You are on page 1of 13

PENGARUH FAKTOR ORGANISASIONAL PADA STRES KERJA PARA PERAWAT DENGAN PENGALAMAN KERJA SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI ( Studi

pada Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta) Mrihrahayu Rumaningsih Fakultas Ekonomi UTP Surakarta
ABSTRACT

One of work resistors of employee performance is stress. Stress can influence somebody in any different way and various effect depend on the individual condition and the potential source of evaluated job pressure, it may rise stress to somebody but not for the others. The intention of this research is (1) to test the Influence of organizational variables (role conflict, blocked career, alienation, work over load, and unfavourable work environment) of work stress. (2) to test the Influence of variable of job experience as moderation variable of work stress. The typical data used in this research is primary data which is taken away from all nurses of Public Hospital of Moewardi Surakarta. 88 nurses are as the samples determined by using stratified random sampling. The result of developed from multiple regression analysis shows that there is positive influence of organizational variable to work stress of nurses. It indicates that every organizational variable improvement ; i.e role conflict, blocked career, alienation, work over load, and unfavourable work environment will improve work stress This case performs that the individual difference from work experience point of view taken an important role in facing the work reality. Individual who remains to be longer stay in work is the one who can hold up the stress, and then she/he developes mechanism to overcome it. Because mechanism development takes much time, so the longer experience possessed by the nurse, the more possibility she can adapt to work stress Based on the result of data analysis that can be given some suggestion as follows. Considering organizational variable has a positive influence to nurse's work stress, hence the hospital management can execute some steps which could probably lessen the stress. The ways that can be done are; on the case of role conflict, the hospital management shall improve the knowledge of nurse authority and its boundary also makes the target and job planning clear by using communications channel effectively. On blocked career resistance, the information of carrier level is very needed ; On the separation case is not needed to be controlled extremely; on responsibility work case may review each work's unit adapting to its specified occupation; on environmental work case is needed to be arranged well, especially at work room which usually depend on visitors. Continuous study is needed by hospital management to anticipate nurse's behavior changes at complicated environment work. Keyword: organizational factor and work stress
Dra. Mrihrahayu Rumaningsih, MM. adalah staf pengajar Program Studi : Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Tunas Pembangunan (UTP) Surakarta, Alamat Kantor : Jl. Walanda Maramis No. 31 Surakarta 57135 Telp. (0271) 853570. MANAJEMEN BISNIS SYARIAH, No: 02/Th.V/Agustus 2011

955

Mrihrahayu Rumaningsih

A. PENDAHULUAN Meningkatnya tuntutan organisasi akan efisiensi dan efektivitas pekerjaan akan mendorong setiap individu untuk lebih dapat bekerja cepat, mampu bersaing, dan mampu mengatasi tantangan dalam pekerjaannya. Setiap individu yang ditempatkan pada konidisi-kondisi lingkungan yang sama mungkin menunjukkan tanggapan psikologis, fisik, dan perilaku yang sangat berbeda. Oleh karena itu, stres dapat mempengaruhi seseorang dengan berbagai cara yang berbeda dan dengan akibat yang bermacammacam tergantung kondisi individu yang bersangkutan serta sumber potensial tekanan kerja tertentu yang dievaluasi, yang mungkin menjadi penyebab stres bagi seseorang tetapi tidak bagi orang lain. Salah satu penghambat kinerja karyawan adalah stres. Sumber stres dari pengaruh lingkungan tehnologi yang telah diteliti oleh Kaluzniacky (1999), bahwa stres kerja seorang profesional yang bekerja di sistem informasi tehnologi dikarenakan banyaknya menghadapi tugas-tugasnya dilingkungan itu. Stres kerja dapat dialami oleh seorang individu karena karakter dirinya merasa tidak ada kecocokan dengan jenis dan tugas pekerjaannya. Di samping hal itu, juga dapat dikarenakan adanya konflik di dalam tugas kerja di mana hasilnya yang tidak sesuai dengan kebutuhannya dan atau juga karena tidak adanya alasan untuk menolak atas kelebihan pekerjaan yang dikerjakan. Demikian adanya pengaruh yang sangat erat antara karakter individu dengan situasi 956

dan kondisi lingkungan pekerjaan, yang akan menentukan timbulnya stres. Hal itu perlu ditinjau lebih lanjut dari berbagai aspek, unsur dan komponen pada lingkungan kerja. Stres tidak sendirinya harus buruk. Walaupun stres lazimnya dibahas dalam konteks negatif, stres juga mempunyai nilai positif. Stres pada tingkatan tertentu dapat mendorong munculnya kinerja yang optimal. B. PERUMUSAN MASALAH 1. Apakah terdapat pengaruh variabel organisasional (konflik peran, hambatan karir, keterasingan, kelebihan beban kerja, dan lingkungan kerja yang tidak menyenangkan) pada stres kerja? 2. A p a k a h p e n g a l a m a n k e r j a memperlemah pengaruh antara faktor organisasional terhadap stres kerja? C. TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Stres Menurut Charles D. Spielberger (dalam Handoyo, 2001:63) menyebutkan bahwa stres adalah tuntutan-tuntutan eksternal yang mengenai seseorang, misalnya obyek-obyek dalam lingkungan atau suatu stimulus yang secara obyektif adalah berbahaya. Stres juga biasa diartikan sebagai tekanan, ketegangan atau gangguan yang tidak menyenangkan yang berasal dari luar diri seseorang. 2. Pengertian Stres Kerja Stres kerja didifinisikan sebagai respon non spesifik tubuh terhadap permintaan yang dibuat kepadanya (Selye,

MANAJEMEN BISNIS SYARIAH, No: 02/Th.V/Agustus 2011

Pengaruh Faktor Organisasional Pada Stres Kerja Para Perawat Dengan Pengalaman Kerja Sebagai Variabel Pemoderasi

1976). Hal ini dipertimbangkan menjadi reaksi internal kepada sesuatu yang dipandang secara sadar atau tidak sadar sebagai sebuah ancaman, baik itu nyata ataupun imajiner The National Institute of Occupational Safety and Health (1999) dalam Palmer dan Cooper, mendefinisikan stres sebagai keadaan fisik yang berbahaya dan respon emosional, itu terjadi manakala kebutuhan dari pekerjaan tidak memenuhi kemampuan, sumber daya, kebutuhan pekerja. Stres karyawan timbul akibat kepuasan kerja tidak terwujud dari pekerjaannya. Stres kerja karyawan perlu sedini mungkin di atasi oleh pimpinan agar hal-hal yang merugikan perusahaan dapat di atasi. Hubungan stres dengan kerja adalah suatu pola reaksi yang terjadi manakala para pekerja diperkenalkan denan tuntutan pekerjaan yang tidak disesuaikan dengan pengetahuan, kemampuan atau ketrampilannya. Stres akan muncul jika penyelesaian pekerjaan dibatasi dengan waktu atau jumlah pekerjaan ataupun pada tingkat kesukaran dari pekerjaan atau bahkan ketidak mampuan untuk menunjukkan emosi seseorang di tempat kerja. (Barling, et. al., 2004). Mana kala pekerja merasa suatu ketidak seimbangan antara permintaan dan sumber daya pribadi atau lingkungan, ini mungkin dapat menyebabkan sejumlah reaksi. Bisa meliputi tanggapan fisiologis, tanggapan emosionil, tanggapan teori dan reaksi perilaku. Kapan seseorang dalam keadaan stres, mereka akan merasakan hal yang komplek, menjadi kurang waspada, tidak efisien dalam kinerja. Stres terjadi dalam

banyak keadaan yang berbeda, tetapi stres akan muncul manakala kemampuan seseorang untuk mengendalikan permintaan pekerjaan terancam. Kegelisahan dalam pencapaian sukses dan ketakutan merupakan konsekuensi negatif, bisa menimbulkan hal-hal emosi yang negatif, kejengkelan, dan kemarahan. Gibson et., al. (2000:9) mengemukakan bahwa stress kerja dikonseptualisasi dari beberapa titik pandang, yaitu stres sebagai stimulus, stres sebagai respon dan stres sebagai stimulus-respon. Stres sebagai stimulus merupakan pendekatan yang menitikberatkan pada lingkungan. Definisi stimulus memandang stres sebagai suatu kekuatan yang menekan individu untuk memberikan tanggapan t e r h a d a p s t r e s o r. P e n d e k a t a n i n i memandang stres sebagai konsekuensi dari interaksi antara stimulus lingkungan dengan respon individu. Pendekatan stimulus-respon mendefinisikan stres sebagai konsekuensi dari interaksi antara stimulus lingkungan dengan respon individu. Stres dipandang tidak sekedar sebuah stimulus atau respon, melainkan stres merupakan hasil interaksi unik antara kondisi stimulus lingkungan dan kecenderungan individu untuk memberikan tanggapan. Masalah Stres kerja di dalam organisasi perusahaan menjadi gejala yang penting diamati sejak mulai timbulnya tuntutan untuk efisien di dalam pekerjaan. Akibat adanya stres kerja tersebut yaitu orang menjadi nervous, 957

MANAJEMEN BISNIS SYARIAH, No: 02/Th.V/Agustus 2011

Mrihrahayu Rumaningsih

merasakan kecemasan yang kronis, peningkatan ketegangan pada emosi, proses beriikir dan kondisi fisik individu. Selain itu, sebagai hasil dari adanya stres kerja karyawan mengalami beberapa gejala stres yang dapat mengancam dan mengganggu pelaksanaan kerja mereka, seperti : mudah marah dan agresi, tidak dapat relaks, emosi yang tidak stabil, sikap tidak mau bekerja sama, perasaan tidak mampu terlibat, dan kesulitan dalam masalah tidur. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa terjadinya stres kerja adalah dikarenakan adanya ketidak seimbangan antara karakteristik kepribadian karyawan dengan karakteristik aspek-aspek pekerjaannya dan dapat terjadi pada semua kondisi pekerjaan. Adanya bcberapa atribut tertentu dapat rnempengaruhi daya tahan stres seorang karyawan. 3. Faktor dan Sumber Stres Kerja Terdapat dua faktor penyebab atau sumber muncuinya stres atau stres kerja, yaitu faktor Lingkungan kerja dan faktor personal (Dwiyanti, 2001:75). Faktor lingkungan kerja dapat berupa kondisi fisik, manajemen kantor maupun hubungan sosial di lingkungan pekerjaan. Sedang faktor personal bisa berupa tipe kepribadian, perisliwa/pengalaman pribadi maupun kondisi sosial-ekonomi keluarga di mana pribadi berada dan mengembangkan diri. Betapapun faktor kedua tidak secara langsung berhubungan dengan kondisi pekerjaan, namun karena dampak yang ditimbulkan pekerjaan cukup 958

besar, maka faktor pribadi ditempatkan sebagai sumber atau penyebab munculnya stres. Sumber stres yang menyebabkan seseorang tidak berfungsi optimal atau yang menyebabkan seseorang jatuh sakit, tidak saja datang dari satu macam pembangkit tetapi dari beberapa pembangkit stres. Sebagian besar dari waktu manusia bekerja. Karena itu lingkungan pekerjaan mempunyai pengaruh yang besar terhadap kesehatan seseorang yang bekerja. Pembangkit stres di pekerjaan merupakan pembangkit stres yang besar perannya terhadap kurang berfungsinya atau jatuh sakitnya seseorang tenaga kerja yang bekerja. Faktor-faktor di pekerjaan yang bcrdasarkan penelitian dapat menimbulkan stres dapat dikelompokkan ke dalam lima kategori besar yaitu faktor-faktor intrinsik dalam pekerjaan, peran dalam organisasi, pengembangan karir, hubungan dalam pekerjaan, serta stuktur dan iklim organisasi (Munandar, 2001:381 401). 4. Model Stres Kerja Model stres mengidentifikasi tiga perangkat faktor lingkungan ( e n v i ro n m e n t a l ) , o rg a n i s a s i o n a l (organizational), dan individual yang bertindak Sebagai sumber potensial dari stres. Apakah faktor ini mengarah ke stres yang aktual bergantung pada perbedaan individual, seperti; misalnya pengalaman kerja dan kepribadian. Bila stres dialami oleh seorang individu gejalanya dapat muncul sebagai keluaran atau hasil fisiologis, psikologis, dan perilaku.

MANAJEMEN BISNIS SYARIAH, No: 02/Th.V/Agustus 2011

Pengaruh Faktor Organisasional Pada Stres Kerja Para Perawat Dengan Pengalaman Kerja Sebagai Variabel Pemoderasi

Sebagaimana diperlihatkan dalam model Robbins (2001), menunjukkan ada tiga kategori penderita stres potensial yaitu: a. Faktor Lingkungan (Environmental Factors). b. Faktor Organisasi (Organizational Factors). c. Faktor Individual (Individual Factors). d. Perbedaan Individual (Individual Differences). 5. Struktur dan Iklim Organisasi. Faktor organisasional yang menjadi sumber atau mempengaruhi stres cukup banyak jumlahnya, Beberapa di antaranya yang penting dan telah sering diteliti adalah sebagai berikut: 1. Role ambiguity and role conflict (kekaburan peran dan konflik peran). 2. Work Overload (kelebihan beban kerja) Work overload atau kelebihan beban kerja oleh French dan Caplan (dalamNimran, 1999:89) dibedakan dalam quantitative overload dan qualitative overload. 6. Strategi Manajemen Stres Kerja Stres dalam pekerjaan dapat dicegah timbulnya dan dapat dihadapi tanpa memperoleh dampaknya yang negatif. Manajemen stres lebih daripada sekedar mengatasinya, yakni belajar menanggulanginya secara adaplif dan efektif. Hampir sama pentingnya untuk mengetahui apa yang tidak boleh dilakukan dan apa yang harus dicoba. Sebagian para pengidap stres di tempat kerja akibat persaingan, sering melampiaskan dengan

cara bekerja lebih keras yang berlebihan. Ini bukanlah cara efektif yang bahkan tidak menghasilkan apa-apa untuk memecahkan sebab dari stres, justru akan menambah masalah lebih jauh. Sebelum masuk ke caracara yang lebih spesifik untuk mengatasi stressor tertentu, harus diperhitungkan beberapa pedoman umum untuk memacu perubahan dan penaggulangan. Ada dua pendekatan dalam mengelola stres yaitu pendekatan individu dan pendekatan organisasi. Secara umum strategi manajemen stres kerja dapat dikelompokkan mcnjadi strategi penanganan individual, organisasional dan dukungan sosial (Margiati, 1999:77-78). D. KERANGKA KONSEPTUAL Mengacu pada penelitian Nasurdin. et. al., (2004) dan beberapa penelitian terdahulu dapat dibuat kerangka pemikiran sebagaimana gambar berikut:

MANAJEMEN BISNIS SYARIAH, No: 02/Th.V/Agustus 2011

959

Mrihrahayu Rumaningsih

Gambar .1 Kerangka Pemikiran

Keterangan: Variabel kriterion untuk penelitian ini adalah stres kerja. Variabel prediktor terdiri dari faktor organisasional (konflik peran, hambatan karir, kelebihan beban kerja, keterasingan, dan lingkungan kerja yang tidak menyenangkan). Pengalaman kerja dipakai sebagai variabel pemoderasi terhadap stres kerja.

E. HIPOTESIS Berdasarkan analisis dan temuan penelitian terdahulu, maka hipotesis penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : H1 : Terdapat pengaruh positif variabel organisasional (konflik peran, hambatan karir, keterasingan, kelebihan beban kerja, dan lingkungan kerja yang tidak menyenangkan) terhadap stres kerja. Terdapat pengaruh positif variabel organisasional (konflik peran, hambatan karir, keterasingan, kelebihan beban kerja, dan lingkungan kerja yang tidak menyenangkan) terhadap stres kerja.

peran, hambatan karier, keterasingan, kelebihan beban kerja dan lingkungan kerja yang tidak menyenangkan) terhadap stres kerja.

H2 : Pengalaman kerja memperlemah pengaruh faktor organisasional (konflik 960

F. METODE PENELITIAN 1. Populasi dan Sampel a. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh paramedis (perawat) yang ada di Rumah Sakit Umum Dr. Moewardi Surakarta yaitu sebanyak 731 orang. b. Sampel Penentuan jumlah sampel yang akan diambil ditentukan dengan rumus Slovin . Sesuai dengan rumus Slovin, maka jumlah sampel yang diambil dengan tingkat ketepatan 90 % dalam penelitian ini adalah 88 responden.

MANAJEMEN BISNIS SYARIAH, No: 02/Th.V/Agustus 2011

Pengaruh Faktor Organisasional Pada Stres Kerja Para Perawat Dengan Pengalaman Kerja Sebagai Variabel Pemoderasi

Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan stratified random sampling yaitu cara pengambilan sampel dengan memperhatikan perimbangan yang sama dari tiap kelompok sampel, dimana populasi dibagi dalam beberapa sub populasi, dari tiap sub populasi diambil proporsi yang sama untuk dipilih sebagai sampel. 2. Teknik Pengumpulan Data a. Data primer diambil dengan cara : 1) Kuesioner 2) Interview b. Data sekunder diambil dengan cara : 1) Penelitian Kepustakaan 2) Dokumenter 3. Teknik Analisis Data a. Regresi Linier Hirarkis Analisis data yang digunakan adalah analisis Regresi Hirarkis, yang merupakan pengembangna bentuk Analisis Regresi Berganda. Model Regresi Herarkis digunakan untuk menentukan pengaruh moderasi dari pengalaman kerja pada pengaruh variabel utama yaitu variabel organisasional (konflik peran, hambatan karier, keterasingan, kelebihan beban kerja dan lingkungan kerja yang tidak menyenangkan) terdapat sters, dengan menggunakan three stage multiple regression analysis (tiga tahap analisis regresi berganda). Tahap-tahap Analisis regresi Herarkis, sebagai berikut :
MANAJEMEN BISNIS SYARIAH, No: 02/Th.V/Agustus 2011

1) Tahap pertama, regresi dilakukan hanya pada variabel independen terhadap variabel dependen dengan model yang digunakan, yaitu : (Adiningsih, 2002 : 76)

2) Tahap kedua, regresi dilakukan pada tahap pertama ditambah dengan variabel moderasi. Model regresi menjadi :

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + e


3) Tahap ketiga, memasukkan interaksi variabel moderasi, yang memaksikkan perkalian variabel independen dengan moderator. sebelumnya, dibuat variabel dummy yang dibentuk oleh ( K-1 ) dimana K adalah jumlah kelompok moderasi; Model Regresi menjadi :

961

Mrihrahayu Rumaningsih

Y = a + b1KP.PK + b2HK.PK + b3K.PK + b4BK. PK + b5LK.PK + e

adalah Ho diterima dan Ha ditolak jika nilai p value < nilai = 0,05 yang berarti tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan antara variabel independen terhadap variabel dependen, sedangkan Ho ditolak dan Ha diterima jika nilai p value > nilai = 0,05 yang berarti terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan antara variabel independen terhadap variabel dependen. d. Uji Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi (R2) menunjukkan indeks keeratan yang menyatakan proporsi dari variabel Y. G. HASIL DAN PEMBAHASAN B e r d a s a r k a n p a d a b u t i r- b u t i r pertanyaan yang telah lolos diuji dengan uji validitas dan uji reliabilitas, maka diperoleh data yang kemudian dianalisis dengan menggunakan alat statistik sebagai berikut : 1. Analisis Regresi Linier Berganda Data mengenai stres kerja yang diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner di Rumah Sakit Dr Moewardi dalam penelitian ini terdiri atas 88 responden. Data yang digunakan untuk menganalisis yaitu konflik peran, hambatan karier, keterasingan, beban kerja, dan lingkungan kerja berdasarkan dari skor hasil jawaban responden. Sedangkan data pengalaman kerja digunakan data dengan ketentuan di bawah Median dianggap belum berpengalaman sebagai variabel dummy = 0, sedangkan perawat yang

b. Uji t Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh yang signikan secara persial antar faktor organisasional yang dimoderasi dengan pengalaman kerja terhadap stres kerja. Kriteria yang digunakan dalam penelitian ini adalah Ho diterima dan Ha ditolak jika nilai p value > nilai =0,05 berarti tidak terhadap pengaruh yang signifikan secara persial antara variabel independen terdapat variabel dependen sedangkan Ho ditolak dan Ha diterima jika nilai P value < nilai = 0,05 berarti terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial antara variable independen terhadap variable dependen. c. Uji F Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh yang signifikan secara simultan antara faktor organisasional dengan stres kerja yang dimoderasi dengan pengalaman kerja. Kriteria yang digunakan dalam penelitian ini 962

MANAJEMEN BISNIS SYARIAH, No: 02/Th.V/Agustus 2011

Pengaruh Faktor Organisasional Pada Stres Kerja Para Perawat Dengan Pengalaman Kerja Sebagai Variabel Pemoderasi

pengalaman kerjanya di atas Median dianggap sudah berpengalaman dengan variabel dummy = 1. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari hasil-hasil

analisis pada Tabel 1,2,dan 3. Dari Tabel 1,2,dan 3. dapat dibuat persamaan regresi hirarki yang digunakan adalah sebagai berikut :

MANAJEMEN BISNIS SYARIAH, No: 02/Th.V/Agustus 2011

963

Mrihrahayu Rumaningsih

2. Uji Hipotesis Setelah lolos dari uji asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, multikolinieritas, heterokedastisitas, dan uji autokorelasi, maka dapat diinterpretasikan dalam uji hipotesis 964

sebagai berikut: Dari uji hipotesis menyatakan nilai probabilitas (p value) 0,000 < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya variabel konflik peran, hambatan karier, keterasingan, beban

MANAJEMEN BISNIS SYARIAH, No: 02/Th.V/Agustus 2011

Pengaruh Faktor Organisasional Pada Stres Kerja Para Perawat Dengan Pengalaman Kerja Sebagai Variabel Pemoderasi

kerja, lingkungan pekerjaan mempunyai pengaruh positif terhadap stres kerja para perawat di RS Dr Moewardi. Variabel pengalaman kerja memoderasi variabel independen yaitu konflik peran, hambatan karier, keterasingan, beban kerja dan lingkungan kerja, ternyata hasilnya nilai t-hitung = - 3,372 dan p value = 0,001 < = 0,05 artinya variabel pengalaman kerja memoderasi pengaruh secara negatif dan signifikan variabel konflik peran terhadap stres kerja para perawat di RS Dr. Moewardi Surakarta. Semakin banyak penglaman kerja yang dimiliki oleh para perawat akan semakin rendah konflik peran yang terjadi. 3. R Square (Koefisien Determinasi) Untuk mengetahui pengaruh faktorfaktor organisasional dan moderating effect dari pengalaman kerja terhadap stres kerja dapat dilihat dari besarnya koefisien determinasi (R square) yang memiliki nilai positif sebesar 0,839 yang menunjukkan bahwa stres kerja perawat di RS Dr. Moewardi dapat dijelaskan oleh faktor-faktor organisasional sebesar 83,90% dan sisanya sebesar 16,10% menggambar-kan adanya variasi bebas (independen variable) lain yang tidak diamati dalam penelitian ini (external factors).

H. KESIMPULAN 1. Hasil analisis regresi hirarkis, menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif variabel-variabel organisasional, yaitu konflik peran, hambatan karier, keterasingan, beban kerja, dan lingkungan kerja terhadap stres kerja yang terdapat di Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta. Hal tersebut menunjukkan bahwa setiap ada peningkatan dari variabel konflik peran, hambatan karier, keterasingan, beban kerja, dan lingkungan kerja akan meningkatan stres kerja. 2. Konflik peran, hambatan karier, keterasingan, beban kerja, dan lingkungan kerja sebagai variabel organisasional ternyata memperlunak stres kerja perawat setelah dimasukkan variabel pengalaman kerja. Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan individual dari sisi pengalaman kerja memegang peran penting dalam menghadapi realitas pekerjaan. Individu yang tetap lebih lama berada dalam pekerjaannya adalah mereka dengan ciri yang lebih tahan terhadap stres, yang pada akhirnya akan mengembangkan mekanisme untuk mengatasi stres. Karena pengembangan ini memakan waktu yang lebih lama, maka semakin lama pegalaman kerja perawat besar kemungkinannya untuk menyesuiakan diri terhadap stres kerja.

MANAJEMEN BISNIS SYARIAH, No: 02/Th.V/Agustus 2011

965

Mrihrahayu Rumaningsih

REFERENSI
Anonim, On The Job Stress in Policing, Reducing It, Preventing It, National Institute of Justice Journal, Januari 2000. Adiningsih, Sri, 2002. Statistika, edisi Revisi, Yogyakarta, BPFE, UGM. Arikunto, Suharsimi, 2004. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta, PT Bina Aksara. Cooper, Donald R., 2000. Business Research Methods, Seven Edition, McGraw Hill, International Edition.. Collins Judith M and Tubre Travis C., 2000. Jacson and Schuler (1985) Revisted: A MetaAnalysis of the Relationship Between Role Ambiguity, Role Conflict and Job Performance. Journal of Management, Vol. 26. No. 1 : Elseivier Science Inc. Eugene J. W., 1999. The Impact of Work Resources on Job Stres Among Correctional Threatment Staff. Journal of Addition and Offender Counseling 20 (1): 26 34. Fakhrudin, Ahmad Ali dan Riani Asri Laksmi, 2003. Moderating Effect Locus of Control for the Relationship between Stres and Starin : A Case Study Among RSIS Nurses, Jurnal Bisnis dan Ekonomi, 10 n(10) : 1-14. Gibson J. L., Ivancevich S. M., and Donnely J. H., 2000. Organizations : Behavior, Structure, and Processes, 10 Edition, New York, McGraw Hill. Janice T. S., Ho, 2002. The Singapore Executive: Stres, Personality and Wellbeing, 14 (4) : 47 -54. Keith Davis and John W Newstrom, 1990. Perilaku dalam Organisasi, Edisi 7, Jakarta, Erlangga. Mathias Robert L., dan Jackson John H., 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia, Buku 2, Jakarta, Salemba Empat. Mirovisky J. And E. Ross, 1986. Social Pattern Distres. Annual Review of Sosiology, 12: 23 45. Mohd., Aizzat Nasurdin, T Ramayah., dan S Kumaresan, 2004. Organizational and Personality Effect on Managers Job Stres : Is it Different for Malaysian Mend and Women? Gadjah Mada International Journal of Business 6 (2) : 251 274. Mondy Wayne R and Noe M. Robert, 1986. Human Resources Management, New Jersey, Prentice Hall. National Institute for Occupational Safety and Helth, 1998. Stres at Work, Columbia Parkway, Cincinati. Niosh Working Group, 1998. Stress at Work, DHHS (Niosh) Publication No. 99 101. Ratnawati, Yetti, 2006. Pengaruh Faktor Organisasional terhadap Stres Kerja dengan Gender sebagai Variabel Moderasi di PT Pabelan Surakarta. Tesis Magister Manajemen Program Pascasarjana UNS Surakarta. Tidak dipublikasikan. Robbins, Stephen P., 2001. Organizational Behavior, Ninth Edition, Printice Hall, International Inc. 966
MANAJEMEN BISNIS SYARIAH, No: 02/Th.V/Agustus 2011

Pengaruh Faktor Organisasional Pada Stres Kerja Para Perawat Dengan Pengalaman Kerja Sebagai Variabel Pemoderasi

Rosa Grau, Marisa Salanova, and Jose Maria Peiro, 2004. Moderator Effect of Slef- Efficacy on Occupational Stress, Phycology in Spain, 2001, Vol. 5, No. 1, 63-74. Sekaran, Uma, 2000. Research Methods for Business, Third Edition, John wile and Sons, Inc. Stephen Palmer, Cary Cooper, Kate Thomas,. A Model Of Work Stress, International Journal of Health Promotion and Education, 2003;41(2):57-8. Sugiyono, 2003. Metode Penelitian Bisnis, Edisi Keempat, Bandung, CV Alfabeta. Sutanto, Eddy M. dan Liliana Djohan, (2006). Pengaruh Persepsi akan Dimensi Desain Organisasi dan Tipe Kepribadian Terhadap Tingkat Stres Karyawan PT. Internasional Deta Alfa Mandiri, Surabaya : Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan Maret, 2006 / Vol 8 / No 1. Umar, Husein, 2000. Metodologi Penelitian, Aplikasi dalam Pemasaran, Dilengkapi dengan 8 Bahasan Komprehensif Kasus Pemasaran, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama. www.Eurofound.eu.int, 2005. Work Related Stress, European Foundation for The Improvement of Living and Working Conditions.

MANAJEMEN BISNIS SYARIAH, No: 02/Th.V/Agustus 2011

967

You might also like