Professional Documents
Culture Documents
MORFOLOGI TUMBUHAN
OLEH:
BELIA PUTRI
15031097
KELOMPOK 13
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2016
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulisan Laporan Kuliah
Lapangan Morfologi Tumbuhan ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan. Shalawat dan salam semoga senantiasa tetap terkirimkan kepada
Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam kebodohan menuju
alam yang berilmu pengetahuan seperti saat sekarang ini.
Adapun laporan ini dapat disusun dengan baik atas kerjasama dan
partisipasi dari anggota kelompok dan pihak-pihak lainnya. Untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dra. Des M,MS.., Ibu Rahmadhani Fitri,M.Pd., yang telah membimbing
dalam mata kuliah Morfologi Tumbuhan.
2. Asisten-asisten yang telah membantu kami dalam pelaksanaan kuliah
lapangan, pengawetan tumbuhan dan pengklasifikasian objek
3. Teman-teman yang telah membantu dalam pembuatan laporan kuliah lapangan.
Penulis sangat menyadari dalam penulisan laporan ini masih banyak
terdapat kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik
dan saran yang dapat menunjang untuk kesempurnaan laporan Kuliah Lapangan
Morfologi Tumbuhan ini. Penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.
Penulis
i
DAFTAR ISI
halaman
KATAPENGANTAR ......................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR. ......................................................................... iii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Tujuan........................................................................................... 1
C. Waktu dan tempat..................... .................................................... 2
D. Deskripsi Daerah ........................ .................................................. 2
E. Peta Lokasi........................................................... ......................... 4
II. TEORI DASAR
A. Dasar teori……………….................................... ......................... 5
III. METODE PENGAMATAN
A. Alat dan bahan .............................................................................. 16
B. Cara Kerja ..................................................................................... 16
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Tabulasi data ................................................................................. 26
B. Hasil dan pembahasan ................................................................... 26
V. PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................... 34
B. Saran ............................................................................................. 35
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 36
LAMPIRAN
ii
DAFTAR GAMBAR
halaman
Gambar
1. Peta lokasi kuliah lapangan………………………………………. 4
2. Foto lokasi kuliah lapangan………………………………………. 4
3. Letak dasar buah pada dasar bunga………………………………. 6
4. Letak ovarium pada dasar bunga………………………………… 7
5. Tipe – tipe placenta………………………………………………. 8
6. Perkembangan placenta………………………………………….. 11
7. Peleburan placenta dan jenis placenta…………………………… 12
8. Letak ovarium pada dasar bunga………………………………… 14
9. Jumlah ruang yang terdapat pada bakal buah…………………… 14
10. Pengambilan objek1……………………………………………... 17
11. Pengambilan objek 2…………………………………………….. 17
12. Pelabelan objek 1………………………………………………... 17
13. Pelabelan objek 2……………………………………………….. 18
14. Peletakan objek diatas koran……………………………………. 18
15. Pengukuran objek……………………………………………….. 19
16. Penutupan objek dengan kertas koran………………………….. 19
17. Penumpukan objek……………………………………………… 20
18. Pengikatan objek………………………………………………... 20
19. Objek dimasukkan dalam plastik……………………………….. 20
20. Penumpukan herbarium untuk diberi alkohol…………………... 20
21. Objek dimasukkan dalam plastik ………………………………. 21
22. Pemberian alkohol………………………………………………. 21
23. Pemberian plester……………………………………………….. 21
24. Peletakan spesimen……………………………………………... 22
25. Pengapitan spesimen……………………………………………. 22
26. Pengikatan spesimen……………………………………………. 23
27. Pengovenan…………………………………………………….. 23
28. Specimen yang dijahit………………………………………….. 24
iii
29. Pemberian label objek………………………………………….. 24
30. Lantana camara………………………………………………………. 26
31. Daun Lantana camara……………………………………………….. 28
32. Bunga Lantana camara…………………………………………….... 28
33. Diagram bunga Lantana camara…………………………………... 29
34. Buah Lantana camara……………………………………………….. 29
35. Stachytarpheta jamaicensis…………………………………………. 30
36. Akar Stachytarpheta jamaicensis…………………………………... 31
37. Daun Stachytarpheta jamaicensis………………………………….. 32
38. Bunga Stachytarpheta jamaicensis………………………………... 33
39. Diagram Stachytarpheta jamaicensis……………………………... 33
iv
DAFTAR TABEL
halaman
Tabel
1. Tabulasi data.........................………………………………………… 26
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
4. Mahasiswa mampu mengidentifikasi objek dari ciri morfologi dan ciri lain yang
tampak dari objek
5. Mahasiswa mampu membuat awetan basah (dengan menggunakan alkohol dan
FAA) dan awetan kering (dengan membuat herbarium).
5
6
Yaitu suatu liang pada kulit bakal biji yang menjadi jalan inti kelamin jantan yang
berasal dari buluh serbuk sari untuk dapat bertemu dengan sel telur yang terdapat
dalam kandung lembaga,sehingga dapat berlangsung peristiwa pembuahan.
c. Tali pusar ( funiculus )
Pendukung bakal biji, yang menghubungkan bakal biji dengan tembuni.
6. Tata letak bakal biji pada tembuni
a. Tegak (atropus )
Yaitu jika liang bakal biji letaknya pada sutu garis dengan tali pusar ( funiculus)
pada arah yang berlawanan.
b. Mengangguk ( anatropus )
Jika liang bakal biji sejajar dengan tali pusarnya,karena tali pusarnya
membengkok,sehingga liang bakal biji berputar 1800.
c. Bengkok ( campilotropus ) atau disebut juga mengangguk
Bila tali pusar dan bakal bijinya sendiri membengkok,sehingga liang bakal biji
berkedudukan seperti bakal biji yang mengangguk.
d. Setengah menggangguk ( hemitropus, heminatropus )
Yaitu jika hanya ujung tali pusarnya membengkok,sehingga tali pusar dengan liag
bakal biji membentuk sudut 900 satu sama lain.
e. Melipat ( camptotropus ).
Jika tali pusar tetap lurus,tetapi bakal bijinya sendiri yang melipat sehingga liang
bakal biji menjadi sejajar pula dengan tali pusarnya.
( Tjitrosoepomo,2013:185-188 )
Ginesium merupakan koleksi karpel di bunga. Perbedaan antara carpel
dengan putik sering ambigu. Dikenyataannya karpel adalah komponen dari
ginesium sedangkan putik mewakili unit telihat. Jadi, jika karpel bebas, akan ada
banyak putik ( putik sederhana). Disebaliknya, jika karpel yang bersatu (dan jelas
lebih dari satu), bunga akan hanya memiliki satu putik (senyawa putik). Setiap
karpel dibedakan menjadi basal yang luas ovarium yang mengandung ovula, gaya
memanjang, dan serbuk sari-reseptif apical bagian stigma. Upaya untuk
menggambarkan ginesium membutuhkan potongan melintang melalui ovarium.
Sebuah bagian membujur
10
tambahan selalu bermanfaat. Jumlah karpel dan fusisebuah bunga memiliki klebih
dari satu putik terpisah akan memiliki banyak karpel, yang bebas. Di sisi lain, jika
putik satu, ada baik bisa menjadi salah satu carpel, atau lebih dari satu karpel
menyatu. Bagian melalui ovarium membentuk untuk menyelesaikan masalah di
sebagian besar kasus. Jika ovarium tunggal bilik, jumlah baris bakal biji (garis
plasenta ) akan sama dengan jumlah bersatu karpel. Sebuah karpel soliter jelas
akan memiliki satu chamber dengan bakal biji tunggal atu satu baris bakal biji. Di
sisi lain, jika ovarium lebih dari satu bilik, itu jelas memiliki lebih dari satu
karpel, dan jumlah ruang akan menunjukkan jumlah karpel.
Namun demikian, kasus atipikal. Tunggal bilik ovarium mungkin memiliki
kolom tengah bantalan ovula (sejak septa menghilang), atau dalam ovarium
Chambered tunggal mungkin ada tunggal bakal biji yang besar karena semua
orang lain (dari satu atau lebih baris plasenta) telah menghilang. Dalam kedua
kasus ini, jumlah karpel dapat diketahui dengan menghitung jumlah gaya bebas,
atau jika gaya adalah salah satu nomor stigma atau lobus stigma. dalam ekstrim
kasus, bahkan ini tidak dapat membantu, seperti di Anagallis arvensis, ketika
jumlah garis sutura pada buah akan membantu. Jumlah karpel direpresentasikan
sebagai monocarpellary (carpel satu), bicarpellary (karpel dua), tricarpellary
(karpel tiga), tetracarpellary (Karpel empat), pentacarpellary (karpel lima), dan
multicarpellary (karpel lebih dari lima). Jumlah ruang yang sama yang
direpresentasikan sebagai unilocular, bilocular, trilocular, tetralocular,
pentalocular dan multilokular.
Ginesium dengan karpel gratis adalah apocarpous, sedangkan satu dengan
yang lain menyatu. Carpel fusion. A: Apocarpous; B: Apocarpous dengan gaya
menyatu dan stigma (yang, pada gilirannya, juga menyatu dengan kepala sari
untuk membentuk gynostegium); C: Syncarpous dengan gaya bebas dan stigma
(synovarious); D: Syncarpous dengan stigma gratis (synstylovarious); E:
Syncarpous.
11
daun buahnya, putik dibedakan menjadi putik tunggal (simplex) dan putik
majemuk (compositus). Putik tunggal hanya memiliki satu daun
buah.sebaliknya,putik majemuk memiliki lebih dari satu daun buah. menurut
letaknya pada dasar bunga,bakal buah ada yang menumpang ( superus ),jika bakal
buah duduk diatas dasar bunga,sehingga letaknya lebih tinggi dari dasar bunga.
Ada juga yang setengah tenggelam (hemi inferus), jika letaknya pada dasar bunga
yang cekung,sehingga letaknya lebih rendah dari tepi dasar bunga.
Sebagian dinding bakal buah berlekatan dengan dasar bunga.Selain itu
bakal nuah ada yang tenggelam (inferus), jika bagian samping bakalSDFGH12
buah berlekatan dengan dasar bunga.Berdasarkan jumlah ruang yang terdapat
pada bakal buah,bakal buah dibedakan menjadi bakal buah beruang satu
(unilocularis),jika hanya ada satu daun buah contohnya pada polong-
polongan.Ada juga bakal buah yang beruang dua (bilocularis), jika daun buah
berjumlah dua, contohnya pada familia brassicaceae.
Selain kedua bakal buah tersebut,ada juga bakal buah beruang tiga
(trilocularis),jika daun buah berjumah tiga yang membentuk tiga sekat contohnya
pada familia Euphorbiaceae.Jenis yang terakhir adalah bakal buah beruang banyak
(multilocularis) jika daun buah berjumlah banyak,dan berlekatan sehingga
berlekatan sehingga membentuk banyak ruang contohnya padsa durian (durio
zibethinus)
(dewi rosanti, 2013:98)
Ginesium merupakan bagian betina bunga dan dibuat dari karpel tunggal
atau beberapa (megasporophylls ) yang diatur dalam satu atau beberapa uliran ,
atau spiral. Sementara ini kurang jelas untuk benang sari , karpel sebanding
dengan daun dalam menjadi dorsiventrally pipih dan memiliki pelepah, ginesium
berbentuk tunggal, sementara itu untuk beberapa ovula (yang berkembang
menjadi biji ) melekat pada proliferasi marginal atau submarginal dari jaringan
yang disebut plasenta seperti pada
(Gambar) . plasenta sesekali laminar bergabung , dalam kasus ini di mana ovula
tersebar di margin sebelah dalamcarpel (misalnya pada Nymphaeaceae,
Butomaceae).
13
sari menempel dikepala putik , dan terjadi ekskresi cairan pada permukaan. Antara
stigma dan ovarium merupakan ada bagian memanjang dari putik disebut gaya.
Ovarium consists dari satu atau lebih karpel, yang berisi ovula. Dalam ovula ,
megaspora terbentuk , salah satu akan berkembang menjadi kantung embrio yang
mengandung telur. Setelah pembuahan , ovula berkembang menjadi biji
merupakan bagian dari carpel dimana ovula yang di dekat adalah plasenta.
Sebuah lokulus adalah ruang atau ruang dalam carpel . Semua putik dalam bunga
disebut secara keseluruhan disebut, ginesium ( alat kelamin betina )
(Janice Glimn lacy and peter B Kaufman,2006:27)
BAB III
ALAT, BAHAN DAN CARA KERJA
B. Prosedur Kerja
Dalam kuliah lapangan perlu dilakukan langkah-langkah yang baik untuk
melakukan kegiatan ini. Tata cara kerja kuliah lapangan ini adalah sebagai
berikut:
16
17
1. Mengambil satu spesies dengan tiga sampel. Satu sampel dijadikan herbarium,
satu sampel sebagai prateli laporan, dan satu lagi sebagai cadangan.
Gambar 17. Penumpukan objek ( Putri, 2016 ) Gambar 18. Pengikatan objek
Gambar 21. Objek dimasukkan dalam plastik untuk diberi alkohol (Monery, 2016)
26
27
a. Deskripsi
1) Bentuk Hidup
Lantana camara merupakan tumbuhan yang daur hidupnya polikarpa yaitu
berbunga dan berbuah beberapa kali selama hidupnya. Selain itu, ia merupakan
tumbuhan perenial yaitu tumbuhan yang dapat mencapai umur lebih dari dua
tahun. Habitus atau perawakannya batang berkayu (lignosus) yang kuat dan keras
dengan bentuk perdu (frutices) yaitu tinggi mencapai dua meter, jelas batang
pokoknya, dan percabangan dekat ke tanah.
2) Akar
Tumbuhan yang memiliki nama lain Tembelekna ini memiliki system
perakaran tunggang karena akar primer (akar lembaga) tumbuh terus menjadi akar
pokok dan tetap mencolok serta bercabang.
3) Batang
Lantana camara memiliki batang yang jelas bewarna hijau saat muda dan
bewarna cokelat ketika telah tua. Bentuk batangnya bersegi empat
(quadrangularis). Permukaan batangnya berduri (spinosus) dan berambut
(pilosus), serta arah tumbuh batang tegak (erectus).
4) Daun
Tumbuhan ini memiliki daun bewarna hijau tua dan termasuk daun yang
tidak lengkap karena hanya memiliki tangkai daun (petiolus) dan helaian daun
(lamina) sehingga disebut daun bertangkai. Daun ini bertipe tunggal dan tata letak
(filotaksis) pada buku terdapat dua helai daun yang berhadapan (folio opposita).
Bangun daunnya, bulat telur (ovatus), dimana bagian yang terlebar
terdapat pada bagian bawah tengah-tengah daun dengan pangkal daun yang tidak
bertoreh. Ujung daun dikatakan meruncing (acuminatus) karena pertemuan tepi
daun berada di bawah puncak daun. Selain itu, pangkal daun ini tumpul (obtusus)
serta memiliki pertulangan daun menyirip (penninervis) dimana cabang tulang
keluar di sepanjang ibu tulang daun.
Tepi helaian daunnya bertoreh (divisus) dengan torehan merdeka (tidak
mempengaruhi bangun daun) bergerigi (serratus) karena sinus dan angulusnya
28
Rumus Bunga:
Diagram Bunga:
2. Stachytarpheta jamaicensis .
20 cm sampai 2 meter. Tumbuhan ini sering dijumpai tumbuh liar di sisi jalan
daerah pinggir kota dan tanah kosong yang tidak terawat.
3) akar
Stachytarpheta jamaicensis merupakan tumbuhan dikotil, maka memiliki
sistem perakaran akar tunggang. Seperti akar pada umumnya, akar tumbuhan ini
berwarna putih sampai kekuningan.
buahnya berbentuk garis dengan dua buah biji pada setiap buahnya bijinya
berbentuk jarum dan berwarna hitam.perbanyakan tumbuhan ini di lakukan
melalui biji,bentuk bulir waktu muda hijau setelah tua berwarna hitam dengan
panjang sekitar 5mm.
7) Rumus bunga
Rumus bunga dari Stachytarpheta jamaicensis adalah * K5[C(5)A2] G(1)
8) Diagram bunga
34
35
DAFTAR PUSTAKA