You are on page 1of 5

Mandala of Health.

Volume 5, Nomor 3, September 2011

Tamad, Hepatosit Tikus dan Jintan Hitam

GAMBARAN HISTOPATOLOGI HEPATOSIT TIKUS PUTIH SETELAH PEMBERIAN JINTAN HITAM DOSIS 500mg/kgBB, 1000mg/kgBB, dan 1500mg/kgBB SELAMA 21 HARI (SUBKRONIK)
Fatiha Sri Utami Tamad1, Zaenuri Syamsu Hidayat1, Hidayat Sulistyo1
1

Jurusan Kedokteran, Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan, Universitas Jenderal Soedirman Email: misstamee@yahoo.com

ABSTRACT
Black cumin had been proved in curing several disease. However, security testing of this plant is rarely done while it has been consumed by many people in long term period. Studies on the security level of this plant were only limited to its active substance, which was thymoquinone. The aim of this study was to know the difference of histopathologic feature in rats hepatocytes after administration 500 mg/kg body weight (BW), 1000 mg/kg BW, and 1500 mg/kg BW dose of black cumin extract for 21 days (subchronic). The method of this study was experimental laboratory approach with completed randomized design and post test only with control group design. This study used 24 male rats (Wistar) which were divided into 4 groups. The control group (group 1) was given orally aquabidest only, while the three others, the experimental group, were given orally 500 mg/kg BW (group 2), 1000 mg/kg BW (group 3), and 1500 mg/kg BW (group 4) dose of black cumin extract. After 21 days of administration, histological section of liver was made with haematoxylin eosin staining. This histological feature was observed by light microscope with 400 times magnification. The variables, which were observed in this study, were histological feature, assessed by Manja Roenigk criteria and nuclear chromatin condensation per 100 cells in 5 visual field. The result observation was analyzed by Kruskal-Wallis and One Way Anova analysis. The result of analysis showed that there were no difference histopathologic feature in rats hepatocytes among the groups (p=0,201 for nuclear chromatin condensation and p=0,161 for manja roenigk criteria). In conclusion, there were no difference of histopathologic feature in rats hepatocytes after administration 500 mg/kg BW, 1000 mg/kg BW, and 1500 mg/kg BW dose of black cumin extract for 21 days (subchronic). Keywords: black cumin, thymoquinone, histopatology, hepatocytes

PENDAHULUAN Jintan hitam memiliki banyak manfaat, salah satunya berperan sebagai protektor hepar dari induksi beberapa bahan toksik1,2,3. Kandungan bahan aktif jintan hitam terbanyak
4,5

(thymoquinone). Zat

aktif jintan hitam

(thymoquinone) dapat mengaktivasi gen p53 yang mengakibatkan terjadinya apoptosis7. Sedangkan penelitian Khader, Bresgen, dan Eckl (2009)8 terhadap hepatosit tikus yang dikultur in vitro dan diberi zat aktif jintan hitam (thymoquinone) konsentrasi 2,5M dan 10 M selama 48 jam, membuktikan bahwa terjadi nekrosis dan aberasi kromosom hepatosit yang signifikan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan gambaran histopatologi hepatosit tikus putih setelah pemberian jintan hitam dosis 500mg/kgbb, 1000mg/kgbb, dan 1500mg/kgbb selama 21 hari (subkronik). Penelitian ini diharapkan dapat menambah

adalah

thymoquinone

(27.8% - 57.0%) . Jintan hitam dosis 250500 mg/kgBB mampu melindungi hepar dari induksi karbon tetraklorida (CCl4)6. Semakin banyak waktu jarang terbatas jumlah yang lama, masyarakat namun Penelitian aktif yang penelitian mengenai hitam mengkonsumsi jintan hitam dalam jangka mengenai keamanan jintan hitam masih dilakukan. pada zat tingkat keamanan yang sudah dilakukan jintan

379

Mandala of Health. Volume 5, Nomor 3, September 2011

Tamad, Hepatosit Tikus dan Jintan Hitam

khasanah

ilmu

pengetahuan

bidang

aquabidest per hari intragastrik selama 21 hari. 2) Kelompok II, diberi jintan hitam 500mg/kgBB per hari intragastrik selama 21 hari. 3) Kelompok III, diberi jintan hitam 1000mg/kgBB per hari intragastrik selama 21 hari. 4) Kelompok IV, diberi jintan hitam 1500mg/kgBB per hari intragastrik selama 21 hari. Setelah selesai diberi perlakuan tikus didekapitasi dan dibedah untuk diambil heparnya. Kemudian hepar dibuat preparat dengan pewarnaan Haematoxylin Eosin dan dibaca dengan mikroskop cahaya pembesaran 400X. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pemberian ekstrak jintan hitam dan variabel tergantungnya adalah gambaran histopatologi hepatosit tikus. Gambaran histopatologi hepatosit tikus yang dilihat berupa kondensasi kromatin inti serta kriteria Manja Roenigk pada tiap 100 sel per lapang pandang (5 lapang pandang) (Lumongga, 2008; Ramachandran & Kakar, 2009). Cara mengukur gambaran histopatologi hepatosit tikus dimulai dari penilaian jumlah hepatosit yang tidak mengalami kondensasi kromatin inti dikalikan 1 dan jumlah hepatosit yang mengalami dikalikan perhitungan Sedangkan, histopatologi menggunakan 2. kondensasi Kemudian, tersebut pengukuran hepatosit kriteria Manja kromatin kedua inti hasil

toksikologi terutama dalam kajian obat herbal dan memberikan informasi tambahan kepada yang lama. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dan post test only with control group design terhadap 4 kelompok. Kelompok tersebut adalah 1) tidak diberi ekstrak jintan hitam, 2) diberi ekstrak jintan hitam 500 mg/kg BB/hari selama 21 hari, 3) diberi ekstrak jintan hitam 1000 mg/kg BB/hari selama 21 hari, dan 4) diberi ekstrak jintan hitam 1500 mg/kg BB/hari selama 21 hari. Penelitian menggunakan tikus putih (Rattus norvegicus) jantan umur 2-3 bulan, berat badan 200-250 g, keadaan normal dan sehat selama proses penelitian. Jumlah tikus yang digunakan berdasarkan berdasarkan kriteria WHO (1993)9 ditambah 20%nya sebagai faktor drop out adalah 6 ekor untuk setiap kelompok. Bahan yang digunakan adalah ekstrak jintan hitam, aquabidest dan makanan pellet standar untuk tikus. Peralatan yang digunakan adalah kandang tikus, sonde lambung, beaker glass, alat nekropsi dan mikroskop cahaya. Cara kerja penelitian ini dimulai dengan aklimatisasi 24 tikus. Dilanjutkan dengan pemberian perlakuan berupa : 1) Kelompok I (kelompok kontrol) diberi masyarakat mengenai efek penggunaan jintan hitam dalam jangka waktu

dijumlahkan. gambaran tikus yang Roenigk

dimulai dari penghitungan jumlah hepatosit yang normal lalu dikalikan 1, penghitungan jumlah hepatosit yang mengalami degenerasi parenkimatosa lalu dikalikan 2, penghitungan

380

Mandala of Health. Volume 5, Nomor 3, September 2011

Tamad, Hepatosit Tikus dan Jintan Hitam

jumlah hepatosit yang mengalami degenerasi hidropik lalu dikalikan 3, dan penghitungan jumlah hepatosit yang nekrosis lalu dikalikan 4. Kemudian, keempat hasil perhitungan tersebut dijumlahkan. Penelitian dilakukan dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi dan Laboratorium Histologi Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto. Pembuatan preparat dilakukan di Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Yogyakarta. Analisis data dengan program komputer SPSS. Analisis yang digunakan adalah uji statistik One Way Anova dan Kruskal- Wallis dengan p > 0,05 berarti tidak terdapat perbedaan yang bermakna antar kelompok. Untuk uji One Way Anova, sebelumnya dilakukan uji homogenitas terlebih dahulu dengan Levenes test. HASIL DAN PEMBAHASAN Berikut gambaran kondisi histopatologi hepatosit gambaran degenerasi Setelah diperoleh data tikus kelompok III. Tampak normal, degenerasi pengamatan, hasil skoring berupa hepatosit Universitas Gadjah Mada

beserta uji normalitasnya tercantum pada tabel 2

Gambar 1. Gambar Histopatologi Hepar Tikus Kelompok III Pulasan Hematoksilin Eosin Pembesaran 400x Tabel 1. Hasil skoring gambaran histopatologi berupa kondensasi kromatin inti dari setiap kelompok Kelompok Mean SD perlakuan Kontrol (Aq) 100,17 0,41* 1 (500 mg/kgBB) 100,67 0,82 2 (1000 mg/kgBB) 100,83 0,98* 3 (1500 mg/kgBB) 101,33 0,82 Keterangan : * = distribusi data tidak normal

parenkimatosa, dilakukannya mengenai

hidropik, dan kondensasi kromatin inti. perhitungan pada preparat, dan penilaian, gambaran histopatologi berupa kondensasi kromatin inti dari setiap kelompok beserta uji normalitasnya yang tercantum pada Tabel 1. Sedangkan deskriptif data mengenai hasil skoring gambaran histopatologi dengan kriteria Manja Roenigk dari setiap kelompok

Hasil pengamatan mikroskopis hepar tikus putih, tampak perubahan histopatologi hepatosit pada semua kelompok perlakuan. Perubahan yang nampak berupa degenerasi parenkimatosa, degenerasi hidropik, dan kondensasi kromatin inti.

381

Mandala of Health. Volume 5, Nomor 3, September 2011

Tamad, Hepatosit Tikus dan Jintan Hitam

Tabel 2. Hasil skoring gambaran histopatologi dengan kriteria Manja Roenigk dari setiap kelompok Kelompok Mean SD perlakuan Kontrol (Aq) 102,67 3,07 1 (500 mg/kgBB) 106,67 4,63 2 (1000 mg/kgBB) 108,50 5,68 3 (1500 mg/kgBB) 110,00 7,94

dapat menembus membran plasma ataupun transduksi sehingga dapat menimbulkan respon dari sel itu sendiri. Setelah sel menerima sinyal yang sesuai untuk apoptosis, organela-organela degradasi sel akan mengalami caspase yang diaktifasi oleh

proteolitik. Sel yang mulai apoptosis, secara mikroskopis akan mengalami perubahan berupa sel mengerut dan lebih bulat karena pemecahan proteinaseous sitoskeleton oleh caspase, sitoplasma tampak lebih padat, dan kromatin menjadi kondensasi pada membran inti (piknotik)12. Hasil penelitian pemberian jintan hitam pada tikus putih menyatakan tidak ada perbedaan bermakna gambaran histopatologi hepatosit antar kelompok (p = 0,121 untuk kondensasi kromatin inti dan p=0,161 untuk kriteria Manja Roenigk). Sedangkan pada penelitian Zaoui et al. (2002) menyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna gambaran histopatologi hepatosit tikus putih antara kelompok yang diberi jintan hitam 2 ml/kg BB selama 12 minggu dengan kelompok kontrol13. Ketidakbermaknaan secara statistik dapat disebabkan oleh kurangnya variasi dosis yang lebih besar dan durasi pemberian jintan hitam, serta kandungan zat aktif dalam jintan didalam tingkat hitam. jintan Kandungan hitam thymoquinone terbukti
14,15

Degenerasi

parenkimatosa

atau

degenerasi albumin terjadi akibat kegagalan oksidasi yang menyebabkan tertimbunnya air di dalam sel, akibatnya transportasi protein yang telah diproduksi ribosom terganggu. Hal tersebut menyebabkan pembengkakan sel dan akibat pengeruhan endapan sitoplasma protein. dengan Degenerasi munculnya granul-granul dalam sitoplasma parenkimatosa merupakan degenerasi sangat ringan dan reversibel10. Degenerasi hidropik pada dasarnya sama dengan degenerasi juga parenkimatosa, reversibel. degenerasi degenerasinya berat bersifat dengan

Namun, derajat degenerasi hidropik lebih dibanding parenkimatosa, tampak vakuola berisi air dalam sitoplasma yang tidak mengandung lemak atau glikogen. Hal ini disebabkan karena gangguan transpor aktif yang menyebabkan sel tidak mampu memompa ion Na+ keluar sehingga konsentrasi ion Na+ di dalam sel naik. Pengaruh osmosis menyebabkan influks air ke dalam sel sehingga terjadi perubahan morfologis yaitu sel menjadi bengkak atau disebut degenerasi hidropik10,11. Kondensasi kromatin inti terjadi akibat proses pengiriman sinyal apoptosis yang

dapat dapat

menyebabkan kerusakan hepar kerusakannya karena dikendalikan banyak

. Namun

masih

kandungan

lainnya yang dimiliki jintan hitam guna melindungi hepar dari kerusakan lebih lanjut,

382

Mandala of Health. Volume 5, Nomor 3, September 2011

Tamad, Hepatosit Tikus dan Jintan Hitam

seperti komponen carvacrol, t-anethole dan 4-terpineol


4,16

. dalam penelitian ini

Kekurangan

adalah kurangnya variasi dosis yang lebih besar dan durasi pemberian jintan hitam, sehingga kemungkinan pengaruh jintan hitam terhadap perubahan gambaran histopatologi hepatosit tiap kelompok belum berbeda secara signifikan. Selain itu, karena keterbatasan waktu dan biaya tidak dilakukan penelitian mengenai pengaruh jintan hitam pada organ penting lainnya, seperti jantung dan paru14,17. KESIMPULAN Tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara gambaran histopatologi hepar tikus putih kelompok kontrol dan kelompok perlakuan yang diberi jintan hitam dosis 500 mg/kgBB, 1000 mg/kgBB dan 1500 mg/kgBB selama 21 hari (subkronik). DAFTAR PUSTAKA

1. Alsaif, M. A. 2007. Effect of Thymoquinone on Ethanol-Induced Hepatotoxicity in Wistar Rats. J. Med. Sci. 7: 1164-1170 2. Farrag, A. R. H., Mahdy, K. A., Rahman, G. H. A., & Osfor, M. M. 2007. Protective Effect of Nigella sativa Seeds Against Lead Induced Hepatorenal Damage in Male Rats. Pakistan Journal of Biological Sciences. 10: 28092816. 3. Gilani, A.-u. H., Jabeen, Q., & Khan, M. A. 2004. A Review of Medicinal Uses and Pharmacological Activities of Nigella sativa. Pakistan Journal of Biological Sciences. 4: 441-451. 4. El-Tahir, K. E. H., & Bakeet, D. M. 2006. The Black Seed Nigella sativa Linnaeus - A Mine for Multi Cures: A Plea for Urgent Clinical Evaluation of its Volatile Oil. J T U Med Sc. 1: 1-19. 5. Gernot, K. 2009. Spice Pages: Onion Seeds (Nigella sativa, falsely Black Cumin or Black

Caraway). Available from: http:// www.unigraz.at . Diakses pada tanggal 14 november 2010. 6. Al-Ghamdi, M. S. 2003. Protective Effect of Nigella sativa Seeds Against Carbon Tetrachloride-induced Liver Damage. The American Journal of Chinese Medicine. 31: 721728. 7. Edris, A. E. 2009. Anti-Cancer Properties of Nigella spp. Essential Oils and their Major Constituents, Thymoquinone and -Elemene. Current Clinical Pharmacology. 4, 43-46. 8. Khader, M., Bresgen, N., & Eckl, P.M. 2009. In vitro toxicological properties of thymoquinone. Food Chem Toxicology. 129133. 9. World Health Organization. 1993. Research Guidelines for Evaluating the Safety and Efficacy of Herbal Medicine. World Health Organization Regional Office for the Western Pacific. 35-40. 10. Mitchell, R. N., Kumar, V., Abbas, A. K., & Fausto, N. 2008. Adaptasi Sel, Jejas Sel, dan Kematian Sel. Dalam: Buku Saku Dasar Patologis Penyakit. EGC, Jakarta. 9 hal. 11. Robbins, S. L., Cotran, R. S., & Kumar, V. 2007. Jejas, Adaptasi, dan Kematian Sel. Dalam: Buku Ajar Patologi I, vol 1. EGC, Jakarta. 9, 26-27 hal. 12. Lumongga, F. 2008. Apoptosis. Available from: http://www.repository.usu.ac.id. Diakses pada tanggal 27 april 2011. 13. Zaoui, A., Cherrah, Y., Mahassini, N., Alaoui, K., Amarouch, H., & Hasan, M. 2002. Acute and Chronic Toxicity of Nigella sativa Fixed Oil. Phytomedicine. 9: 69-74 14. Badary, O. A., Al-Shabanah, O. A., Nagi, M. N., Al-Bekairi, A. M., & Elmazar, M. A. 1998. Acute and Subchronic Toxicity oh Thymoquinone in Mice. Drug Development Research. 44: 56-61. 15. Khalife, K. H., & Lupidi, G. 2007. Nonenzymatic reduction of thymoquinone in physiological conditions. Free Radical Research. 2: 153161. 16. Burits, M., & Bucar, F. 2000. Antioxidant activity of Nigella sativa essential oil. Phytotherapy Research. 14: 323328. 17. Al-Ali, A., Alkhawajah, A. A., Randhawa, M. A., & Nisar, A. S. 2008. Oral and intraperitoneal LD50 of thymoquinone, an active principle of nigella sativa, in mice and rats. J Ayub Med Coll. 2: 25-27

383

You might also like