You are on page 1of 59

LAPORAN PENGALAMAN BELAJAR LAPANGAN (PBL) ANALISA

KESEHATAN DAN PROGRAM INTERVENSI,SPAL,JAMBAN,

SUMBER AIR MINUM,DAN IMUNISASI DI

DESA TANJUN DOLOK KECAMATAN

MARANCAR TAHUN 2017

JULI ANDRIANA

PUTRI MAHKRANI

NITA HARIYANI NASUTION

SARIPAH

SRI AMINAH PULUNGAN


PRONGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

STIKES AUFA ROYHAN PADANGSIDIMPUAN

TAHUN 2017

ANALISA MASALAH INTERVENSI KESEHATAN

DI DESA TANJUNG DOLOK

TAHUN 2017

HALAMAN PENGESAHAN

(Pengalaman Belajar Lapangan)

Laporan Pengalaman Belajar Lapanga (PBL) ini telah diseminarkan


dihadapan

Tim Penguji Program Study Kesehatan Masyarakat

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aufa Royhan

Padangsidimpuan
Padangsisimpuan

Pembimbing I

Dady Hidayah Damanik SKM,M,kes

Pembimbing II Pembimbing III

ANALISA MASALAH INTERVENSI KESEHATAN

DI DESA TANJUNG DOLOK

TAHUN 2017

HALAMAN PENGESAHAN

(Pengalaman Belajar Lapangan)


Laporan Pengalaman Belajar Lapanga (PBL) ini telah diseminarkan
dihadapan

Tim Penguji Program Study Kesehatan Masyarakat

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aufa Royhan

Padangsidimpuan

Padangsisimpuan

Pembimbing I

Dady Hidayah Damanik, S,kep,M,Kes

Pembimbing II Pembimbing III

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Laporan Pengalaman Belajar Lapangan Di Desa Tanjung Dolok


Kecamatan Marancar ini telah disetujui untuk diseminarkan di hadapan tim
penguji laporan PBL prodi Kesehatan Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Aufa Royhan Padangsidimpuan

Padangsidimpuan,

Komisi pembimbing:

Pembimbing PBL

Dady Hidayah Damanik, S,kep,M,Kes


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kepada tuhan yang maha kuasa yang
telah memberikan kemudahan kepada kami dalam menyelesaikan Laporan
Pengalaman Belajar yang dilaksanakan di Desa Tanjung Dolok Kecamata
Marancar Tahun 2017.

Dalam penulisan laporan ini laporan pengalaman belajar lapangan ini


tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak,baik secara moril
maupun material.Oleh karena itu pada kesempatan ini kami menyampaikan
ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Drs.H. Guntur Ismaruddin,M,Kes selaku Ketua STIKES


Aufa Royhan Padangsidimpuan.

2. Dady Hidayah Damanik,S,kep,M,kes selaku Dosen Pembimbing


Lapangan.

3. Bapak M.Yaman Batubara selaku Camat Marancar Kabupatan


Tapanuli Selatan.

4. Bapak selaku kepala puskesmas di Marancarr Kebupatan Tapanuli


Selatan.

5. Bapak M.Napitupulu selaku kepala desa Tanjung Dolok Kecamatan


Marancar Kabupaten Tapanuli Selatan.

6. Seluruh Kepala Lingkungan Desa Tanjung Dolok Kecamatan


Marancar Kabupatan Tapanuli Selatan.
7. Kader Posyandu Desa Tanjung Dolok Kecamatan Marancar
Kabupatan Tapanuli Selatan.

8. Seluruh masyarakat Tanjung Dolok yang telah membantu dan


bekerja sama dengan kami selama pelaksanaan pengalaman belajar
lapangan ini.

Kami menyadari Laporan Pelaksanaan Pengalaman Belajar lapangan


ini masih terdapat kekurangan yang harus diperbaiki,untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak
untuk kesempurnaan laporan ini

Padangsidimpuan,13April 2017

Kelompok Tanjung Dolok


DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN..................................................
KATA PENGANTAR..............................................................
DAFTAR ISI..........................................................................
DAFTAR TABEL....................................................................
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................
1.2 Kompetensi PBL.................................................................
1.3 Tujuan PBL.........................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Penyediaan Air
Bersih..............................................................................
2.1.1 pengertian Air.....................................................
2.1.2 Sumber Air Bersih.............................................
2.1.3 Standar KualitasAir Bersih.....................................
2.1.4 Sistem Penyediaan Air Bersih..............................
2.2 Pengelolahan Pembuangan Air Limbah

BAB III METODE PELAKSANAAN PBL

3.1Lokasi dan Waktu Pelaksanaan PBL........................................


3.2 Populasi dan Sampel...............................................................

3.2.1
Populasi................................................................................

3.2.2
Sampel..................................................................................

3.3 Analisa Situasi..........................................................................


3.4 Identifikasi dan Perumusan Masalah......................................
3.5 Penentuan Pioritas Masalah...................................................
3.5.1 Metode
PersiapanMMD...................................................................
3.5.2 Pelaksanaan
MMD...............................................................
3.5.3 Peserta
MMD.......................................................................
3.6 Intervensi................................................................................

BAB IV HASIL

4.1 Gambaran Daerah PBL............................................................


4.1.1 Deskripsi Wilayah
PBL..........................................................
4.1.2 Sosial
Ekonomi.....................................................................
4.1.2 Sosial Ekononi.....................................................................
4.1.2 Sarana dan
Prasarana...........................................................
4.2 Gambarab Sosial Demokrasi
Penduduk......................................
4.2.1 Data
SosiaEkonomi..................................................................

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Analisa Situasi Desa Tanjung Dolok.............................................


5.1.1 Data
Sosiodemografi....................................................
5.1.2 Data ASFEK
lingkungan................................................
5.1.3 Data Aspek
Prilaku.........................................................
5.1.4 Data kesehatan ibu dan anak......................................
5.2 MMD Desa Tanjung Dolok..........................................................
5.2.1 Hasil
MMD...................................................................
5.3 Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat........................................
5.3.1 Pemberdayaan Masyarakat ( Intervensi Hasil)
MMD.........................................................................
BAB VI PENUTU

6.1 Kesimpulan..................................................................
6.2 Saran............................................................................

DAFTAR
PUSTAKA..................................................................................................

LAMPIRAN.......................................................................................................
......

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Di Desa Tanjung


Dolok Kecamatan Marancar Tahun 2017

Tabel 4.2 Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Di Desa


Tanjung Dolok Kecamatan Marancar Tahun 2017
Tabel 4.3 Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Umur Di Desa Tanjung
Dolok Kecamatan Marancar Tahun 2017

Tabel 4.4 Distribusi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan Di Desa Tanjung


Dolok Kecamatan Marancar Tahun 2017

Tabel 4.5 Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pekerjaan Di Desa


Tanjung Dolok Kecamatan Marancar Tahun 2017

Tabel 4.6 Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pekerjaan Di Desa


Tanjung Dolok Kecamatan Marancar Tahun 2017

Tabel 4.7 Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pekerjaan Di Desa


Tanjung Dolok Kecamatan Marancar Tahun 2017

Tabel 4.8 Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pekerjaan Di Desa


Tanjung Dolok Kecamatan Marancar Tahun 2017
DAFTAR LAMPIRAN

1. Kuesioner
2.Materi Penyuluhan
3.Dokumentasi

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan adalah hak asasi manusia dan intervensi untuk keberhasilan


pengembangan bangsa, Untuk itu dilaksanaka pembangunan kesehatan secara
menyeluruh dan berkesimanbungan, dengan tujuan meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya yang brpedoman pada sistem kesehatan
nasional (SKN) tahun 2004.( Depkes RI,2004)

Tujuan pembangunan kesehatan tersebut tentu akan tercapai bila


didukung oleh sarana dan prasarana serta sumber daya manusia kesehatan
yang handal.Gambaran masyrakat Indonesia di masa depan yang ingin
dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakt,bangsa dan negara
yang di tandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan sehat dan perilaku
sehat,memiliki kemammpuan untuk jangkauan pelayanaan kesehatan yang
bermutu dan merata,serta memiliki derajat kesehata yang seyinggi-tingginya
di seluruh wilayah Republik Indonesia (skn,2004).

Usaha peningkatan derajat kesehata di upayakan melalui peningkatan


(promotif),pencengahan penyakit(preventif),penyembuhan(kuratif),serta
upaya pemulihan kesehatan(rehabilitatif).Usaha-usaha tersebut dilakukan
secara menyeluruh,terpadu dan berkesinambungan serta perlunya peningkatan
sistem pengamatan penyakit,pengkajian cara penganggulangan secara terpadu
dan penyelidikan terhadap penularan penyakit.Untuk menwujudkan derajat
kesehatan yang setinggi0tingginya bagi masyarakat,diselengarakan upaya
kesehatan yang terpadu dan menyeluruh dalam bentuk upaya kesehatan
perseorangan dam upaya kesehatan masyarakat.Penyelenggaraan upaya
kesehatan di laksanakan salah satunya melalui kegiatan pelayanan
kesehatan(UU no.36 tahun 2009).
Stikes Aufa Royhan Padangsidimpuan sebagai salah satu institusi
penyelenggaraan pendidikan nasional dengan ke khususan Ilmu Kesehatan
Masyarakat juga turut bertsnggung jawab dalam mempersiapkan tenaga
kesehatan masyarakat yang berkualitas.Sesuai dengan salah asatu misi FKM
Stikes Aufa Royhan yaitu menyelenggarakan dan mengembangkan kegiatan
pegabdian pada masyarakat serta konseptual maupu secara langsung dalam
penbanguna kesehatan.Oleh karena itu,maka proses belajar mengajar
dilakukan juga di lapangan atau dalam komunitas masyarakat yang disebut
dengan Penagalaman Belajar Lapangan (PBL).

PBL merupakan implementasi bagi mahasiswa untuk menerapkan ilmu


yang di perolehnya dalam bidang kesehatan masyarakat secara langsung
pada fasilitas pelayanan kesehatan maupun di tengah lingkungan masyarakat
yang bersifat menyeluruh dan multidisiplin sehingga diharapkan terampil
dalam mengidentifikasi masalah-masalah kesehatan masyarakat,menyusun
skala prioritas berdasarka analisa,serta maupun mencari
pemecahannya(intervensi) secara terpadu dan multi sektor.(Pedoman
Pendidikan SKM,Stikes Aufa Royhan Padanngsisimpuan 2005).

Adapun lokasi PBL INI DILAKUKAN OLEH KELOMPOK IV desa


Tanjung Dolok Kecamatan Marancar Tahun 2017.Berdasarkan hasil
kuesioner dan wawancara yang didlakukan di dapati bahwa lima masalah
terbesar yang diderita warga adalah sumber air minum, jamban
umum,pelayanan kesehatan,personal hygine,reumatik.Kelima masalah ini
kemudian ditampilkan pada kegitan rembuk desa untuk meminta pendapat
warga tentang masalah mana yang akan dilakukan intervensi
penyelesaiannya. Berdasarkan teknik PAHO yaitu dengan
mempertimbangkann magnitude,severity,vulnerebility,dan community
concern dan masalah yang dihadapi,maka prioritas masalah yang disepakati
untuk dilakukan penyelesaiaanya yakni
1.2. KOMPETENSI PBL

1.2.1.Kompwtwnsi umum PBL

Mahasiswa mampu menganalisa status kesehata masyarakat dan


pelayanan kesehatan di puskesmas melaui tahapan identifikasi permasalahan
kesehatan masyarakat,penetapan prioritas dan melaksanakan intervensi
kesehatan secara partisipatif.

1.2.2.Kompetensi Khusus PBL

1.Mampu menganalisa sosial demografi,hambatan dan petensi


masyarakat.

2.Mengidentifikasi permasalahan kesehatan individu dan kesehatan


masyarakat.

3. Mampu menyusun instrumen pengumpulan data kesehatan


masyarakat.

4.Mampu menganalisa data kesehatan masyarakat secara


komprehensif.

5.Mampu mengkoordinir kegiatan rembuk desa dan bersama-sama


masyarakat menentuksn prioritas kesehatan.

6. Mampu menyusun dan merencanakan program intervensi kesehatan


masyarakat secara partisipasif.

7.Mampu mengkoordinir kegiatan intervensi kesehatan.

8.Mampu menyusun laporan kegiatan PBL.

9.Mampu mempersentasekan hasil kegiatan dalam seminar.

1.3.Tujuan PBL
Ada beberapa pelaksanaan PBL adalah sebagai berikut:

1.Menggambarkan status kesehatan masyarakat desa Tanjung Dolok.

2.Melakukan identifikasi masalah kesehatan yang mencakup aspek


kesehatan lingkungan,aspek prilaku,aspek kesehatan Menentukan
proritas masalah kesehatan di Desa Tanjung Dolok.

3.Melakukan evaluasi intervensi terhadap permasalahan kesehatan


yang di temukan di Desa Tanjung Dolok.

4.Melakukan intervensi berdasarkan evaluasi yang dilakukan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. SUMBER AIR MINUM

2.1.1. Pengertian Air Minum

Berdasarkan Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia No


1405/MENKES/SK/XI/202 Tentang Persyaratab Kesehatan Lingkungan
Kerja Perkantoran dan Industri terdapat pergertian mengenai Air Bersih yaitu
air yang dipergunakan untuk keperluan sehari-hari dan kualitasnya memenuhi
persyaratan kesehatan air bersih sesui dengan peraturan perundang-undagan
yang berlaku dan dapt dimunum apabila dimasak.

Berdasarkan Peraturan Mentri Kesehatan Indonesia Nomor 16 Tahun


2005 Tentang Pengembangan Sistem Air Minum,ddapat beberapa pengertian
mengenai:

1. Air baku untuk air minum rumah tangga,yang selanjutnya disebut dengan
air baku adalah air yaang berasal dari sumber air pembekuan,cekungan
air tanah dan/atau air hujn yang memenuhi baku mutu sebagai air baku
untukair munum.

2.Air minum adalah air minumrumah tangga yang melalui proses pengolahan
atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan
dapat langsung diminum.

3.Air Limbah adalah air buagan yang berasal dari rumah tangga termasuk
tinja manusia dari lingkungan permukiman.

4.Penyediaan air minum adalah kegitan menyediakan air minumun untuk


memenuhi kebutuhan yang sehat bersih dan produktif.

5.Sistem Penyediaan Air Minum yang selanjutnya disebut SPAM merupakan


satu kesatuan sistem fisik (teknik) dan non fisik dari prasarana dan
sarana air minum.

6.Pengembangan SPAM adalah kegiatan yang bertujuan


membangun,memperluas dan/atau meningkatkan sistem fisik (teknik)
dan non fisik(kelembagaan,manajemen,keuagan,peran masyarakat,dan
hukum) dalam kesatuan yang utuh untuk melaksanakan penyediaan air
minum kepada masyarakat menuju keadadan yang lebih baik.
7.Penyelenggaraan pembangunan SPAM adalah merencanakan,melaksanakan
kontruksi,memelihara,merehabilitas,memantau,dan/atau mengevaluasi
sistem fisik(tehnik) dan non fisik penyediaan air minum.

8.Penyelenggaraan pengembanga SPAM yang selanjutnya disebut


penyelenggaraan adalah badan usaha milik negara /badan usaha milik
daerah,koperasi,badan usaha swasta,dan/atau masyarakat yang
melakukan penyelenggaranpengembangan sistem penyediaan air
bersih.

2.1.2. Sumber Air Bersih

Berdasarkan Petunjuk Program Pembagunan Prasarana Kota Terpadu


perihal Pedoman Perencanaan dan Desain Teknis Sektor Air
Bersih,disebutkan bahwa sumber air bersih yang perlu dikelola adalah:

1.Mata Air,yaitu sumber air yang berada di atas permukaan tanah,debitnya


susah untuk diduga,kecuali jika dilakukan penelitian dalam jangka
beberapa lama.

2.Sumber dangkal (sholls wells),yaitu sumber air hasil penggalian ataupun


pengeboran yang kedalamanya kurang dari 40 meter.

3.Sunghai,Yaitu saluranpenggalian air yang terbentuk mulai hulu di daerah


pengunugan/tinggi sampai permukaan air laut/danau.Secara umum air
baku yang di dapat disungai harus dio;ah terlebih dahulu,karena
kemungkinan tercemar peluang sangat besar.

4.Danau atau penampung air(lakeand reservoir),Yaitu unit penampungan air


dalam jumlah tertentu yang airnya berasal dari aliran sungai ataupun
tampunga dari air hujan.
Sunber-sumber air yang dapat dimamfaatkan untuk keperluan air
minum adalah ( Budi D.Sinulingga,Pembangunan Kota Tinjuan Ragional dan
Lokal,1999).

1.Air hujan,Biasanya sebelum jatuh kepermukaan bumi akan mengalami


pencemaran sehingga tidak memenuhi syarat apabila
langsungdiminum.

2.Air Permukaan Tanah(surface water),Yaitu rawa,sungai,danau yang tidak


dapat diminum sebelum melalui pengolahan karena mudah tercemar.

3.Air Dalam Tanah(ground water,Yan terdiri dari air sumur dangkal dan air
sumur dalam.Air sumur dangkal di anggap belum memenuhi syarat
untuk dimunum karena mudah tercemar.Sumber air tanah ini dapat
dengan mudah dijumpai seperti yang terdapat pada sumur gali
penduduk,sebagai hasil budi daya manusia,Keterdapatan sumber air
taanah ini sangat di pengaruhi beberapa faktor, seperti
topografi,batuan,dan curah hujan yang jatuh di permukaan
tanah.Kedudukan muka air tanah mengikuti bentik topografi,muka air
tanah akan dalam di daerah yang bertopografi tinggi,dan dangkal jika
didaerah yang bertopografi dangkal.

Dilain pihak sumur dalam yang sudah mengalami perjalanan panjang


adalah air yang lebih murni,dan pada umumnya dapat langsung
diminum.namun memerlukan pemeriksaanlaboratorium untuk memestikan
kualitasnya.Keburujkan dari pemakaian sumur dalam ini adalah apabila
diambil terlalu banyak akan menimbulkan intrusi air asin dan laut yang
membuat air jadi asin.yang biasanya di daerah-daerah pantai.

2.3.1. Standar Kualitas Air


Air bersifat universal dalam pengertian bahwa air mampu melarutksn
zat-zat yang alamiah dan buatan manusia,Untuk menggarap air
alam,meningkatakn mutu sesuai tujuan,pertama kali harus diketahui dulu
kotoran dan kontaminasi yang terlarut didalamnya.Pada umumnya kadar
kotoran tersebut tidak bengitu besar.

Dengan berlakunya baku mutu air untuk abadan air,air limbah dan
airbarsih,maka dapat dilakukan penilaian kualitas air untuk barbagai
kebutuhan.Di Indonesiaketentuan mengenai standar kualitas air bersih
mengacu pada peraturan Mentri Kesehatan berdasarkan Peraturan Pemerintah
No 416 tahun 1999 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Bersih
.Berdasarkn SK Mentri Kesehatan 1990 Kriteria penentuan standar baku air
dibagi dalam tiga bagian yaitu:

1.Persyaratan kualitas air untuk air minum.

2. Persyaratan kualitas air untuk air bersih.

3. Persyaratan kualitas air untuk air limbah cair bagi kegiatan yang telah
beroperasi.

Mengingat betapa pentingnya air bersih untuk kebutuhan


manusia,maka kualitas air tersebut harus memenuhi persyaratan,yaitu:

1.Syarat fisik yaitu:

a.Air harus bersih dan tidak keruh

b.Tidak berwarna

c.Tidak Berasa

d.Tidak Berbau

e.Suhu antara 10-25 (sejuk)


2.Syarat kimiawi antara lain;

a.Tidak mengandung bahan kimiawi yang mengandung racun

b.Tidak mengandung zat-zat kimiawi yang berlebih

c.Cukup yodium

d.pH air antara 6,5-9,2

3.Syarat bakteriologi antara lain;

Tidak mengandung kuman-kuman penyakit seperti disentri, types,kolera dan


bakteri patogenpenyebab penyakit.

Pada umumnya kualitas air baku akan menentukan besar kecilnya


investasi instalasinya penjernihan air dan biaya operasinyaserta
pemeliharaanya.

Sehingga semakin jelek kulitas air semakin beratbeban masyarakat untuk


membayar harga jual air.

Berdasarkan peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia No


173/Menkes/Per/VII/1977,penyediaan air bersih harus memenuhi kuantitas
dan kaulitas yaitu:

1.Aman Dn hygenis

2.Baik dan layak minum

3.Tersedia adalam julmah yang cukup

4.Hrganya relatif murah atau terjangkau oeleh sebagian besar masy araka

Mengenai parameter kualitasair baku.DepkesRI telah menerbitkan


standar kualitasair bersih tahun 1977 (Ryadi Slamet,11987 ; 122), Dalam
peraturan tersebut standar air bersih dapat dibedakan menjadi tiga kategori
(Menkes No 173/PER/VII tanggal 3 Agustus 1977)>

1.Kelas A, Air yang dipergunakan sebagaiair bku untukkeperluan airminum

2.Kelas B, Air yang dipergunakan untuk mandi umum,pertanian dan air yang
terlebih dahulu dimasak.

3.Kelas C, Air yang diperguanakan untuk perikanan darat.

2.1.4.Sistem Penyediaan Air Bersih

Sistem penyediaan air bersih meliputi besarnya komponen pokok


antara lain: unit sumber air baku,unit pengelolahan,unit produksi,unit
taransmisi,unit produksi dan unit konsumsi.

1.Unit sumber air baku merupakanawal dari sistem penyediaan air bersih
yang mana pada unuit ini sebagian penyediaan air baku yang bisa diambil
dari air tanah,air permukaan,air hujan yang jumlahnya sesuai dengan yang
diperlukan.

2.Unit pengolahan air memegang peranan penting dalam upaya memenuhi


kualitas air bersih atau minuman.dengan mengolah fisika. Kimia.dan
bakteriologi.kualitas air baku yang semula belum memenuhi syarat
kesehatan akan berubah menjadi air bersih atau minumanyang aman bagi
manusia.

3.Unit produksi adalah salah satu dari sistem penyediaan air bersih yang
menentukan jumlah produksi air bersih atau minuman yang layak
didistribusikan ke beberapa tandon ataun reservois denga dengan sistem
pengaliran grapitasi atau pompanisasi. Unit produksi merupakan unit
bangunan yang mengolah jenis-jenis sumberair menjadi air bersih.
Teknologi pengolahan di sesuaikan dengan sumber air yang ada.
4.Unit transmisi berpungsi sebagai pengantar air yang di produksi menuju ke
beberapa tandon atau reservois melalui jaringan pipa.

5.Unit distribusi adalah merupakan jaringan pipa yang mengantarkan air


bersih atau minuman dari tandon atau reservois menuju ke rumah-rumah
konsumen.

3.1. Limbah

3.1.1. Pengertian Air Limbah

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 tahun


2001, air limbah adalah sisa dari suatu usaha dan atau kegiatan yang berwjud
cair. Air limbah dapat berasal dari rumah tangga (domestik) maupun industri
(industri).

Berikut merupakan definisi air limbah dari berbagai sumber, sbb :

Air limbah atau yang lebih dikenal dengan air buangan ini adalah
merupakan :

a. Limbah cair atau air buangan ( waste water ) dalah cairan buangan yang
berasal dari rumah tangga, perdagangan, perkantoran, industri maupun
tempat-tempat umum lainnya yang biasanya mengandung bahan-bahan
atau zat-zat yang dapat membahayakan kesehatan atau kehidupan manusia
serta mengganggu kelestarian lingkungan hidup.

b. Kombinasi dari cairan atau air yang membawa buangan dari perumahan,
institusi, komersial, dan industri bersama dengan air tanah, air permukaan,
dan air hujan.

c. Kotoran dari masyarakat dan rumah tangga, industri, air tanah/permukaan


serta buangan lainnya (kotoran umum).
d. Cairan buangan yang berasal dari rumah tangga, perdagangan, perkantoran,
industri maupun tempat-tempat umum lainnya, dan biasanya mengandung
bahan-bahan atau zat-zat yang dapa

membahayakan kesehatan/kehidupan manusia serta mengganggu


kelestarian lingkungan hidup.

e. Semua air/szat cair yang tidak lagi dipergunakan, sekalipun kualitasnya


mungkin baik.

3.1.2. Limbah Cair Domestik

Limbah cair domestik adalah hasil buangan dari perumahan, bangunan


perdagangan, perkantoran, dan sarana sejenisnya. volume limbah cair dari
daerah perumahan bervariasi, dari 200 sampai 400 liter per orang per hari,
tergantung pada tipe rumah. Aliran terbesar berasal dari rumah keluarga
tunggal yang mempunyai beberapa kamar mandi, mesin cuci otomatis, dan
peralatan lain yang menggunakan air. Angka volume limbah cair sebesar 400
liter/orang/hari bisa digunakan untuk limbah cair dari perumahan dan
perdagangan, ditambah dengan rembesan air tanah ( infiltration ).

3.1.3. Limbah cair industri

Limbah cair industri adalah buangan hasil proses/sisa dari suatu


kegiatan/usaha yang berwujud cair dimana kehadirannya pada suatu saat dan
tempat tidak dikehendaki lingkungannya karena tidak mempunyai nilai
ekonomis sehingga cenderung untuk dibuang. ( Asmadi,2012 )

3.1.4. Sumber Air Limbah

Air limbah dapat berasal dari berbagai sumber, antara lain :


a. Rumah tangga

Contoh : air bekas cucian, air bekas memasak, air bekas mandi, dan
sebagainya.

b. Perkotaan

Contoh : air limbah dari perkantoran, perdagangan, selokan, dan dari


tempat-tempat ibadah.

c. Industri

Contoh : air limbah dari pabrik baja, pabrik tinta, pabrik cat, dan dari
pabrik karet.

Air limbah rumah tangga sebagian besar mengandung bahan organik


sehingga memudahkan di dalam pengelolaannya. Sebaliknya limbah industri
lebih sulit pengolahannya karena mengandung pelarut mineral, logam berat,
dan zat-zat organik lain yang bersifat toksik. ( Chandra,2006)

3.1. Pemantauan Kualitas Air

Peraturan pemerintah No.20 tahun 1990 mengelompokkan kualitas air


menjadi beberapa golongan menurut peruntukannya. Adapun penggolongan
air menurut peruntukannya adalah sebagai berikut :

a. Golongan A , yaitu air yag dapat digunakan sebagai air minum secara
langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu.

b. Golongan B , yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum.

c. Golongan C , yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan


dan peternakan.

d. Golongan D , yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian,


usaha di perkotaan, industri, dan pembangkit listrik tenaga air.
Pemantauan kualitas air suatu perairan memiliki tiga tujuan utama sebagai
berikut:

1. Enviromental surveillance yakni tujuan untuk mendeteksi dan mengukur


pengaruh yang ditimbulkan oleh suatu pencemar terhadap kualitas
lingkungan dan mengetahui perbaikan kualitas lingkungan setelah
pencemar tersebut dihilangkan.

2. Establishing water-quality criteria yakni tujuan untuk mengetahui


hubungan sebab akibat antara perubahan variabel-variabel ekologi perairan
dengan parameter fisika dan kimia, untuk mendapatkan baku mutu kualitas
air.

3. Appraisal of resources yakni tujuan untuk mengetahui gambaran kualitas


air pada suatu tempat secara umum.

Pemantauan kualitas air pada saluran pembuangan limbah industri dan


badan air penerima limbah industri pada dasarnya memiliki tujuan sebagai
berikut :

1. Mengetahui karakteristik kualitas limbah cair yang dihasilkan

2. Membandingkan kualitas limbah cair dengan baku mutu kualitas limbah


industri, dan menentukan beban pencemaran menurut Kep.No.51/MEN-
LH/10/1995

3. Menilai efektivitas instalasi pengolahan limbah industri yang dioperasikan

4. Memprediksi pengaruh yang mungkin ditimbulkan oleh limbah cair


tersebut terhadap komponen lingkungan lainnya. ( Effendi,2003)

3.2.1. Tujuan Analisa Kimia


Tujuan analisa ilmiah adalah untuk memastikan komposisi konsentrasi
dan keadaan subjek dengan suatu pandangan untuk menentukan unsur-unsur
pokok yang menciptakan kesulitan-kesulitan dalam memilih jenis dan tingkat

pembenahan. Saluran-saluran dari tempat pembenahan limbah dianalisa untuk


memastikan kegunaan metode pembenahan dan untuk menilai hasil potensial
dari pembuangannya kedalam sarana-sarana penampung air atau dengan
melalui tanah pertanian atau tanah-tanah lain. ( Mahida,1993 ) 3.2.2. Limbah
Rumah Sakit

Sampah dan limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah
yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya.
Secara umum sampah dan limbah rumah sakit dibagi menjadi dua kelompok
besar yaitu sampah atau limbah klinis dan non klinis baik padat maupun cair.

Selain sampah klinis, dari kegiatan penunjang rumah sakit juga


menghasilkan sampah non klinis atau dapat disebut juga sampah non medis.
Sampah non medis ini bisa berasal dari kantor/administrasi kertas, unit
pelayanan ( berupa karton, kaleng, botol ), sampah dari ruang pasien, sisa
makanan buangan; sampah dapur ( sisa pembungkus, sisa makanan/bahan
makanan, sayur dan lain-lain). Limbah cair yang dihasilkan rumah sakit
mempunyai karakteristik tertentu baik fisik, kimia dan biologi.

Limbah rumah sakit bisa mengandung bermacam-macam


mikroorganisme, tergantung pada jenis rumah sakit, tingkat pengolahan yang
dilakukan sebelum dibuang dan jenis sarana yang ada ( laboratorium, klinik
dan lain-lain ). Tentu saja dari jenis-jenis mikroorganisme tersebut ada yang
bersifat pathogen. Limbah rumah sakit seperti halnya limbah lain akan
mengandung bahan-bahan organik dan anorganik, yang tingkat kandungannya
dapat ditentukan dengan uji air kotor pada umumnya seperti BOD, COD, pH,
mikrobiologik, dan lain-lain.
Pengolalaan limbah rumah sakit yang sudah lama diupayakan dengan
menyiapkan perangkat lunaknya yang berupa peraturan-peraturan, pedoman-
pedoman dan kebijakan-kebijakan yang mengatur pengolahan dan
peningkatan kesehatan di lingkungan rumah sakit.

Disamping peraturan-peraturan tersebut secara bertahap dan


berkesinambungan Departemen Kesehatan terus mengupayakan dan
menyediakan dana untuk pembangunan ini instalasi pengolalaan limbah
rumah sakit melalui anggaran pembangunan maupun dari sumber bantuan
dana dan lainnya. Dengan demikian sampai saat ini sebagai rumah sakit
pemerintah telah dilengkapi dengan fasilitas pengolalaan limbah, meskipun
perlu untuk disempurakan. Namun disadari bahwa pengolalaan rumah sakit
masih perlu ditingkatkan permasyarakatan terutama di lingkungan masyarakat
rumah sakit.

Kualitas limbah ( efluen ) rumah sakit yang akan dibuang ke badan air
atau lingkungan harus memenuhi persyaratan baku mutu efluen sesuai
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor KEP-58/MEN-LH/12/1995
atau peraturan daerah setempat. (Asmadi, 2012 )

2.5. karakteristik Limbah

Dalam menentukan karakteristik limbah maka ada tiga jenis sifat yang
harus diketahui yaitu :

A. Sifat Fisik

Sifat fisik suatu limbah ditentukan berdasarkan jumlah padatan terlarut,


tersuspensi dan total padatan, alkalinitas, kekeruhan, warna, salinitas, daya
hantar listrik, bau dan temperature. Sifat fisik ini beberapa diantaranya dapat
dikenali secara visual tapi untuk mengetahui secara pasti maka digunakan
analis laboratorium.
1. Padatan

Dalam limbah ditemukan zat padat yang secara umum diklasifikasikan


kedalam dua golongan besar yaitu padatan terlarut dan padatan tersuspensi.
Padatan tersuspensi terdiri dari partikel koloid dan partikel biasa. Jenis
partikel dapat dibedakan berdasarkan diameternya. Jenis padatan terlarut
maupun tersuspensi dapat bersifat organis maupun sifat inorganic tergantung
dari mana sumber limbah. Disamping kedua jenis padatan ini ada lagi padatan
yang dapat terendap karena mempunyai diameter yang lebih besar dan dalam
keadaan tenang dalam beberapa waktu akan mengendap sendiri karena
beratnya.

2. Kekeruhan

Sifat keruh air dapat dilihat dengan mata secara langsung karena ada
partikel koloidal yang terdiri dari kwartz, tanah liat, sisa bahan-bahan, protein
dan ganggang yang terdapat dalam limbah.kekeruhan merupakan sifat optis
larutan. Sifat keruh membuat hilang nilai estetikanya.

3. Bau

Sifat bau limbah disebabkan karena zat-zat organik yang telah terurai
dalam limbah mengeluarkan gas-gas seperti sulfide atau amoniak yang
menimbulkan penciuman tidak enak bagi penciuman disebabkan adanya
campuran nitrogen, sulfur dan fosfor yang berasal dari pembusukan protein
yang dikandung limbah. Timbulnya bau yang diakibatkan limbah merupakan
suatu indicator bahwa terjadi proses alamiah. Dengan adanya bau ini akan
lebih mudah menghindarkan tingkat bahaya yang ditimbulkannya
dibandingkan dengan limbah yang tidak menghasilkan bau.

4. Temperatur
Limbah yang mempunyai temperatur panas yang akan mengganggu
pertumbuhan biota tertentu. Temperatur yang dikeluarkan suatu limbah cair
harus merupakan temperature alami. Suhu berfungsi memperlihatkan aktifitas
kimiawi dan biologis. Pada suhu tinggi pengentalan cairan berkurang dan
mengurangi sedimentasi. Tingkat zat oksidasi lebih besar pada suhu tinggi
dan pembusukanjarang terjadi pada suhu rendah.

5. Warna

Warna dalam air disebabkan adanya ion-ion logam besi dan mangan
(secara alami), humus, plankton, tanaman, air dan buangan industri. Warna
berkaitan dengan kekeruhan, dan dengan menghilangkan kekeruhan kelihatan
warna nyata. Demikian juga warna dapat disebabkan zat-zat terlarut dan zat
tersuspensi. Warna menimbulkan pemandangan yang jelek dalam air limbah
meskipun warna tidak menimbulkan sifat racun.

B.Sifat Kimia

Karakteristik kimia air limbah ditentukan oleh BOD, COD, dan logam-
logam berat yang terkandung dalam air limbah.

a. BOD

Pemeriksaan BOD dalam limbah didasarkan atas reaksi oksidasi zat-zat


organis denga oksigen dalam air dimana proses tersebut dapat berlangsung
karena ada sejumlah bakteri. Diperhitungkan selama dua hari reaksi lebih dari
sebagian reaksi telah tercapai. BOD adalah kebutuhan oksigen bagi sejumlah
bakteri untuk menguraikan ( mengoksidasikan ) semua zat-zat organic yang
terlarut maupun sebagai tersuspensi dalam air menjadi bahan organic yang
lebih sederhana. Nilai ini hanya merupakan jumlah bahan organik yang
dikonsumsi bakteri. Penguraian zat-zat organis ini terjadi secara alami.
Aktifnya bakteri-bakteri menguraikan bahan-bahan organik bersamaan
dengannya habis pula terkonsumsi oksigen.

b. COD

Pengukuran kekuatan limbah dengan COD adalah bentuk lain


pengukuran kebutuhan oksigen dalam limbah. Metode ini lebih singkat
waktunya dibandingkan dengan analisa BOD. Pengukuran ini menekankan
kebutuhan oksigen akan kimia dimana senyawa-senyawa yang diukur adalah
bahan-bahan yang tidak dipecah secra biokimia. Adanya racun atau logam
tertentu dalam limbah pertumbuhan bakteri akan terhalang dan pengukuran
BOD menjadi tidak realistis. Untuk mengatasinya lebih tepat menggunakan
analisa COD. COD adalah sejumlah oksigen yang dibutuhkan untuk
mengoksidasi zat-zat anorganis dan organis sebagaiman pada BOD. Angka
COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat anorganik.

c. Methan

Gas methan terbentuk akibat penguraian zat-zat organik dalam kondisi


anaerob pada air limbah. Gas ini dihasilkan lumpur yang membusuk pada
dasar kolam, tidak berdebu, tidak berwarna dan mudah terbakar. Methan juga
ditemukan pada rawa-rawa dan sawah.

d. Keasaman air

Keasaman air diukur dengan pH meter. Keasaman ditetapkan


berdasarkan tinggi rendahnya konsentrasi ion hidrogen dalam air. Air
buangan yang mempunyai pH tinggi atau rendah menjadikan air steril dan
sebagai akibatnya membunuh mikroorganisme air yang diperlukan untuk
keperluan biota teetentu. Limbah air dengan keasaman tinggi bersumber dari
buangan yang mengandung asam seperti air pembilas pada pabrik pembuatan
kawat atau seng.
e. Alkalinitas

Tinggi rendahnya alkalinitas air ditentukan air senyawa


karbonat,garam-garam hidrokisda, magnesium dan natrium dalam air.
Tingginya kandungan zat tersebut mengakibatkan kesadahan dalam air.
Semakin tinggi kesadahan suatu air semakin sulit air berbuih.

f. Lemak dan minyak

Kandungan lemak dan minyak yang terdapat dalam limbah bersumber


dari industri yang mengolah bahan baku mengandung minyak bersumber dari
proses klasifikasi dan proses perebusan. Limbah ini membuat lapisan pada
permukaan air sehingga membentuk selaput.

g. Oksigen terlarut

Keadaan oksigen terlarut berlawanan dengan keadaan BOD. Semakin


tinggi BOD semakin rendah oksigenterlarut. Keadaan oksigen terlarut dalam
air dapat menunjukkan tanda-tanda kehidupan ikan dan biota dalam perairan.
Semakin banyak ganggang dalam air semakin tinggi kandungan oksigennya.

h. Logam-logam berat dan beracun

Logam berat pada umumnya adalah metal-metal seperti copper, selter


pada cadmium, air raksa, lead, chromium, iron dan nikel. Metal lain yang
juga termasuk metal berat adalah arsen, selenium, cobalt, mangan, dan
aluminium. Logam-logam ini dalam konsentrasi tertentu membahayakan bagi
manusia.

C.Sifat Biologis

Bahan-bahan organik dalam air terdiri dari berbagai macam


senyawaan. Protein adalah salah satu senyawa kimia organik yang
membentuk rantai kompleks, mudah terurai menjadi senyawa-senyawa lain
seperti asam amino. Bahan yang mudah larut dalam air akan terurai menjadi
enzim dan bakteri tertentu. Bahan ragi akan terfermentasi menghasilkan
alkohol. Pati sukar larut dalam air, akan tetapi dapat diubah menjadi gula oleh
aktifitas mikrobiologi. Bahan-bahan ini dalam limbah akan diubah oleh
mikroorganisme menjadi senyawa kimia yang sedrehana seperti karbon
dioksida dan air serta amoniak. ( Ginting,2006 )

3.6. Teknik Sampling

2.6.1. Pengambilan Sampel Lingkungan

Pengambilan sampel dan uji parameter kualitas lingkungan merupakan


pekerjaan yang tidak mudah karena polutan bersifat dinamis dan bermigrasi
seiring dengan perubahan situasi dan kondisi setempat. Karakteristik fisik
matrik air, udara, tanah/sedimen, padatan/lumpur atau cairan, cuaca, jumlah
polutan ke lingkungan, sumber emisi atau efluen, sifat kimia, biologi, dan
fisika polutan, dan intervensi manusia sangat memengaruhi cara serta
kecepatan migrasi polutan. Pada umumnya, migrasi polutan terjadi melalui
angin, hujan, air permukaan, air tanah, air laut, dan intervensi manusia yang
berupa pipa limbah cair, drainase, dan lain-lain.

Selain mengambil sampel yang akan di uji di laboratorium, petugas


juga harus mengukur parameter lapangan. Pengukuran parameter lapangan
harus ditujukan terhadap faktor-faktor yang dapat memastikan kesahihan
hasil pengujian (ISO/IEC 17025:1999). Contohnya pada saat mengambil
sampel air sungai yang perlu diukur adalah pH, suhu, DO ( Dissolve
Oxygen), DHL ( Daya Hantar Listrik), kekeruhan, debit air, cuaca, dan
kondisi setempat. Parameter itu sedapat mungkin langsung diukur didalam
badan air, namun apabila tidak memungkinkan dapat diukur dalam wadah
yang sesuai segera mungkin. Sedangkan untuk pengambilan sampel udara
ambien, yang perlu diukur adalah kecapatan angin, arah angin, suhu, dan
kelembapan udara, dan kecepatan aliran pompa penghisap udara. Pengukuran
itu sangat berguna sebagai bahan interpretasi data hasil pengujian di
laboratorium. ( Hadi,2007)

Pengambilan sampel

Gunakan botol kaca gelap bila memungkinkan. Penggunaan botol


plastik harus bersih dari zat-zat organis yang mungkin masih tersisa
didalamnya.

Sampel yang mengandung lumpur harus dikocok sampai merata sebelum


dianalisa, karena lumpur juga terdiri dari zat-zat organis yang harus
diokasidasikan dalam tes COD untuk mendapatkan angka COD yang benar.

Sampel yang tidak stabil yaitu sampel yang mempunyai kadar bakteri atau
Fe2+ tinggi, harus dianalisa segera.

2.6.2. Pengawetan sampel

Sampel dapat diawetkan dengan penambahan larutan H2SO4 pekat


sampai pH 2 kira-kira 0,8 mL H2SO4/L sampel. ( Alearts,1984 )

2.6.3. Parameter Kunci Kualitas Lingkungan

Dalam pengambilan sampel lingkungan dikenal istilah parameter kunci.


Parameter kunci adalah parameter yang dapat mewakili kualitas lingkungan.
Sebagai gambaran, parameter kunci untuk mengetahui kualitas air limbah
adalah suhu (oC), daya hantar listrik (DHL), derajat keasaman (pH), oksigen
terlarut (DO), kebutuhan oksigen kimiawi (COD), kebutuhan oksigen
biologis (BOD), dan senyawa anion serta kation yang dominan.

Penentuan parameter kualitas lingkungan sangat bergantung pada


persyaratan baku mutu lingkungan dalam peraturan yang berlaku dan tujuan
pengambilan sampel. Dengan mengetahui parameter yang akan diuji,
pengambil sampel dapat mempertimbangkan volume minimum, jenis
pengawetan, dan penanganan sampel.

2.6.4. Sumber Kontaminasi Sampel Lingkungan

Kontaminasi adalah sumber utama kesalahan ( error ) dalam semua


jenis uji parameter lingkungan. Proses pengambilan sampel dan pengujian
laboratorium sangat memungkinkan kontaminasi dari berbagai sumber. Oleh
sebab itu, pengambil sampel lingkungan dan analis harus dapat
mengidentifikasi sumber-sumber kontaminasi, baik pada saat pengambilan
sampel maupun pengujian di laboratorium, sehingga diperoleh data sahih.
Identifikasi tersebut harus dipertimbangkan dalam perencanaan pengambilan
sampel dan analisis parameter lingkungan.

Agar tidak terjadi kontaminasi, sumber-sumber yang potensial menjadi


kontaminan harus diidentifikasi dan sedapat mungkin dihindari. Identifikasi
tersebut dilakukan di lapangan pada saat pengambilan sampel, penanganan,
pengawetan, dan transportasi ke laboratorium. Sementara itu, kontaminasi di
laboratorium dapat terjadi pada saat penyimpanan, preparasi, dan pengujian.

Sumber utama kontaminasi adalah peralatan pengambilan sampel. Hal


itu disebabkan peralatan yang terbuat dari bahan tertentu dengan cara yang
kurang tepat atau peralatan yang sebelumnya sudah dipakai tidak dicuci lebih
lanjut sehingga terjadi kontaminasi silang. Untuk mengurangi jumlah
kontaminan yang lepas ke sampel, harus dilakukan pencucian yang tepat
terhadap peralatan tersebut. Efek kontaminasi adalah tidak akurasinya hasil
pengujian yang diperoleh sehingga hal itu tidak dapat menggambarkan
kualitas lingkungan sesungguhnya. ( Hadi,2007)

2.7. Pengelolaan Limbah


Air limbah sebelum dilepas ke pembuangan akhir harus menjalani
pengolahan terlebih dahulu. Untuk dapat melaksanakan pengolahan air
limbah yang efektif diperlukan rencana pengelolaan yang baik. Adapun
tujuan dari pengelolaan air limbah itu sendiri, antara lain :

1. Mencegah pencemaran pada sumber air rumah tangga.

2. Melindungi hewan dan tanaman yang hidup di dalam air.

3. Menghindari pencemaran tanah permukaan.

4. Menghilangkan tempat berkembangbiaknya bibit dan vektor penyakit.

Sementara itu,sistem pengelolaan air limbah yang diterapkan harus


memenuhi persyaratkan berikut :

1. Tidak mengakibatkan kontaminasi terhadap sumber-sumber air minum.

2. Tidak mengakibatkan pencemaran air permukaan.

3. Tidak menimbulkan pencemaran pada flora dan fauna yang hidup di air di
dalam penggunaannya sehari-hari.

4. Tidak dihinggapi oleh vektor atau serangga yang menyebabkan penyakit.

5. Tidak terbuka dan harus tertutup.

6. Tidak menimbulkan bau atau aroma tidak sedap. (Chandra,2006 )

2.7.1. Tata Laksana Pengelolaan Limbah Medis

Limbah cair harus dikumpulkan dalam container yang sesuai dengan


karakteristik bahan kimia dan radiologi, volume, dan prosedur penanganan
dan penyimpanannya.
a. Saluran pembuangan limbah harus menggunakan sistem saluran tertutup,
kedap air, dan limbah harus mengalir dengan lancar, serta terpisah dengan
saluran air hujan.

b. Rumah sakit harus memiliki instalasi pengolahan limbah cair sendiri atau
bersama-sama secara kolektif dengan bangunan di sekitarnya yang
memenuhi persyaratan teknis, apabila belum ada atau tidak terjangkau
sistem pengolahan air limbah perkotaan.

c. Perlu dipasang alat pengukur debit limbah cair untuk mengetahui debit
harian limbah yang dihasilkan.

d. Air limbah dari dapur harus dilengkapi penangkap lemak dan saluran air
limbah harus dilengkapi/ditutup dengan gril.

e. Air limbah yang berasal dari laboratorium harus diolah di IPAL bila tidak
mempunyai IPAL harus dikelola sesuai kebutuhan yang berlaku melalui
kerjasama dengan pihak lain atau pihak yang berwenang.

f. Frekuensi pemeriksaan kualitas limbah cair terolah (efluent) dilakukan


setiap bulan sekali untuk swapantau dan minimal 3 bulan sekali uji petik
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

g. Rumah sakit yang menghasilkan limbah cair yang mengandung atau


terkena zat radioaktif, pengolalaannya dilakukan sesuai ketentuan BATAN
( Badan Tenaga Atom Nasional ).

h. Parameter radioaktif diberlakukan bagi rumah sakit sesuai dengan bahan


radioaktif yang dipergunakan oleh rumah sakit rumah sakit yang
bersangkutan.

2.7.2. Pengolahan limbah cair rumah sakit


Limbah cair yang dihasilkan dari sebuah rumah sakit umumnya banyak
mengandung bakteri, virus, senyawa kimia, dan obat-obatan yang dapat
membahayakan bagi kesehatan masyarakat sekitar rumah sakit, limbah dari
laboratorium paling perlu diwaspadai. Bahan-bahan kimia yang digunakan
dalam proses uji laboratorium tidak bisa diuraikan hanya dengan aerasi atau
activated sludge.

Guna meningkatkan mutu lingkungan dan sanitasi di rumah sakit atau tempat-
tempat umum lainnya maka perlu dibuatkan IPAL yang baik dan teruji
prosesnya. Dengan proses yang baik diharapkan mutu air limbah yang
dikeluarkan oleh rumah sakit dapat mencapai standar yang ditetapkan oleh
KEP No.58/MEN-LH/12/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Rumah Sakit.

2.7.3. Teknologi proses pengolahan air limbah rumah sakit

Teknologi proses pengolahan air limbah digunakan untuk mengolah air


limbah rumah sakit pada dasarnya hampir sama dengan teknologi proses
pengolahan untuk air limbah yang mengandung polutan organik lainnya.
Pemilihan jenis proses yang digunakan harus memperhatikan beberapa faktor
antara lain yakni kualitas limbah dan kualitas air hasil olahan yang
diharapkan, jumlah air limbah, lahan yang tersedia dan yang tak kalah penting
yakni sumber energi yang tersedia.

Beberapa teknologi proses pengolahan air limbah rumah sakit yang


sering digunakan yakni antara lain : proses lumpur aktif ( activated sludge
process ), RBC , proses aerasi kontak ( contact aeration process ), proses
pengolahan dengan biofilter Up Flow , serta proses pengolahan dengan
system biofilter anaerob-aerob .(Asmadi, 2012 )

2.7.4. Sistem pengolahan limbah cair di rumah sakit


Sistem pengolahan limbah cair di rumah sakit terdiri dari tiga jenis,
yaitu sistem tangki septic, sistem biologi aerobic, dan sistem biologi
anaerobic.

Sistem tangki septic

Tangki septic digunakan untuk menampung dan mengolah air limbah


yang berasal dari wc, kamar mandi, ruang bersalin, ruang perawatan, dan
lain-lain. Sebaiknya limbah cair medis dan limbah cair nonmedis dipisahkan
dengan mempergunakan sewerage system untuk memudahkan
pengelolaannya dan agar tidak mencemari lingkungan.

Sistem biologi aerobic

Sistem biologi aerobic yang dapat digunakan untuk limbah rumah sakit
adalah sistem waste oxidation ditch treatment ( kolam oksidasi air limbah ).
Sistem ini digunakan untuk mengolah air limbah dari rumah sakit yang
terletak di tengah kota karena tidak memerlukan lahan yang luas. Kolam
oksidasiya sendiri dibuat bulat atau elips.

Dalam sistem ini, air limbah dialirkan secara berputar ke kolam-kolam


oksidasi agar ada kesempatan lebih lama berkontak dengan oksigen dari
udara. Setelah itu, air limbah dialirkan ke dalam sedimentation tank untuk
pengendapan benda-benda padat atau lumpur lainnya. Air yang sudah tampak
jernih dialirkan ke bak khlorinasi sebelum dibuang ke dalam sungai atau
badan air lainnya. Lumpur yang mengendap diambildan dikeringkan pada
sludge drying bed.

Ada beberapa komponen di dalam system kolam oksidasi ini, antara


lain pump ( pompa air kotor) , oxidation ditch ( kolam oksidasi ),
sedimentation tank ( bak pengedapan ), chlorination tank ( bak khlorinasi ),
sludge drying bed ( tempat mengeringkan lumpur, biasanya 1-2 petak ), dan
control room ( ruang pengendali).

Sistem biologi anaerobic

Terdapat dua sistem biologi anaerobik yang dapat digunakan untuk


membuang atau memusnahkan limbah rumah sakit, antara lain :

a. Waste stabilization pond system ( kolam stabilisasi air limbah )

Sistem ini memerlukan lahan luas dan biasanya dianjurkan untuk


rumah sakit diluar kota yang masih memiliki lahan yang luas. Sistem kolam
stabilisasi air limbah terdiri dari bagian-bagian yang cukup sederhana, yaitu
sump pump, stabilization pond ( biasanya 2 ), bak khlorinasi, control room,
inlet, interconnection antara 2 kolam stabilisasi, dan outlet dari kolam
stabilisasi menuju sistem khlorinasi.

b. Anaerobic filter treatment system

Sistem pengolahan air limbah ini dilakukan dengan memanfaatkan


proses pembusukan anaerobik melalui suatu filter. Disini, air limbah
sebelumnya telah menjalani pra-pengolahan septik tank. Dari proses ini
biasanya akan dihasilkan efluent yang mengandung zat-zat asam organik
yang memerlukan klor lebih banyak untuk proses oksidasinya. Dengan
demikian, sebelum dialirkan ke dalam bak khlorinasi, effluent ditampung
dahulu dalam bak stabilisasi untuk memberikan kesempatan oksidasi zat-zat
tersebut di atas, sehingga jumlah klorin yang dibutuhkan pada proses
khlorinasi berkurang. (Chandra,2006 )

2.8. Dampak Limbah Rumah Sakit

Dampak pembuangan air limbah


Air limbah yang tidak menjalani pengolahan yang benar tentunya dapat
menimbulkan dampak yang tidak diinginkan. Dampak tersebut, antara lain :

1. Kontaminasi dan pencemaran pada air permukaan dan badan-badan air


yang digunakan oleh manusia.

2. Mengganggu kehidupan dalam air, mematikan hewan dan tumbuhan air.

3. Menimbulkan bau ( sebagai hasil dekomposisi zat anaerobik dan zat


anorganik ).

4. Menghasilkan lumpur yang dapat mengakibatkan pendangkalan air


sehingga terjadi penyumbatan yang dapat menimbulkan banjir.
(Chandra,2006 )

2. 8.1. Dampak limbah medis pada kesehatan masyarakat

Limbah yang dihasilkan rumah sakit dapat membahayakan kesehatan


masyarakat, yaitu limbah berupa virus dan kuman yang berasal dari
laboratorium virologi dan mikrobiologi yang sampai saat ini belum ada alat
penangkalnya sehingga sulit untuk dideteksi. Limbah cair dan limbah padat
yang berasal dari rumah sakit dapat berfungsi sebagai media penyebaran
gangguan atau penyakit bagi para petugas, penderita maupun masyarakat.
Gangguan tersebut dapat berupa pencemaran udara, pencemaran air, tanah,
pencemaran makanan dan minuman. Pencemaran tersebut merupakan agen-
agen kesehatan lingkungan yang dapat mempunyai dampak besar terhadap
manusia.

Limbah rumah sakit, khususnya limbah medis yang infeksius, belum


dikelola dengan baik. Sebagian besar pengelolaan limbah infeksius
disamakan dengan limbah noninfeksius. Selain itu, kerap bercampur limbah
medis dan nonmedis. Pencampuran tersebut justru memperbesar
permasalahan lombah medis.

Limbah rumah sakit bisa mengandung bermacam-macam


mikroorganisme bergantung pada jenis rumah sakit, tingkat pengolahan yang
dilakukan sebelum dibuang. Limbah cair rumah sakit dapat mengandung
bahan organik dan anorganik yang umumnya diukur dan parameter
BOD,COD,TSS, dan lain-lain. Sedangkan limbah padat rumah sakit terdiri
atas sampah mudah membusuk, sampah mudah terbakar, dan lain-lain.
Limbah medis tersebut kemungkinan besar mengandung mikroorganisme
pathogen atau bahan kimia beracun berbahaya yang menyebabkan penyakit
infeksi dan dapat tersebar ke lingkungan rumah sakit yang disebabkan oleh
teknik pelayanan kesehatan yang kurang memadai, kesalahan penanganan
bahan-bahan terkontaminasi dan peralatan, serta penyediaan dan
pemeliharaan sarana sanitasi yang masih buruk.

Ada beberapa kelompok masyarakat yang mempunyai resiko untuk


mendapat gangguan karena buangan rumah sakit. Pertama, pasien yang
datang ke rumah sakit untuk memperoleh pertolongan pengobatan dan
perawatan rumah sakit. Kelompok ini merupakan kelompok yang paling
rentan. Kedua, karyawan rumah sakit dalam melaksanakan tugas sehari-
harinya selalu kontak dengan orang sakit yang merupakan sumber agen
penyakit. Ketiga, pengunjung/pengantar orang sakit yang berkunjung ke
rumah sakit, resiko terkena gangguan kesehatan akan semakin besar.
Keempat, masyarakat yang bermukim di sekitar rumah sakit, lebih-lebih lagi
bila rumah sakit membuang hasil buangan rumah sakit tidak sebagaimana
mestinya ke lingkungan sekitarnya. Akibatnya adalah mutu lingkungan
menjadi turun kualitasnya, dengan akibat lanjutannya adalah mmenurunnya
derajat kesehatan masyarakat di lingkungan tersebut. Oleh karena itu, rumah
sakit wajib melaksanakan pengelolaan buangan rumah sakit yang baik dan
benar dengan melaksanakan kegiatan sanitasi rumah sakit.

2.8.2. Dampak negatif pengelolaan limbah rumah sakit terhadap lingkungan

Dampak yang ditimbulkan limbah rumah sakit akibat pengelolaannya


yang tidak baik atau tidak saniter terhadap lingkungan dapat berupa :

1. Merosotnya mutu lingkungan rumah sakit yang dapat mengganggu dan


menimbulkan masalah kesehatan bagi masyarakat yang tinggal di
lingkungan rumah sakit maupun masyarakat luar.

2. Limbah medis yang mengandung berbagai macam bahan kimia beracun,


buangan yang terkena kontaminasi serta benda-benda tajam dapat
menimbulkan gangguan kesehatan berupa kecelakaan akibat kerja atau
penyakit akibat kerja.

3. Limbah medis yang berupa partikel debu dapat menimbulkan pencemaran


udara yang akan menyebabkan kuman penyakit menyebar dan
mengkontaminasi peralatan medis ataupun peralatan yang ada.

4. Pengelolaan limbah medis yang kurang baik akan menyebabkan estetika


lingkungan yang kurang sedap dipandang sehingga mengganggu
kenyamanan pasien, petugas, pengunjung serta masyarakat sekitar.

Limbah cair yang tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan


pencemaran terhadap sumber air (permukaan tanah) atau lingkungan dan
mejadi media tempat berkembangbiaknya mikroorganisme pathogen,
serangga yang dapat menjadi transmisi penyakit terutama kholera, disentri,
Thypus abdominalis.

A. Asam urat
1. Pengertian Asam Urat
Asam urat adalah produk akhir atau produk buangan yang
dihasilkan dari metabolisme/pemecahan purin. Asam urat sebenarnya
merupakan antioksidan dari manusia dan hewan, tetapi bila dalam jumlah
berlebihan dalam darah akan mengalami pengkristalan dan dapat
menimbulkan gout. Asam urat mempunyai peran sebagai antioksidan
bila kadarnya tidak berlebihan dalam darah, namun bila kadarnya
berlebih asam urat akan berperan sebagai prooksidan (McCrudden Francis
H. 2000).
Kadar asam urat dapat diketahui melalui hasil pemeriksaan darah
dan urin. Nilai rujukan kadar darah asam urat normal pada laki-laki yaitu
3.6 - 8.2 mg/dl sedangkan pada perempuan yaitu 2.3 - 6.1 mg/dl
(E. Spicher, Jack Smith W. 1994).
2. Sifat dan struktur kimia asam urat
Asam urat merupakan asam lemah dengan pKa 5,8. Asam urat
cenderung berada di cairan plasma ekstraselular. Sehingga membentuk
ion urat pada pH 7.4. ion urat mudah disaring dari plasma. Kadar urat di
darah tergantung usia dan jenis kelamin. Kadar asam urat akan meningkat 45
dengan bertambahnya usia dan gangguan fungsi ginjal (McCrudden
Francis H, 2000).
Di bawah mikroskop kristal urat menyerupai jarum - jarum renik
yang tajam, berwarna putih, dan berbau busuk.
1. Metabolisme asam urat
Pembentukan asam urat dalam darah juga dapat meningkat yang
disebabkan oleh factor dari luar tertama makanan dan minuman yang
merangsang pembentukan asam urat. Adanya gangguan dalam proses
ekskresi dalam tubuh akan menyebabkan penumpukan asam urat di dalam
ginjal dan persendian. Jalur kompleks pembentukan asam urat dimulai dari
ribose 5-phosphate, suatu pentose yang berasal dari glycidic metabolism,
dirubah menjadi PRPP (phosphoribosyl pyrophosphate) dan kemudian
phosphoribosilamine, lalu ditransformasi menjadi inosine monophosphate
(IMP). Dari senyawa perantara yang berasal dari adenosine
monophosphate (AMP) dan guanosine monophosphate (GMP), purinic
nucleotides digunakan untuk sintesis DNA dan RNA, serta inosine yang
kemudian akan mengalami degradasi menjadi hypoxanthine, xanthine dan
akhirnya menjadi uric acid (McCrudden Francis H.2000).
2. Peningkatan kadar asam urat (Hiperurisemia)
Beberapa hal di bawah ini menyebabkan peningkatan kadar asam
urat dalam tubuh :
a. Kandungan makanan tinggi purin karena meningkatkan produk asam
urat dan kandungan minuman tinggi fruktosa.
b. Ekskresi asam urat berkurang karena fungsi ginjal terganggu misalnya
kegagalan fungsi glomerulus atau adanya obstruksi sehingga kadar
asam urat dalam darah meningkat. Kondisi ini disebut hiperurikemia,
dan dapat membentuk kristal asam urat / batu ginjal yang akan
membentuk sumbatan pada ureter (Mandell Brian F. 2008).
c. Penyakit tertentu seperti gout, Lesch-Nyhan syndrome, endogenous
nucleic acid metabolism, kanker, kadar abnormal eritrosit dalam darah
karena destruksi sel darah merah, polisitemia, anemia pernisiosa,
leukemia, gangguan genetik metabolisme purin, gangguan metabolik
asam urat bawaan (peningkatan sintesis asam urat endogen),
alkoholisme yang meningkatkan laktikasidemia, hipertrigliseridemia,
gangguan pada fungsi ginjal dan obesitas, asidosis ketotik, asidosis
laktat, ketoasidosis, laktosidosis, dan psoriasis (Murray Robert K, dkk.
2006).
d. Beberapa macam obat seperti obat pelancar kencing (diuretika
golongan tiazid), asetosal dosis rendah, fenilbutazon dan pirazinamid
dapat meningkatkan ekskresi cairan tubuh, namun menurunkan eksresi
asam urat pada tubulus ginjal sehingga terjadi peningkatan kadar asam
urat dalam darah (Lieberman Michael, 2009).
e. Pada pemakaian hormonal untuk terapi seperti hormon
adrenokortikotropik dan kortikosteroid (Ronco Claudio, Franscesco
Rodeghiero, 2005).
3. Penurunan kadar asam urat (Hipourisemia)
Beberapa kondisi yang menyebabkan terjadinya penurunan kadar
asam urat :
a. Kegagalan fungsi tubulus ginjal dalam melakukan reabsorpsi asam urat
dari tubulus ginjal, sehingga ekskresi asam urat melalui ginjal akan
ditingkatkan dan kadar asam urat dalam darah akan turun. (Weller
Seward, E. Miller, 2002).
b. Rendahnya kadar tiroid, penyakit ginjal kronik, toksemia kehamilan
dan alcoholism.
c. Pemberian obat-obatan penurun kadar asam urat. Penurunan kadar
asam urat dilakukan dengan pemberian obat-obatan yang
meningkatkan ekskresi asam urat atau menghambat pembentukan asam
urat, (Steele Thomas H, 1979) cara kerja allopurinol merupakan
struktur isomer dari hipoxanthin dan merupakan penghambat enzim.
Fungsi allopurinol yaitu menempati sisi aktif pada enzim xanthine
oxidase, yang biasa ditempati oleh hypoxanthine. Allopurinol
menghambat aktivitas enzim secara irreversible dengan mengurangi
bentuk xanthin oxidase sehingga menghambat pembentukan asam urat
(Diane Colby S, 1989).
4. Diagnosis penyakit hiperurisemia
Hiperusemia selalu tidak selalu tampak dari gejala luar. Hal
demikian mempunyai resiko besar akan kerusakan ginjal karena Kristal
kristal sudah mengendap dijaringan kemih. Seseorang dikatakan
menderita asam urat dilakukan dengan pemeriksaan laboratorium yang
menunjukan kadar asam urat dalam darah diatas 7 mg/dl untuk pria dan 6
mg/dl untuk wanita (Sacher, dkk. 2004).
5. Gejala
Kadar asam urat darah yang tinggi dapat menyebabkan kesemutan,
pegal-pegal, linu-linu, persendian terasa kaku, nyeri sendi, rematik asam
urat, sampai pada penyakit jantung dan tekanan darah tinggi. Rasa ngilu
biasanya dirasakan di kaki kanan dan tangan kiri. Jika sudah menyerang
tangan kiri, rasa ngilu itu akan terus merambat ke bahu dan leher (Nyoman
Kertia, 2009, Vitahelth, 2006).
6. Macam macam pemeriksaan Asam Urat ( Uric Acid )
a. Pemeriksaan Holistik
Pemeriksaan holistik adalah pemeriksaan yang menyeluruh
dimana pemeriksaan dilakukan dari kapan terjadinya nyeri, bagaimana
dapat terjadinya nyeri. Setelah itu dilihat riwayat kesehatan, baru di
tegakkan diagnosis (Pusdiknas, 1980).

b. Pemeriksaan Enzimatis
Pemeriksaan enzimatis adalah pemeriksaan asam urat dengan
prinsip uric acid yang bereaksi dengan urease membentuk reaksi
H2O2 dibawah katalisis peroksiadase dengan 3,5 didorohydroksi
bensensulforic acid dan 4 aminophenazone memberikan reaksi warna
violet dengan indikator Quinollmine (Bishop L. Michael)
C. Lansia (Lanjut Usia)
1. Definisi lansia
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada
kehidupan manusia, sedangkan menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4), UU No.
13 Tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah
seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Siti Maryam,2009).
2. Kesehatan Lansia
Sifat-sifat penyakit pada lansia perlu untuk dikenali agar tidak
salah ataupun lambat dalam menegakkan diagnosis, sehingga terapi dan
tindakan lainnya yang mengikutinya dengan segera dapat dilaksanakan.
Hal ini akan menyangkut beberapa aspek, yaitu; etiologi, diagnosis dan
perjalanan penyakit :
a. Etiologi
1. Sebab penyakit pada lansia lebih bersifat endogen daripan eksogen.
Hal ini disebabkan menurunnya berbagai fungsi tubuh karena
proses menua.
2. Etiologi sering kali tersembunyi
3. Sebab penyakit bersifat ganda dan kumulatif, terlepas satu sama
lain ataupun saling mempengaruhi
b. Diagnosis
Diagnosis penyakit pada lansia umumnya lebih sukar dari pada
remaja/dewasa. Sering kali tidak khas gejalanya dan keluhan-keluhan
tidak khas dan tidak jelas.
c. Perjalanan Penyakit
1) Pada umumnya perjalanan penyakit adalah kronik (menahun)
diselingi dengan eksaserbasi akut.
2) Penyakit bersifat progresif, dan sering menyebabkan kecacatan.
3) Sebagai kriteria mundurnya kemandirian (WHO 1989)
mengembangkan pengertian/konsep secara bertingkat;
a) Imapirment adalah setiap kehilangan atau kelainan, baik
psikologik, fisiologik atupun struktur atau fungsi anatomik.
b) Disabilitas adalah semua retriksi atau kekurangan dalam
kemampuan untuk melakukan kegiatan yang dianggap dapat
dilakukan oleh orang normal.
c) Handicap adalah suatu ketidakmampuan seseorang sebagai
akibat impairment atau disabilitas sehingga membatasinya
untuk melaksakan peranan hidup secara normal (Darmojo,
Boedhi, 2000).
3. Hubungan kadar asam urat dengan lansia
Pada lanjut usia terjadi kemunduran sel-sel karena proses penuaan
yang dapat berakibat pada kelemahan organ, kemunduran fisik, timbulnya
berbagai macam penyakit seperti peningkatan kadar asam urat yang dapat
menimbulkan terjadinya penyakit seperti batu ginjal, gout, dan rematik
(Ferry Efendi, Makhfudli, 2009).
Penyakit asam urat atau biasa dikenal dengan gout merupakan
penyakit yang menyerang para lanjut usia (lansia) terutama kaum pria.
Penyakit ini sering menyebabkan gangguan pada satu sendi misalnya
paling sering pada salah satu pangkal ibu jari kaki, walaupun dapat
menyerang lebih dari satu sendi. Penyakit ini sering menyerang para lansia
dan jarang didapati pada orang yang berusia dibawah 60 tahun dengan usia
rata-rata paling banyak didapati pada usia 65-75 tahun, dan semakin sering
didapati dengan bertambahnya usia (Nyoman Kertia, 2009).
4. Olahraga penting bagi lansia
Pada usi lanjut terjadi kemunduran sel-sel karena proses penuaan
secara nyata yang menyebabkan kelemahan peda fisik, kelemahan pada
organ.Sehingga menunjukkan olahraga penting bagi lansia untuk
menghambat kehilangan fungsional, Olahraga baik bagi kesehatan lanjut usia,
tidak bergerak sama sekali mempercepat penurunan fisik. Pada lanjut usia,
olahraga penting untuk menghambat terjadinya berbagai penyakit yang
disebabkan bertambahnya usia (Ferry effendi, Makhfudi,2009).

BAB III

METODE PELAKSANAAN PBL


3.1.Lokasi dan Waktu Pelaksanan PBL

PBL dilakukan di Desa Tanjung Dolok Kecamatan Marancar,Mulai

April 2017 sampai dengan 06 Mei 2017.

3.2.Populai dan Sampel PBL

3.2.1.Populasi

Populasi adalah seluruh penduduk Desa Tanjung Dolok,Sebanyak 130


KK.

3.2.2.Sample

Sample yang di ambil adalah 130 KK di desa Tanjung Dolok.

3.3 Analisa Data

Analisa situasi dilakukan dengan cara mengumpulkan data dan


menganalisa data.

1.Tehnik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan adalah data primer dan adata sekunder. Tehnik
data yang dikumpulkan melalui data primer dengan melakukan wawancara
kepada responden dan observasi secara langsung ke setiap rumah
responden,sedangkan teknik data untuk pengumpulan data sekunder
dilakukan dengan memperoleh data jumlah penduduk yang ada di desa
Tanjung Dolok,Melalui Kepala Desa Tanjung Dolok,Pengumpulan hasil
wawancara dilakukan meleui kunjungan langsung kesetiap rumah dengan
menggunakan kuesioner.Pelaksanan kegitan yang dilakukan di desa Tanjung
Dolok yaitu:

1.Pendekatan Kepada masyarakat


Dalam memperoleh data kesehatan masyarakat.lngkah pertama
dilakukan melalui pendekatan kepada masyarakat melalui kunjungan ke
setiap rumah penduduk yaitu kepada setiap penduduk,kepala desa,kepala
dusun,tokoh agama,dan bidan desa.

2.Observasi

Kegiatan observasi dilakukan melalui pengamatan dengan melihat


langsung keadaaan lingkungan dusun misalnya,keadaan fisik rumah
penduduk,sumber penyediaan air bersih,tempat pembuagan sampah,tempat
pembuagan tinja,dan prilaku kesehatan masyarakat.Data kesehatan
masyarakat yang dikumpulkan melalui obsrvasi menggunakan
kuesioner,meliputi:

Data Komponen rumah


Data Sumber Penyediaan Air Bersih Dan Air Minum
Data sarana pembuagan Air Limbah
Data Tentang Jamban umum

3.Wawancara

Kegiatan wawancara dilakukan secara langsung dengan melakukan


kunjungan dari rumah kerumah di dsa Tnjung Dolok,dengan berpedoman
kepada kuesioner melalui wawancara menggunakan kuesioner,terdiri dari:

Data sosio Demografi


Meliputi Nama Anggota Rumah Tangga(NART),Jumlah
Keluarga,Hubungan Keluarga dengan Kepala Keluarga,Jenis
Kelamin,Umur,Status Keluarga,Pendidikan,Pekerjaan,Agama,dan
Penghasilan perbulan.
Data Epidemiologi
Data epidemiologi yaitu data penyakit yang di derita masyarakat satu
bulan terakhir,terdiri dari keluhan panas,batuk,pilek,asma,sesak
nafas,diare,campak,teliga berair,sakit kuning,sakit kepala,kejang-
kejang,lumpuh,pikun,kecelakaan,sakit gigi dengan perincian
penderita,ART yang meninggal dalam 5 tahun terakhir dan sebab
kematian.
Data Prilaku Hidup Sehat dan Pelayanan Kesehatan
Meliputi data kepemilikan jaminan kesehatan,tempat berobat,prilaku
merokok,aktivitas fisik,imunisasi,asi eksklisif,prilaku membuang
sampah,peggunaan jamban,mencuci tangan,prilaku konsumsi makanan.
Data Kesehatan Lingkungan
Meliputi data tentang komponen rumah sehat misalnya kondisi fisik
bangunan,ketersediaan air bersih,SPAL (sarana pembuagan air
limbah),pembuagan sampah,dan sebagainya.

2.Analisa Data

Setelah dilakukan observasi dan wawancara,data yang telah YAdalam


bentuk narasi dan tabel distribusi.

3.4 Identifikasi Perumusan Masalah

Setelah dilakukan analisa situasi maka ditemukan beberapa masalah


kesehatan yaitu sumber air minum,jamban umum,personal hygine,pelayanan
kesehatan,reumatik.

3.5.Penentuan Proritas Masalah

Dari beberapa masalah kesehatan yang ditemukan,maka selanjutnya


akan dilakukan penentuan prioritas masalah kesehatan yang akan dicari
pemecahan masalahnya bersama-sama dengan masyarakat.Untuk menentukan
prioritas masalah maka diadakan kegiatan rembung desa.

1.Metod1.Metode Musyawarah Masyarakt Desa (MMD)


Pelaksanaan rembung dusun di desa Tanjung Dolok menggunakan
metode PAHO yaitu denga mempertimbangkan.

1.Mangnitude (M) yaitu banyaknya pendudukyang terkena


masalah.
2.Savelty (S) yaitu tingkat keparahan yang disebabkan oleh
masalah kesehatan.
3.Vulneberity (V) yaitu adanya teknologi murah dan efektif untuk
mengatasi masalah tersebut.
4.Comunity concern (C) yaitu kehebohan yang ditimbulkan oleh
masalah kesehatan tersebut dimasyarakat.

Adapun cara pemberian nilai dalam metode PAHO ini adalah setiap
pesrta rembung dususn memberikan skor dari 1 sampai dengan 10 terhadap
setiap masalah-masalah kesehatan yang di paparkan.Kemudian nilai-nilai
tersebut dikalikan (MxSxVxC).Setelah diperoleh hasilnya diurutkan nilai
tersebut dari yang paling tinggi kr yang rendah.Masalah dengan skor paling
tinggi ditetepkan sebagai prioritas masalah selanjutnya akan diintervensi.

3.5.1 Persiapan Musyawarah Masyarakat Desa (MMD)

Adapun persiapan pelaksanaan MMD di desa Tanjung Dolok antara lain;

1.Meminta persetujuan Kepala Desa Tanjung Dolok unttuk melaksanaka


MMD di desa Tanjung Dolok.

2.Meminta persetujuan Kepala Desa Tanjung Dolok unttuk melaksanaka


rembung dusun di desa Tanjung Dolok.

3.Membuat surat izin Pemakaian Balai Desa sebangai tempat pelaksannaan


rembung dusun.
4.Mengundang kepala desa Tanjung Dolok,Keapala Puskesmas
Marancar,Tokoh Agama,Toko Adat,Bidan Desa,dan perwakilan warga serta
pemuda setempat dalam acara MMD.

5.Menyiapkan peralatan serta perlenggkpan yang dibutuhkan dalam rangka


rembuk desa diantaranya papan tulis,mic,daftar
hadir,pulpen,flipchat,spidol,lem,selptip,dan kalkulator.

6.Menyediakan konsumsi dan menyiapkan kamera untuk dokumentasi.

7.Pembagian tugas MMD

Adapun pembagian tugasdalam rangka rembung dusun ini adalah sebagai


berikut:

a.Moderator : Sri Aminah Pulungan

b.Presentator : Nita Hriyani

c Notulen : Saripah

d. Konsumsi : Juli Andri Ana

e.Dokumentasi : Putri Makhrani

3.5.2 Pelakasanaan MMD

MMD dilakasanakan pada :

Hari/Tanggal :Sabtu/29 April 2017-05-07

Pukul :14.00 WIB s/d selesai

Tempat :Madrasah Aek Sabaon

Jumlah peserta : 10 orang


3.5.3. Peserta MMD

Pada Acara MMD peserta yang hadir sebanyak 10 orang yang tterdiri
dari:

1. Kepala desa : M.Napitupulu

3.Tokoh Agama : S.Pasaribu

4.Tokoh pemuda :Saidi

5. Wakil Masyarakat desa Tanjung Dolok

3.6.3 Intervensi

Setelah diperoleh proritas masalah kesehatan yang dihasilkan dari


rembung desa maka kegiatan selnjutnya dalah intervensi.

Setelah melakukan pengumpulan data dengan cara observasi dan


wawancara kepada masyarakat di desa Tanjung Dolok,maka diperoleh
gambaran tentang bagaimana prilaku hidip bersih dan sehat di
masyarakat,Kemudian data dianalisis untuk mengetahui masalah kesehatan
apa yang ada di desa Tanjung Dolok dan melakukan intervensi.Intervensi
yang dilakukan berupa pnyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan
masyarakat dan kegitan gotong royong,Tujuan dari peningkatab pengetahuan
adalah agar masyarakat dapat berperan aktif dan mandiri di dalam
meningkatkan derajat kesehatannya.Selain itu kelompok juga melakukan
pendekatan kepada pemuda-pemuda agar mau berpartisipasi di dalam
kegiatan-kegiatan yang di laksanakan di desaTanjung Dolok.
BAB IV

HASIL KEGIATAN

4.1.Gambaran Daerah PBL


4.1.1 Deskriptif Wilayah Desa Tanjung Dolok

Lokasi PBL kelompok IV dilaksakan di Desa Tanjung Dolok yang


memeiliki wilayah sebagai berikut:

1. Disebelah Utara berbatasan dengan desa Aek Sirabun

2. Sebelah Barat berbatasan dengan desa Kebun Saba Jae sebelah Timur
berbatasan dengan Dusun Siranap, Sebelah Selatan berbatasan dengan
sungai aek Marancar ( desa haunatas).

3. Sebelah Timur berbatasan dengan Dusun Siranap

4. Sebelah Selatan berbatasan dengan sungai aek Marancar ( desa h


aunatas).

Data umum dari desa Tanjung Dolok ada 2 Dusun yaitu;

1 Dusun Bonan Dolok

2. Dusun Tanjung Rompa

You might also like