You are on page 1of 10

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIOLOGI HEWAN AIR

KONSUMSI OKSIGEN

NAMA : ROSTIANI PARORE


NIM : L211 15 016
KELOMPOK : III (TIGA)
HARI/TGL PRAKTIKUM : JUMAT/17 MARET 2017
ASISTEN : ANUGERAH SAPUTRA
SULFIRAYANA
PUTRI MEIRA SHYIANG
UMMI KALSUM

LABORATORIUM FISIOLOGI HEWAN AIR


PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
DEPARTEMEN PERIKANAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Fisiologi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajar fungsi,

mekanisme, dan cara kerja organ, jaringan, dan sel-sel organisme. Fisiologi

mencoba menerangkan faktor-faktor fisik dan kimia yang mempengaruhi seluruh

kehidupan. Tiap-tiap jenis kehidupan, mulai dari makhluk hidup sederhana seperti
virus yang bersel satu sampai manusia yang mempunyai susunan sel yang lebih

rumit mempunyai sifat-sifat fungsional tersendiri. Makhluk hidup pada umumnya

melakukan proses respirasi (Fujaya,2008).

Respirasi yaitu permukaan yang cukup besar telah dievolusikan dan

terutama bergantung pada ukuran organisme dan apakah organisme itu hidup di air

atau di darat. Pertukaran gas atau respirasi terjadi di seluruh luas permukaan

protista dan organisme uniseluler lainya yang melakukan respirasi. Insang

merupakan adaptasi respirasi pada sebagian besar hewan air dan juga berfungsi

sebagai konsumsi oksigen pada ikan tersebut (Campbell, 2004).

Konsumsi oksigen merupakan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh

organisme yang dipengaruhi oleh laju metabolismenya, dimana laju metabolisme

cepat menunjukkan bahwa organisme membutuhkan oksigen yang lebih banyak

dibandingkan jika laju metabolismenya lambat. Ikan yang mampu beradaptasi

dengan lingkungan baru adalah ikan mas koki (Djawad dkk, 2016).

Berdasarkan uraian diatas maka dilakukan percobaan tentang konsumsi

oksigen untuk mengetahui bagaimana konsumsi oksigen dan laju metabolisme mas

koki yang ditempatkan di media normal buatan berdasarkan jenis kelamin hingga

ukuran tubuh ikan tersebut.

B. Tujuan dan Kegunaan

Tujuan praktikum konsumsi oksigen adalah untuk mengetahui jumlah oksigen

yang di butuhkan oleh ikan berdasarkan ukuran pemberat badan dalam satuan

waktu.
Kegunaan praktikum konsumsi oksigen adalah untuk mengetahui bagaimana

menentukan kadar kandungan oksigen dalam perairan dengan menggunakan DO

meter.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Ikan Mas Koki (Carrasius auratus)


Gambar 1. Ikan mas koki (Carrasius auratus) (Bachtiar dan Tim Lentera, 2005)

1. Klasifikasi

Menurut Sayuti,2003 klasifikasi ikan maskoki (Carrasius auratus) adalah

sebagai berikut :

Kelas : Osteichthyes

Ordo : Cypriniformes

Sub Ordo : Cyprinoidea

Famili : Cyprinidae

Genus : Carrasius

Spesies : Carrasius auratus

2. Morfologi

Bentuk tubuh ikan maskoki sedikit memanjang dan pipih tegak (compressed)

dan mulutnya terletak di ujung tengah (terminal). Bagian ujung mulut memiliki dua

pasang sungut. Di ujung dalam mulut terdapat gigi kerongkongan yang tersusun dari

tiga baris. Gigi geraham secara umum, hampir seluruh tubuh ikan maskoki ditutupi

oleh sisik yang berukuran relatif kecil (Iskandar, 2004).


Morfologi ikan maskoki menyerupai ikan karper (ikan mas), yaitu sama–sama

mempunyai sirip yang lengkap antara lain sirip punggung, sirip dada, sirip perut, sirip

anal atau dubur, dan sirip ekor. Selain itu juga ikan maskoki mempunyai sisik yang

berderet rapih. Bentuk badan ikan maskoki pendek dan gemuk, sehingga gerakan

tubuhnya sangat menarik saat berenang (Sufianto, 2008).

Ikan mas koki memiliki bentuk badan pendek dan gemuk dengan perangkat

sirip lengkap, antara lain sirip punggung, sirip dada, sirip perut, sirip anus dan sirip

ekor. Pada masing-masing jenis ikan mas koki memiliki bentuk kepala yang berbeda,

perbedaan inilah yang menjadikan ikan maskoki memiliki keunikan dibanding

dengan ikan hias lainnya (Sufiat, 2008).

3. Habitat

Ikan mas koki hidup di perairan tawar yang beriklim sejuk. Ikan mas koki

hidup di temperatur 25-320C, oksigen terlarut 3-5 ppm, nilai pH 6-7, CO2 maksimal

10 ppm, dan nitrit maksimal 0,2. Oleh karena itu ikan maskoki dapat dipelihara

diseluruh wilayah Indonesia (Lingga dan Susanto, 1999 dalam Syaifudin, 2004).

Ikan mas koki mudah menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Ikan mas

koki cocok hidup di perairan tropis dengan kisaran suhu 20-25°C dengan pH dan

kesadahan normal. Kondisi lingkungan yang ideal menjadi faktor penting dalam

memaksimalkan pertumbuhan ikan mas koki. Mempertahankan suhu untuk terus

berada dalam kisaran suhu optimal perlu dilakukan, karena pemeliharaan diluar

suhu optimal dapat menekan sistem kekebalan tubuh ikan dan akan menyebabkan

penurunan nafsu makan serta gangguan pada pertumbuhan ikan. Ikan koki dapat

hidup dalam air yang memiliki kandungan oksigen minimal 5 mg/L, pH 7-7,8, tingkat

amonia terlarut maksimal 0,05 mg/L (Watson et al., 2004).


Secara alami ikan maskoki menyukai habitat kolam berlumpur, bendungan

sungai atau danau . Ikan maskoki (Carrasius auratus) sudah dipelihara sejak tahun

475 sebelum masehi di Cina. Di Indonesia, ikan mas koki mulai dipelihara sekitar

tahun 1920. Ikan mas koki yang terdapat di Indonesia merupakan ikan yang dibawa

dari Cina. Penyebarannya merata di daratan Asia, Eropa, Amerika Utara dan

Australia. Sedangkan pembudidayaan ikan mas koki di Indonesia banyak ditemui di

daerah Jawa dan Sumatra (Iskandar, 2004).

4. Kebiasaan Makan

Di alam liar, ikan maskoki adalah jenis ikan omnivora. Mereka memakan

tanaman air,jentik nyamuk, krustasea kecil, zooplankton, dan detritus. Dalam

pembudidayaan, ikan maskoki diberikan pakan buatan dalam bentuk serpihan kering

(crumble) atau pelet. Sebagai hewan peliharaan, ikan maskoki juga harus diberikan

pakan yang biasa dikonsumsi jika berada di alam bebas. Pakan tambahan yang baik

termasuk Tubifex beku, larva nyamuk, cacing darah (Chironomus sp.) daphnia, dan

tumbuhan seperti kacang polong rebus dan selada (Street, 2005).

Ikan maskoki merupakan ikan pemakan segala atau omnivora. Pakan yang

biasa diberikan untuk pembesaran ikan mas koki yaitu pellet. Kualitas pakan sangat

menentukan keindahan warna sebagai daya tarik, sehingga banyak upaya yang

dilakukan dengan menambahkan zat pigmen yang mengandung karoten dalam

pakan buatan. Pemberian pakan berdasarkan jumlah ikan (bobot biomassa) dengan

kisaran 3-5% per hari, dan frekuensi pemberiannya 2-3 kali per hari disesuaikan

dengan kondisi ikan (Lingga dan Susanto, 1999 dalam Syaifudin, 2004).

5. Kebiasaan Hidup
Ikan maskoki (Carrasius auratus) tergolong mudah menyesuaikan diri

dengan lingkungannya. Ikan maskoki ini lebih cocok hidup di perairan beriklim tropis

atau kisaran suhu 27- 300C dengan pH dan kesadahan normal. Kondisi lingkungan

yang ideal menjadi faktor penting dalam memaksimalkan pertumbuhan dan

produktivitas koki. Di daerah yang mempunyai 4 musim, maskoki melakukan

aktivitasnya pada musim semi yaitu, ketika suhu lingkungan mencapai 12-20 0C

sehingga mampu memijah sepanjang tahun. Air yang digunakan sebagai media

hidup maskoki harus memiliki perbandingan gas karbondioksida (CO2) dan gas

oksigen (O2) yang seimbang. Kadar CO2 yang lebih tinggi maka akan

mangakibatkan maskoki mati (Nuraini dkk, 2004).

Maskoki senang hidup di air yang jernih dan bersih, dapat hidup di air keruh

dan jenis-jenis air lainnya asal kadar oksigennya terjamin. Di daerah tropis ternyata

cukup baik untuk perkembangbiakan ini. Untuk pemeliharaan dalam akuarium

diperlukan khusus karena air dalam akuarium cepat kekurangan oksigen karena

tempatnya kecil sehingga kandungan oksigen pun terbatas (Nuraini dkk, 2004).

B. Konsumsi Oksigen

Kebutuhan oksigen ikan bervariasi tergantung jenis, umur dan kondisi alami.

Ikan kecil biasanya mengkonsumsi oksigen yang lebih besar dibandingkan ikan

dewasa lainnya. Penurunan kelarutan oksigen secara kronis dapat menyebabkan

stress pada ikan (Wicaksono,2005).

Peningkatan suhu dapat menyebabkan peningkatan kecepatan metabolisme

dan respirasi organisme air, dan selanjutnya mengakibatkan peningkatan konsumsi

oksigen. Peningkatan suhu perairan sebesar 100C menyebabkan terjadinya

peningkatan konsumsi oksigen oleh organisme akuatik sekitar 2-3 kali lipat. Namun,
peningkatan suhu ini disertai dengan penurunan kadar oksigen terlarut sehingga

keberadaan oksigen sering tidak mampu mempengaruhi kebutuhan oksigen bagi

organisme akuatik untuk melakukan proses metabolisme dan respirasi. Peningkatan

suhu juga menyebabkan terjadinya peningkatan dekomposisi bahan organik oleh

mikroba. Meningkatnya suhu air dan aktifitas metabolisme mengakibatkan DO

menurun dan akhirnya dapat menyebabkan kematian pada ikan maskoki, sehingga

perlu dilakukan pengaturan tingkat kepadatan ikan maskoki agar tetap sesuai

dengan laju metabolisme di dalam wadah pemeliharaan (Effendie,2003).

III. METODOLOGI

A. Waktu dan Tempat


Praktikum konsumsi oksigen dilakukan pada hari Jumat, 17 Maret 2017,

pukul 09.30 – 11.30 WITA, di Laboratorium Fisiologi Hewan Air, Departemen

Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin,

Makassar.
.
B. Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum konsumsi oksigen

dapat dilihat pada table 1 dan 2 dibawah ini :

Tabel 1. Alat beserta fungsinya


No. Alat Jumlah Fungsi

1 Botol respirasi 3 buah Wadah atau tempatikan besar,


ikan kecil, dan kontrol
2 Botol BOD 11 buah Wadah atau tempat larutan
yang diambil dari botol
respirasi
3 Stopwatch 3 buah Mengukur waktu yang
digunakan.
4 Timbangan elektrik 1 buah Mengukur berat sampel.
5 Ember / baskom 1 buah Wadah untuk menampung air
6 Sambungan selang 3 buah Menghubungkan antara botol
respirasi dengan ember.
7 Spuyer 3 buah Mengontrol jalannya air.
8 DO meter 1 buah Untuk mengukur kadar
oksigen

Tabel 2. Bahan beserta fungsinya


No Bahan Jumlah Fungsi
1 Air tawar Secukupnya Medium hidup ikan dalam botol
2 Ikan mas koki 6 ekor Sampel dalam praktikum KO2
(Carassius auratus)
3 Tissue Secukupnya Membersihkan alat-alat.
4 Kertas label 15 buah Menandai atau memberikan
keterangan pada botol BOD
C. Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum Konsumsi Oksigen (KO2)

yaitu :

1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, selanjutnya air tawar

dimasukkan ke dalam ember sampai penuh.


2. Kemudian air sampel diambil dari ember dengan botol BOD (Biochemical

Oxygen Demand) sampai tidak ada gelembung udara, lalu kelarutan

oksigennya diukur menggunakan DO (Dissolved Oxygen) meter, hasil

pengukuran tersebut itulah DO (Dissolved Oxygen) awal.


3. Air dari ember akan dialirkan kedalam botol respirasi sampai penuh.

Selanjutnya pada botol respirasi I diisi dengan tiga ekor ikan yang besar,

botol respirasi II dengan air terkontrol dan botol III dengan ikan kecil.
4. Setelah itu,diaklimatisasi dan dilanjutkan dengan proses respirasi. Lalu

biarkan ikan berespirasi selama 5 menit.


5. Air dari botol respirasi akan dialirkan kebotol BOD (Biochemical Oxygen

Demand) sesuai dengan botol yang diberi label.


6. Selanjutnya masing-masing air sampel botol BOD (Biochemical Oxygen

Demand) akan diukur kelarutan oksigennya dengan menggunakan DO

(Dissolved Oxygen) meter.


7. Lakukan prosedur diatas degan tiga perlakuan yaitu tiap 10 menit, 20 menit,

30 menit.
8. Selanjutnya mengambil air di dalam ember menggunakan botol BOD

(Biochemical Oxygen Demand) hingga tidak ada gelembung udara , lalu ukur

kelarutan DO (Dissolved Oxygen) menggunakan DO (Dissolved Oxygen)

meter, untuk menegetahui DO (Dissolved Oxygen) akhirnya.


9. Kemudisn sampel ikan yang ada dalam botol respirasi dikeluarkan dan

ditimbang sesuai ukuran tubuhnya kecil dan besar dengan menggunakan

alat timbangan elektrik yang berketelitian 0,001, data disajikan sebagai

mg/O2/bb/jam.
10. Konsumsi oksigen dihitung berdasarkan selisih antara konsentrasi oksigen

yang masuk (DO awal) dari botol respirasi, kemudian catat hasilnnya.

You might also like