You are on page 1of 38

PROGRAM KEMANDIRIAN MASYARAKAT UNTUK

PEMULIHAN EKOSISTEM GAMBUT

DOKUMEN

IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISA SITUASI


(IMAS)

DESA : NAPAI
KECAMATAN : WOYLA BARAT
KABUPATEN : ACEH BARAT

FASILITATOR MASYARAKAT

1. NURLAILA, S.P
2. ARZEN, S.P.

DIREKTORAT PENGENDALIAN KERUSAKAN GAMBUT


DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP
KEMENTRIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
2018
LAPORAN IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISIS SITUASI (IMAS)
2018
GAMPONG NAPAI KECAMATAN WOYLA BARAT KABUPATEN ACEH BARAT

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang


telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua. Shalawat teriring
salam tak luput kita hantarkan kepada baginda Rasulullah SAW. Pada kesempatan
ini tim Fasilitator Gambu Aceh Program Kemandirian Masyarakat untuk
Pemulihan Ekosistem Gambut telah menyelesaikan tahapan awal pendampingan
sampai dengan penyusunan Dokumen Identifikasi Masalah dan Analisa Situasi
(IMAS) di Gampong Napai Kecamatan Woyla Barat Kabupaten Aceh Barat
Provinsi Aceh.
Dokumen identifikasi masalah dan analisa situasi ini dapat dijadikan acuan
atau dasar pertimbangan dan referensi dimasa yang akan datang baik dalam tahap
perencanaan, pelaksanaan, maupun evaluasi dalam upaya perbaikan kedepan.
Dokumen IMAS ini berisi tentang tahapan kegiatan pelaksanaan program yang
lebih berfokus pada permasalahan terkait lahan gambut yang ada di wilayah
Gampong Napai.
Dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa penyusunan dokumen
IMAS ini masih banyak kekeliruan dan jauh dari kesempurnaan dari segi isi
maupun penulisan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun guna kesempurnaan laporan kegiaatn ini di masa mendatang.
Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan dokumen
IMAS ini terutama kepada semua masyarakat dan para relawan yang terlibat aktif
pada program ini kami ucapkan terima kasih, harapan kami dokumen ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

Aceh Barat, Mei 2018


Fasilitator Gambut Aceh

ii
LAPORAN IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISIS SITUASI (IMAS)
2018
GAMPONG NAPAI KECAMATAN WOYLA BARAT KABUPATEN ACEH BARAT

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. ii


DAFTAR ISI ................................................................................................. iii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. vi

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1


1.1. Latar belakang ..................................................................... 1
1.2. Tujuan ................................................................................. 4
1.3. Lokasi .................................................................................. 4
1.4. Waktu .................................................................................. 4
1.5. Fasilitator ............................................................................ 5

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI ................................................. 6


2.1. Letak Gampong ................................................................... 6
2.2. Jumlah Penduduk ................................................................ 7
2.3. Mata Pencaharian Penduduk ............................................... 8
2.4. Penggunaan Lahan .............................................................. 8
2.5. Profil Lahan Gambut Gampong Napai ............................... 9
2.6. Potensi dan Permasalahan Ekosistem Gambut Gampong
Napai ................................................................................... 10

BAB III METHODOLOGI ......................................................................... 11


3.1. Sumber Data dan Informasi ................................................ 11
3.2. Alat dan Tahapan Pengambilan Data .................................. 11
3.3. Teknik Menggali Data dan Informasi ................................. 12
3.4. Analisis Data ....................................................................... 15

BAB IV HASIL DAN OPSI PROGRAM .................................................. 16


4.1. Hasil Identifikasi Masalah dan Analisa Situasi (IMAS) ..... 16
4.2. Opsi Program ...................................................................... 28

iii
LAPORAN IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISIS SITUASI (IMAS)
2018
GAMPONG NAPAI KECAMATAN WOYLA BARAT KABUPATEN ACEH BARAT

DAFTAR TABEL

1. Jumlah Dusun dalam Gampong Napai .................................................. 6


2. Jumlah Penduduk Gampong Napai Tahun 2016 .................................... 7
3. Jenis Mata Pencaharian Penduduk Gampong Napai .............................. 8
4. Penggunaan Lahan Gampong Napai ...................................................... 9
5. Struktur Kelompok TK-PPEG Gampong Napai .................................... 19
6. Opsi Program Gampong Napai .............................................................. 30

iv
LAPORAN IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISIS SITUASI (IMAS)
2018
GAMPONG NAPAI KECAMATAN WOYLA BARAT KABUPATEN ACEH BARAT

DAFTAR GAMBAR

1. Peta Administrasi Gampong Napai ........................................................ 7


2. Koordinasi dengan DLH Kabupaten Aceh Barat ................................... 17
3. Koordinasi sekaligus Perizinan dengan Keuchik Gampong Napai ....... 17
4. Sosialisasi Program di Gampong Napai ................................................ 18
5. Pembentukan Kelompok TK-PPEG di Gampong Napai ....................... 19
6. Penyerahan SK kepada Kelompok TK-PPEG di Gampong Napai ........ 19
7. Pemetaan Sosial bersama Kelompok TK-PPEG di Gampong Napai .... 20
8. Transect Walk Fasilitator bersama Kelompok TK-PPEG ..................... 21
9. Diskusi Perencanaan Sekat Kanal .......................................................... 21
10. Lahan Gambut di Gampong Napai ........................................................ 25
11. Budidaya Seree Wangi di Lahan Gambut .............................................. 25
12. Sekat Kanal di Lahan Masyarakat ......................................................... 26
13. Identifikasi Masalah dan Potensi di Lahan Gambut .............................. 26
14. Diagram Venn Hubungan Keberadaan Lembaga Masyarakat yang
Berkaitan dengan Lahan Gambut di Gampong Napai ........................... 28
15. Diskusi Opsi Program ............................................................................ 29
16. Penentuan Opsi Program Prioritas ......................................................... 29
17. Peta lokasi Usulan Pembangunan Sekat Kanal dan Pintu Air ............... 32

v
LAPORAN IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISIS SITUASI (IMAS)
2018
GAMPONG NAPAI KECAMATAN WOYLA BARAT KABUPATEN ACEH BARAT

DAFTAR LAMPIRAN

1. SK Pembentukan Kelompok TK-PPEG Gampong Napai ..................... 33


2. Daftar Hadir Pertemuan FGD IMAS .................................................... 36
3. Peta Sosial Gampong Napai ................................................................... 38

vi
LAPORAN IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISIS SITUASI (IMAS)
2018
GAMPONG NAPAI KECAMATAN WOYLA BARAT KABUPATEN ACEH BARAT

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Lahan gambut merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat

penting dalam ketersedian berbagai jasa lingkungan bagi kehidupan masyarakat.

Hutan rawa gambut berperan dalam hal penyimpanan karbon maupun sebagai

habitat bagi keanekaragaman hayati yang penting dan unik. Ekosistem gambut

perlu dikelola dengan baik karena memiliki fungsi ekologis, seperti menyimpan

cadangan karbon jutaan ton yang terkait dengan mitigasi perubahan iklim.

Indonesia memiliki lahan gambut yang sangat luas, yaitu sekitar 21 juta hektar

luas daratan Indonesia.1

Dari waktu ke waktu, ekosistem gambut di Indonesia terdegradasi.

Kesalahan pendekatan dalam pengelolaan ekosistem gambut yang terjadi di

Indonesia pada umumnya dan khususnya di Propinsi Aceh, telah berdampak pada

menurunnya manfaat-manfaat ekonomi, lingkungan dan sosial, terutama bagi

masyarakat yang hidup dan tergantung dari sumberdaya alam hutan rawa gambut.

Kubah-kubah gambut yang semestinya dilindungi karena kemampuannya

menyimpan air, banyak yang dirusak. Tanah gambut pada musim kemarau

umumnya mengalami kekeringan pada lapisan permukaannya disebabkan

menurunnya permukaan air tanah akibat pembuatan saluran drainase berlebihan.2

1
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Laporan Tahunan
2008. Konsorsium Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim pada Sektor Pertanian.
2
Profil ICCTF (2012) tentang Pengelolaan Lahan Gambut Berkelanjutan.

1
LAPORAN IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISIS SITUASI (IMAS)
2018
GAMPONG NAPAI KECAMATAN WOYLA BARAT KABUPATEN ACEH BARAT

Faktornya karena pembukaan lahan gambut dimanfaatkan bagi kegiatan

pengembangan komoditas, baik tanaman hutan, perkebunan dan pertanian sebab

lahan gambut itu merupakan kawasan yang masih memiliki peluang untuk

dikembangkan. Dimana saluran drainase dibuat lebar dan dalam dengan tujuan

mengeringkan air dari lahan gambut lebih cepat menyebabkan subsiden

(penurunan) terhadap gambut dan rawan terbakar.

Menyusutnya luasan lahan gambut dalam skala besar hanya akan

menyisakan kemiskinan bagi masyarakat, bukan saja karena hilang atau

menipisnya sumber daya pencaharian mereka, tetapi juga karena masyarakat lokal

harus mensubsitusi atau bahkan menyediakan upaya dan dana tambahan untuk

menggantikan fungsi dan manfaat lahan gambut yang menurun atau bahkan hilang

akibat kegiatan pengrusakan tersebut. Rusaknya ekosistem gambut menyebabkan

berkurangnya fungsi penting sebagai pemasok air, pengendalian banjir serta

pencegah intrusi air laut ke daratan.

Langkah antisipasi pencegahan serta penanganan kerusakan dan hilangnya

lahan gambut perlu dilakukan, karena bahaya dan kerugian yang ditimbulkan

kemudian tidak hanya menerpa masyarakat disekitar lokasi saja, akan tetapi juga

akan menimbulkan implikasi lingkungan dan sosial yang berskala regional bahkan

global. Jika karbon yang terkandung dalam gambut kemudian dilepaskan maka

akan secara signifikan menambah kadar karbon di atmosfir. Tidak hanya

berdampak secara langsung untuk manusia, kerusakan lahan gambut juga akan

berakibat langsung terhadap kehidupan keanekaragaman hayati di dalamnya.

2
LAPORAN IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISIS SITUASI (IMAS)
2018
GAMPONG NAPAI KECAMATAN WOYLA BARAT KABUPATEN ACEH BARAT

Kondisi di lapangan menunjukkan banyak sekali masyarakat Indonesia

yang sangat bergantung kepada nilai dan fungsi yang dikandung oleh lahan

gambut. Produk hutan rawa gambut dijadikan sebagai sandaran utama kehidupan

masyarakat, baik berupa kayu maupun non-kayu. Kegiatan pembangunan yang

tidak terkendali acap kali menimbulkan dampak yang sangat buruk bagi lahan

gambut, dan akhirnya berimbas pula pada kehidupan masyarakat lokal yang

hidupnya bergantung pada keberadaan lahan gambut. Pembukaan hutan gambut

dalam skala besar hanya akan menyisakan kemiskinan bagi masyarakat, bukan

saja karena hilang atau menipisnya sumber daya pencaharian mereka, tetapi juga

karena masyarakat lokal harus mensubsitusi atau bahkan menyediakan upaya dan

dana tambahan untuk menggantikan fungsi dan manfaat lahan gambut yang

menurun atau bahkan hilang akibat kegiatan perusakan tersebut.

Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melalui

Direktorat Pengendali Kerusakan Gambut menimbang perlu adanya tindakan guna

mengurangi kerusakan lahan gambut. Tindakan yang dilakukan berupa

penyampaian Program Kemandirian Masyarakat Melalui Perlindungan Ekosistem

Gambut dengan bantuan tenaga Fasilisator Gambut Aceh (FGA) yang berlokasi di

Gampong Napai Kecamatan Woyla Barat Kabupaten Aceh Barat. Pendekatan

partispatif dilakukan dengan teknik Identifikasi Masalah dan Analisis Situasi atau

disebut IMAS. Melalui IMAS masyarakat dapat mengenal lebih dekat terkait

permasalahan-permasalahan di lahan gambut dan berupaya untuk melindungi

ekosistem gambut melalui program tersebut.

3
LAPORAN IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISIS SITUASI (IMAS)
2018
GAMPONG NAPAI KECAMATAN WOYLA BARAT KABUPATEN ACEH BARAT

1.2. Tujuan

Program Kemandirian Masyarakat untuk Pemulihan Ekosistem Gambut

bertujuan untuk meningkatkan kualitas lingkungan sebagai upaya pengendalian

kerusakan ekositem di lahan gambut yang berkepanjangan pada Gampong Napai

Kecamatan Woyla Barat Kabupaten Aceh Barat. Melalui IMAS kegiatan ini

diharapkan dapat meningkatkan kapasitas masyarakat dalam upaya pengendalian

kerusakan ekosistem gambut diwilayahnya, mengembangkan organisasi

kelembagaan di dalam masyarakat yang diharapkan dapat berperan aktif dalam

pencegahan kerusakan ekosistem gambut.

1.3. Lokasi

Lokasi pelaksanaan Program Kemandirian Masyarakat untuk Pemulihan

Ekosistem Gambut berada di Gampong Napai, khususnya berada di Dusun

Sentosa dan Lubok Buya Kecamatan Woyla Barat Kabupaten Aceh Barat Provinsi

Aceh dengan luas area ±450 hektare.

1.4. Waktu

Waktu pelaksanaan Program Kemandirian Masyarakat untuk Pemulihan

Ekosistem Gambut berlangsung selama 3 bulan terhitung sejak April sampai

dengan Juni 2018.

4
LAPORAN IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISIS SITUASI (IMAS)
2018
GAMPONG NAPAI KECAMATAN WOYLA BARAT KABUPATEN ACEH BARAT

1.5. Fasilitator

Fasilitator Masyarakat atau disebut dengan Fasilitator Gambut Aceh

(FGA) yang mendampingi lokasi program terdiri dari 2 orang. FGA direkrut

secara resmi oleh Fakultas Pertanian Unsyiah bekerjasama dengan Kementrian

Lingkungan Hidup dan Kehutanan. FGA bertugas mendampingi kelompok

TKPPEG dalam skema IMAS sampai dengan tahapan penyusunan Rencana Kerja

Masyarakat (RKM).

5
LAPORAN IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISIS SITUASI (IMAS)
2018
GAMPONG NAPAI KECAMATAN WOYLA BARAT KABUPATEN ACEH BARAT

BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI

2.1. Letak Gampong

Gampong Napai terletak di wilayah kemukiman Lhok Male Kecamatan

Woyla Barat Kabupaten Aceh Barat Provinsi Aceh. Secara topografi Gampong

Napai termasuk dalam kategori dataran tinggi dengan ketinggian 25 meter dari

permukaan laut (mdpl). Secara geologi Gampong Napai memiliki tanah berupa

tanah keras dan sebagian lagi bergambut. Secara iklim mempunyai kategori

daerah tropis yang terdiri dari 2 musim yaitu musim hujan dan musim kemarau.

Terkait dengan administrasi pemerintahan, wilayah Gampong Napai

terbagi ke dalam tingkat Dusun. Adapun jumlah Dusun adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Jumlah Dusun dalam Gampong Napai

No Nama Dusun Jumlah Rumah Tangga (RT) Jumlah Penduduk


1 Lamkuta 43 142
2 Sentosa 42 120
3 Leubok Buya 47 138
Total 132 400
Sumber : Sekretariat Gampong Napai 2017

Adapun batas-batas wilayah Gampong Napai adalah sebagai berikut,

a. Sebelah Utara : Sungai Kecamatan Woyla Barat

b. Sebelah Timur : Gampong Blang Cot Mameh Kecamatan Woyla Barat

c. Sebelah Selatan : Hutan Kecamatan Woyla Barat

d. Sebelah Barat : Gampong Pasi malee Kecamatan Woyla Barat

6
LAPORAN IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISIS SITUASI (IMAS)
2018
GAMPONG NAPAI KECAMATAN WOYLA BARAT KABUPATEN ACEH BARAT

Gambar 1. Peta Administrasi Gampong Napai

2.2. Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk Gampong Napai sebesar 400 yang terdiri atas 188 laki-

laki dan 209 perempuan, secara lebih rinci sebagaimana tercantum dalam tabel

berikut,

Tabel 2. Jumlah Penduduk Gampong Napai Tahun 2016

Penduduk
No Nama Dusun Jumlah Penduduk
Laki-Laki Perempuan
1 Lamkuta 63 79 142
2 Sentosa 62 58 120
3 Leubok Buya 63 75 138
Total 188 209 400
Sumber : Sekretariat Gampong Napai 2017

7
LAPORAN IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISIS SITUASI (IMAS)
2018
GAMPONG NAPAI KECAMATAN WOYLA BARAT KABUPATEN ACEH BARAT

2.3. Mata Pencaharian Penduduk

Mata pencaharian penduduk di Gampong Napai banyak bergerak di sektor

Pertanian dan Kehutanan, sebagaimanya yang terlihat pada tabel berikut,

Tabel 3. Jenis Mata Pencaharian Penduduk Gampong Napai

No Bidang Usaha Jumlah


1 Pertanian, Pemburuan dan Kehutanan 150
2 Pertambangan dan Penggalian -
3 Industri Pengolahan -
4 Listrik, Gas dan Air -
5 Bangunan dan Kontruksi -
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran -
7 Angkutan dan Komunikasi -
8 Lembaga Keuangan -
9 Jasa-Jasa Lainnya 13
Total 163
Sumber : Sekretariat Gampong Napai 2017

2.4. Penggunaan Lahan

Pemanfaatan ruang atau penggunaan lahan di Gampong Napai pada

umumnya digunakan untuk keperluan areal perkampungan dan pemukiman

penduduk, areal perkebunan, sawah, ladang tegalan, areal budidaya perikanan

darat, semak belukar dan persawahan. Guna melindungi dan melestarikan fungsi

lingkungan hidup dengan tetap melaksanakan pembangunan yang berkelanjutan,

maka penentuan kawasan-kawasan dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa

wilayah sebagaimana yang tertera pada rencana pola ruang Kabupaten Aceh

Barat. Luas wilayah Gampong Napai adalah 835 hektare yang terdiri dari :

8
LAPORAN IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISIS SITUASI (IMAS)
2018
GAMPONG NAPAI KECAMATAN WOYLA BARAT KABUPATEN ACEH BARAT

Tabel 4. Penggunaan Lahan Gampong Napai

No Penggunaan Lahan Luas (Ha)


1 Tanah Sawah 55
2 Perkarangan/ Bangunan 20
3 Pemukiman 200
4 Kebun Campuran 100
5 Pertanian Lahan Gambut 450
4 Penggunaan Lainnya (Sungai, Jalan, dll) 10
Total 835
Sumber : Sekretariat Gampong Napai 2017

2.5. Profil Lahan Gambut Gampong Napai

Lahan gambut di Gampong Napai berada dalam kawasan Dusun Sentosa

dan Lubok Buya dengan luas areal ± 450 Ha. Awalnya masyarakat membuka

sendiri lahan dikawasan lahan gambut itu dengan luasan tertentu sesuai

kemampuan biaya mereka dan setelah membersihkan mereka menanami tanaman

karet dan sawit. Pada tahun 2009 baru dibuka lahan kawasan gambut secara

keseluruhan melalui dana gampong sampai ke perbatasan dengan gampong lain

hingga batas perkebunan sawit PT. PAL untuk rogram pengelolaan lahan gambut

kepada masyarakat gampong.

Kegiatan buka lahan diawali dengan pembuatan drainase/ kanal dan

dibangun badan jalan untuk akses ke kebun tersebut dengan menggunakan alat

berat. Cara pembagian lahan yaitu melalui undian lalu diberi patok. Pembagian

lahan dilakukan pada tahun 2011 dengan luasan 2 hektare/kk untuk 114 KK.

Sampai saat ini lahan masyarakat di lahan gambut yang telah dikerjakan untuk

ditanam sawit dan karet adalah ± 200 Ha.

9
LAPORAN IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISIS SITUASI (IMAS)
2018
GAMPONG NAPAI KECAMATAN WOYLA BARAT KABUPATEN ACEH BARAT

2.6. Potensi dan Permasalahan Ekosistem Gambut Gampong Napai

Lahan gambut Gampong Napai memiliki banyak potensi untuk

pengembangan perekonomian masyarakat. Potensi tersebut dapat dikembangkan

baik dari sektor pertanian/perkebunan, perikanan, peternakan maupun kehutanan.

Tidak menutup kemungkinan juga dapat dikembangkan pola agroforestri untuk

menjaga kestabilan ekosistem. Tanaman perkebunan pada lahan gambut gampong

napai didominasi oleh sawit dan karet. Tetapi banyak ditemukan tanaman sawit

yang pertumbuhannya tidak tegak dan hampir roboh karena topangan permukaan

tanah tidak kuat dan daun kelapa sawit ketika sudah berumur 4 tahun menjadi

menguning, diperkirakan karena kadar pH gambut terlalu asam dan lama

kelamaan bisa mati sendiri.

Permasalahan terbesar pada lahan gambut saat ini adalah terjadinya

penurunan permukaan tanah akibat pembukaan drainase/ kanal untuk

pengembangan budidaya tanaman pertanian dan perkebunan. Menurunnya volume

air tanah dapat berbahaya bagi kestabilan ekosistem gambut dan berpotensi

terjadinya kebakaran pada musim kemarau. Pembukaan lahan gambut dan

pembuatan drainase/ kanal menyebabkan lahan gambut terjadi subsiden. Hal ini

disebabkan karena kurangnya pemahaman masyarakat tentang pengelolaan lahan

gambut. Masyarakat menganggap semakin lahan dikeringkan maka akan semakin

bagus untuk budidaya tanaman khususnya sawit.

10
LAPORAN IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISIS SITUASI (IMAS)
2018
GAMPONG NAPAI KECAMATAN WOYLA BARAT KABUPATEN ACEH BARAT

BAB III
METHODOLOGI

3.1. Sumber Data dan Informasi

Sumber data dan informasi yang diperoleh untuk menunjang terlaksananya

Program Kemandirian Masyarakat untuk Pemulihan Ekosistem Gambut berasal

dari hasil wawancara langsung dengan stakeholder dan kunjungan lapangan

dalam skema IMAS. Data pendukung lainnya berasal dari Profil Gampong dan

Rencana Kerja Pembangunan Gampong (RKPG) Napai Kecamatan Woyla Barat

Kabupaten Aceh Barat Provinsi Aceh.

3.2. Alat dan Tahapan Pengambilan Data

Alat dan tahapan pengambilan data pada proses Identifikasi Masalah dan

Analisis Situasi (IMAS) meliputi :

a. Konsolidasi dan sosialisasi program

Tahapan ini meliputi perkenalan, sosialisasi rencana kerja, gambaran umum

tentang masyarakat, gambaran umum tentang gambut, dan informasi lainnya

terkait pelaksanaan program.

b. Inventarisasi data komunitas

Data yang dikumpulkan berupa jumlah penduduk, mata pencaharian

penduduk, luas wilayah, luas lahan gambut, dan data pendukung lainnya.

c. Pembentukan Kelompok TK-PPEG

Tahapan pembentukan kelompok meliputi ikatan sosial dan penataan

kelembagaan.

11
LAPORAN IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISIS SITUASI (IMAS)
2018
GAMPONG NAPAI KECAMATAN WOYLA BARAT KABUPATEN ACEH BARAT

d. Pemetaan sosial berbasis gambut

Memetakan perencanaan program dan lokasi program bersama kelompok

TK-PPEG.

e. Transect walk

Melakukan peninjauan langsung ke lapangan, inventarisasi masalah dan

solusi pada lahan gambut bersama kelompok TK-PPEG.

f. Rapid technical assessment

Rapid technical assessment merupakan media untuk mengenali detail profil

lahan gambut terkait permasalahan, potensi dan solusi Kegiatan ini dilakukan

bersamaan pada saat transect walk untuk mengidentifikasi muka air tanah,

struktur tanah, dan komoditi yang tumbuh baik yang sengaja dibudidayakan

maupun yang tumbuh liar. Hasil identifikasi dapat disesuaikan pada opsi

program yang akan diusulkan sebagai Rencana Kerja Masyarakat (RKM).

g. Diagram venn

Inventarisasi lembaga yang peduli gambut dan pemetaan koordinasi antar

lembaga maupun mitra kerja bersama kelompok TK-PPEG.

h. Opsi program

Inventarisasi opsi program dan penentuan prioritas program (jangka pendek

dan jangka panjang) bersama kelompok TK-PPEG.

3.3. Teknik Menggali Data dan Informasi

Teknik pengumpulan data dan informasi pada kegiatan ini menggunakan

metode deskriptif. Metode deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti

status sekelompok manusia, suatu objek, kondisi, sistem pemikiran ataupun kelas

12
LAPORAN IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISIS SITUASI (IMAS)
2018
GAMPONG NAPAI KECAMATAN WOYLA BARAT KABUPATEN ACEH BARAT

peristiwa pada masa sekarang. Tujuannya adalah untuk mendeskripsikan atau

menggambarkan suatu objek secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-

fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.3

Metode deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat serta

tatacara yang berlaku dalam masyarakat berdasarkan situasi-situasi tertentu,

termasuk tentang hubungan, kegiatan, sikap, pandangan ataupun proses yang

sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.4 Dapat

dikatakan bahwa metode deskriptif merupakan metode yang berusaha

menggambarkan suatu gejala atau peristiwa yang terjadi pada saat sekarang atau

masalah aktual.

Ciri-ciri metode deskriptif diantaranya :

1. Memusatkan perhatian pada permasalahan yang ada pada saat penelitian

dilakukan.

2. Menggambarkan fakta tentang permasalahan yang diselidiki sebagaimana

adanya, diiringi dengan interpretasi rasional yang seimbang.

3. Pekerjaan peneliti bukan hanya memberikan gambaran terhadap fenomena-

fenomena, tetapi juga menerangkan hubungan, menguji hipotesis, membuat

prediksi serta mendapatkan makna dan implikasi dari suatu masalah.

3
Nazir (1988:63) dalam Buku “Contoh Metode Penelitian”
4
Whintney (1960) dalam tulisan Moh. Nazir (2005)tentang Metode Penelitian

13
LAPORAN IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISIS SITUASI (IMAS)
2018
GAMPONG NAPAI KECAMATAN WOYLA BARAT KABUPATEN ACEH BARAT

Teknik yang dipakai pada kegiatan ini adalah sebagai berikut :

1. Observasi; adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan sengaja,

sistematis mengenai fenomena sosial dan gejala-gejala pisis untuk kemudian

dilakukan pendataan. Dalam kegiatan ini Fasilitator langsung terjun ke

lapangan menjadi partisipan untuk menemukan dan mendapatkan data.

2. Wawancara; adalah suatu bentuk komunikasi verbal (percakapan) yang

bertujuan untuk memperoleh informasi. Fasilitator melakukan komunikasi

dalam keadaan langsung (tatap muka) maupun tidak langsung. Kegiatan

mewawancarai merupakan upaya untuk memperoleh keterangan yang lebih

jelas atau lebih mendalam. Narasumber meliputi perangkat Gampong,

masyarakat yang bertani di lahan gambut, dan stakeholder yang memiliki

kepentingan lainnya.

3. Diskusi kelompok; salah satu metode untuk memberikan kesempatan kepada

seluruh peserta pertemuan/ diskusi dalam rangka memberikan pendapat,

tanggapan, gagasan dan sanggahan terhadap suatu topik. Peserta diskusi

bersifat umum bebas dan tidak terbatas. Tujuan khusus dari diskusi kelompok

adalah memperoleh kesempatan atau rumusan terhadap suatu pandangan dari

topic yang dibahas terkait pelaksanaan program.

4. Focus Group Discussion (FGD); metode yang dilakukan hampir sama dengan

diskusi kelompok, yang membedakan hanyalah kapasitas peserta lebih

terbatas. Kegiatan ini memungkinkan setiap peserta diskusi menyumbang

perspektif yang berbeda satu sama lain. FGD adalah kelompok khusus yang

dipandang dari segi tujuan, komposisi dan prosedure.

14
LAPORAN IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISIS SITUASI (IMAS)
2018
GAMPONG NAPAI KECAMATAN WOYLA BARAT KABUPATEN ACEH BARAT

3.4. Analisis Data

Teknik analisis data adalah serangkaian kegiatan mengolah data yang telah

dikumpulkan dari lapangan menjadi seperangkat hasil baik dalam bentuk

penemuan-penemuan baru maupun dalam bentuk kebenaran hipotesa.5 Teknika

analisis data adalah unsur yang paling penting dalam penelitian, karena

melakukan analisis maka data tersebut menjadi bermakna dan berguna dalam

memecahkan masalah serta dapat digunakan dalam menjawab permasalahan

penelitian.6

5
Nawawi (1991) tentang Metodologi Penelitian Bidang Sosial
6
Erna W. dan Mukhtar (2000) tentang Konstruksi Kearah Penelitian Deskriptif

15
LAPORAN IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISIS SITUASI (IMAS)
2018
GAMPONG NAPAI KECAMATAN WOYLA BARAT KABUPATEN ACEH BARAT

BAB IV
HASIL DAN OPSI PROGRAM

4.1. Hasil Identifikasi Masalah dan Analisa Situasi (IMAS)

Gampong Napai memliki luas lahan gambut ±450 Ha yang berada di

kawasan Dusun Sentosa dan Lubok Buya. Kedalam lahan gambut rata-rata

berkisar ≥3 meter dengan kedalaman air tanah 0,5-2 meter. Pada lahan yang sudah

dibuka untuk pengembangan budidaya tanaman, terdapat saluran drainase/ kanal

dengan lebar 2-3 meter. Komoditi yang sedang dikembangkan oleh masyarakat

berupa sawit, karet, sere wangi, kopi robusta, dan beberapa komoditi lain sebagai

penunjang.

Guna mendukung pelaksanaan Program Kemandirian Masyarakat untuk

Pemulihan Ekosistem Gambut, ada beberapa tahapan proses yang dilakukan untuk

Identifikasi Masalah dan Analisa Situasi (IMAS), yaitu :

a. Konsolidasi dan sosialisasi program

Konsolidasi dan sosialisasi program dilakukan dengan mengadakan

pertemuan bersama stakeholder pemangku kepentingan. Hal tersebut dilakukan

sebagai dukungan agar perencanaan pelaksanaan program kemandirian

masyarakat untuk pemulihan ekosistem gambut dapat berjalan sebagaimana

mestinya. Selanjutnya dilakukan tahapan sosialisasi tingkat lanjut bersama

aparatur Gampong dan perwakilan masyarakat untuk mendapatkan informasi atau

gambaran umum mengenai situasi dan kondisi sosial masyarakat dan keadaan

lahan gambut di Gampong Napai.

16
LAPORAN IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISIS SITUASI (IMAS)
2018
GAMPONG NAPAI KECAMATAN WOYLA BARAT KABUPATEN ACEH BARAT

Gambar 2. Koordinasi dengan DLH Kabupaten Aceh Barat

Gambar 3. Koordinasi sekaligus Perizinan dengan Keuchik Gampong Napai

17
LAPORAN IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISIS SITUASI (IMAS)
2018
GAMPONG NAPAI KECAMATAN WOYLA BARAT KABUPATEN ACEH BARAT

Gambar 4. Sosialisasi Program di Gampong Napai

b. Inventarisasi data komunitas

Data yang dikumpulkan berupa jumlah penduduk, mata pencaharian

penduduk, luas wilayah, luas lahan gambut, dan data pendukung lainnya. Data

komunitas sangat penting untuk diinventarisasi sebagai pegangan tim fasilitator

yang ada dilapangan, sehingga informasi menjadi sangat penting untuk proses

pendampingan dengan melihat kondisi yang ada untuk dijadikan bahan diskusi

dan tindakan program. Sumber informasi diperoleh melalui profil Gampong dan

dokumen lain yang ada di lingkungan Gampong.

c. Pembentukan Kelompok TK-PPEG

TK-PPEG (Tim Kerja Perlindungan dan Pengelolaan Ekosistem Gambut)

adalah organisasi yang dibentuk dengan prinsip dari dan untuk masyarakat.

Kelompok yang terbentuk merupakan representative masyarakat yang akan

bekerjasama dengan Tim Fasilitator untuk menetapkan opsi program sampai

kepada penyusunan dokumen IMAS dan RKM. Proses pembentukan TK-PPEG

dilakukan berdasarkan hasil rembug warga. Adapun struktur kelompok TK-PPEG

Gampong Napai dapat dilihat pada Tabel 5, SK pembentukan kelompok terlampir.

18
LAPORAN IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISIS SITUASI (IMAS)
2018
GAMPONG NAPAI KECAMATAN WOYLA BARAT KABUPATEN ACEH BARAT

Tabel 5. Struktur Kelompok TK-PPEG Gampong Napai

No Nama Jabatan
1 Abdurrahman Ketua
2 M. Saman Sekretaris
3 Ridwan Bendahara
4 Sudirman Anggota
5 Salman Farisi Anggota
6 Dasril Anggota
7 Musliadi Anggota
8 Afrizal Anggota
9 Abu Yazid Anggota
10 Ibrahim Anggota
11 Zaini Hasan Anggota
Sumber : Musyawarah Gampong Napai 4 Mei 2018

Gambar 5. Pembentukan Kelompok TK-PPEG di Gampong Napai

Gambar 6. Penyerahan SK kepada Kelompok TK-PPEG di Gampong Napai

19
LAPORAN IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISIS SITUASI (IMAS)
2018
GAMPONG NAPAI KECAMATAN WOYLA BARAT KABUPATEN ACEH BARAT

d. Pemetaan sosial berbasis gambut

Kegiatan pemetaan sosial dilakukan di Gampong Napai bersama

kelompok TK-PPEG untuk mendapatkan gambaran letak posisi lahan gambut dan

aktivitas lainnya di lahan gambut. Hasil pemetaan dan informasi dari anggota

bahwasanya lahan gambut berada bertepatan di arah tenggara Gampong Napai

yang berbatasan langsung dengan lahan gambut Gampong Blang Luah di bagian

Barat. Luas lahan gambut Gampong Napai diperkirakan ±450 hektare.

Gambar 7. Pemetaan Sosial bersama Kelompok TK-PPEG di Gampong Napai

e. Transect walk

Transect walk adalah alat dan strategi untuk mengenal lebih dekat

karakteristik lahan yang berada di Gampong Napai guna inventarisasi masalah dan

solusi pada lahan gambut bersama kelompok TK-PPEG. Setelah melakukan

20
LAPORAN IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISIS SITUASI (IMAS)
2018
GAMPONG NAPAI KECAMATAN WOYLA BARAT KABUPATEN ACEH BARAT

inventarisir dan pemetaan sosial, tim fasilitator bersama TK-PPEG melakukan

transect walk ke lapangan. Banyak permaslahan yang dirangkum oleh tim

fasilitator bersama TK-PPEG berdasarkan hasil pantauan. Transect walk

dilakukan sampai ke perbatasan Gampong dan Kecamatan dengan melakukan

tracking saraya mengidentifikasi secara detail setiap permasalahn yang ditemukan

di lapangan yang nantinya dirangkum dalam RTA.

Gambar 8. Transect Walk Fasilitator bersama Kelompok TK-PPEG

Gambar 9. Diskusi Perencanaan Sekat Kanal

21
LAPORAN IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISIS SITUASI (IMAS)
2018
GAMPONG NAPAI KECAMATAN WOYLA BARAT KABUPATEN ACEH BARAT

Hasil yang didapat dari kegiatan transect walk ini diantaranya :

1. Lahan gambut ini awalnya masyarakat membuka sendiri lahan tersebut lalu

menanami karet dan sawit. Kemudian tahun 2009 barulah dibuka lahan

keseluruhan melalui program dana desa. Membuat badan jalan dan drainase

kanal dan pergerjaannya bertahap-tahap. Pada tahun 2011 lahan gambut itu

dibagikan ke masyarakat dengan luas masing-masing 45 m x 500 m atau 2,25

Ha/KK. Pembagian lahan untuk 114 KK dengan cara udian lalu diberi patok

dan untuk lahan desa 4 Ha. Sampai saat ini pemanfaatan lahan gambut yang

sudah dibagikan itu sudah ditanami sawit atau karet seluas ± 200 Ha.

2. Terdapat beberapa lokasi terjadi kebakaran antara lain di lahan desa dan lahan

pembagian untuk masyarakat yang telah ditanami maupun yang belum

ditanami dengan tanaman. Lahan yang terbakar tapi belum ada tanamannya

sekarang ditumbuhi dengan berbagai vegetasi dan didominasi dengan

tumbuhan pakis-pakisan. Sementara bekas kebakaran yang dulunya sudah ada

tanaman didalamnya itu ditandai dengan masih adanya pokok kayu (batang

karet) yang berdiri tegak tapi telah mati. Tetapi kalau lahan yang ditanami

sawit dan terbakar itu tidak tersisa.

3. Jika terjadi kebakaran lahan gambut, Keuchik dan perangkat gampong selalu

mendapat panggilan ke Polres untuk dimintai keterangan tentang pelaku

pembakaran. Memang sangat sulit mencari pelakunya karena kebakaran

kadang terjadi malam dan lokasi gambut sangat jauh dari permukiman warga

sehingga luput dari perhatian sehingga tidak bisa asal menuduh. Kebakaran

pertama terjadi pada tahun 2014. Menurut informasi umumnya pemicu

kebakaran adalah karena sumber api dari hembusan angin tempat terjadi

22
LAPORAN IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISIS SITUASI (IMAS)
2018
GAMPONG NAPAI KECAMATAN WOYLA BARAT KABUPATEN ACEH BARAT

kebakaran besar di lokasi gambut gampong lainnya contohnya dari gampong

Blang Luah ataupun dari Suak Raya. Kemudian kebakakaran besar terjadi

tahun 2016 dimana kedalaman api lebih dari 1 meter, sehingga warga beserta

tim dari Polsek Kecamatan, Babinkamtibmas dan unsur dari Dinas kehutanan

juga ikut mencoba memadamkan api dengan menyiram menggunakan alat

dan sarana yang ada, cukup kewalahan dalam mengendalikan dan

memadamkan api yang telah menjalar luas sehingga upaya ini tidak berhasil

dan akhirnya hanya menunggu api padam dengan sendirinya.

4. Flora yang ada di ekosistem lahan gambut ini sudah tidak ada lagi tanaman

asal nya akibat terbakar dan juga penebangan. Fauna masih bisa dijumpai

seperti burung, baburuak, monyet, ular, babi, landak, dan hewan air tawar

seperti ikan gabus, lele, mujair, dan belut. Vegetasi yang tumbuh adalah jenis

pakis-pakisan dan tanaman perdu, tetapi ada juga tanaman keras berupa

batang yang rendah maupun jenis pepohonan asal/lokal.

5. Masih luas hamparan gambut yang kosong belum dibudiyakan tanaman

karena faktor ekonomi sehingga belum mampu memulai usahataninya dilahan

gambut. Tetapi ada juga yang dibiarkan terlantar karena faktor modal dan

akses yang masih sulit.

f. Rapid technical assessment (RTA)

Setelah melakukan transect walk selanjutnya dilakukan RTA untuk

mengenali detail profil lahan gambut terkait permasalahan, potensi dan solusi. Hal

yang diidentifikasi berupa muka air tanah, struktur tanah, dan komoditi yang

tumbuh baik yang disengaja dibudidayakan maupun yang tumbuh liar. Hasil

23
LAPORAN IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISIS SITUASI (IMAS)
2018
GAMPONG NAPAI KECAMATAN WOYLA BARAT KABUPATEN ACEH BARAT

identifikasi dapat disesuaikan pada opsi program yang akan diusulkan sebagai

Rencana Kerja Masyarakat (RKM).

Kendala utama yang sangat meresahkan dan merugikan masyarakat adalah

kebakaran yang diakibatkan kondisi gambut yang terlampau kering akibat

pembukaan drainase/ kanal. Potensi kebakaran terjadi pada saat kemarau

berkepanjangan yang dikarenakan lahan gambut sangat kering sehingga tidak ada

simpanan air yang menjadi cadangan. Pembukaan drainase/kanal tanpa adanya

sekat menyebabkan air pada lahan gambut loss sehingga kondisi lahan gambut

saat ini menjadi kering. Rerata ketersediaan air di dalam kanal pada musim

kemarau ±1 meter dari permukaan tanah.

Permasalahan lainnya adalah kendala hama yang sering menjadi ancaman

terhadap kehidupan komoditi yang diusahakan petani pada lahan gambut. Hama

yang sangat mengganggu diantaranya wereng, ulat sagu, tikus, landak, ular,

monyet, babi, beruang dan beberapa jenis hama lainnya. Hal ini dikarenakan area

lahan gambut sebahagian masih terletak ditepian hutan. Kendala lainnya adalah

banyak tanaman sawit yang daunnya menguning. Masyarakat belum mengetahui

secara pasti apa yang menyebabkan daun menguning. Dugaan bisa jadi karena

tanah terlalu asam ataupun unsur hara yang tidak stabil.

Masyarakat mengeluh dengan kondisi saat ini yang terjadi di lahan

mereka. Harapan masyarakat bahwa lahan gambut dapat dikeringkan untuk

mendukung budidaya yang diusahakan oleh mereka namun juga mereka tidak

ingin terjadi kebakaran akibat dampak kekeringan karena sangat merugikan. Hal

tersebut dikarenakan sumber utama perekonomian masyarakat berada di lahan

gambut.

24
LAPORAN IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISIS SITUASI (IMAS)
2018
GAMPONG NAPAI KECAMATAN WOYLA BARAT KABUPATEN ACEH BARAT

Gambar 10. Lahan Gambut di Gampong Napai

Posisi : 4° 18' 45,63" LU - 96° 0' 54,41" BT

Gambar 11. Budidaya Seree Wangi di Lahan Gambut

25
LAPORAN IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISIS SITUASI (IMAS)
2018
GAMPONG NAPAI KECAMATAN WOYLA BARAT KABUPATEN ACEH BARAT

Posisi : 4° 17' 42,02" LU - 96° 1' 30,00" BT

Gambar 12. Sekat Kanal di Lahan Masyarakat

Gambar 13. Identifikasi Masalah dan Potensi di Lahan Gambut

26
LAPORAN IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISIS SITUASI (IMAS)
2018
GAMPONG NAPAI KECAMATAN WOYLA BARAT KABUPATEN ACEH BARAT

Upaya antisipasi dan juga solusi adalah merubah prilaku ataupun

manjemen pengelolaan lahan khususnya di lahan gambut dengan konsep

pelestarian alam dan lingkungan. Seperti pengelolaan ketersediaan air pada

saluran drainase dengan pembuatan sekat kanal dan menjaga tata kelola air tanah

salah satunya adalah pengadaan sumur pantau. Dalam pemilihan lokasi untuk

perbaikan saluran drainase dan konstruksi sekat kanal telah mendapatkan

persetujuan dari masyarakat Gampong Napai. Selain itu adalah permitaan

membuat pintu air yang dapat difungsikan untuk mengatur kebutuhan dan

persediaan air ke sawah sehingga aliran air masuk dan keluar tetap melewati

Gampong Napai.

Untuk memanfaatkan ketersediaan air tawar pada drainase lahan gambut,

maka masyarakat meminta kegiatan Demplot adalah budidaya ikan lele

sangkuriang dan hanya tinggal membuat keramba. Lele sangkuriang mempunyai

pasar yang cukup baik mengingat semakin bertambahnya permintaan masyarakat

yang menyukai jenis ikan ini (pecel lele dan berbagai olahan lainnya). Akan tetapi

peningkatan permintaan pasar ini tidak diikuti dengan penambahan produksi

sehingga prospek ekonomi dari segi pangsa pasarnya lele sangkuriang tergolong

tinggi.

Dari analisis ekonomi dan informasi dari pengalaman pengusaha ikan lele

sangkuriang berdasarkan R/C ratio nya sangat layak diusahakan dan ikan lele

perawatannya tidak terlalu sulit serta cepat panen. Maka warga menghendaki

untuk pembuatan Demplot lele sangkuriang sebagai percontohan dan telah

menetukan lokasi demplotnya.

27
LAPORAN IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISIS SITUASI (IMAS)
2018
GAMPONG NAPAI KECAMATAN WOYLA BARAT KABUPATEN ACEH BARAT

g. Diagram venn

Diagram venn dilakukan dengan cara inventarisasi lembaga yang peduli

gambut dan pemetaan koordinasi antar lembaga maupun mitra kerja bersama

kelompok TK-PPEG. Hasil identifikasi menyatakan bahwa kelompok yang paling

berdekatan dan menjadi bagian dalam pengelolaan lahan gambut adalah

Kelompok Tani, Linmas, Babinsa dan Babinkanhibmas.

Gambar 14. Diagram Venn Hubungan Keberadaan Lembaga Masyarakat yang


Berkaitan dengan Lahan Gambut di Gampong Napai

4.2. Opsi Program

Penentuan opsi program dilaksanakan dari hasil identifikasi masalah dan

rembuk warga pada Forum Grup Discussion (FGD) yang dilaksanakan pada 4

Mei 2018 di Mushalla Gampong Napai. Penyusaian opsi program berdasarkan

28
LAPORAN IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISIS SITUASI (IMAS)
2018
GAMPONG NAPAI KECAMATAN WOYLA BARAT KABUPATEN ACEH BARAT

kebutuhan dan peluang yang berpotensi untuk mendukung perekonomian

masyarakat Gampong Napai. Adapun opsi program yang ditawarkan dapat dilihat

pada Tabel 6.

Gambar 15. Diskusi Opsi Program

Gambar 16. Penentuan Opsi Program Prioritas

29
LAPORAN IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISIS SITUASI (IMAS)
2018
GAMPONG NAPAI KECAMATAN WOYLA BARAT KABUPATEN ACEH BARAT

Tabel 6. Opsi Program Gampong Napai

Opsi Program
No Masalah Potensi Keterangan
Fisik Non Fisik
1 Sering terjadinya kebakaran Tersedianya cadangan Sekat Kanal - Melindungi keberadaan air
pada lahan gambut, air yang bisa tanah di lahan gambut
masyarakat kesulitan dimanfaatkan untuk - Mencegah terjadinya
memadamkan api pada saat memadamkan api kebakaran lahan
terjadi kebakaran lahan dan pada saat terjadi - Pemanfaatan untuk
hanya mengandalkan bantuan kebakaran lahan dan budidaya ikan
air hujan untuk memadamkan menjaga kestabilan - Sumber air bagi tanaman
api, hal ini terjadi akibat ekosistem lahan
pembukaan kanal dan gambut
pengeringan lahan yang
menyebabkan banyak
kehilangan air tanah pada
lahan gambut
2 Kekurangan air pada lahan Cadangan air sawah Pintu Air dan - Pintu air sebagai sekat
sawah Sumur Pantau utama pemanfaatan aliran
air dari lahan gambut untuk
ketersediaan air sawah
- Sumur pantau sebagai
kontrol ketersediaan air
tanah di lahan gambut guna
antisipasi kekeringan dan
kebakaran pada lahan
gambut

30
LAPORAN IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISIS SITUASI (IMAS)
2018
GAMPONG NAPAI KECAMATAN WOYLA BARAT KABUPATEN ACEH BARAT

3 Masyarakat sering terkendala Pengangkutan hasil Jalan Usaha Tani - Ketersediaan jalan akses
untuk akses pengangkutan tani lebih maksimal untuk petani di lahan
hasil usaha tani gambut
- Memudahkan petani dalam
mobilisasi hasil pertanian
4 Tidak ada tempat Sebagai tempat Sawung Gambut Sebagai tempat musyawarah
peristirahatan untuk para musyawarah bagi kelompok petani di lahan
petani gambut
2 Berkurangnya varietas lokal Adanya saluran Budidaya Belut Sebagai perekonomian alternatif
yang menjadi kearifan lokal di drainase yang bisa dan Lele masyarakat
wilayah setempat dimanfaatkan untuk
budidaya bidang
perikanan
3 Sebahagian besar lahan Masih ada lahan yang Budidaya Sebagai perekonomian alternatif
gambut ditanami sawit, bisa dimanfaatkan Jernang dan masyarakat
kendalanya berupa untuk budidaya Seree Wangi
pertumbuhan kurang tanaman selain sawit
maksimal dan daun dan karet dengan
mengering ketika sudah potensi hasil yang
berusia diatas 3 tahun maksimal
Sumber : FGD 4 Mei 2018

31
LAPORAN IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISIS SITUASI (IMAS)
2018
GAMPONG NAPAI KECAMATAN WOYLA BARAT KABUPATEN ACEH BARAT

Keterangan
Koordinat Pengajuan
Pembangunan Sekat Kanal
dan Pintu Air
1. Pintu Air
4° 17' 36,94" LU
96° 1' 30,65" BT

2. Sekat Kanal 1
4° 17' 29,84" LU
96° 1' 33,61" BT

3. Sekat Kanal 2
4° 17' 28,43" LU
96° 1' 33,02" BT

4. Sekat Kanal 3
4° 17' 18,12" LU
96° 1' 36,54" BT

5. Sekat Kanal 4
4° 17' 17,29" LU
96° 1' 37,96" BT

Gambar 17. Peta Lokasi Usulan Pembangunan Sekat Kanal dan Pintu Air

32

You might also like