan yang ditampung kolam penampung lindi abu, batubara, dan oil separator akan menghasilkan limbah berupa partikel tersuspensi dan terlarut, minyak mineral, dan logam terlarut. Pembuangan limbah tersebut ke badan air penerima akan berdampak langsung terhadap biota air dan berdampak tidak langsung melalui penurunan kualitas air yang menjadi media hidup biota air. Melaksanakan kegiatan pengelolaan dampak terhadap kualitas udara seperti yang diuraikan pada Tabel 5-19 dan Tabel 5-20 dan secara intensif melaksanakan upaya-upaya perbaikan secara berkelanjutan (continual improvement). Pemantauan dampak dilakukan terhadap: Efektifitas program pengelolaan dalam mengeliminir dampak lanjutan dari kualitas air permukaan terhadap ekosistem perairan Biota Air yang mencakup aspek Indeks Keanekaragaman, struktur komunitas dan kelimpahan biota air (plankton, benthos, nekton) Terhadap dampak negatif: Perubahanan indeks keanekaragaman, struktur komunitas dan kelimpahan biota air (plankton, benthos, ikan) dibandingkan dengan kondisi rona awal Perairan penerima treated wastewater (bagian hulu dan tengah Sungai Mangkusip) Satu kali pada waktu kegiatan pemeliharaan tahunan PLTU

2)

Upaya Pengelolaan Dampak Upaya Pemantauan Dampak

3)

4)

Tolok ukur dampak

5)

Lokasi Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Periode Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan

6)

5. PROGRAM PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

5 - 26

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 5-24 Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pengoperasian dan pemeliharaan PLTU terhadap Ekonomi Tahap Operasi No.
1)

Pengelolaan dan pemantauan dampak


Sumber Dampak Penting

Uraian

2)

Upaya Pengelolaan Dampak Upaya Pemantauan Dampak

3)

4)

Tolok ukur dampak

5)

Lokasi Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Periode Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan

Pengoperasian dan pemeliharaan PLTU terhadap Ekonomi: Pengoperasian dan pemeliharaan PLTU akan menghasilkan limbah padat (fly ash) yang dapat menurunkan produktifitas usaha perkebunan karet dan kelapa sawit yang terdapat di sekitar lokasi proyek. Keberadaan PLTU Tanjung dapat meningkatkan aktivitas ekonomi di Desa Mabuun dan Desa Maburai, yang ditimbulkan oleh perubahan kepadatan penduduk dan permukimannya di kedua desa itu. Adanya kesempatan berusaha, keberadaan PLTU diprakirakan berdampak cukup besar dalam menumbuhkan jenis usaha baru. (multiplier effects). Mendukung program pemerintah dalam meningkatkan perekonomian lokal yang diselaraskan dengan kemampuan PLTU melalui program Community Development, termasuk pemanfaatan abu batubara. Pemantauan dampak dilakukan terhadap: Efektifitas pelaksanaan program community program terhadap perekonomian lokal Perkembangan perekonomian lokal di sekitar PLTU yang diamati dari jenis usaha masyarakat, pendapatan, kesejahteraan Terhadap dampak positif: Program community development secara signifikan selaras program pemerintah dan mampu meningkatkan perekonomian lokal Adanya perubahan positif ekonomi lokal dibandingkan dengan rona awal Desa Mabuun dan Desa Maburai serta desa lain di sekitar PLTU

6)

Satu kali setiap tahun

5. PROGRAM PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

5 - 27

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 5-25 Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pengoperasian dan pemeliharaan PLTU terhadap Sikap dan Persepsi Masyarakat Tahap Operasi No.
1)

Pengelolaan dan pemantauan dampak


Sumber Dampak Penting

Uraian

2)

Upaya Pengelolaan Dampak

3)

Upaya Pemantauan Dampak

4)

Tolok ukur dampak

5)

6)

Lokasi Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Periode Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan

Pengoperasian dan pemeliharaan PLTU terhadap Sikap dan Persepsi Masyarakat: Dampak kegiatan pengoperasian PLTU terhadap persepsi dan sikap masyarakat bersumber dari: (1) peningkatan kadar debu terbang (fly ash), (2) penurunan kualitas air hingga melampaui baku mutu yang dipersyaratkan, dan (3) pemakaian air Sungai Tabalong oleh PLTU Tanjung dalam musim kemarau. Berdasarkan hasil prediksi dampak terhadap komponen udara diperkirakan sebaran debu yang melebihi kadar yang diperbolehkan dapat mencapai radius 6 7 km dari lokasi proyek. Di samping itu, pengoperasian pembangkit juga akan menghasilkan bahan buangan (limbah) cair yang jika tidak sempurna proses pengolahannya akan dapat mencemari badan air penerima. Memastikan bahwa pengelolaan dampak terhadap kualitas udara dan kualitas air permukaan seperti yang diuraikan pada Tabel 5-16 Tabel 5-19, dan Tabel 5-20 dilakukan dengan benar. Melaksanakan program pengembangan kemasyarakatan yang bermanfaat bagi kedua belah pihak Mensosialisasikan kontribusi sosial ekonomi PLTU (melalui pembayaran pajak, royalti dan kewajiban lainnya) terhadap pembangunan daerah. Melaksanakan upaya-upaya pengelolaan dampak lingkungan hidup fisik, kimia, biologi dan aspek sosial lainnya yang dinilai negatif dan memaksimalkan peningkatan dampak kegiatan yang positif Pengaturan pengambilan air Sungai Tabalong oleh PLTU dalam musim kemarau Pemantauan dampak dilakukan terhadap: Efektivitas pengelolaan dampak debu dan kualitas air yang berasal dari lokasi tapak proyek. Pemanfaatan air Sungai Tabalong oleh PLTU dalam musim kemarau dan pengaruhnya terhadap pemakai air sungai di bagian hilir water intake PLTU Tanjung Terhadap dampak negatif: Jumlah keluhan terkait dengan peningkatan kadar debu dan penurunan kualitas air permukaan dan kuantitas air Sungai Tabalong. Intensitas unjuk rasa atau aksi protes yang dilakukan penduduk setempat sebagai cara mengekspresikan persepsi dan sikap negatif terhadap kegiatan PLTU. Desa Mabuun dan Desa Maburai serta desa lain di sekitar PLTU Tanjung Pemakai air di bagian hilir water intake PLTU Tanjung Setiap 6 (enam) bulan dalam musim hujan dan musim kemarau

5. PROGRAM PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

5 - 28

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 5-26 Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pengoperasian PLTU terhadap Kesehatan Masyarakat Tahap Operasi No.
1)

Pengelolaan dan pemantauan dampak


Sumber Dampak Penting

Uraian
Pengoperasian PLTU terhadap Kesehatan Masyarakat: Terjadinya peningkatan beberapa polutan udara di udara ambien sekitar proyek dengan radius 6 - 7 km, terutama terhadap sebaran debu/abu yang merupakan polutan terbanyak yang keluar dari cerobong pembangkit. Peningkatan kadar debu di udara ambien ini merupakan paparan bagi masyarakat sekitar PLTU dan ini dapat menjadi pemicu terjadinya kasus penyakit yang berhubungan dengan pernafasan. Pengotoran udara oleh debu adalah salah satu faktor pemicu seringnya atau frekuensi serangan ISPA bagi penduduk atau bahkan memperpanjang lama sakit (biasanya ISPA ringan dapat sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan selama 14 hari. Penyakit ini dapat membentuk pola kejadian penyakit dalam masyarakat yang ditentukan oleh sanitasi lingkungan Melaksanakan kegiatan pengelolaan dampak terhadap kualitas udara dan kualitas air seperti yang diuraikan pada Tabel 5-16, Tabel 5-19, dan Tabel 5-20 dengan sungguh-sungguh Mendukung pelaksanaan pembangunan sektor kesehatan melalui bantuan fasilitas dan bantuan pelayanan kesehatan bagi karyawan PLTU, kontraktor dan masyarakat sekitar lokasi PLTU. Mengendalikan peningkatan jumlah angka kesakitan melalui pembatasan penyebaran debu serta mengeleminir penyebaran limbah cair Memelihara tingkat kesehatan masyarakat baik di lingkungan kerja dan pemukiman karyawan dan masyarakat di sekitar PLTU. Pemantauan dampak dilakukan terhadap: Efektifitas dan hasil pengelolaan lingkungan hidup dalam memelihara tingkat kesehatan masyarakat baik di lingkungan kerja dan pemukiman karyawan dan masyarakat di sekitar PLTU. Pola penyebaran penyakit dan keterkaitannya dengan kadar debu ambient dan sanitasi lingkungan Terhadap dampak negatif: Adanya penyebaran penyakit yang terkait dengan peningkatan kadar debu ambient, penurunan kualitas air dan kondisi sanitasi lingkungan Angka kesakitan Desa Mabuun dan Desa Maburai serta desa lain di sekitar PLTU Tanjung Pemakai air di bagian hilir water treatment PLTU Tanjung Setiap 6 (enam) bulan dalam musim hujan dan musim kemarau

2)

Upaya Pengelolaan Dampak

3)

Upaya Pemantauan Dampak

4)

Tolok ukur dampak

5)

6)

Lokasi Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Periode Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan

5. PROGRAM PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

5 - 29

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 5-27 Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pemanfaatan eks PLTU terhadap fisik, kimia, dan biologi Tahap Pasca Operasi No. Pengelolaan dan Pemantauan Dampak
Sumber Dampak Penting

Uraian

1)

2)

Upaya Pengelolaan Dampak

3)

Upaya Pemantauan Dampak

4)

Tolok ukur dampak

5)

Lokasi Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Periode Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan

Pemanfaatan eks PLTU terhadap Fisik, Kimia, dan Biologi: Setelah berakhirnya pengoperasian PLTU maka akan terjadi proses pemulihan lingkungan fisik, kimia, dan biologi di dalam dan sekitar tapak proyek. Proses dan intensitas pemulihan tergantung kepada jenis pemanfaatan prasarana dan sarana eks PLTU. Diprakirakan lingkungan aspek lingkungan fisik, kimia, dan biologi, menjadi semakin baik apabila eks PLTU dimanfaatkan untuk kegiatan non industri yang tidak atau kurang menghasilkan polutan ke udara, air, dan tanah. Dampak lanjutannya akan mengenai aspek biologi yang semakin baik. Dampak dikategorikan positif dan penting (+P). Pemeliharaan lingkungan eks PLTU selama lahan, bangunan, dan mesin belum atau tidak dimanfaatkan untuk mencegah dan meminimasi dampak negatif yang mungkin timbul Memanfaatkan prasarana dan sarana PLTU untuk kegiatan non industri atau kegiatan yang relatif sedikit menghasilkan polutan Pemantauan dampak dilakukan terhadap: Perubahan parameter fisik, kimia, dan biologi sebelum eks PLTU dimanfaatkan oleh kegiatan lain. Perubahan parameter fisik, kimia, dan biologi sesudah eks PLTU dimanfaatkan oleh kegiatan lain mengacu kepada amdal atau UKLUPL kegiatan tersebut. Lahan, bangunan, dan mesin eks PLTU tidak berdampak negatif terhadap lingkungan fisik, kimia, dan biologi selama belum dimanfaatkann oleh kegiatan lain. Lahan, bangunan, mesin eks PLTU Tanjung-Tabalong

6)

Setiap periode 3 (tiga) bulan

5. PROGRAM PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

5-

30

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 5-28 Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pemanfaatan eks PLTU terhadap sosial, ekonomi, dan kesehatan masyarakat Tahap Pasca Operasi No. Pengelolaan dan Pemantauan Dampak
Sumber Dampak Penting

Uraian

1)

Pemanfaatan eks PLTU terhadap Sosial dan Kesehatan Masyarakat: Pada awal tahap Pasca Operasi, karyawan PLTU yang kehilangan pekerjaan akan mengalami guncangan (shock) sementara. Pesangon yang diperoleh dari perusahaan ini merupakan modal utama untuk membuka usaha di permukiman sekitar lokasi eks PLTU maupun di tempat lainnya. Eks karyawan dapat pula dipekerjakan pada kegiatan yang memanfaatkan eks PLTU. Keadaan itu secara umum tidak berdampak terhadap perekonomian masyarakat. Akan tetapi bagi Pemerintah Kabupaten Tabalong akan kehilangan sumber PAD. Meskipun demikian, pemanfaatan eks PLTU dapat menggantikan sumber PAD. Dampak lanjutan dari perbaikan fisik, kimia, dan biologi di dalam dan sekitar tapak proyek, memberikan dampak perbaikan terhadap kehidupan sosial dan kesehatan masyarakat. Kehidupan sosial masyarakat di tapak proyek dan sekitar proyek menjadi lebih baik dengan memanfaatkan bangunan-bangunan, fasilitas-fasilitas sosial ekonomi dan lahan-lahan yang ada untuk peningkatan kehidupan sosialnya. Kesehatan masyarakat di tapak proyek dan wilayah sekitarnya menjadi lebih baik dengan tidak adanya lagi limbah yang dihasilkan dari PLTU. Fasilitas lingkungan yang telah ada dapat dimanfaatkan oleh masyarakat, seperti pemanfaatan fasilitas air bersih. Dampak dikategorikan positif dan penting. Pemeliharaan lingkungan eks PLTU selama lahan, bangunan, dan mesin yang belum atau tidak dimanfaatkan untuk mencegah dan meminimasi dampak negatif terhadap aspek sosial yang mungkin timbul, antara lain: Pemeliharaan taman, kolam water treatment, jalan, drainase Penempatan tenaga keamanan dan pengawasan Mengoptimalkan dampak positif terhadap aspek sosial dan kesehatan masyarakat dengan memanfaatkan keberadaan eks PLTU, antara lain: Sebagai sarana wisata bagi masyarakat sekitarnya pada taman dan lingkungannya. Sebagai sarana kegiatan masyarakat dengan memanfaatkan bangunan yang ada selama belum dialih fungsikan untuk kegiatan lainnya. Memanfaatkan prasarana dan sarana PLTU untuk kegiatan non industri atau kegiatan yang relatif sedikit menghasilkan polutan. Pemanfaatan eks PLTU dilakukan dalam waktu singkat, terutama untuk kegiatan ekonomi sebagai sumber PAD dan sumber pendapatan masyarakat. Pemantauan dampak dilakukan terhadap: Kondisi lingkungan lahan, bangunan, mesin serta fasilitas lainnya tetap seperti ketika PLTU masih aktif Kegiatan masyarakat di dalam lingkungan eks PLTU Tidak terjadi perubahan terhadap kondisi lingkungan eks PLTU Lingkungan eks PLTU tidak dimanfaatkan secara negatif oleh masyarakat sekitarnya (dilanjutkan)

2)

Upaya Pengelolaan Dampak

3)

Upaya Pemantauan Dampak

4)

Tolok ukur dampak

5. PROGRAM PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

5-

31

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

Tabel 5-28 (lanjutan)

No.

Pengelolaan dan Pemantauan Dampak


Lokasi Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Periode Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan

Uraian

5)

Lahan, bangunan, mesin eks PLTU Tanjung-Tabalong

6)

Setiap periode 3 (tiga) bulan

5. PROGRAM PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

5-

32

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

BAB VI PERNYATAAN PELAKSANAAN UKL-UPL Berdasarkan Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) terhadap dampak kegiatan pembangunan dan pengoperasian PLTU Tanjung Tabalong yang dilakukan oleh perusahaan kami seperti tertuang dalam Bab I sampai dengan Bab IV dokumen UKL-UPL ini, kami yang bertanda tangan di bawah ini : N a m a Jabatan : : Chander Vinod Laroya Direktur Utama

Selaku penanggung jawab atas pelaksanaan UKL - UPL: Nama Perusahaan Jenis Perusahaan Alamat Kantor Pusat : : PT Makmur Sejahtera Wisesa Penanaman Modal Asing (PMA) : Menara Kadin Indonesia 19A Jl. HR Rasuna Said Blok X5, Kav. 2-3 Jakarta 12950 Phone : 021-57903722 Fax. : 021-57903723 Email Lokasi Kegiatan Menyatakan bahwa (1) : : : project@ptmsw.com Kecamatan Murung Pudak, Kabupaten Tabalong, Provinsi Kalimantan Selatan.

Kami akan melaksanakan UKL - UPL seperti yang tercantum dalam dokumen ini, dan bersedia secara berkala setiap tahun berjalan melaporkan hasilnya kepada Instansi yang berwenang. Kami bersedia diawasi dalam melaksanakan kegiatan kami, oleh petugas yang memiliki Surat Tugas dari Pejabat berwenang menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kami bertanggung jawab dan bersedia ditindak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, apabila kami lalai dalam melaksanakan UKL - UPL sebagaimana tercantum dalam dokumen ini. Kami bersedia memperbaharui dokumen UKL - UPL ini apabila terjadi perubahan kapasitas, proses produksi, lokasi kegiatan kami. Januari 2007

(2)

(3)

(4)

Jakarta,

Pemrakarsa,

Chander Vinod Laroya Direktur Utama PT. Makmur Sejahtera Wisesa

PERNYATAAN PELAKSANAAN UKL-UPL

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

DAFTAR PUSTAKA

APHA. 1981. Standard methods for the examination of water and wastewater. 14th ed., APHA Inc. Washington. Arsyad, S. 1989. Konservasi tanah dan air. IPB. Bogor. Bakosurtanal. 1991. Peta Rupa Bumi Indonesia Skala 1 : 50.000. Balai Penelitian Perkebunan Medan. 1988. Buletin Desember 1988. Perkebunan. Vo. 19 No. 4

Cummins, K.W. 1975. Macroinvertebrates. In B.A. Whitton (ed.) River Ecology. Studies in Ecology. Vol. 2. Blackwell Sci. Publ. Oxford. Davis, C.D. 1955. The marine and freshwater plankton. Michigan State Univ., Michigan. Dessaunettes. 1977. Catalogue of landform for Indonesia. Soil Research Institute Bogor. Dinas Perkebunan. 2005. Statistik Perkebunan Kalimantan Selatan. Banjarbaru. Hardjowigeno, S. 1994. Morfologi dan klasifikasi tanah. Akademi Press. Jakarta. Krebs, C. J. (1985). Ecology: The experimental analysis of distribution and abundance. Harper and Row, New York. Kottelat, M., A.J. Whitten, Sri Nurani, Kartikasari, Soetikno, dan Wirjoatmodjo. 1993. Ikan air tawar Indonesia Bagian Barat dan Sulawesi. Periplus Editions (HK) Ltd & EMDI Project. Jakarta. Magurran, A.E. 1988. Ecological diversity and its measurement. Princeton Univ. Press, Princeton. Mueller, D., Dumbois dan Ellenberg H., (1974). Aims and Methods of Vegetation Ecology. John Wiley & Sons, Inc. New York. Pancho, J.V. and M. Soerjani. 1978. Aquatic weeds of Southeast Asia. A systematic account of common Southeast Asia aquatic weeds. Nat. Publ. Coop. Incorp. Quezon City, Philippines.

Halaman (REF-1)

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

ReppRott. 1987. Review of phase I results East and South Kalimantan 2 vols. Regional physical planing programme for transmigration. Direktorat Bina Program Indonesia. Jakarta. Soerensen, T., (1948). A method of establishing groups of equal amplitude in plant sociology based on similarity in species content. Biol. Skr. 5(4): 1-34. Soil Survey Staff. 1994. Keys to Soil Taxonomy. SMSS Technical Monograph No.19. Sournia, A. (ed.). 1980. Phytoplankton manual. Unesco. Paris. Soowarno. 1991. Hidrologi. Pengukuran dan pengelolaan data aliran sungai (Hidromeytri). Penebit Nova. Jakarta. Soewarno. 1995. Hidrologi 1 dan 2. Aplikasi staristik untuk analisa data. Penerbit Nova. Jakarta. USDA. 1968. Soil Survey Laboratory Methods Manual. Weber, M. and L.F. de Beaufort. 1931. The fishes of Indo-Australian Archipelago. E.J. Brill Ltd. Vol. VI. 650 p. Wichmeier, W.H. and Smith, D.D. 1978. Predicting rainfall erosion losses: a guide to conservation planing. USDA. Agriculture Handbook No. 537. Wickstead, J.H. 1965. An introduction of the study of tropical plankton. Hutchinson Trop. Monog. Melbourne.

Halaman (REF-2)

You might also like