Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh :
Kelas :
Kelompok 8/ Perikanan C
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR
2018
i
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur kita ucapkan kehadirat Allah SWT, atas berkat dan
rahmatnya kami dapat menyelesaikan salah satu tugas laporan praktikum genetika
tepat pada waktunya. Tidak lupa shalawat serta salam selalu tercurah limpahkan
kepada Nabi Muhammad SAW kepada keluarganya, para sahabat,hingga kepada
umatnya akhir jaman.
Laporan ini membahas mengenai “Triploidisasi Ikan Koi”. Kami
mengucapkan terimakasih kepada kelompok 5 yang telah membantu dalam
menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya serta kepada pihak yang telah
mendukung.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Maka dari
itu, kami mengharapkan saran yang membangun untuk makalah yang lebih baik.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................... iv
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ................................................................... 1
1.3 Tujuan......................................................................................... 2
1.4 Kegunaan .................................................................................... 2
II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Ikan Koi ...................................................................................... 3
2.2 Ikan Komet .................................................................................. 4
2.3 Pemijahan Buatan ....................................................................... 6
2.4 Metode Triploidisasi .................................................................. 7
2.5 Tujuan Triploidisasi .................................................................... 8
iii
4.3 Pembahasan Kelompok .............................................................. 15
4.3.1 FR ..................................................................................... 15
4.3.2 HR .................................................................................... 15
4.3.3 SR ..................................................................................... 16
V PENUTUP
5.1 Kesimpulan............................................................................... 17
5.2 Saran ......................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA .................................................................... 18
LAMPIRAN ................................................................................... 19
iv
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Triploidisasi merupakan salah satu bagian dari ploidisasi dengan proses
terbentuknya individu dengan kromosom lebih dari dua set. Triploidisasi telah
dilakukan dan digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan ikan. Teknik
triploidisasi dapat mengunakan dua pelakuan, yaitu perlakuan fisika dan kimia.
Penggunaan perlakuan fisika dan kimia sesaat setelah dimulainya pembuahan
merupakan cara yang relatif mudah dalam triploidisasi. Kejutan suhu mempunyai
kelebihan jika dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Kejutan suhu ini bisa
berupa kejutan yang lebih panas dari suhu normal. kejutan panas juga
memerlukan waktu yang lebih singkat dari pada kejutan dingin. Pendekatan
praktis untuk induksi poliploidi melalui kejutan panas merupakan
perlakuan aplikatif sesaat setelah fertilisasi (untuk induksi triploidi) atau
sesaatsetelah pembelahan pertama (untuk induksi tetraploidi) pada suhu lethal.
Tiga parameter yang berhubungan dengan perlakuan kejutan panas adalah umur
zigot waktu pelaksanaan kejutan, suhu kejutan dan lama perlakuan kejutan.
Budidaya yang masih banyak dilakukan secara tradisional menyebabkan
produksi ikan per tahunnya masih sangat rendah (Subagja et al., 2006). Penerapan
bioteknologi perikanan dalam manajemen pembenihan ikan melalui poliploidisasi
dengan kejut temperatur dingin telah terbukti menghasilkan benih ikan poliploid
dengan laju pertumbuhan dan kelangsungan hidup yang tinggi (Hammed et al.,
2010; Venkatachalam et al., 2012).Mengingat pentingnya mengetahui metode
manipulasi kromosom dalam pemuliaan ikan, maka praktikum triploidisasi ini
dilakukan. Dengan demikian diharapkan metode tersebut dapat diaplikasikan
dalam budidaya perikanan
1
1. Sejauh mana efektivitas penggunaan sperma ikan komet (Carassius auratus
auratus) dan penggunaan telur ikan koi terhadap keberhasilan triploidisasi.
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keberhasilan dan perkembangan
ikan koi hasil manipulasi kromosom dengan menggunakan teknik yang
umum digunakan yaitu triploidisasi.
1.3 Tujuan
Tujuan praktikum triploidisasi ini adalah agar mahasiswa dapat menerapkan
teknik manipulasi kromosom kelamin ikan dari status diploid (2n) menjadi status
triploid (3n) yang memiliki keunggulan pertumbuhan.
1.4 Kegunaan
Kegunaan praktikum triploidisasi ini adalah mahasiswa dapat menerapkan
teknik manipulasi kromosom kelamin ikan dari status diploid (2n) menjadi status
triploid (3n) yang memiliki keunggulan pertumbuhan.
2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Ikan Koi
Ikan koi merupakan salah satu ikan hias yang memiliki harga jual yang
tinggi dan juga sangat populer. Ikan ini termasuk dalam famili ikan mas atau “
Ciprynidae ” yang berasal dari negara jepang, dan sudah menyebar keberbagai
wilayah lainnya. Adapun klasifikasi ikan koi sebagai berikut:
Filum : Chordata
Kelas : Esteichthyes
Ordo : Ostariophysi
Famili : Cyprinidae
Genus : Cyrinus
Spesies : Cyprinus carpio
3
Ikan koi memiliki bentuk memanjang atau di sebut torpedo, mempunyai
sirip punggung, sepasang sirip perut, sepasang sirip dada, dan juga mempunyai
sirip di bagian ekor. Pada sirip ikan koi ini terdiri atas jari lunak, jari keras, dan
juga memiliki selaput sirip. Alat yang membantu untuk berenag dengan cepat
terletak pada bagian selaput sirip atau di sebut sayap.
Secara alami ikan koi akan memijah mulai dari pukul 11 malam hingga
menjelang pagi pada kondisi lingkungan yang sesuai. Dengan sifat telurnya yang
adesiv ikan koi membutuhkan media untuk memijah sebagai substrat telurnya
menempel. Substrat ini dapat berupa kakaban, dedaunan atau akar tumbuhan air
seperti eceng gondok dan apu-apu. Setelah memijah induk diangkat dari wadah
pemijahan untuk kemudian dipulihkan kondisinya pada wadah yang berbeda
antara jantan dan betinanya.
4
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Ostariphisysoidei
Famili : Cyprinidae
Genus : Carassius
Spesies : Carassius auratus
5
(larva stadia akhir) dalam waktu 4-5 hari. Pada stadia kebul ini, ikan Komet
memerlukan pasokan makanan dari luar untuk menunjang kehidupannya. Pakan
alami kebul terutama berasal dari zooplankton, seperti rotifera, moina, dan
daphnia. Kebutuhan pakan alami untuk kebul dalam satu hari sekitar 60-70% dari
bobotnya. Setelah 2-3 minggu, kebul tumbuh menjadi burayak yang berukuran 1-
3 cm dan bobotnya 0,1-0,5 gram. Antara 2-3 minggu kemudian burayak tumbuh
menjadi putihan (benih yang siap untuk didederkan) yang berukuran 3-5 cm dan
bobotnya 0,5-2,5 gram. Putihan tersebut akan tumbuh terus. Setelah tiga bulan
berubah menjadi gelondongan yang bobot per ekornya sekitar 100 gram.
6
Proses pembuahan ini berlangsung cepat karena sperma hanya aktif bergerak dan
bertahan hidup kurang lebih 1 menit setelah terkena air.
7
2.4 Metode Triploidisasi
Poliploidi merupakan istilah bagi spesies hewan yang mempunyai
kromosom tiga set atau lebih. Salah atu bentuk poliploid adalah triploid yang
memiliki kromosom tiga set. Ikan triploid bersifat steril, memiliki pertumbuhan
yang pesat dan konversi penggunaan pakan yang baik karena sebagian besar
energi yang diperoleh dari makanan dipergunakan untuk pertumbuhan sel somatik
(Husain dkk. 1995).
Triploidisasi merupakan kromosom kelamin pada ikan yang memiliki
keuntungan ditinjau dari segi produksi budidaya (pertumbuhan relatif tinggi),
mengurangi interaksi genetik dengan ikan asli di suatu perairan (perlindungan
biodiversitas ikan asli) dan mengendalikan reproduksi tidak terkontrol pada
budidaya ikan nila (Bramick dkk. 1995 dan Guo dkk. 1996).
Produksi ikan triploid (memiliki 3N kromosom kelamin) dapat dilakukan
dua metoda yaitu (1) metode interploid yaitu ikan tetraploid (4N) disilangkan
dengan diploid normal (2N) dan (2) pemberian kejutan suhu (panas atau dingin).
Kejutan suhu dilakukan dengan cara mengubah suhu medium penetasan menjadi
sublethal yang peka.kejutan panas lebih mudah diterapkan dan memberikan hasil
yang lebih baik. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan triploidisasi
dengan kejutan panas adalah waktu awal kejutan, suhu dan lama kejutan panas
(Reddy dkk. 1990).
Pada sebagian besar spesies ikan, proses pembuahannya terjadi secara eksternal
sehingga memungkinkan manipulasi kromosom kelamin khususnya fase meiosis
II (triploidisasi) dan mitosis I (tetraploidisasi).
8
sperma) yang menjadikan telur dalam status diploid (2N). Sebelum berakhirnya
meiosis II tersebut, polar bodi kedua (1N) akan keluar dari inti sel telur. Oleh
karena adanya perlakuan kejutan suhu pada periode ini, maka polar bodi kedua ini
ditahan agar tidak keluar sehingga status kromosom telur menjadi 3N (triploid),
dimana 1N berasal dari telur, 1N berasal dari sperma dan 1N berasal dari polar
bodi kedua (Bromage 1995). Pada Gambar 1 disajikan prinsip dasar teknik
triploidisasi.
9
BAB III
BAHAN DAN METODE
10
Larutan Hayem’s, untuk mengencerkan sel darah merah ikan
Metanol, untuk fiksasi preparat apus darah
Larutan Giemsa, untuk pewarnaan preparat apus darah
Minyak imersi, untuk mengumpulkan cahaya saat pengamatan ukuran
sel darah merah
11
adalah 2 menit dan kemudian dipindahkan ke dalam akuarium penetasan (suhu
air 25 0C) sampai terlihat adanya telur-telur yang menetas.
- Pemeliharaan larva
Larva-larva yang telah menetas kemudian dipindahkan dalam akuarium
pemeliharaan larva yang berukuran lebih besar. Pakan larva berupa suspensi
kuning telur yang diberikan ketikalarva umur 3 sampai 15 hari.
3.3.4 Pengamatan
Pengamatan pada praktikum dilakukan setelah 2x24 jam fertilisasi. Dihitung
jumlah telur yang menetas dan jumlah telur yang berhasil hidup.
3.4 Metode
Metode yang digunakan dalam praktikum ini berupa eksperimental dengan
menggunakan beberapa perlakuan. Perlakuan yang diberikan diantaranya adalah
stripping, pengenceran, dan kejut suhu (heat shock).
FR (%) = x 100 %
Keterangan :
FR : Derajat fertilisasi telur (%)
P : Jumlah telur sampel
Po : jumlah telur yang dibuahi
12
3.5.2 HR
HR atau hatching rate adalah derajat penetasan telur. Pengamatan derajat
penetasan telur dilakukan ketika embrio berumur 17-20 jam dari proses
pembuahan telur.
Effendie (1979) menyebutkan bahwa untuk mengetahui derajat penetasan
telur ikan dapat menggunakan rumus sebagai berikut :
HR (%) = x 100 %
Keterangan :
HR : Derajat penetasan telur
Pt : Jumlah telur yang menetas
Po : Jumlah telur yang dibuahi
3.5.3 SR
Penghitungan SR dilakukan sampai yolk pada larva habis. SR merupakan
nilai derajat kelangsungan hidup. Nilai SR dapat dihitung dengan rumus berikut:
SR = Nt/No x 100%
Keterangan
SR : Tingkat kelangsungan hidup
Nt :Jumlah ikan di akhir pemeliharaan
No : Jumlah ikan di awal pemeliharaan
13
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan Kelas
Data hasil pengamatan kelas meliputi FR, HR dan SR yang disajikan
dalam bentuk tabel.
4.1.1 FR
Berikut data FR hasil pengamatan kelas:
Ulangan
Perlakuan
1 2 3
Triploidisasi 84% 83,30% 98%
triploidisasi 63,09% 72,35% 90,62%
triploidisasi 94% 48,30% 58,49%
triploidisasi 55,46% 86% 70 %
jumlah 74,13% 72,48% 79,27%
4.1.2 HR
Berikut data HR hasil pengamatan kelas:
Ulangan
Perlakuan
1 2 3
triploidisasi 4,90% 8% 0,90%
triploidisasi 9,45% 15% 1,15%
triploidisasi 5,10% 5,50% 4,30%
triploidisasi 0% 12,19% 100 %
jumlah 15,62% 10,17% 26,58%
4.1.2 SR
Berikut data SR hasil pengamatan kelas:
Ulangan
Perlakuan
1 2 3
triploidisasi 100% 100% 100%
triploidisasi 60% 100% 1,15%
triploidisasi 60% 50% 100%
Triploidisasi 55,46% 50% 90,47 %
Jumlah 68,86% 75% 72,90%
14
4.2 Hasil Pengamatan Kelompok
Hasil pengamatan kelompok 8 meliputi FR, HR dan SR.
4.2.1 FR
Berikut hasil perhitungan Fertilization Rate (FR) kelompok 8:
𝑃𝑜
FR (%) = x 100%
P
82
= 95 x 100%
= 86,3%
Jadi, persentase pembuahan pada pengamatan kelompok 8 sebesar 86,3 %.
4.2.2 HR
Berikut hasil perhitungan Hatching Rate (HR) kelompok 8:
𝑃𝑡
HR (%) = Po x 100%
10
= 82 x 100%
= 12,19%
Jadi, persentase penetasan ikan koi sebesar 12,19%.
4.2.3 SR
Berikut merupakan hasil perhitungan SR kelompok 8:
𝑁𝑡
SR (%) = x 100%
No
5
= 10 x 100%
= 50%
Jadi persentase kelangsungan hidup ikan koi sebesar 50%
15
86,3 % dari hasil pemijahan. Penyuntikkan ovaprim juga dapat mempengaruhi
tingkat daya tetas telur. Menurut Manickam dan Joy (1989), Peningkatan daya
tetas telur ikan lele dumbo yang diberi larutan ovaprim disebabkan karena
kandungan Folicle Stimulating Hormone (FSH) meningkat sehingga folikel
berkembang dan daya tetas telur juga meningkat.
4.3.1 FR
Telur yang kami ambil ada sebanyak 95 telur, yang terdapat dalam saringan
dibawahnya terdapat petridisk ditambahkan dengan larutan sperma secukupnya,
lalu dilakukan fertilisasi dengan menggoyangkan saringan dengan pola angka “8”
selama 2 menit. Setelah itu, heatshock dilakukan pada suhu 40oC selama 2 menit.
Hal ini sesuai dengan Hollebeq (1986), setelah pembuahan pada suhu kejutan 37 –
40oC dengan lama kejutan berkisar 2 – 2,5 menit. Perhitungan terhadap telur yang
terbuahi menunjukkan 82 butir telur. Hasil dari persentase Fertlization rate (FR)
adalah 86,3%. Penambahan sperma dilakukan secara randem kelompok 8
persentasi FR 86,3%. Nilai FR ini nilai yang cukup baik. Jumlah telur sesuai
dengan sperma yang dicampurkan sehingga banyak yang terbuahi. Juga indukan
ikan komet dan ikan koi telah matang gonad. faktor lain yang juga mempergaruhi
adalah kualitas air, serta penanganan dalam penyuntikan.
4.3.2 HR
Presentasi yang didapatkan dari penetasan koi yaitu 12,19 %. Dilihat dari
hasil tersebut nilai HR nya sedikit. Hanya terdapat 10 ekor dari 82 telur yang
terbuahi. Adapun faktor yang mempengaruhi rendahnya nilai HR yaitu waktu heat
shock yang tidak sesuai. Heat shock seharusnya dilakukan saat telur mengalami
meiosis II, sekitar 3-5 menit setelah pembuahan. Namun, setelah pembuahan telur
langsung dilakukan heat shock. Hal ini berdasarkan Hollebeq (1986), periode
meiosis II pada perkembangan embrio ikan koi (telur yang sudah dibuahi) adalah
3 – 5 menit setelah pembuahan.
Menurut Sumantadinata (1983) mengatakan faktor-faktor yang
mempengaruhi daya tetas telur adalah :
16
1. Kualitas telur. Kualitas telur dipengaruhi oleh kualitas pakan yang diberikan
pada induk dan tingkat kematangan telur.
3. Gerakan air yang terlalu kuat yang menyebabkan terjadinya benturan yang
keras di antara telur atau benda lainnya sehingga mengakibatkan telur pecah.
4.3.3 SR
Hasil dari Survivel Rate (SR) sebesar 50%. Nilai presentase SR ini
menunjukkan bahwa tingkat kelangsungan hidup kurang sempurna karena larva
ikan koi tersebut kurang baik dalam hal mencerna makanan yang diberikan yaitu
kuning telur. Sehingga makanan yang diberikan kurang mampu diserap oleh
tubuh larva ikan koi yang dapat meningkatkan imunitas larva ikan tersebut.
17
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Hasil pengamatan triploidisasi pada ikan koi didapatkan persentasi FR
sebesar 86,3%, persentasi HR sebesar 12,19 %, persentasi 50%. Hal tersebut
menunjukan bahwa pengamatan triploidisasi terdapat kegagalan karena nilai HR
kecil. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi daya tetas telur rendah yaitu
suhu lingkungan, kadar cahaya, kadar oksigen dan keberadaan jasad renik
pengganggu di sekitar lingkunganya.
5.2 Saran
Kualitas air juga merupakan faktor daya tetas telur koi, sebaiknya kualitas
air ditingkatkan lagi sehingga nilai daya tetas dapat lebih biak.
18
DAFTAR PUSTAKA
Effendie MI. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Nusatama. Bogor.
Chumaidi, S., I. Yunus, M. Sahlan R. Utari, A. Prijadi, P. Imanto, Hartati,
Bastiawan, Z. Jangkaru, dan R. Arifudin. 1990. Petunjuk Teknis Budidaya
Pakan Alami Ikan dan Udang. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Perikanan. PHP/KAN/PT/12/1990. Jakarta
Daelami, D.A.S 2001. Usaha Pembenihan Ikan Air Tawar. Penebar Swadaya
(Anggota IKAPI). Jakarta. 166 hal.
Lingga P. dan H. Susanto. 2003. Klasifikasi Ikan Komet (Carassius auratus).
Agromedia Pustaka, Jakarta.
Manikandavelu, D., Raveneswaran, K., & Sivakumar, T. (2009). Breeding of koi
carp (Cyprinus carpio) and gold fish (Carassius auratus) using
Synchromate B. (GnRh regulator). Tamilnadu J. Veterinary & Animal
Sciences, 5(6), 225-227.
Murtidjo BA. 2001. Beberapa Metode Pembenihan Ikan Air Tawar. Penerbit
Kanisius, Yogyakarta.
Rustidja. 1991. Aplikasi Manipulasi Kromosom pada Program Pembenihan
Ikan. Makalah pada Kongres Ilmu Pengetahuan Nasional V di Jakarta:
3—7 tak 1991.
Zairin, J.R. 2005. Pemijahan Ikan Tawes dengan Sistem Imbas Menggunakan
Ikan Mas Sebagai Pemicu. Jurnal Akuakultur Indonesia. Vol 4 (2). Jurusan
Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
19
20
LAMPIRAN
Akuarium Heater
21
Lampiran 2. Bahan yang digunakan
22
Digoyangkan selama 2 menit Dilakukan heat shock
HR dihitung
24
Triploidisasi 4,90% 8% 0,90%
Triploidisasi 9,45% 15% 1,15%
Triploidisasi 5,10% 5,50% 4,30%
Triploidisasi 0% 12,19% 100 %
Jumlah 15,62% 10,17% 26,58%
Ulangan
Perlakuan
1 2 3
Triploidisasi 100% 100% 100%
Triploidisasi 60% 100% 1,15%
Triploidisasi 60% 50% 100%
Triploidisasi 55,46% 50% 90,47 %
Jumlah 68,86% 75% 72,90%
25