You are on page 1of 4

ORIGINAL ARTICLE

Adysaputra AS. Patterns and prevalence

PATTERNS AND PREVALENCE OF NOSOCOMIAL MICROBIAL INFECTION FROM INTENSIVE CARE UNIT PATIENTS, WAHIDIN SUDIROHUSODO HOSPITAL, MAKASSAR
Andry Adysaputra S*, Murny A. Rauf* and Burhanuddin Bahar** *Surgery Department, Medical Faculty, Hasanuddin University and **Hasanuddin University Research Center

ABSTRACK
Background: Intensive Care Unit (ICU) patients have a higher risk of hospital acquired (nosocomial) infections. Objectives : To describe the pattern of dominant microbial species from the surgical site wound of ICU patients in Wahidin Sudirohusodo Hospital, Makassar. Methods : Blood sample from post operative patients admitted to the intensive care unit patients were cultured to detect the presence and identity of infectious microbial populations. Results: The most frequent isolated microorganisms were: Klebsiella pneumonia (28.3%), Staphylococcus aureus (18.3%), Staphylococcus epidermidis (16.6%), Acinetobacter calcoaciticus (16.6%), Enterobacter agglomerans and Enterobacter aerogenes (6,6%), Pseudomonas aeruginosa and Alkaligenes faecalis (3.3%). Conclusion: The high prevalence rates of intensive care unit-acquired infections suggest that preventive measures are needed to for reduce the occurrence of infection. Keywords: surgical site infection, microorganism, intensive care

POLA KUMAN LUKA OPERASI DI RUANGAN INTENSIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR ABSTRAK
Latar belakang : Pasien yang dirawat di Intensive Care Unit (ICU) memiliki risiko tinggi mengalami infeksi nosokomial dibandingkan dengan pasien lainnya. Tujuan penelitian: Mengetahui pola kuman luka operasi pasien yang dirawat di ICU. Metode: Penelitian dilakukan di Ruangan ICU Rumah Sakit (RS) Perjan Dr Wahidin Sudirohusodo, Makassar dimana sampel darah dari pasien diambil, dikultur dan diidentifikasi keberadaan kumannya. Hasil: Terdapat 8 jenis kuman yaitu 2 kuman gram positif (Staphylococcus epidermidis, Staphylococcus aureus ) dan 6 kuman gram negatif (Klebsiella pneumonia, Enterobacter aerogenes, Alkaligenes faecalis, Acinetobacter calcoaceticus, Pseudomonas aeroginosa Enterobacter agglomerans ). Simpulan: Prevalensi infeksi di ruang perawatan intensif cukup tinggi oleh karena itu dibutuhkan pencegahan untuk mengurangi infeksi. Kata Kunci : kuman, luka, operasi, rawat intensif

The Indonesian Journal of Medical Science Volume 2 No.2 April-June 2009

67

ORIGINAL ARTICLE

Adysaputra AS. Patterns and prevalence

PENDAHULUAN
Sebelum tahun 1860, pasien-pasien bedah sering mengalami demam pasca operasi yang disertai dengan adanya pus pada luka operasi, sepsis bahkan kematian. Pengenalan akan cara antisepsis yang baik oleh Lister serta diterimanya teori Pasteur tentang infeksi pada akhir abad sembilan belas membuat turunnya angka kej adian infeksi luka operasi. Meskipun terdapat peningkatan sterilisasi di kamar operasi, peningkatan metode sterilisasi instrument, serta teknik operasi yang semakin baik, infeksi luka operasi masih merupakan penyebab utama infeksi nosokomial dan jumlahnya meningkat secara global (Alvarado 2000)1. Infeksi luka akibat pembedahan merupakan masalah kesehatan yang serius dan masih sering ditemukan terutama di rumah sakit yang memiliki pelayanan perawatan dan tindakan pembedahan yang belum memadai. Infeksi luka operasi (ILO) adalah kejadian infeksi pasca bedah yang tersering setelah infeksi saluran kemih. Saat ini infeksi tersebut merupakan salah satu masalah utama di lingkungan rumah sakit oleh karena dapat menyebabkan terjadinya peningkatan biaya, invaliditas dan juga mortalitas 2,3. Infeksi luka operasi adalah penyebab utama morbiditas, mortalitas dan peningkatan biaya rumah sakit. Tujuh puluh tuj uh persen kematian pasien bedah berhubungan dengan terjadinya infeksi luka operasi (Mangram 1999). Kirkland dkk (1999) memperkirakan sekitar 2,2% penyebab kematian berhubungan dengan infeksi luka operasi yang dibandingkan dengan pasien bedah tanpa infeksi4.

Pasien-pasien yang dirawat di intensive care unit memiliki risiko tinggi mengalami infeksi nosokomial dibandingkan dengan pasien lainnya. Seperti diketahui pasienpasien yang dirawat di ICU mempunyai pertahanan tubuh yang rendah, monitoring keadaan secara invasive, terpapar dengan berbagai j enis antibiotika dan terjadi kolonisasi oleh mikroorganisme resisten sehingga mengakibatkan pasien-pasien yang dirawat di ICU mempunyai potensi yang lebih besar untuk mengalami infeksi luka operasi, infeksi traktus urinarius, dan infeksi sistemik. Pada penelitian ini kami ingin mengetahui pola kuman luka operasi dan angka kejadian infeksi luka operasi di pada pasien yang dirawat di ICU RS. Wahidin Sudirohusodo Makassar.

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian adalah tipe penelitian deskriptif dan dengan jumlah pasien 30 orang. Kriteria inklusi antara lain: pasien post operasi yang dirawat di ruangan ICU dan tidak ada luka/tanda-tanda infeksi di sekitar garis insisi preoperative dan bersedia ikut dalam penelitian. Pengumpulan sampel dilakukan dengan pengambilan swab luka operasi pada hari III dan hari VI setelah itu dilakukan pemeriksaan di laboratorium mikrobiologi untuk menentukan jenis kumannya. Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk narasi diperjelas dengan tampilan tabel dan grafik

HASIL PENELITIAN
Pada penelitian ini digunakan hapusan yang diambil dari 30 pasien. Hapusan diambil dari luka operasi pasien pada hari ke III dan ke VI post operasi. Hapusan kemudian diletakkan pada medium transport dan dibawa ke laboratorium

68

The Indonesian Journal of Medical Science Volume 2 No.2 April-June2009

ORIGINAL ARTICLE

Adysaputra AS. Patterns and prevalence

mikrobiologi untuk diinokulasikan, diinkubasi, diisolasi dan diinkubasi kembali. Dilakukan pewarnaan Gram dan tes biokomia untuk penentuan spesies dari bakteri. Jumlah pasien yang didapatkan berumur antara 18 tahun sampai 73 tahun. Terdiri dari laki-laki 18 orang (60%) dan perempuan 12 orang (40%) dengan distribusi umur paling banyak pada kelompok umur 51-60 tahun yaitu 8 orang (26,6%) dan distribusi umur paling sedikit adalah pada kelompok umur 41-50 tahun yaitu 2 orang (6,6%) Dari 30 pasien di rawat di ICU yang merupakan kasus non trauma sebanyak 18 kasus (60%) dan kasus trauma sebanyak 12 kasus (40%). Dari hasil kultur luka operasi didapatkan bahwa Klebsiella pneumonia adalah kuman terbanyak yaitu 17 sampel (28,3%) dan kuman yang paling kurang adalah Pseudomonas aeroginosa dan Alkaligenes faecalis masing-masing sebanyak 2 sampel (3,3%), Dari hasil pengambilan sampel dari berbagai tempat di ICU didapatkan kuman terbanyak adalah Staphylococcus aureus

yang didapat dari rumah sakit saat ini kebanyakan disebabkan oleh mikroorganisme yang umumnya merupakan mikroorganisme karenanya. Pada hasil kultur kuman didapatkan bahwa Klebsiella pneumonia adalah kuman terbanyak yang ditemukan. Klebsiella pneumonia adalah bakteri Gram negatif yang berbentuk batang (basil). Strain baru dari Klebsiella pneumonia dapat menyebabkan hospitality acquired pneumonia, yang berarti penyakit pneumonia tersebut di dapatkan saat pasien berada di rumah sakit atau tempat pelayanan kesehatan. Klebsiella pneumonia umumnya menyerang orang dengan kekebalan tubuh lemah, seperti alkoholisme, orang dengan penyakit diabetes dan orang dengan penyakit kronik paru-paru. Kuman terbanyak kedua yang ditemukan adalah Staphylococcus aureus. Staphylococcus merupakan genus dari bakteri gram positif. Di mikroskop mereka tampak bulat dan bergerombol seperti sekelompok anggur. Kebanyakan tidak berbahaya dan tinggal di atas kulit dan selaput lendir manusia dan organisme lainnya. Kejadian infeksi luka operasi merupakan suatu hal yang dihindari pada setiap tindakan pembedahan. Salah satu cara untuk mengurangi angka kejadian infeksi ini adalah melakukan persiapan prabedah dengan desinfeksi lapangan operasi dengan tujuan mematikan kuman segera sebelum insisi kulit. Faktor resiko terj adinya infeksi nosokomial di ICU adalah penggunaan ventilator untuk bantuan pernapasan, penggunaan kateter urin, pemasangan alat intra vena, jumlah pasien yang terlalu banyak (kepadatan ICU), rasio petugas kesehatan dan pasien yang tidak berimbang. Yang perlu dilakukan pada

DISKUSI
Semua mikroorganisme termasuk bakteri, virus, jamur dan parasit dapat menyebabkan infeksi nosokomial. Infeksi ini dapat disebabkan oleh mikroorganisme yang didapat dari orang lain (cross infection) atau disebabkan oleh flora normal dari pasien itu sendiri (endogenous infection). Kebanyakan infeksi yang terjadi di rumah sakit ini lebih disebabkan karena faktor eksternal, yaitu penyakit yang penyebarannya melalui makanan dan udara dan benda atau bahan-bahan yang tidak steril. Penyakit

The Indonesian Journal of Medical Science Volume 2 No.2 April-June 2009

69

ORIGINAL ARTICLE

Adysaputra AS. Patterns and prevalence

usaha pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial di ICU yaitu kebijakan tentang pengendalian dan pencegahan infeksi nosokomial, disain ruangan ICU yang adekuat terutama mengenai luas ICU, ventilasi, tata ruangan dan penempatan pasien sesuai penyakitnya, pendidikan dan pemahaman petugas tentang bagaimana pelayanan medik yang baik (cuci tangan), peralatan yang adekuat mengenai pembersihan, sterilisasi dan penyimpanannya dan pengendalian penggunaan antibiotik di ICU. Penelitian ini mempunyai keterbatasan yaitu jumlah sampel yang digunakan masih sedikit, Untuk hasil yang lebih baik dan tajam perlu dilakukan penelitian yang sama dengan populasi sampel yang lebih besar.

DAFTAR RUJUKAN
1 Light RW. Infectious Disease, Nosocomial infection. Harrisons Principle of Internal Medicine 15 Edition.-CD Room; 2001 Ducel, G. et al. Prevention of hospitalacquired infections, A Practical Guide.2nd Edition. W orld Health O rganization. Department of Communicable Disease, Surveillance 4. Anonymus . Inf ec tious Epidemiology www.oph.dhh.louisiana.gov Diseas e Sect.

Soeparman, dkk. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Balai Penerbit FKUI, Jakarta; 2001

70

The Indonesian Journal of Medical Science Volume 2 No.2 April-June2009

You might also like