You are on page 1of 7

Nama : Wanda Afriliani

NPM : 230110160129
Perikanan B
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Padjadjaran

1. Jelaskan / uraikan bagaimana anda membaca Copes segregasi manfaat biaya diatas. Termasuk
konsep surplus konsumen dan surplus produsen government rent
Jawab :
 Surplus Konsumen dan Produsen
Surplus konsumen yaitu kelebihan atau perbedaan antara kepuasan total atau total
utility yang dinilai dengan uang dan dinikmati konsumen dari mengkonsumsikan
sejumlah barang tertentu dengan pengorbanan totalnya yang dinilai dengan uang untuk
memperoleh atau mengkonsumsikan jumlah barang tersebut (Samuelson dan Nordhaus
2003). Surplus produsen adalah jumlah yang dibayarkan oleh penjual untuk sebuah
barang dikurangi dengan biaya produksi barang tersebut (Mankiw et al. 2012).
Apabila terjadi kesepakatan tentang harga dan kuantitas antara penjual dan
pembeli maka keseimbangan akan terjadi. Pada harga keseimbangan menggambarkan
harga yang disetujui oleh produsen maupun konsumen. Daerah yang menggambarkan
kesediaan produsen melepaskan barangnya disebut dengan surplus produsen, sedangkan
daerah yang menggambarkan kesediaan konsumen untuk membeli disebut surplus
konsumen (Joesron dan Fathorrazi 2012).
Pada gambar 1 tampak bahwa keseimbangan dicapai pada harga Pe dan kuantitas
Qe. Daerah Pe.E.S inilah yang disebut dengan surplus produsen. Secara matematis luas
daerah ini dapat dicari dengan rumus sebagai berikut:

𝑆𝑃 = 𝑃𝑒. 𝑞𝑒 − ʃ

Disisi yang lain, sebenarnya konsumen juga bersedia membeli barang tersebut
diatas harga Pe dengan catatan bahwa barang yang akan dibeli lebih sedikit dari Qe yakni
mulai dari Do sampai Pe. Daerah Do E P merupakan surplus konsumen. Secara
matematis dapat diperoleh sebagai berikut:

𝑆𝐾 = ʃ − 𝑃𝑒. 𝑞𝑒

Sebagai contoh, hasil dari penelitian Kusumardani dkk (2012) di Pasar Induk
Caringin diketahui penawaran dan permintaan udang mencapai titik ekuilibrium yaitu
dengan harga ekuilibrium sebesar Rp. 29661 dan jumlah ekuilibrium 86 kg. Besarnya
surplus produsen pada komoditas udang adalah 1.067.057 kg dan besar dari surplus
konsumen udang di pasar Caringin adalah 3.508.321. Perbandingan antara surplus
konsumen dan surplus produsen pada udang adalah 3,29 yang berarti sebesar 3,29
kepuasan yang lebih banyak diperoleh oleh konsumen. Hal ini disebabkan oleh struktur
struktur Pasar Induk Carigin yaitu pasar persaingan sempurna.

 Diagram COPES (Segregasi Manfaat-Biaya)


Copes membagi manfaat dan biaya dalam beberapa komponen berdasarkan aspek
manfaat sosial dan biaya sosial serta utilitas yang diperoleh. Nilai utilitas tangkapan
meliputi upah normal nelayan hingga nilai ikan bagi konsumen di atas harga yang
dibayarkan. Nilai tersebut termasuk nilai ikan yang didaratkan meliputi upah normal
nelayan hingga bagian dari rente sumber daya yang didapat oleh pemerintah. Nilai ikan
yang didaratkan terdiri dari manfaat sosial bersih (penerimaan bagi nelayan karena
kelebihan skill hingga nilai ikan bagi konsumen diatas harga yang dibayarkan) dan biaya
sosial (upah normal hingga biaya pengelolaan yang dikeluarkan pemerintah). Manfaat
sosial bersih terdiri dari surplus konsumen (nilai ikan bagi konsumen di atas harga yang
dibayarkan), rente sumber daya (bagian dari rente sumber daya yang didapat oleh nelayan
hingga bagian dari rente sumber daya yang didapat oleh pemerintah), surplus produsen
(penerimaan bagi nelayan karena kelebihan skill dan penerimaan bagi pemilik kapal
karena kelebihan skill), biaya pengelolaan (biaya pengelolaan yang dikeluarkan
pemerintah), dan biaya penangkapan (upah normal nelayan hingga biaya operasi
termasuk depresiasi).

( J)Nilai ikan bagi


Surplus konsumen diatas
konsumen harga yang
( dibayarkan
i)Bagian dari rente
sumberdaya yang
Manfaat didapat oleh
Nilai social (h) Bagian dari rente sumberdaya yg
Utilitas bersih didapat olehpemilik kapal
(net social Rente
Tangka-
benefit) Sumberdaya (g) Bagian dari rente sumberdaya yang
pan
(Utility didapat oleh nelayan
Value)
(f) Penerimaan pemilik kapal
Nilai Ikan karna kelebihan skill (highliner)
yg di Surplus
Darat produsen (e) Penerimaan nelayan karena
kan (rente) kelebihan skill (highliner)
(landed
value) (d) Biaya pengelolaan yang
dikeluarkan pemerintah
Biaya
Pengelolaan (c) Biaya operasi termasuk
depresiasi
Biaya
(b) Penerimaan normal dari
Sosial
modal yang ditanamkan pada
Biaya kalap, alat dan perlengkaan
Penangk
apan ( a)Upah normal
nelayan (normal
wages)

Diagram skematis manfaat dan biaya dalam perikanan (Copes 1986)

2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Oppurtunity Cost of Capital, Labor, dan Time! Berikan
contoh implementasinya dalam perikanan !
Jawab :
 Opportunity Cost
Oppurtunity Cost merupakan biaya korbanan. Dalam sektor perikanan, selain
mengetahui biaya privat, ada pula biaya korbanan. Hal tersebut terjadi karena adanya
intertemporal dari sumber daya ikan artinya ikan memerlukan waktu untuk tumbuh. Dari
sisi konsumen, aspek intemporal menyangkut preferensi waktu (time preference/
opportunity of time). Konsumen sering dicirikan dengan time preference yang positif
dimana mereka lebih memilih manfaat sekarang daripada manfaat kemudian hari (Fauzi
2006). Bagi tenaga kerja yang bekerja sebagai nelayan, maka sebenarnya ia
mengorbankan kesempatan untuk memberikan kontribusi di sektor lainnya. Dalam
perspektif ekonomi, kehilangan kesempatan ini merupakan biaya korbanan tenaga kerja
atau opportunity cost of labor yang nilainya diukur dari hilangnya kontribusi tenaga kerja
terhadap kegiatan produktif lainnya. Komponen ini biasanya diukur dengan setara upah
normal (normal wages) yang diharapkan diperoleh nelayan pada sektor lainnya (Fauzi
2010). Oppurtunity Cost dibagi menjadi 3, yakni Time (Waktu), Capital (Dana/modal),
dan juga Labor (SDM).
a. Oppurtunity Cost Of Time artinya biaya korbanan berupa waktu, dimana ikan
memerlukan waktu untuk tumbuh, sebagai ilustrasi seorang nelayan bisa
menangkap ikan pada hari ini, namun ukuran ikan masih relatif kecil dan
menghasilkan pendapatan yang tidak terlalu berlimpah. Sedangkan apabila
nelayan tersebut menunggu hingga beberapa bulan, maka ikan yang ditangkap
dapat mencapai ukuran yang lebih besar dan relatif lebih banyak (bila adanya
rekruitmen baik kelahiran/migrasi) sehingga pendapatan jauh lebih besar. Namun
dijangka waktu untuk menunggu ikan memerlukan waktu, disitulah letak biaya
korbanan dari waktu atau Oppurtunity Cost Of Time.
b. Oppurtunity Cost Of Capital artinya biaya korbanan berupa dana atau modal.
Pada saat tenggat waktu menunggu ikan yang akan ditangkap nanti (saat ikan
telah besar), dana/modal yang telah tersedia akan digunakan atau dilarikan
kemana. Itu juga merupakan biaya korbanan. Ada beberapa alternatif aliran dana
yang dapat digunakan, diantaranya adalah disimpan berupa deposito di bank,
dialirkan kedalam aset lain seperti tanah atau emas, atau dapat digunakan untuk
berwirausaha. Hal tersebut tergantung kebijakan masing-masing individu.
c. Oppurtunity Cost Of Labor artinya biaya korbanan berupa sumber daya
manusia (nelayan). Pada saat tenggat waktu menunggu ikan yang akan ditangkap
nanti (saat ikan telah besar), tenaga kerja yang bekerja sebagai nelayan dipastikan
sedang tidak ada kegiatan (pengangguran), maka dari itu termasuk biaya
korbanan. Pada saat seperti itu biasanya para nelayan melakukan pekerjaan lain
yang dilakukan agar dapur tetap mengebul. Salah satu alternatifnya yakni menjadi
membuka usaha, menambang, atau memancing dengan sederhana.

3. Buat uraian mengenai model Gordon Schaefer, sejarah, kelemahan, dan kelebihannya, fitur
modelnya, dan uraian formulasinya
Jawab :
Model Gordon-Schaefer merupakan model yang pertama dikembangkan untuk
menjelaskan perilaku ekonomi usaha penangkapan ikan (Munro dan Scoot, 1984). Model
Gordon-Schaefer disusun dari model fungsi produksi biologis dari Schaefer, biaya penangkapan,
dan harga ikan. Model ini dinyatakan sebagai fungsi dari upaya penangkapan. Asumsi yang
mendasari model ini adalah perubahan pada tingkat keluaran (produksi) tidak akan
mempengaruhi harganya, karena perikanan yang dianalisis merupakan salah satu dari sejumlah
perikanan kecil, terdapat kebebasan untuk ikut serta maupun berhenti berusaha menangkap ikan,
seluruh kondisi alam dan hubungan biologis adalah konstan, selektifitas alat tangkap tidak
berubah, terdapat hubungan linear antara biaya dengan tingkat upaya penangkapan (Anderson
1973).
Analisis fungsi produksi lestari perikanan tangkap yang dikembangkan oleh Schaefer,
hanya dapat menentukan tingkat pemanfaatan maksimum secara lestari berdasarkan aspek
biologi, sehingga belum mampu menetapkan tingkat pemanfaatan maksimum yang lestari secara
ekonomi. Untuk menjawab permasalahan ini, Gordon mengembangkan Model Schaefer dengan
cara memasukkan faktor harga per satuan hasil tangkap dan biaya per satuan upaya pada
persamaan fungsinya, yang kemudian dikenal sebagai “Model Statik Gordon-Schaefer”.
Tingkat upaya peningkatan dan produksi saat dicapai keuntungan maksimum ( E* , Q* )
dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Q* disebut sebagai tingkat hasil ekonomi maksimum (Maximum Economic Yield = MEY).
Berdasarkan persamaan Q* tersebut dapat dijelaskan, bahwa bila c = 0 maka keuntungan
maksimum dicapai pada saat dicapai MSY ; sedangkan bila c > 0 maka Q* < MSY. Semakin
besar nilai c akan semakin kecil nilai Q* dan E* ; sedangkan semakin besar nilai p akan semakin
besar nilai Q* dan E*

Keseimbangan bioekonomi Gordon-Schaefer

Model Gordon Scaefer memiliki kelebihan dari segi kesederhanaan dan kemudahannya.
Namun, model Gordon Scafer juga memeliki kelemahan antara lain menyangkut asumsi
permintaan yang bersifat elastis sempurna (harga konstan) dan keterbatasan pada struktur pasar
yang bersaing sempurna (perfectly competitive).
Daftar Pustaka

Anderson, K. P. 1973. Residential Demand for Electricity : Econometrics Estimates for


California and the United States. Journal of Business. Vol. 46, Issue 4. October 1973. pp.
526-532. USA.
Fauzi, Akhmad. 2006. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Gramedia. Jakarta
Fauzi, Akhmad. 2010. Ekonomi Perikanan Teori, Kebijakan, dan Pengelolaan. Gramedia. Jakarta
Joesron, Tati Suhartati dan M. Fathorrazi..2012. Teori Ekonomi Mikro. Graha.
Ilmu:Yogyakarta.
Kusumawardani, dkk. 2012. Analisis Surplus Konsumen dan Surplus Produsen Ikan Segar di
Kota Bandung. Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 4: 141-150
Mankiw NG, Romer D, Weil D. A Contribution to the Empirics of Economic Growth. Quarterly
Journal of Economics. 1992;107
Samuelson, Paul A dan Nordhaus, William D,2001, Ilmi Makro Ekonomi.Jakarta. PT.
Scott Morton, M.C., dan Wyman, J.,1984, : “Information Technology : A Strategic
Opportunity”, Sloan Management Review, Spring Edition,
Singh, I., L.Squire and J. Strauss. 1986. Agricultural Household Models : Extensions,
Applications and Policy. The Johns Hopkins University Press, Baltimore

You might also like