You are on page 1of 42

LAPORAN KULIAH LAPANGAN

MORFOLOGI TUMBUHAN

Korong Lansano, Kanagarian Sicukur, Kecamatan V Koto


Kampung dalam, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatra Barat
5 - 7 Mei 2016

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah


Morfologi Tumbuhan

OLEH:
BELIA PUTRI
15031097
KELOMPOK 13

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2016
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulisan Laporan Kuliah
Lapangan Morfologi Tumbuhan ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan. Shalawat dan salam semoga senantiasa tetap terkirimkan kepada
Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam kebodohan menuju
alam yang berilmu pengetahuan seperti saat sekarang ini.
Adapun laporan ini dapat disusun dengan baik atas kerjasama dan
partisipasi dari anggota kelompok dan pihak-pihak lainnya. Untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dra. Des M,MS.., Ibu Rahmadhani Fitri,M.Pd., yang telah membimbing
dalam mata kuliah Morfologi Tumbuhan.
2. Asisten-asisten yang telah membantu kami dalam pelaksanaan kuliah
lapangan, pengawetan tumbuhan dan pengklasifikasian objek
3. Teman-teman yang telah membantu dalam pembuatan laporan kuliah lapangan.
Penulis sangat menyadari dalam penulisan laporan ini masih banyak
terdapat kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik
dan saran yang dapat menunjang untuk kesempurnaan laporan Kuliah Lapangan
Morfologi Tumbuhan ini. Penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.

Padang, 20 Mei 2016

Penulis

i
DAFTAR ISI
halaman

KATAPENGANTAR ......................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR. ......................................................................... iii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Tujuan........................................................................................... 1
C. Waktu dan tempat..................... .................................................... 2
D. Deskripsi Daerah ........................ .................................................. 2
E. Peta Lokasi........................................................... ......................... 4
II. TEORI DASAR
A. Dasar teori……………….................................... ......................... 5
III. METODE PENGAMATAN
A. Alat dan bahan .............................................................................. 16
B. Cara Kerja ..................................................................................... 16
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Tabulasi data ................................................................................. 26
B. Hasil dan pembahasan ................................................................... 26
V. PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................... 34
B. Saran ............................................................................................. 35
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 36
LAMPIRAN

ii
DAFTAR GAMBAR
halaman
Gambar
1. Peta lokasi kuliah lapangan………………………………………. 4
2. Foto lokasi kuliah lapangan………………………………………. 4
3. Letak dasar buah pada dasar bunga………………………………. 6
4. Letak ovarium pada dasar bunga………………………………… 7
5. Tipe – tipe placenta………………………………………………. 8
6. Perkembangan placenta………………………………………….. 11
7. Peleburan placenta dan jenis placenta…………………………… 12
8. Letak ovarium pada dasar bunga………………………………… 14
9. Jumlah ruang yang terdapat pada bakal buah…………………… 14
10. Pengambilan objek1……………………………………………... 17
11. Pengambilan objek 2…………………………………………….. 17
12. Pelabelan objek 1………………………………………………... 17
13. Pelabelan objek 2……………………………………………….. 18
14. Peletakan objek diatas koran……………………………………. 18
15. Pengukuran objek……………………………………………….. 19
16. Penutupan objek dengan kertas koran………………………….. 19
17. Penumpukan objek……………………………………………… 20
18. Pengikatan objek………………………………………………... 20
19. Objek dimasukkan dalam plastik……………………………….. 20
20. Penumpukan herbarium untuk diberi alkohol…………………... 20
21. Objek dimasukkan dalam plastik ………………………………. 21
22. Pemberian alkohol………………………………………………. 21
23. Pemberian plester……………………………………………….. 21
24. Peletakan spesimen……………………………………………... 22
25. Pengapitan spesimen……………………………………………. 22
26. Pengikatan spesimen……………………………………………. 23
27. Pengovenan…………………………………………………….. 23
28. Specimen yang dijahit………………………………………….. 24

iii
29. Pemberian label objek………………………………………….. 24
30. Lantana camara………………………………………………………. 26
31. Daun Lantana camara……………………………………………….. 28
32. Bunga Lantana camara…………………………………………….... 28
33. Diagram bunga Lantana camara…………………………………... 29
34. Buah Lantana camara……………………………………………….. 29
35. Stachytarpheta jamaicensis…………………………………………. 30
36. Akar Stachytarpheta jamaicensis…………………………………... 31
37. Daun Stachytarpheta jamaicensis………………………………….. 32
38. Bunga Stachytarpheta jamaicensis………………………………... 33
39. Diagram Stachytarpheta jamaicensis……………………………... 33

iv
DAFTAR TABEL
halaman
Tabel
1. Tabulasi data.........................………………………………………… 26

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Kuliah Lapangan


Jenis tumbuhan yang beragam menunjukkan struktur dan cirri khas yang
juga beragam. Begitu pula dengan habitat dan habitusnya. Denganjumlah yang
banyak beserta struktur dan ciri yang beragam tersebut, kita mengalami kesulitan
dalam mengenalnya.
Salah satu usaha untuk mengatasi kesulitan tersebut, yaitu dengan
mempelajari MorfologiTumbuhan.Morfologi tumbuhan adalah salah satu cabang
ilmu tumbuhan yang mempelajari tumbuhan dari bentuk luarnya.Mulai dari akar,
batang, daun, bunga, buah serta bijinya.
Untuk melihat bentuk dan susunan yang beragam tersebut, maka dilakukan
kuliah lapangan, yang pada intinya berkomunikasi dengan alam.melalui kuliah
lapangan ini. Mahasiswa dapat lebih memahami secara langsung tentang
Morfologi Tumbuhan, mulai dari pengambilan objek hingga mempreteli
Morfologi Tumbuhan tersebut.
Pada hasil laporan kuliah lapangan ini kami akan membahas tentang
Morfologi Tumbuhan bagian bunga khususnya putik, dan juga perbedaan antara
tumbuhan monokotil dan tumbuhan dikotil. Untuk mengetahui lebih jelas
mengenai bagian-bagian pada bunga khususnya bagian putik, maka mahasiswa
jurusan Biologi FMIPA UNP diwajibkan mengikuti kuliah lapangan Morfologi
Tumbuhan di Korong Lansano, Kanagarian Sicukur, Kecamatan V Koto
Kampung dalam, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatra Barat, Indonesia.

B. Tujuan Kuliah Lapangan


Adapun tujuan dari kegiatan kuliah lapangan Morfologi Tumbuhan Ini
adalah:
1. Memenuhi tugas Morfologi Tumbuhan.
2. Mahasiswa dapat mengenal habitat dari tumbuhan.
3. Mahasiswa dapat mengenal ciri–ciri tumbuhan secara morfologi habitat.

1
2

4. Mahasiswa mampu mengidentifikasi objek dari ciri morfologi dan ciri lain yang
tampak dari objek
5. Mahasiswa mampu membuat awetan basah (dengan menggunakan alkohol dan
FAA) dan awetan kering (dengan membuat herbarium).

C. Waktu dan Tempat


Kuliah Lapangan Morfologi Tumbuhan dilaksanakan pada :
hari/tanggal : 6 mei 2016
pukul : 08.00 WIB – selesai
Tempat : Korong Lansano, Kanagarian Sicukur, Kecamatan V
Koto Kampung dalam, Kabupaten Padang Pariaman,
Sumatra Barat, Indonesia.

D. Deskripsi Lokasi Kuliah Lapangan


Padang Pariaman adalah sebuah kabupaten di provinsi Sumatera Barat,
Indonesia. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 1.328,79 km² dan populasi
391.056 jiwa (Sensus Penduduk 2010). Kabupaten ini bermotto "Saiyo Sakato".
Ibu kota Kabupaten Padang Pariaman adalah Parit Malintang. Berdasarkan
Peraturan Pemerintah (PP) no 79 tahun 2008 tanggal 30 Desember 2008 tentang
pemindahan ibu kota kabupaten Padang Pariaman dari Kota Pariaman ke Nagari
Parit Malintang di kecamatan Enam Lingkung. Posisi astronomis Kabupaten
Padang Pariaman yang terletak antara 0°11' – 0°49' Lintang Selatan dan 98°36' –
100°28' Bujur Timur, dengan luas wilayah sekitar 1.328,79 km² dan panjang garis
pantai 60,50 km². Luas daratan daerah ini setara dengan 3,15 persen dari luas
daratan wilayah Provinsi Sumatera Barat.
Suhu udara berkisar antara 24,4 °C – 25,7 °C, jadi untuk rata-rata suhu
maksimum 31,08 °C dan rata-rata suhu minimum yaitu 21,34 °C, dengan
kelembapan relatif 86,75 %. Rata-rata curah hujan secara keseluruhan untuk
Kabupaten Padang Pariaman pada tahun 2007 adalah sebesar 368,4 mm, dengan
rata-rata hari hujan sebanyak 19 hari per bulan dan kecepatan angin rata-rata yaitu
2.14 knot/jam.
3

Padang Pariaman adalah kabupaten dengan luas wilayah terkecil di


Sumatera Barat, yakni 1.328,79 km². Padahal dahulunya kabupaten ini pernah
memiliki luas wilayah terbesar di Sumatera Barat (dikenal dengan istilah Piaman
Laweh atau Pariaman Luas), sebelum diperluasnya Kota Padang pada tahun 1980
dengan memasukan sebagian wilayah dari kabupaten ini, serta dimekarkannya
Kabupaten Kepulauan Mentawai pada tahun 1999 dan Kota Pariaman pada tahun
2002. Topografi wilayah Kabupaten Padang Pariaman termasuk iklim tropis besar
yang memiliki musim kering yang sangat pendek dan daerah lautan sangat
dipengaruhi oleh angin laut. Suhu udara terpanas jatuh pada bulan Mei, sedangkan
suhu terendah terdapat pada bulan September.
V Koto Kampung Dalam adalah salah satu dari 17 kecematan yang ada di
kabupaten padang pariaman, provinsi sumatra barat,Indonesia. Nagari Sikucur
berada dalam lingkup administratif kecamatan V Koto Kampung Dalam,
Kabupaten Padang Pariaman. Nagari Sikucur seluas 2057 hektar. Diperlukan
untuk keperluan sawah berigasi seluas 388 hektar, 74 hektar untuk sawah tawah
tadah hujan, 2375 hektar sebagai lahan kering iklim basah dan perairan umum
seluas 100 hektar. Nagari Sikuncur terletak pada ketinggian 0-400 meter diatas
permukaan laut, dengan curah hujan 270-410 mm/tahun dan hari hujan rata-rata
155 hari dalam setahun.
Kecamatan V Koto Kampung Dalam memiliki perbatasan :
1. Utara : berbatasan dengan kabupaten Agam
2. Timur : berbatasan dengan kecamatan Sungai Geringging
3. Barat : berbatasan dengan kecamatan V Koto Timur
4. Selatan : berbatasan dengan kecamatan Pariaman Utara

Secara geografis kecamatan V Koto Kampung Dalam terletak 100’07’00”


bujur timur dan 0’33’00” lintang selatan.
4

E. Peta dan Foto Lokasi Kuliah Lapangan

Gambar 1. Peta lokasi kuliah lapangan ( Google map, 2016 )

Gambar 2. Lokasi kuliah lapangan ( Putri, 2016 )


BAB II
KAJIAN TEORI

Salah satu model yang paling nyaman untuk mempelajari proses


morfogenetik tanaman adalah bunga, karena mengandung sejumlah struktur
beragam meskipun waktu singkat perkembangannya. Hal ini sangat penting
bahwa pergantian gametophytic dan generasi sporophytic, karakteristik spesifik
dari siklus hidup angiosperma, terjadi selama pengembangan organ-organ ini.
Proses seperti mikro dan megasporogenesis, penyerbukan dan pembuahan
perkembangan embrio, dan akhirnya benih dan pembentukan buah berlangsung di
bunga .
Salah satu model banyak digunakan dalam genetika perkembangan bunga
adalah tahunan tanaman. Arabidopsis thaliana. The Arabidopsis bunga, seperti di
banyak Cruciferae lainnya adalah ditandai dengan struktur actinomorfik dan berisi
empat sepal, empat kelopak, enam benang sari ( empat panjang dan dua yang
pendek ) dan satu putik, dibentuk oleh dua karpel bersama. Inisiasi organ-organ
ini hasil dalam urutan ketat ditentukan. awalnya sepal dan primordia dari bentuk
kelopak pertama. Kelopak muda berhenti berkembang sebelum primordia dari
ginesium mulai tumbuh. Benang sari mulai mengembangkan hanya setelah semua
peristiwa ini. Panjang ( internal) benang sari mengembangkan ( eksternal ) yang
pertama dan pendek kemudian.
perkembangan bunga di Arabidopsis berlangsung melalui beberapa tahap :
- Pembentukan vegetatif tunas meristem apikal ,
- Transformasi vegetatif menjadi meristem apikal generatif ( yang
perbungaan meristem ) ,
- Pembentukan meristem bunga ,
- Inisiasi organ bunga .
Kontrol genetik dari perkembangan bunga dipelajari melalui skala besar bekerja
pada peternakan dan penyelidikan rinci dari mutan cacat dalam berbagai
tahapregenerasi . karya-karya tersebut sedang dilakukan pada Arabidopsis dan

5
6

Antirrhinum .Meskipun jarak taksonomi spesies ini mereka tampaknya


memiliki umumnyaSkema yang sama kontrol genetik dari perkembangan bunga ,
dan banyak gen yan g terlibat dalam kontrol ini adalah homolog
(T.B Batygina, 2009: 267)
1. putik (pistilum)
Putik juga merupakan metamorfosis daun yang berfungsi sebagai alat
kelamin betina tumbuhan. Putik tersusun atas daun-daun buah atau carpellum,
daun-daun buah sebagai keseluruhan dinamakan gynaecium. Daun-daun buah
inilah nantinya yang akan menjadi bagian buah yang paling pinggir atau kulit
buah.
2. Bagian - bagian putik adalah :
a. Bakal buah (ovarium); bagian putik yang membesar dan duduk pada dasar
bunga.
Bedasarkan letak ovarium terhadap dasar bunga, dapat dibedakan menjadi :
ovarium menumpang (superum), ovarium tenggelam (inferum), dan ovarium
setengah tenggelam (hemi/semi inferum).

Gambar 3. Letak bakal buah pada dasar bunga


Berdasarkan letak ovarium terhadap perhiasan bunga, dapat dibedakan
menjadi ovarium epiginus, ovarium periginus, dan ovarium hipoginus.
( file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR...R.../Handout_mortum_3.pdf )
7

Gambar 4. Letak ovarium pada perhiasan bunga


b. Tangkai kepala putik (stylus); bagian putik berbentuk benang di atas bakal
buah.Tangkai kepala putiik biasanya berbentuk buluh yang didalamnya berongga.
Stylus ada yang panjang ada yang pendek bahkan ada yang tidak mempunyai
stylus (sangat pendek sekali ) ada yang bercabang ada yang tidak, tiap ujung
bercabang mendukung stigma. (Adhy Ws, 2011 hal 112 ).
c. Kepala putik (stigma); bagian putik paling atas.
1) Seperti benang, pada bunga jagung ( Zea mays )
2) Seperti bulu ayam, pada bunga padi ( Oryza sativa )
3) Seperti bulu – bulu, pada kecipir ( Psophocarpus tetragonolobus )
4) Bulat, pada jeruk ( Citrus sp )
5) Bermacam – macam bentuk lain seperti bentuk bibir, cawan serupa daun
mahkota
( Des, 2009:103 ).
3. Susunan putik dari karpel
Letak ovarium terhadap perhiasan bunga Putik tersusun dari karpel, karpel ini
dapat terpisah-pisah (apokarp) atau bersatu (sinkarp). Ruang pada karpel dapat
dibedakan menjadi beruang satu (unilokular), bilokular, trilokular, dan
multilokular.
4. Tembuni ( Placenta )
Tembuni adalah bagian bakal buah yang menjadi pendukung bakal biji atau
menjadi tempat duduknya bakal – bakal biji.
8

letaknya tembuni didalam bakal buah dibedakan atas:


a. Marginal ( marginalis ), bila letaknya pada tepi daun buah
b. Laminal ( laminalis ), bila letaknya pada helaian daun buahnya
Untuk bakal buah hanya terdiri atas satu ruang, maka kemungkinan letak
tembuninya adalah:
a. Parietal; tembuni terletak pada dinding-dinding bakal buah.
b. Sentral; tembuni terletak pada poros atau pusat bakal buah.
c. Aksilar; tembuni terletak di sudut tengah pada bakal buah yang beruang lebih
dari dua dan tembuninya terdapat pada sudut-sudut pertemuan daun - daun
buah yang melipat ke dalam.

Gambar 5. Tipe - tipe placenta ( Google 2016 )


5. Bakal biji ( ovulum )
Bakal biji atau calon bijisendiri duduk pada tembun dengan cara yang berbeda
beda. Bagian bakal biji dibedakan :
a. Kulit biji ( integumentum )
Adalah lapisan bakal biji yang paling luar
b. Badan bakal biji atau nuselus ( nucellus )
Adalah jaringan yang diselubungi oleh kulit bakal biji
9

Yaitu suatu liang pada kulit bakal biji yang menjadi jalan inti kelamin jantan yang
berasal dari buluh serbuk sari untuk dapat bertemu dengan sel telur yang terdapat
dalam kandung lembaga,sehingga dapat berlangsung peristiwa pembuahan.
c. Tali pusar ( funiculus )
Pendukung bakal biji, yang menghubungkan bakal biji dengan tembuni.
6. Tata letak bakal biji pada tembuni
a. Tegak (atropus )
Yaitu jika liang bakal biji letaknya pada sutu garis dengan tali pusar ( funiculus)
pada arah yang berlawanan.
b. Mengangguk ( anatropus )
Jika liang bakal biji sejajar dengan tali pusarnya,karena tali pusarnya
membengkok,sehingga liang bakal biji berputar 1800.
c. Bengkok ( campilotropus ) atau disebut juga mengangguk
Bila tali pusar dan bakal bijinya sendiri membengkok,sehingga liang bakal biji
berkedudukan seperti bakal biji yang mengangguk.
d. Setengah menggangguk ( hemitropus, heminatropus )
Yaitu jika hanya ujung tali pusarnya membengkok,sehingga tali pusar dengan liag
bakal biji membentuk sudut 900 satu sama lain.
e. Melipat ( camptotropus ).
Jika tali pusar tetap lurus,tetapi bakal bijinya sendiri yang melipat sehingga liang
bakal biji menjadi sejajar pula dengan tali pusarnya.
( Tjitrosoepomo,2013:185-188 )
Ginesium merupakan koleksi karpel di bunga. Perbedaan antara carpel
dengan putik sering ambigu. Dikenyataannya karpel adalah komponen dari
ginesium sedangkan putik mewakili unit telihat. Jadi, jika karpel bebas, akan ada
banyak putik ( putik sederhana). Disebaliknya, jika karpel yang bersatu (dan jelas
lebih dari satu), bunga akan hanya memiliki satu putik (senyawa putik). Setiap
karpel dibedakan menjadi basal yang luas ovarium yang mengandung ovula, gaya
memanjang, dan serbuk sari-reseptif apical bagian stigma. Upaya untuk
menggambarkan ginesium membutuhkan potongan melintang melalui ovarium.
Sebuah bagian membujur
10

tambahan selalu bermanfaat. Jumlah karpel dan fusisebuah bunga memiliki klebih
dari satu putik terpisah akan memiliki banyak karpel, yang bebas. Di sisi lain, jika
putik satu, ada baik bisa menjadi salah satu carpel, atau lebih dari satu karpel
menyatu. Bagian melalui ovarium membentuk untuk menyelesaikan masalah di
sebagian besar kasus. Jika ovarium tunggal bilik, jumlah baris bakal biji (garis
plasenta ) akan sama dengan jumlah bersatu karpel. Sebuah karpel soliter jelas
akan memiliki satu chamber dengan bakal biji tunggal atu satu baris bakal biji. Di
sisi lain, jika ovarium lebih dari satu bilik, itu jelas memiliki lebih dari satu
karpel, dan jumlah ruang akan menunjukkan jumlah karpel.
Namun demikian, kasus atipikal. Tunggal bilik ovarium mungkin memiliki
kolom tengah bantalan ovula (sejak septa menghilang), atau dalam ovarium
Chambered tunggal mungkin ada tunggal bakal biji yang besar karena semua
orang lain (dari satu atau lebih baris plasenta) telah menghilang. Dalam kedua
kasus ini, jumlah karpel dapat diketahui dengan menghitung jumlah gaya bebas,
atau jika gaya adalah salah satu nomor stigma atau lobus stigma. dalam ekstrim
kasus, bahkan ini tidak dapat membantu, seperti di Anagallis arvensis, ketika
jumlah garis sutura pada buah akan membantu. Jumlah karpel direpresentasikan
sebagai monocarpellary (carpel satu), bicarpellary (karpel dua), tricarpellary
(karpel tiga), tetracarpellary (Karpel empat), pentacarpellary (karpel lima), dan
multicarpellary (karpel lebih dari lima). Jumlah ruang yang sama yang
direpresentasikan sebagai unilocular, bilocular, trilocular, tetralocular,
pentalocular dan multilokular.
Ginesium dengan karpel gratis adalah apocarpous, sedangkan satu dengan
yang lain menyatu. Carpel fusion. A: Apocarpous; B: Apocarpous dengan gaya
menyatu dan stigma (yang, pada gilirannya, juga menyatu dengan kepala sari
untuk membentuk gynostegium); C: Syncarpous dengan gaya bebas dan stigma
(synovarious); D: Syncarpous dengan stigma gratis (synstylovarious); E:
Syncarpous.
11

Gambar 6. Perkembangan placenta


pels (setidaknya ovarium menyatu) sebagai syncarpous. ginesium Syncarpous
mungkin memiliki gaya bebas dan stigma (synovarious) atau bebas stigma
(Synstylovarious) atau semua menyatu.
( Singh, Gurcharan. 2010 )
Putik tersusun dari tiga struktur,yaitu kepala putik (stigma),tangkai putik
(stylus) dan bakal buah (ovarium). Kepala putik merupakan bagian putik yang
paling atas. Tangkai putik merupakan saluran yang menghubungkan kepala putik
dengan bakal buah. Bakal buah sendiri adalah bagian putik yang membesar dan
duduk di dasar bunga.
Bakal buah tersusun atas daun-daun buah ( carpellum ). Di dalam bakal
buah terdapat bakal biji. Daun-daun akan menjadi kulit buah. Kumpulan daun
buah disebut
gynaecium. Di dalam ovarium juga terkandung sel telur, sehingga dinamakan
bakal biji (ovulum). Biji akan berubah menjadi buah (fruncus). Menurut jumlah
12

daun buahnya, putik dibedakan menjadi putik tunggal (simplex) dan putik
majemuk (compositus). Putik tunggal hanya memiliki satu daun
buah.sebaliknya,putik majemuk memiliki lebih dari satu daun buah. menurut
letaknya pada dasar bunga,bakal buah ada yang menumpang ( superus ),jika bakal
buah duduk diatas dasar bunga,sehingga letaknya lebih tinggi dari dasar bunga.
Ada juga yang setengah tenggelam (hemi inferus), jika letaknya pada dasar bunga
yang cekung,sehingga letaknya lebih rendah dari tepi dasar bunga.
Sebagian dinding bakal buah berlekatan dengan dasar bunga.Selain itu
bakal nuah ada yang tenggelam (inferus), jika bagian samping bakalSDFGH12
buah berlekatan dengan dasar bunga.Berdasarkan jumlah ruang yang terdapat
pada bakal buah,bakal buah dibedakan menjadi bakal buah beruang satu
(unilocularis),jika hanya ada satu daun buah contohnya pada polong-
polongan.Ada juga bakal buah yang beruang dua (bilocularis), jika daun buah
berjumlah dua, contohnya pada familia brassicaceae.
Selain kedua bakal buah tersebut,ada juga bakal buah beruang tiga
(trilocularis),jika daun buah berjumah tiga yang membentuk tiga sekat contohnya
pada familia Euphorbiaceae.Jenis yang terakhir adalah bakal buah beruang banyak
(multilocularis) jika daun buah berjumlah banyak,dan berlekatan sehingga
berlekatan sehingga membentuk banyak ruang contohnya padsa durian (durio
zibethinus)
(dewi rosanti, 2013:98)
Ginesium merupakan bagian betina bunga dan dibuat dari karpel tunggal
atau beberapa (megasporophylls ) yang diatur dalam satu atau beberapa uliran ,
atau spiral. Sementara ini kurang jelas untuk benang sari , karpel sebanding
dengan daun dalam menjadi dorsiventrally pipih dan memiliki pelepah, ginesium
berbentuk tunggal, sementara itu untuk beberapa ovula (yang berkembang
menjadi biji ) melekat pada proliferasi marginal atau submarginal dari jaringan
yang disebut plasenta seperti pada
(Gambar) . plasenta sesekali laminar bergabung , dalam kasus ini di mana ovula
tersebar di margin sebelah dalamcarpel (misalnya pada Nymphaeaceae,
Butomaceae).
13

Gambar 7. Peleburan karpel dan jenis plasentasi


ditunjukkan dengan tiga karpel .A , apocarpous dengan plasentasi marginal ; B ,
apocarpous dengan Axile plasentasi ;C , syncarpous , Axile plasentasi dengan
ovula dipasangkan ; D , Axile plasentasi dengan ovula tunggal ; E , plasentasi
parietal ; F , pseudomonomerous ; G , tunggal karpel; H , basal atau plasentasi
apikal dengan bakal biji tunggal ; I , plasentasi bebas -tengah ; J , basal atau
plasentasi bebas sentral dengan bakal biji tunggal . Panah menunjukkan arah yang
mungkin dari arah evolusi
(Louis, 2010: 14-15)
Menurut letak ovarium pada dasar bunga dapat di bagi menjadi :
1. Superior.
Jika ovarium menempatiposisi tertinggi di thalamus dan benang sari,
kelopak dan sepal berada di bawahnya; misalnya, Citnls,Stellaria
2. Semi -inferior .
Ketika thalamus tumbuh disekitar ovarium dan membentuk cangkir,
beruang sepal, kelopak dan benang sari berada di tepi cangkir; misalnya , Peach
,Plum , rosa sp.
3. Inferior
Jika thalamus benar-benar meliputi ovarium dan menyatu, beruang sepal ,
kelopak dan benang sari berada di atas ovarium; misalnya, Coriandrum,
mussaenda, Cucurbita , Guava
14

Gambar 8. Letak ovarium pada dasar bunga


Berdasarkan jumlah ruang yang terdapat pada bakal buah, bakal buah dapat
dibedakan menjadi :
1. unilocular.
Dengan satu ruang, misalnya: Stellaria.
2. Bilocular .
Dengan dua ruag, misalnya: Solanum.
3. Triloculara.
Dengan tiga ruang, misalnya:sphodelus.
4. Thtralocular .
Dengan empat ruang ; misalnya: Ocimum.
5. Pentalocular.
Dengan lima kamar ; misalnya: Geranium
6. Multilokular
Dengan banyak ruang ; misalnya, Citrus .

Gambar 9. Jumlah ruang yang terdapat pada bakal buah


(Bendre, 2010: 38-39)
Sebuah pistil terdiri dari stigma, gaya. Dan ovarium Putik. Sebuah putik terdiri
dari stigma, gaya, dan ovarium. Di puncak putik terdapat stigma , di mana serbuk
15

sari menempel dikepala putik , dan terjadi ekskresi cairan pada permukaan. Antara
stigma dan ovarium merupakan ada bagian memanjang dari putik disebut gaya.
Ovarium consists dari satu atau lebih karpel, yang berisi ovula. Dalam ovula ,
megaspora terbentuk , salah satu akan berkembang menjadi kantung embrio yang
mengandung telur. Setelah pembuahan , ovula berkembang menjadi biji
merupakan bagian dari carpel dimana ovula yang di dekat adalah plasenta.
Sebuah lokulus adalah ruang atau ruang dalam carpel . Semua putik dalam bunga
disebut secara keseluruhan disebut, ginesium ( alat kelamin betina )
(Janice Glimn lacy and peter B Kaufman,2006:27)
BAB III
ALAT, BAHAN DAN CARA KERJA

A. Alat dan Bahan


1. Alat yang digunakan adalah:
a. Oven
b. Alat tulis
c. Plastik kaca ukuran 2kg
d. Kertas karton
e. Tali jagung
f. Tali rapia
g. Selotip
h. Botol selai
i. Cutter
j. Jarum jahit
k. Kamera
2. Bahan yang diguanakan adalah:
a. Kertas label ukuran 3x2 cm
b. Kertas kalkir A4
c. Kardus ukuran 30x40
d. Koran
e. Kertas mounting ukuran 40x30
f. Benang
g. Larutan alkohol 96%
h. Larutan FAA
i. Objek (tanaman)

B. Prosedur Kerja
Dalam kuliah lapangan perlu dilakukan langkah-langkah yang baik untuk
melakukan kegiatan ini. Tata cara kerja kuliah lapangan ini adalah sebagai
berikut:

16
17

1. Mengambil satu spesies dengan tiga sampel. Satu sampel dijadikan herbarium,
satu sampel sebagai prateli laporan, dan satu lagi sebagai cadangan.

Gambar 10. Pengambilan objek 1 ( putri, 2016 )

Gambar 11. Pengambilan objek 2 ( putri, 2016 )


2. Memberi label pada objek dengan kertas label.

Gambar 12. Pemberian label objek 1 ( Putri, 2016 )


18

Gambar 13. Pelabelan objek 2 ( Putri, 2016 )


3. Objek minimal harus memiliki akar, batang dan daun. Kalau ada ambil juga
bunga, buah dan bijinya.
4. Mengumpulkan satu sampel untuk dijadikan herbarium pada masing-masing
kelompok
5. Setelah membuat herbarium, praktikan diwajibkan membuat laporan sesuai
format yang telah ditentukan.
a. Prosedur pembuatan herbarium
1) Herbarium kering
a) Objek yang ditemukan diletakkan diatas kertas koran

Gambar 14. Peletakkan objek diatas koran ( Putri, 2016 )


19

b) lalu objek tadi diukur

Gambar 15. Pengukuran objek ( Mahjani, 2016 )


c) .Koran tersebut ditutup atau dilipat dua

Gambar 16. Penutupan objek dengan kertas koran ( Mahjani 2016 )


d) Objek tersebut ditumpuk , kemudian tumpukan koran yang berisi objek ditutup
dengan kardus ukuran 30 x 40 cm dan diikat dengan rapi dan dimasukan
kedalam plastik yang berukuran 20 kg, setelah itu diberi alkohol dengan rata
kemudian plester plastik dengan lakban sehingga tidak masuk udara kedalam
plastik.
20

Gambar 17. Penumpukan objek ( Putri, 2016 ) Gambar 18. Pengikatan objek

Gambar 19. Objek dimasukkan dalam plastik ( Putri, 2016 )

Gambar 20. Penumpukan herbarium untuk diberi alkohol ( Putri, 2016 )


21

Gambar 21. Objek dimasukkan dalam plastik untuk diberi alkohol (Monery, 2016)

Gambar 22. Pemberian alkohol pada herbarium ( Monery, 2016 )

Gambar 23. Pemberian plester ( Monery, 2016 )


22

e) Sebelum dimasukan ketempat pengeringan, specimen disusun dalam apitan


kertas kardus satu persatu dengan susunan kardus-spesimen-kardus-spesimen
dan seterusnya sampai jumlah secukupnya. Kemudian susunan diikat dengan
tali raffia sehingga spesimenm terapit dengan rata.

Gambar 24. Peletakan spesimen ( Wulandari, 2016 )

Gambar 25. Pengapitan spesimen ( Wulandari, 2016 )


23

Gambar 26. Pengikatan spesimen ( Putri, 2016 )


f) Kemudian masukan ketempat pengeringan. Pengeringan dilakukan dengan
oven dengan suhu 70º-80º C selama 3x24 jam. Lama pengeringan tergantung
pada jenis tumbuhan.

Gambar 27. Pengovenan ( Wulandari, 2016 )


g) Specimen yang telah dikeringkan selanjutnya direkatkan atau di jahitkan pada
kertas monting.
24

Gambar 28. Specimen yang dijahit ( Putri, 2016 )


h) Memberi identitas dengan label disebelah kanan bawah kertas.

Gambar 29. Pemberian label objek ( Erliza, 2016 )


i) Kemudian specimen dikelompokan menurut familianya atau tingkat taksonnya
dan dimasukan kedalam map dan disimpan pada tempat yang telah disediakan
(herbarium), maka specimen menjadi material ilmiah yang dapat digunakan
untuk penelitian ilmiah.
2) Herbarium basah
a) Objek Untuk Herbarium basah di masukkan kedalam Botol Kemudian
dibiarkan beberapa lama.
b) Memasukkan Larutan FAA kedalam botol hingga Objek terbenam seluruhnya.
c) Botol diberi Label sebagai identitas objek.
25

d) Kemudian specimen dikelompokan menurut familianya atau tingkat taksonnya


dan disimpan pada tempat yang telah disediakan (herbarium), maka specimen
menjadi material ilmiah yang dapat digunakan untuk penelitian ilmiah.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Tabulasi Data
Tabel 1. Hasil Pengamatan Lantana camara
Morfologi Tumbuhan
NO

Tumbuhan Monokotil Tumbuhan Dikotil


1 Lantana camara ( L. )

2 Stachytarpheta jamaicensis (L.)

B. Hasil Pengamatan dan Pembahasan


1. Lantana camara
Nomor Koleksi : 15
Nama Kolektor : Belia Putri
Familia : Verbenaceae
Nama Species : Lantana camara (Tembelekan)

Gambar 30. Lantana camara (Tembelekan) (putri, 2016).

26
27

a. Deskripsi
1) Bentuk Hidup
Lantana camara merupakan tumbuhan yang daur hidupnya polikarpa yaitu
berbunga dan berbuah beberapa kali selama hidupnya. Selain itu, ia merupakan
tumbuhan perenial yaitu tumbuhan yang dapat mencapai umur lebih dari dua
tahun. Habitus atau perawakannya batang berkayu (lignosus) yang kuat dan keras
dengan bentuk perdu (frutices) yaitu tinggi mencapai dua meter, jelas batang
pokoknya, dan percabangan dekat ke tanah.
2) Akar
Tumbuhan yang memiliki nama lain Tembelekna ini memiliki system
perakaran tunggang karena akar primer (akar lembaga) tumbuh terus menjadi akar
pokok dan tetap mencolok serta bercabang.
3) Batang
Lantana camara memiliki batang yang jelas bewarna hijau saat muda dan
bewarna cokelat ketika telah tua. Bentuk batangnya bersegi empat
(quadrangularis). Permukaan batangnya berduri (spinosus) dan berambut
(pilosus), serta arah tumbuh batang tegak (erectus).
4) Daun
Tumbuhan ini memiliki daun bewarna hijau tua dan termasuk daun yang
tidak lengkap karena hanya memiliki tangkai daun (petiolus) dan helaian daun
(lamina) sehingga disebut daun bertangkai. Daun ini bertipe tunggal dan tata letak
(filotaksis) pada buku terdapat dua helai daun yang berhadapan (folio opposita).
Bangun daunnya, bulat telur (ovatus), dimana bagian yang terlebar
terdapat pada bagian bawah tengah-tengah daun dengan pangkal daun yang tidak
bertoreh. Ujung daun dikatakan meruncing (acuminatus) karena pertemuan tepi
daun berada di bawah puncak daun. Selain itu, pangkal daun ini tumpul (obtusus)
serta memiliki pertulangan daun menyirip (penninervis) dimana cabang tulang
keluar di sepanjang ibu tulang daun.
Tepi helaian daunnya bertoreh (divisus) dengan torehan merdeka (tidak
mempengaruhi bangun daun) bergerigi (serratus) karena sinus dan angulusnya
28

sama-sama runcing. Daging daunnya tipis lunak (herbaceous) dan permukaan


daun berambut (pilosus).

Gambar 31. Daun lantana camara ( Putri, 2016 )


5) Bunga
Lantana camara memiliki bunga dengan tipe majemuk tak berbatas
(racemosa), karena bunga yang jauh dari sumbu tumbuhan labih dahulu mekar.
Perhiasan bunga terdiri atas kelopak (sepal) yang bewarna hijau dan mahkota
(petal) yang bewarna orange dan kuning. Daun kelopak berjumlah dua saling
berlekatan dan daun mahkota berjumlah empat juga saling berlekatan.
Kedudukan perhiasan bunga yaitu epigynus dimana perhiasan bunga lebih
tinggi dari putik. Jumlah stamen empat tampak duduk menempel pada mahkota
dengan tipe antera menempel. Ovarium satu dengan tiga ruang dan letaknya
inferus (tenggelam).

Gambar 32. Bunga Lantana camara ( Putri, 2016 )..


29

Rumus Bunga:

Diagram Bunga:

Gambar 33. Diagram bunga Lantana camara


6) Buah
Seperti buah buni, hitam jika matang

Gambar 34. Buah Lantana camara ( Putri, 2016 )


30

2. Stachytarpheta jamaicensis .

No. koleksi :16


Kolektor : Belia Putri
Familia :Verbenaceae
Nama spesies :Stachytarpheta jamaicensis.

Gambar 35. Stachytarpheta jamaicensis Vahl. ( Putri, 2016).


a. Deskripsi
1) Habitat
Stachytarpheta jamaicensis merupakan tumbuhan semak-herbaceous yang
lama hidupnya tahunan. Bentuk hidup erofit pada ketinggian 1 sampai 1.500
meter dpl. Tumbuhan ini termasuk evergreen karena memiliki tingkat toleransi
tinggi terhadap lingkungan seperti tahan dingin dan tahan kering, dapat tumbuh di
daerah teduh maupun panas, juga dapat hidup di tanah dengan rentang pH yang
relatif tinggi,yaitu antara 5,6 sampai 8,5.
2) Habitus
Batang tumbuh tegak terburai ke samping membentuk semak dengan
percabangan dekat dengan tanah dan tidak jelas batang pokoknya. Pada bagian
pucuk atau tumbuhan yang masih muda, batang masih berupa batang basah
(herba). Setelah tumbuh sekitar setahun, bagian bawah batang berubah menjadi
keras seperti kayu. Rantingnya bisa menjulur dan jatuh hingga menyentuh
permukaan tanah. Umumnya, tajuk berwarna hijau-putih dengan tinggi umumnya
31

20 cm sampai 2 meter. Tumbuhan ini sering dijumpai tumbuh liar di sisi jalan
daerah pinggir kota dan tanah kosong yang tidak terawat.
3) akar
Stachytarpheta jamaicensis merupakan tumbuhan dikotil, maka memiliki
sistem perakaran akar tunggang. Seperti akar pada umumnya, akar tumbuhan ini
berwarna putih sampai kekuningan.

Gambar 36. Akar Stacytharpheta jamaicensis ( Putri, 2016 )


Batang tumbuh tegak, berkayu, berbentuk bulat dan berwarna hijau keputih-
putihan. Tipe pertumbuhan dan perkembangan batang simpodial (memiliki
beberapa sumbu) sehingga batang utamanya tidak dapat dibedakan. Arsitektur
percabangannya ialah model Leeuwenberg dimana setiap caulomer menghasilkan
lebih dari satu caulomer baru pada bagian proksimalnya. Caulomer-caulomer baru
ini tumbuh menempati ruang yang tersedia, sehingga membentuk struktur
artikulasi tiga dimensi dan perbungaan letaknya selalu terminal.
4) Daun
Daun pada Stachytarpheta jamaicensis tidak berupih sehingga tergolong
daun tidak lengkap (daun bertangkai). Merupakan daun tunggal berbentuk bulat
telur dengan pangkal runcing, ujung meruncing, permukaan berkerut dan tepi
bergerigi (15 angulus di setiap sisinya). Daun berukuran panjang 4 – 8 cm, lebar 3
– 6 cm, berwarna hijau tua dengan pertulangan daun menyirip. Tata letak daun
bersilang berhadapan.
32

Gambar 37. Daun Stacytharpheta jamaicensis ( Putri, 2016 )


5) Bunga
Stachytarpheta jamaicensis memiliki bunga majemuk tak berbatas bertipe
bulir dengan panjang 4 – 20 cm. Bunga tidak bertangkai sehingga posisinya
langsung duduk pada aksis yang berbentuk seperti pecut (cemeti). Rachis muncul
dari ketiak daun (terminal). Bunganya yang kaya nectar mampu mengundang
pollinator (kupu-kupu) untuk membentu penyerbukan. Berdasarkan pada
perkembangannya, bentuk dasar bunga pada Stachytarpheta jamaicensis rata
sehingga letak bakal buahnya menumpang (superus).
Merupakan bunga lengkap dengan rachis tidak bercabang berdiameter 3 – 5
mm. Sepal membentuk calyx tubular dengan diameter ± 1 mm, panjang ± 5 – 7
mm. Petal berjumlah 4 sampai 5 helai saling berlekatan membentuk corolla tube
dengan diameter 2 – 3 mm, panjang 7 – 11 mm. Corolla tube biasanya
melengkung berwarna aprikot, biru tua, ungu atau merah. Terdapat rambut-rambut
berwarna putih pada bagian dalamnya.
Bunga pada tumbuhan ini termasuk bunga sempurna atau hermaphrodite
(bunga banci). Memiliki 2 buah stamen yang melekat pada bagian dalam corolla
tube dengan anthera bercabang. Masing-masing stamen memiliki 2 lokuli. Stigma
pada pistillumnya berbentuk menyerupai kepala.
33

Gambar 38. Bunga Stacytharpheta jamaicensis ( Putri, 2016 )


6) buah dan biji

buahnya berbentuk garis dengan dua buah biji pada setiap buahnya bijinya
berbentuk jarum dan berwarna hitam.perbanyakan tumbuhan ini di lakukan
melalui biji,bentuk bulir waktu muda hijau setelah tua berwarna hitam dengan
panjang sekitar 5mm.
7) Rumus bunga
Rumus bunga dari Stachytarpheta jamaicensis adalah * K5[C(5)A2] G(1)
8) Diagram bunga

Gambar 39. Diagram bunga Stachytarpheta jamaicensis ( putri , 2016 ).


BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mata kuliah Morfologi Tumbuhan ini mengkaji bagimana morfologi dari
suatu tumbuhan tingat tinggi, seperti daun, batang, buah, bunga, dan biji. Serta
membuat rumus bunga pada setiap tanaman yang kita peroleh tersebut. Tiap-
tiap tumbuhan itu mempunyai perbedaan bentuk bagian-bagiannya sesuai
dengan hábitat tempat di temukannya maupun fungsi dari bagian itu sendiri
Kebanyakan dari tumbuhan yang ditemukan merupakan tumbuhan pohon
karena merupakan kawasan hutan hujan tropis. Di sana terdapat beragam
tumbuhan, mulai dari jenis, macam daun, tipe percabangan, macam buah dan
beragam sekali pemanfaatannya.Salah satu morfologi yang dtiemukan adalah
tumbuhan rambatan dan banyak juga jenis rumput-rumputan. Tumbuhan yang
tumbuh di sana sangat bervariasi, dari setiap tempat dan lokasi di temukan
tumbuhan yang berbeda, hal ini dapat disebabkan karena ada faktor lingkungan
yang mempengaruhinya, antara lain: suhu, pH,cahaya matahari dan
kelembaban tanah. Organisme beradaptasi dengan lingkungannya dan
memodifikasi lingkungan fisiknya untuk mengurangi pembatas dari suhu,
cahaya, air dan kondisi fisik lain yang ada.
B. Saran
1. Penulis berharap agar kita semuanya bisa menjaga setiap tumbuhan yang ada
dialam, karena tidak setiap tumbuhan itu merugikan kita, tetapi ada juga
tumbuhan yang menguntungkan kita, dan itu semua juga untuk keragaman
hayati.
2. Dalam pelaksanaan kegiatan kuliah lapangan Morfologi tumbuhan praktikan
boleh mengambil bahan yang sudah dipraktikumkan, karena bahan yang
tersedia di lapangan terbatas.
3. Dalam pelaksanaan kuliah lapangan morfologi tumbuhan hendaknya diberi
waktu yang lebih banyak, supaya pengambilan bahan untuk herbarium lebih
bagus.

34
35

4. Dalam pelaksanaan kuliah lapangan morfologi tumbuhan diharapkan


mahasiswa lebih disiplin, tepat waktu dan bekerja maksimaal
5. Laporan ini masih jauh dari kata kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritikan, saran dan masukannya yang membangun dari pembaca
demi sempurnanya laporan ini.
36

DAFTAR PUSTAKA

Adi W.S. 2011. Morfologi Tumbuhan. Medan: USU.


Batygina T.B. 2009. Embriology Of Flowering Plants. USA: Science Publishers.
Des, Zaifunis. 2009. Morfologi Tumbuhan. Padang: UNP.
Glimn-Lacy, Jenice and Kaufman, B. Peter. 2006. Botany Illustrated. USA:
Departement of Molecular, cellular, and Developmental Biology
University of Michigan Ann Arbor.
Kumar, Bendre. 2010. A text Book Of Practical Botany 2. India: Rastogi
Publications.
Ronse, P. Louis.2010. Floral Diagrams. New York: Cambridge University Press
Rosanti, Dewi. 2013. Morfologi Tumbuhan. Jakarta:Erlangga.
Singh, Gurcharan. 2010. Tritd Edition Plant Systematics An Integrated Approach.
India: Science Publishers.
Tjirosoepomo, Gembong. 2013. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: UGM.
File.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR...R.../Handout_mortum_3.pdf

You might also like