You are on page 1of 16

LAPORAN PRAKTIKUM TAKSONOMI

Eceng Gondok (Eichhornia crassipes (Mart.) Solms)

Disusun Oleh :

Moch. Ali Utomo

24020117100098

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA

UNIVERSITAS DIPONEGORO

2018
HALAMAN PENGESAHAN

Semarang, 23 April 2018

Asisten Praktikan

Abdurrafi Alwan Moch. Ali Utomo

24020115120073 24020117100098

Semarang, 23 April 2018

Mengetahui,

Koordinator

Dr. Jumari, S.Si., M.Si.

196707261994031002
DAFTAR ISI
BAB I ...................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................. 4
BAB II ..................................................................................................................... 6
DETERMINASI DAN KLASIFIKASI .................................................................. 6
2.1 Klasifikasi ................................................................................................. 6
2.2 Determinasi .............................................................................................. 6
BAB III ................................................................................................................... 9
HABITATIO ........................................................................................................... 9
3.1 Habistus ......................................................................................................... 9
3.2 Habitat ........................................................................................................... 9
BAB IV ................................................................................................................. 11
DESKRIPTIO ....................................................................................................... 11
4.1. Organa Nutriva (Akar, Batang, Daun) ....................................................... 11
4.2 Organa Reproductiva (Bunga, Buah, Biji) .................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 16
BAB I
PENDAHULUAN

(Kurniawan, 2017)
Eceng gondok atau enceng gondok adalah salah satu jenis tumbuhan air yang
mengapung. Selain dikenal dengan nama eceng gondok, di beberapa daerah
di Indonesia, eceng gondok mempunyai nama lain seperti di
daerah Palembang dikenal dengan nama Kelipuk, di Lampung dikenal dengan
nama Ringgak, di Dayak dikenal dengan nama Ilung-ilung, di Manado dikenal
dengan nama Tumpe.

Eceng Gondok, sebenarnya adalah sebuah tanaman yang asal muasalnya


berasal dari benua Amerika. Posisi lebih tepatnya berada di negara Brazil yang
kemudian penyebaran bibitnya berangsur-angsur berkembang hingga ke Benua
Asia dan sampai ke negara Indonesia.

Eceng gondok hidup mengapung di air dan kadang-kadang berakar dalam


tanah. Tingginya sekitar 0,4 – 0,8 meter. Tidak mempunyai batang. Daunnya
tunggal dan berbentuk oval. Ujung dan pangkalnya meruncing, pangkal tangkai
daun menggelembung. Permukaan daunnya licin dan berwarna hijau. Bunganya
termasuk bunga majemuk, berbentuk bulir, kelopaknya berbentuk tabung. Bijinya
berbentuk bulat dan berwarna hitam. Buahnya kotak beruang tiga dan berwarna
hijau. Akarnya merupakan akar serabut.

Eceng gondok pertama kali ditemukan oleh seorang ilmuwan bernama Carl
Friedrich Philipp von Martius, seorang ahli botani berkebangsaan Jerman pada
tahun 1824 ketika sedang melakukan ekspedisi di Sungai Amazon Brasil. Eceng
gondok tumbuh di kolam-kolam dangkal, tanah basah dan rawa, aliran air yang
lambat, danau, tempat penampungan air dan sungai. Tumbuhan ini dapat
mentolerir perubahan yang ektrim dari ketinggian air, laju air, dan perubahan
ketersediaan nutrien, pH, temperatur dan racun-racun dalam air.Pertumbuhan
eceng gondok yang cepat terutama disebabkan oleh air yang mengandung nutrien
yang tinggi, terutama yang kaya akan nitrogen, fosfat dan potasium (Laporan
FAO). Kandungan garam dapat menghambat pertumbuhan eceng gondok seperti
yang terjadi pada danau-danau di daerah pantai Afrika Barat, di mana eceng
gondok akan bertambah sepanjang musim hujan dan berkurang saat kandungan
garam naik pada musim kemarau.

Walaupun eceng gondok dianggap sebagai gulma di perairan, tetapi


sebenarnya eceng gondok memiliki banya manfaat, seperti sebagai fitoremediator
air, yaitu berperan dalam menangkap polutan logam berat. Eceng gondok juga
memiliki kemampuan yaitu mampu menyerap logam kadmium (Cd), merkuri
(Hg), dan nikel (Ni), masing- masing sebesar 1,35 mg/g, 1,77 mg/g, dan 1,16
mg/g bila logam itu tak bercampur. Eceng gondok juga menyerap Cd 1,23 mg/g,
Hg 1,88 mg/g dan Ni 0,35 mg/g berat kering apabila logam-logam itu berada
dalam keadaan tercampur dengan logam lain. Eceng gondok secara maksimal
dapat menyerap logam chrom (Cr) pada pH 7. Logam Cr semula berkadar 15 ppm
turun hingga 51,85 persen. Selain dapat menyerap logam berat, eceng gondok
juga mampu menyerap residu pestisida.

Manfaat lain dari eceng gondok yang dapat kita temukan sehari-hari seperti,
dapat digunakan sebagai bahan pembuatan furnitur dan kerajinan tangan, eceng
gondok dapat diubah menjadi energi biogas, eceng gondok dapat digunakan
sebagai pakan ikan dan unggas serta eceng gondok juga dapat digunakan sebagai
pupuk organik.
BAB II
DETERMINASI DAN KLASIFIKASI

2.1 Klasifikasi

Klasifikasi adalah suatu cara pengelompokan yang didasarkan pada ciri-


ciri tertentu. Semua ahli biologi menggunakan suatu sistem klasifikasi untuk
mengelompokkan tumbuhan ataupun hewan yang memiliki persamaan
struktur, kemudian setiap kelompok tumbuhan ataupun hewan tersebut
dipasang-pasangkan dengan kelompok tumbuhan atau hewan lainnya yang
memiliki persamaan dalam kategori lain. Hal itu pertama kali diusulkan oleh
John Ray yang berasal dari Inggris. Namun ide itu disempurnakan oleh Carl
Von Linne (1707-1778), seorang ahli botani berkebangsaan Swedia yang
dikenal pada masa sekarang dengan Carolus Linnaeus (Soepomo,1987).
Klasifikasi Eceng Gondok menurut USDA (United States Department of
Agriculture) (2018) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae
Division : Magnoliophyta
Class : Liliopsida
Order : Commelinales
Family : Pontederiaceae
Genus : Eichhornia Kunth.
Species : Eichhornia crassipes (Mart.) Solms

2.2 Determinasi

Determinasi yaitu membandingkan suatu tumbuhan dengan satu tumbuhan


lain yang sudah dikenal sebelumnya (dicocokkan atau dipersamakan). Karena
di dunia ini tidak ada dua benda yang identik atau persis sama, maka istilah
determinasi (Inggris to determine = menentukan, memastikan) dianggap lebih
tepat daripada istilah identifikasi (Inggris to identify = mempersamakan (Rifai,
1976). Untuk mendeterminasi tumbuhan pertama sekali adalah mempelajari
sifat morfologi tumbuhan tersebut (seperti posisi, bentuk, ukuran dan jumlah
bagian-bagian daun, bunga, buah dan lain- lainnya).
Pada pengamatan Eceng Gondok, kunci determinasi yang didapatkan menurut
Van Steenis (2003) adalah sebagai berikut :
1b - 2b - 3b - 4b - 6b - 7b - 10b - 11a - 67b - 69b - 70b - 71b - 72b - 73a – 74b -
75b (Pontederiaceae) Spesies Nomor 25

2.1.1 Kunci Determinasi Buatan


1. a. Batang Berkayu............................................................................5
b. Batang Tidak Berkayu.................................................................2
2. a. Tulang Daun Menyirip.................................................................3
b. Tulang Daun Melengkung.......................................eceng gondok
3. a. Batang Berbulu...................................................................maman
b. Batang Tidak Berbulu..................................................................4
4. a. Daun Berbangun Lancet...............................................lempuyang
b. Daun Berbangun Tombak.........................................kangkung air
5. a. Pohon............................................................................................7
b. Perdu............................................................................................6
6. a. Ujung Daun Meruncing..............................................melati hutan
b. Ujung Daun Melengkung.........................................melati jepang
7. a. Daun Tunggal...............................................................................8
b. Daun Majemuk....................................................belimbing wuluh
8. a. Duduk Daun Berkarang..................................................alamanda
b. Duduk Daun Tidak Berkarang.....................................................9
9. a. Bunga Tunggal......................................................................sirsak
b. Bunga Majemuk.........................................................................10
10. a. Permukaan Daun Kasar.......................................................bayam
b. Permukaan daun Tidak Kasar.............................................bintaro
kunci determinasi tanaman yang menjadi bahan praktikum berdasarkan
kunci dentifikasi buatan adalah sebagai berikut.
Eceng gondok :1b – 2b
Maman : 1b – 2a – 3a
Lempuyang : 1b – 2a -3b – 4a
Kangkung air : 1b – 2a -3b – 4b
Melati hutan : 1a – 5b – 6a
Kamboja hutan : 1a – 5b – 6b
Alamanda : 1a – 5a – 7a – 8a
Belimbing wuluh : 1a – 5a – 7b
Sirsak : 1a – 5a – 7a – 8b – 9a
Bungur : 1a – 5a – 7a – 8b – 9b – 10a
Bintaro : 1a – 5a – 7a – 8b – 9b – 10b
BAB III
HABITATIO

(Wikipedia, 2017)
3.1 Habistus
Tanaman eceng gondok merupakan jenis tanaman herbaceus karena
secara keseluruhan tubuh eceng gondok lunak dan berair. Eceng gondok
memiliki tinggi sekitar 30 Cm dengan umur tumbuh parennial.

3.2 Habitat
Eceng gondok atau enceng gondok adalah salah satu jenis tumbuhan
air yang mengapung. Selain dikenal dengan nama eceng gondok, di beberapa
daerah di Indonesia, eceng gondok mempunyai nama lain seperti di
daerah Palembang dikenal dengan nama Kelipuk, di Lampung dikenal dengan
nama Ringgak, di Dayak dikenal dengan nama Ilung-ilung,
di Manado dikenal dengan nama Tumpe.

Eceng Gondok, sebenarnya adalah sebuah tanaman yang asal muasalnya


berasal dari benua Amerika. Posisi lebih tepatnya berada di negara Brazil
yang kemudian penyebaran bibitnya berangsur-angsur berkembang hingga ke
Benua Asia dan sampai ke negara Indonesia.

Eceng gondok hidup mengapung di air dan kadang-kadang berakar dalam


tanah. Tingginya sekitar 0,4 – 0,8 meter. Tidak mempunyai batang. Daunnya
tunggal dan berbentuk oval. Ujung dan pangkalnya meruncing, pangkal
tangkai daun menggelembung. Permukaan daunnya licin dan berwarna hijau.
Bunganya termasuk bunga majemuk, berbentuk bulir, kelopaknya berbentuk
tabung. Bijinya berbentuk bulat dan berwarna hitam. Buahnya kotak beruang
tiga dan berwarna hijau. Akarnya merupakan akar serabut.

Eceng gondok pertama kali ditemukan oleh seorang ilmuwan


bernama Carl Friedrich Philipp von Martius, seorang
ahli botani berkebangsaan Jerman pada tahun 1824 ketika sedang melakukan
ekspedisi di Sungai Amazon Brasil. Eceng gondok tumbuh di kolam-kolam
dangkal, tanah basah dan rawa, aliran air yang lambat, danau, tempat
penampungan air dan sungai. Tumbuhan ini dapat mentolerir perubahan yang
ektrim dari ketinggian air, laju air, dan perubahan ketersediaan nutrien, pH,
temperatur dan racun-racun dalam air.Pertumbuhan eceng gondok yang cepat
terutama disebabkan oleh air yang mengandung nutrien yang tinggi, terutama
yang kaya akan nitrogen, fosfat dan potasium (Laporan FAO). Kandungan
garam dapat menghambat pertumbuhan eceng gondok seperti yang terjadi
pada danau-danau di daerah pantai Afrika Barat, di mana eceng gondok akan
bertambah sepanjang musim hujan dan berkurang saat kandungan garam naik
pada musim kemarau.
BAB IV
DESKRIPTIO

(Franklin, 2017)

4.1. Organa Nutriva (Akar, Batang, Daun)


1. Akar

(Franklin, 2017)
Akar eceng gondok merupaka akar serabut yang tidak bercabang
cabang, tentu hal tersebut berbeda dengan akar serabut pada umumnya.
Pada bagian akar eceng gondok terdapat tudung akar. Fungsi akar eceng
gondok adalah untuk menangkap partikel partikel yang larut dalam air
serta menjerat lumpur untuk menahan pergerakannya. Ciri khusus akar
eceng gondok adalah tumbuhnya bulu bulu yang pada ujungnya terdapat
kantung akar yang akan berwarna sedikit kemerahan ketika disinari
matahari. Ciri khusus akar eceng gondok adalah sangat kaku dan berserat.
Akar tersebut menurut Xie & Yu (2003) memiliki bentuk lebih panjang
ketika berada dalam perairan yang kekurangan kadar fosfor. Jadi bagi
kalian yang ingin menebak secara kasar kadar fosfor dalam perairan,
bandingkan saja panjang akar tumbuhan dewasa eceng gondok di perairan
bersih dan di perairan yang anda ingin duga. Ditambahkan lagi oleh Xie &
Yu (2003) bahwa akar tersebut akan memiliki bentuk lebih tebal dan
banyak ketika berada pada lingkungan yang memiliki kadar organik
rendah.

2. Batang

(Franklin, 2017)
Batang eceng gondok berbentuk tegak (panjang dapat mencapai 60 cm
dan memiliki bantalan bunga). Batang lainnya berbentuk horizontal
(stolons), panjangnya sekitar 10 cm dan sebagai alat untuk memproduksi
tanaman baru (tunas) (Parsons & Cuthbertson, 2001).
3. Daun

(Franklin, 2017)
Eceng gondok merupakan tumbuhan yang memiliki daun. Daun eceng
gondok berbeda dengan daun Genjer. Daun eceng gondok memiliki ciri
yaitu berdaun tunggal, bertangkai, membentuk roset akar (tersusun
berjejalan di atas akar) dan berwarna hijau. Panjang daun eceng gondok
berkisar antar 7 cm hingga 25 cm. Bentuk daun eceng gondok bulat telur
atau ovate, ujung daun eceng gondok serta pangkal daunnya berbentuk
meruncing atau acuminatus. Tepi daun eceng gondok tidak bergerigi, atau
dengan kata lain rata (integer), serta memiliki permukaan daun yang
mengkilat. Perbedaan nyata dari daun genjer atau ciri khusus eceng
gondok bila dilihat dari daunnya adalah, permukaan daunnya serta tangkai
daun. Permukaan daun eceng gondok bergelombang atau menggembung
sedangkan genjer tidak. Selanjutnya, pada bagian tangkai daun, eceng
gondok memilliki gelembung pada tangkai daunnya sedangkan genjer
tidak. Pada permukaan daun genjer berbulu halus sedangkan permukaa
daun eceng gondok tidak berbulu dan bahkan mengkilap. Selain itu, daun
genjer sangat kedap air, berbeda dengan daun eceng gondok.

4.2 Organa Reproductiva (Bunga, Buah, Biji)


1. Bunga

(Franklin, 2017)
Bunga eceng gondok dan bunga genjer sangat berbeda bagi yang
pernah melihat keduanya. Bunga eceng gondok berwarna keunguan
sedangkan bunga genjer berwarna kuning kehijauan. Walaupun keduanya
termasuk bunga majemuk, akan tetapi memiliki perbedaan bentuk bunga.
Bunga Eceng gondok berbentuk kapsul sejati sedangkan bunga genjer
berbentuk payung. Hal itulah yang membuat eceng gondok dan genjer dari
segi bunganya terlihat sangat berbeda. Selain itu, bunga eceng gondok
yang berada dalam kelas Liliopsida jelas memiliki bentuk yang menarik.
Ciri khusus bunga eceng gondok yang lain adalah tersusun atas enam
lobus atau kelopak. Pada kelopak yang paling atas memiliki bintik kuning
dan dikelilingi warna ungun gelap yang berpandu indah yang
membedakannya dengan kelopak lain yang polos berwarna ungu muda
saja. Terdapat 3-35 kuntum dari tiap bunga yang muncul. Hal tersebut
membuatnya terlihat seperti rangkaian bunga yang sangat indah. Akan
tetapi keindahan tersebut hanya bertahan beberapa hari saja dan kemudian
gugur. Eceng gondok akan siap berbunga ketika berusia 3 – 4 minggu.
Bunga eceng gondok yang berwarna ungu muda terlihat menarik, dengan
enam lobus atau kelopak. Kelopak bunga teratas memiliki titik kuning di
tengahnya dan dikelilingi oleh warna ungu gelap. Setiap kuncup bunga
yang tumbuh dari tanaman ini terdiri dari sekitar 8 kuntum (kisarannya
adalah 3-35 kuntum) bunga dan setiap bunga hanya mampu bertahan
beberapa hari saja. Menurut Parsons & Cuthbertson (2001) Eceng Gondok
akan mengeluarkan kuncup bunga ketika sudah berusia 3 atau 4 minggu,
dan dapat berbunga beberapa kali selama setahun.

2. Buah

(Kompasiana, 2018)
Buah terdiri dari kapsul bersel tiga yang sempit. Memiliki panjang
sekitar 1 sampai 1,5 cm. Ia dapat mengandung sampai 300 biji. Ukuran
biji eceng gondok sekitar 1 sampai 1,5 mm dengan bentuk memanjang.
Benih yang telah matang dapat berkecambah dalam beberapa hari. Di
daerah yang bersuhu dingin, mereka tetap aktif selama 15 sampai 20 tahun
di dalam endapan lumpur kering, lalu mulai berkecambah saat dibasahi.
Pada kondisi suhu 20 sampai 35oC biasanya kecambah akan mulai
tumbuh. Dengan kata lain, pertumbuhan bibit eceng gondok dapat
berlangsung dengan cepat seiring meningkatnya suhu lingkungan (Malik,
2007; Parsons & Cuthbertson, 2001).
3. Biji

(Franklin, 2017)
Biji tumbuhan eceng gondok berwarna hitam. Jadi apabila telah terjadi
penyerbukan pada bunga eceng gondok, kemudian akan terjadi pembuahan
dan terbentuklah biji. Biji tersebutlah yang selanjutnya akan tumbuh
menjadi eceng gondok yang selanjutnya. Biji tersebut berada dalam buah
eceng gondok. Buah eceng gondok memiliki tiga ruang yang sempit. Buah
memiliki panjang 1 cm -1,5 cm. Satu buah eceng gondok dapat
menampung 300 biji eceng gondok. Oleh sebab itu, ukuran biji eceng
gondok sangat kecil, hanya sepanjang 1 – 1,5 mm. Ciri khusus biji eceng
gondok atau keunikan yang dimilikinya adalah mampu bertahan tetap aktif
selama 15 hingga 20 tahun lamanya dalam kondisi lumpur kering
DAFTAR PUSTAKA

Soepomo.1987. MORFOLOGI TUMBUHAN. Pt.Gajah Muda University


Press. YOGYAKARTA
Van Steenis, C.G.G.J., 2003, Flora, hal 233-236, P.T. Pradya Paramita, Jakarta
Rifai, M. A. 1976. Sendi-sendi Botani Sistematika. Bogor : Lembaga Biologi
Nasional-LIPI
Salisbury, Frank B dan Cleon W Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 1.
Bandung: ITB.

Gambar :

Kompasiana.2018.https://www.kompasiana.com/dhave/5af5235916835f21d3342d
43/evolusi-eceng-gondok-untuk-regenerasi. Diakses tanggal 14 Mei 2018
pukul 22.23 WIB.

Kurniawan, fredi. 2018. http://fredikurniawan.com/klasifikasi-dan-morfologi-


eceng-gondok/. Diakses tanggal 14 Mei 2018 pukul 22.25 WIB.

Muttaqin, franklin. 2017. http://manfaatecenggondok.blogspot.co.id/2015/01/ciri-


ciri-khusus-tanaman-eceng-gondok.html. Diakses tanggal 14 Mei 2018
pukul 22.30 WIB.

Wikipedia. 2018. https://id.wikipedia.org/wiki/Eceng_gondok. Diakses tanggal 14


Mei 2018 pukul 22.35 WIB.

You might also like