You are on page 1of 10

COMPARATIVE EFFECTIVENESS CARBAZOCHROME SODIUM SULFONATE (AC-17) PLUS

VITAMIN K AND VITAMIN C WITH VITAMIN K PLUS VITAMIN C TO STOP HEMOPTYSIS DUE
TO PULMONARY DISEASE

Masdi MUFRODI*, Wiwien Heru WIYONO*, Boedi SWIDARMOKO*, Aria KEKALIH**


*Department of Pulmonology and Respiratory Medicine, Faculty of Medicine, University of Indonesia, Persahabatan Hospital
Jakarta.** Department of Community Medicine, Faculty of Medicine, University of Indonesia.

Background: Use of hemostatic drugs on hemoptysis remains controversial, some experts doubt the benefits of these drugs,
however, it should be given because some research shows these drugs give influence to the mechanisms of haemostasis. There is
no research about the effectiveness of carbazochrome for patient with hemoptysis.
Objective: To find out the effectiveness of the provision carbazochrome (cromeR) 3x50 mg iv plus vitamin K 3x10 mg iv and
vitamin C 3x200 mg iv compared with vitamin K 3x10 mg iv plus vitamin C 3x200 mg iv to controlling hemoptysis.
Methods: This study was a randomized double-blind controlled trial conducted from July 2012 until December 2013 in the
Persahabatan Hospital of Jakarta. The treatment group received carbazochrome (cromeR) 3x50 mg iv plus vitamin K 3x10 mg iv
and vitamin C 3x200 mg iv, whereas control group obtained vitamin K 3x10 mg iv and vitamin C 3x200 mg iv only. Observed up
to free of hemoptysis or up to 7 days
Results: Subjects in this study were obtained 134 people with an average age of 45 years, men 72.4%, women 27.6% and is the
highest diagnosis of pulmonary Tuberculosis (Tb) 58% and post Tb25%. Treatment group was 95.7% controlled results, whereas
the control group 66.7% with p <0.05. Treatment group have shorter bleeding time, on average 2 days, while the control group
is 4 days with p< 0.001. The rate of bleeding in the treatment group significantly reduced faster than the control group with p <
0.001. No adverse reactions in the two groups. Hemostatic drug costs per day times hemoptyis long-time was greater in the
treatment group average of Rp 172.760,- while the control group Rp 118.400,-
Conclusion: Giving carbazochrome (cromeR) 3x50 mg iv plus vitamin K 3x10 mg iv and vitamin C 3x200 mg iv more effective to
control hemoptysis than vitamin K 3x10 mg iv and vitamin C3x200 mg iv.

Keywords: Hemoptysis, hemostasis, carbazochrome, vitamin K, vitamin C

PERBANDINGAN EFEKTIVITAS CARBAZOCHROME SODIUM SULFONAT (AC-17) DITAMBAH


VITAMIN K DAN VITAMIN C DENGAN VITAMIN K DITAMBAH VITAMIN C DALAM
MENGHENTIKAN BATUK DARAH KARENA PENYAKIT PARU

Masdi MUFRODI*, Wiwien Heru WIYONO*, Boedi SWIDARMOKO*, Aria KEKALIH**


*Departemen Pulmonologi dan Kedokteran respirasi, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, RSU Persahabatan Jakarta.**
Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia.

Latar belakang: Penggunaan obat hemostatik pada hemoptisis masih kontroversial, sebagian ahli meragukan manfaat obat-obat
ini, namun sebaiknya diberikan karena berbagai penelitian menunjukan obat ini berpengaruh pada mekanisme penghentian
perdarahan. Untuk efektifitas karbazokrom belum ada penelitian penggunaannya pada pasien hemoptisis.
Tujuan: Mengetahui efektivitas pemberian karbazokrom (cromeR) 3x50 mg iv ditambah vitamin K 3x10 mg iv dan vitamin C
3x200 mg dibanding dengan vitamin K 3x10 mg iv ditambah vitamin C 3x200 mg iv dalam mengontrol batuk darah.
Metode: Penelitian ini merupakan studi eksperimental (uji klinis), randomisasi, tersamar ganda, dilakukan mulai bulan Juli 2012
s/d Desember 2013 di RSUP Persahabatan Jakarta. Kelompok perlakuan mendapat karbazokrom (cromeR) 3x50 mg iv ditambah
vitamin K 3x10 mg iv dan vitamin C dan kelompok kontrol mendapatkan vitamin K 3x10 mg iv ditambah vitamin C 3x200 mg iv
saja. Dilakukan pengamatan sampai bebas batuk darah atau maksimal 7 hari.
Hasil: Subjek dalam penelitian ini diperoleh 134 orang dengan rata-rata usia 45 tahun, laki-laki 72,4 %, perempuan 27,6% dan
diagnosis terbanyak adalah Tb paru 58% kemudian bekas TB 25%. Kelompok perlakuan batuk darah yang terkontrol 95,7%,
sedangkan kelompok kontrol 66,7% dengan nilai p<0.001. Kelompok perlakuan lama perdarahannya lebih singkat rata-rata 2 hari
sedangkan kelompok kontrol 4 hari dengan nilai p<0.001. Laju perdarahan pada kelompok perlakuan secara bermakna lebih
cepat berkurang jumlah perdarahannya dibandingkan kelompok kontrol dengan nilai p<0.001.Tidak ditemukan efek samping
pada kedua kelompok subjek. Biaya obat hemostatik tiap hari dikalikan lama batuk darah lebih besar pada kelompok perlakuan
rata-rata Rp172.760,- sedangkan kelompok kontrol Rp 118.400,-.
Kesimpulan: Pemberian karbazokrom (cromeR) 3x50 mg iv ditambah vitamin K 3x10 mg iv dan vitamin C 3x200 mg iv lebih
efektif dalam mengontrol batuk darah dibanding dengan vitamin K 3x10 mg iv ditambah vitamin C 3x200 mg iv.

Kata kunci: Hemoptisis, hemostasis, karbazokrom, vitamin K, vitamin C

_________________________________________________________________________________________
Departemen Pulmonologi & Ilmu Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 1
RS Persahabatan - Jakarta, 2014
`
PENDAHULUAN oleh karena sumber perdarahan tidak diketahui,
fungsi paru terbatas, lesi bilateral dan luas, kanker
Latar belakang paru inoperable, penderita menolak dilakukan
pembedahan oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian
Batuk darah (hemoptisis) merupakan masalah pada penderita batuk darah yang hanya mendapatkan
yang sering terjadi dan sekitar 7-15 % dari pasien terapi konservatif khususnya obat hemostatik.9
yang datang dengan keluhan penyakit paru.1 Batuk Khusus tentang penggunaan hemostatik pada
darah seringkali membuat penderita beserta hemoptisis ini, masih kontroversial, sebagian ahli
keluarganya panik dan mencari pertolongan medis. meragukan manfaat obat-obat ini, namun sebaiknya
Penderita yang mengalami batuk darah memerlukan diberikan karena berbagai penelitian menunjukan
pertolongan segera dan pengawasan medis karena obat ini berpengaruh pada mekanisme penghentian
sewaktu-waktu dapat terjadi perdarahan masif yang perdarahan.10 Salah satu obat hemostatik adalah
dapat berakibat fatal. Penderita batuk darah harus carbazochrome sodium sulfonate (Ac-17) selanjutnya
dibedakan dengan muntah darah salah satunya yaitu disebut karbazokrom berfungsi sebagai anti
warna darah merah segar dan tidak bercampur perdarahan dengan menurunkan hiperpermiabilitas
dengan makanan, jumlah darah harus diperhatikan vaskular. Untuk efektivitas karbazokrom belum ada
untuk menentukan kategori masif yang perlu penelitian penggunaannya pada pasien hemoptisis.
penanganan segera sehingga penanganannya akan Efektivitas disini meliputi mengontrol batuk darah,
lebih tepat dan memberikan hasil yang lebih baik.2-4 mempercepat lama perdarahan dan menurunkan laju
Dalam menetukan batuk darah yang sedang perdarahan pada hemoptisis. Definisi batuk darah
berlangsung adalah batuk darah masif, dapat dinilai dapat terkontrol adalah bebas batuk darah dalam
berdasarkan laju perdarahan, yaitu besar volume waktu ≤ 6 hari. Berpangkal tolak pada perbedaan
darah yang dikeluarkan dalam periode tertentu. pendapat pada kegunaan hemostatik pada hemoptisis
Terdapat variasi laju perdarahan yang dipakai sebagai ini, maka kami lakukan penelitian sejauh mana
kriteria batuk darah masif antara satu pusat medis manfaat yang didapat pada penderita hemoptisis
dengan pusat medis lainnya, umumnya berkisar 100- dengan pengobatan secara konservatif noninvasif,
1000 per 24-48 jam.5 dalam penelitian ini dikhususkan pada hemostatik
Prinsip penatalaksanaan hemoptisis golongan karbazokrom ditambah vitamin K dan
mempunyai 5 tujuan dasar yaitu : mencegah asfiksia, vitamin C dibandingkan dengan kelompok yang
melokalisir sumber perdarahan, menghentikan diberikan vitamin K ditambah vitamin C, karena
perdarahan, mencari penyebab perdarahan dan salah satu obat hemostatik standar yang digunakan di
mengobati penderita sesuai penyebabnya.6 Dalam RSUP Persahabatan Jakarta untuk batuk darah saat
menghentikan perdarahan meliputi terapi konservatif ini adalah vitamin K ditambah vitamin C.7, 11
baik noninvasif seperti obat hemostatik atau invasif
seperti tamponade endobronkhial, antikoagulan Tujuan umum
intrabronkial, embolisasi arteri dan lain-lain, dan
terapi pembedahan. Telah dilakukan penelitian di RS Mengetahui efektivitas pemberian
Persahabatan pengobatan hemoptisis dengan karbazokrom 3x50 mg iv ditambah vitamin K 3x10
membandingkan etamsilat dan vitamin k ditambah mg iv dan vitamin C 3x200 mg dibanding dengan
vitamin C ternyata tidak ada perbedaan bermakna vitamin K 3x10 mg iv ditambah vitamin C 3x200 mg
dalam memperpendek henti perdarahan, tetapi iv dalam mengontrol batuk darah.
berbeda bermakna dengan kelompok yang tidak
diberi hemostatik.7 Busroh telah melaporkan hasil Tujuan khusus :
pembedahan terhadap penderita batuk darah masif di
RSUP persahabatan 1970-1995. Berdasarkan hasil 1. Mengetahui efektivitas pemberian
pengamatannya, dikemukakan bahwa tindakan karbazokrom 3x50 mg iv ditambah vitamin
pembedahan dini yaitu menurunkan laju perdarahan K 3x10 mg iv dan vitamin C 3x200 mg
dari ≥ 600 ml/24 jam menjadi 100-250 ml / 24-48 2isbanding dengan vitamin K 3x10 mg iv
jam sebagai kriteria penderita masif untuk menjalani ditambah vitamin C 3x200 mg iv dalam
pembedahan, ternyata memberikan hasil penurunan memperpendek henti perdarahan batuk
angka kematian.8 Sementara kita ketahui bahwa tidak darah.
semua penderita batuk darah dengan laju perdarahan 2. Mengetahui efektivitas pemberian
≥ 100 ml /24 jam, khususnya laju perdarahan 100- karbazokrom 3x50 mg iv ditambah vitamin
250 ml / 24-48 jam dapat menjalani pembedahan, K 3x10 mg iv dan vitamin C 3x200 mg
_________________________________________________________________________________________
Departemen Pulmonologi & Ilmu Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 2
RS Persahabatan - Jakarta, 2014
`
dibanding dengan pemberian vitamin K randomisasi tersamar ganda untuk penentuan
3x10 mg iv ditambah vitamin C 3x200 mg kelompok terapi. Randomisasi dilakukan dengan
iv dalam mengurangi laju perdarahan batuk menggunakan consecutive random sampling
darah dengan menghitung jumlah yaitu menggunakan tabel random yang sudah
perdarahan yang terjadi dalam 24 jam pada dibuat menggunakan SPSS untuk menentukan
awal pengobatan dan selama pengamatan. kelompok yang akan dijadikan perlakuan dan
3. Mengetahui efek samping pemberian kontrol.
karbazokrom 3x50 mg iv ditambah vitamin Setelah mendapatkan jumlah kelompok
K 3x10 mg iv dan vitamin C 3x200 mg yang dijadikan perlakuan dilakukan prosedur
dibanding dengan vitamin K 3x10 mg iv matching. Matching dilakukan dengan
ditambah vitamin C 3x200 mg iv pada batuk membandingkan karakteristik yang harus setara
darah. yaitu jumlah perdarahan dalam 24 hari serta
4. Mengetahui biaya obat hemostatik tiap hari diagnosis penyebab batuk darah dalam setiap
dikalikan lama batuk darah pada pemberian kelompok. Apabila ada ketidak setaraan dalam
karbazokrom 3x50 mg iv ditambah vitamin karakteristik tersebut maka peneliti akan mencari
K 3x10 mg iv dan vitamin C 3x200 mg sampel tambahan untuk membuat kedua
dibanding dengan pemberian vitamin K kelompok setara. Penyamaran (blinding)
3x10 mg iv ditambah vitamin C 3x200 mg dilakukan dengan membuat seluruh obat dalam
iv. satu sediaan yaitu pemberian secara iv.
Responden tidak akan mengenali obat yang
Manfaat penelitian diberikan karena dalam sediaan yang sama.
Penyamaran juga dilakukan kepada pemeriksa
Bagi Peneliti hasil akhir pengobatan (keberhasilan pengobatan,
 Hasil penelitian dapat menjadi dasar lama perdarahan, jumlah perdarahan dan efek
untuk melakukan penelitian selanjutnya. samping pengobatan). Pemeriksa hasil
Bagi Instansi pengobatan dan dokter yang memberikan obat
 Hasil penelitian ini diharapkan dapat adalah orang yang berbeda.
menjadi acuan pengobatan hemostatik
khususnya dengan karbazokrom pada Kriteria inklusi
pasien hemoptisis. Penderita yang diikutsertakan dalam penelitian
Bagi Masyarakat ini adalah :
 Dengan terdapat dasar pengobatan  Penderita batuk darah karena penyakit paru
menggunakan hemostatik khususnya yang dirawat di IGD atau ruang rawat RS
karbazokrom pada hemoptisis persahabatan.
diharapkan dapat memperbaiki kondisi  Umur penderita ≥ 14 tahun.
klinis pasien yang tidak bisa dilakukan  Bersedia ikut dalam penelitian dan
tindakan intervensi baik bedah maupun menandatangani persetujuan pada formulir
nonbedah. informed consent.

Kriteria eksklusi
METODOLOGI PENELITIAN Penderita yang tidak di ikutsertakan dalam
penelitian ini adalah :
Penelitian ini merupakan studi  Pasien dengan penyakit kelainan darah atau
eksperimental (uji klinis), randomisasi, tersamar nilai trombosit < 50.000.
ganda (double blind randomised controlled  Pasien yang tidak mau mendapatkan terapi
trial). Dilakukan mulai bulan Juli 2012 s/d kausatif.
Desember 2013 di RSUP Persahabatan Jakarta.  Alergi terhadap obat-obatan yang dipakai
Populasi adalah semua pasien batuk darah yang pada penelitian diketahui dari timbul gejala
dirawat inap di IGD atau ruang rawat paru RS dematiitis alergi atau syok anafilaksis
Persahabatan. Sampel adalah sebagian dari setelah pemberian obat.
populasi yang memenuhi kriteria inklusi. Sampel  Pasien dengan batuk darah masif sesuai
penelitian diambil secara konsekutif sampling dengan kriteria di RSUP Persahabatan.
yaitu mengambil semua pasien yang memenuhi  Pasien dengan keadaan umum berat atau
kriteria penerimaan sampai jumlah sampel syok.
penelitian tercapai. Sampel dilakukan
_________________________________________________________________________________________
Departemen Pulmonologi & Ilmu Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 3
RS Persahabatan - Jakarta, 2014
`
 Pesien yang sedang mengkonsumsi obat- yaitu dengan pemberian vitamin K dan vitamin C
obatan seperti aspilet, clopidogrel dan saja. Jumlah penderita batuk darah masuk dalam
warfarin secara teratur atau satu minggu kelompok Tb paru 78 orang (58%) dan 56 orang
terakhir. (42%) masuk kelompok bukan Tb. Variasi umur
 Pasien hepatitis akut/kronik, sirosis hepatis, penderita dalam penelitian ini berusia antara umur
dan gagal ginjal. 16-81 tahun dengan nilai median 45 tahun.
Kelompok Tb didapatkan rata-rata umur 41,79 tahun
Kriteria Droup Out dan kelompok bukan Tb 49,34 tahun.
Kriteria penderita yang pada mulanya Jenis kelamin terdiri dari 97 orang (72%) laki-
diikutsertakan, tetapi kemudian dikeluarkan dari laki dan 37 orang (28%) perempuan. Kelompok Tb
penelitian adalah sebagai berikut : terdiri 60 orang (77%) laki-laki dan 18 orang (23%)
 Penderita yang mengundurkan diri dari perempuan sedangkan bukan Tb terdiri dari 37 orang
penelitian. (66%) laki-laki dan 19 orang (34%) perempuan. Faal
 Pasien yang dalam perjalanan pengobatan hemostasis berdasarkan nilai masa pembekuan, masa
terjadi alergi terhadap obat-obatan yang perdarahan, PT dan APTT rata-rata normal. Riwayat
dipakai pada penelitian diketahui dari timbul batuk darah sebelumnya pada subyek penelitian ini
gejala dermatitis alergi, syok anafilaksis atau ada 38,8 % dan riwayat yang perokok adalah 64,2 %.
gejala alergi lainnya. Pasien antara kelompok perlakuan dan kontrol tidak
 Pasien yang dalam perjalanan pengobatan didapatkan perbedaan karakteristik yang bermakna
berubah menjadi batuk darah masif sesuai dalam hal usia, jenis kelamin, diagnosis, faktor
dengan kriteria di RSUP Persahabatan atau hemostasis dan riwayat batuk darah sebelumnya,
keadaan umum berat atau syok. sehingga dapat dianalisis lebih lanjut untuk
membandingkan kedua kelompok penelitin ini. Data
Besar sampel selengkapnya dapat dilihat pada tabel 1 berikut.
Dengan kesalahan tipe I sebesar 5%,
hipotesis dua arah, kesalahan tipe II sebesar Tabel 1. Data karakteristik pasien penelitian
20%, angka kesembuhan obat standar diketahui Perlakuan Kontrol
Variabel Nilai p
70%, selisih angka kesembuhan minimal yang (n=69) (n=65)

dianggap bermakna sebesar 20%, maka besar


Umur (tahun), median (min- 41(16-81) 50 (16-79) 0,791m
sampel untuk masing-masing kelompok adalah max)
62 orang. Dengan asumsi kemungkinan droup Jenis Kelamin, n(%)
out 10 %, besar sampel masing-masing - Laki-laki 50 (72,5) 47 (72,3) 0,984
- Perempuan 19 (27,5) 18 (27,7)
kelompok menjadi 69 orang.
Faal Hemostasis, rata-
rata+st.dev
Analisis data - Masa perdarahan 3,18+0,65 3,01+0,58 0,112 t
- Masa pembekuan 7,24+0.83 7,11+0,58 0,299 t
Data yang diperoleh dari subjek penelitian - PT 13,33±1,23 13,40±1,04 0,709 t
- APTT 35,74±6,73 34,84±4,88 0,382 t
akan diolah dan dianalisis dengan menggunakan
program Statistical Package for Social Sciences Diagnosis, n (%)
- Tb paru 42 (60,9) 36 (55,4) 0,267
(SPSS). Analisis statistik dilakukan pada kedua - Bekas Tb* 18 (26,1) 15 (23,1)
- Bronkiektasis* 0 4 (6,2)
kelompok pengobatan. - Tumor paru* 6 (8,7) 6 (9,2)
- Jamur paru* 2 (2,9) 2 (3,1)
- Pneumonia* 0 2 (3,1)
HASIL PENELITIAN - Tumor mediastinum* 1 (1,4) 0

Tb Paru, n (%)
- BTA positif 17 (40,5) 21 (58,3) 0,116
Karakteristik penderita - BTA negatif 25 (59,5) 15 (41,7)

Jumlah batuk darah sebelum


pengobatan (ml)
Penelitian ini dilakukan terhadap 138 orang Median (min-max) 100 (15-500) 50 (5-500) 0,389 m
penderita batuk darah yang datang berobat dan
Riwayat batuk darah
dirawat di SMF Paru RS Persahabatan. Dari 138 sebelumnya, n (%)
- Ya 28 (40,6) 24 (36,9) 0,664
penderita, subyek yang menyelesaikan penelitian - Tidak 41 (59,4) 41 (63,1)
sebanyak 134 orang. Subyek yang dikeluarkan dari
Riwayat merokok, n (%)
penelitian ada empat orang, tiga orang karena dalam - Ya 45 (65,2) 41 (63,1) 0,796
- Tidak 24 (34,8) 24 (36,9)
pengamatan menjadi batuk darah masif dan satu *) digabung dalam uji statistik
orang pulang paksa sebelum penelitian berakhir. Uji statistik: m) mann whitney; t) uji t independen dan lainnya menggunakan uji chi
square
Keempat subyek ini semua pada kelompok kontrol

_________________________________________________________________________________________
Departemen Pulmonologi & Ilmu Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 4
RS Persahabatan - Jakarta, 2014
`
Penilaian terkontrol atau tidaknya perdarahan 7
729

pada kedua kelompok 78

Penilaian keberhasilan pengobatan


didasarkan pada terkontrol dan tidak terkontrol pada 5

Lama Batuk Darah


hari ke-6 setelah lima hari pemberian obat
mendapatkan hasil yaitu subyek terkontrol pada
4
kelompok perlakuan sebanyak 66 orang (95,7%).
Pada kelompok kontrol didapatkan hasil kriteria
3
terkontrol lebih sedikit dibandingkan kelompok
perlakuan yaitu 43 orang (66,2%) yang dapat dilihat
pada tabel 2. Perbandingan hasil terkontrol diantara 2

kedua kelompok pengobatan dengan uji Chi-square


mendapatkan hasil kemaknaan nilai p<0,001, 1

sehingga diinterpretasikan kelompok perlakuan hasil Perlakuan


Crome + Vit K + Vit C
Kontrol
Vit K + Vit C
Perlakuan Terapi
terkontrolnya lebih banyak dan berbeda signifikan
dibandingkan kelompok kontrol. Kelompok yang
tidak terkontrol total 24 orang dengan diangnosis Gambar 1. Perbandingan lama batuk darah antara
terbanyak Tb paru 13 (54,2%) kemudian bekas Tb, perlakuan dengan kontrol
bronkiektasis, tumor paru masing-masing 3 orang
(12,5%) dan terakhir jamur paru 2 orang (8,3%). Jumlah laju perdarahan pada masing-masing
kelompok
Tabel 2. Perbandingan tingkat keberhasilan antara
perlakuan dengan kontrol Hasil yang didapat dari 69 penderita yang
Terkontrol Tidak Nilai p RR
n (%) terkontrol (Ik 95%)
termasuk kelompok perlakuan perdarahan awal yaitu
n (%) perdarahan yang didapat sebelum pengobatan 112,54
Perlakuan 66 (95,7) 3 (4,3) ml, nilai tengah 100 ml (15 ml – 500 ml). Rata-rata
perdarahan yang didapat setelah pengobatan berturut
1,41 sebagai berikut : hari pertama 19,87 ml nilai tengah 5
< 0,001
Kontrol 44 (67,7) 21 (32,3) (1,14-1,68)
ml (0-200 ml), hari kedua 9,81 ml nilai tengah 2 ml
(0-200 ml), hari ketiga 5,65 ml nilai tengah 0 (0-100
Total 110 (82,1) 24 (17,9) ml), hari keempat 1,13 ml nilai tengah 0 (0-15 ml),
Absolute risk reduction : 28 % hari kelima 1,65 ml nilai tengah 0 (0-100 ml), hari
keenam 0,72 ml nilai tengah 0 (0-40 ml), hari ketujuh
Lama henti perdarahan pada masing-masing 0,26 ml nilai tengah 0 (0-15 ml). Pada kelompok
kelompok kontrol didapatkan hasil perdarahan awal sebelum
diberikan pengobatan rata-rata jumlah darah yang
Dari 69 penderita yang termasuk kelompok dibatukan yaitu 107,8 ml nilai tengah 50 ml (5 ml –
perlakuan didapatkan median lama henti perdarahan 500 ml). Perdarahan rata-rata setelah mendapat
mencapai 2 hari dengan kisaran 1-7 hari. Pada 65 pengobatan berturut-turut yaitu : hari pertama 32,12
penderita batuk darah yang termasuk kelompok ml nilai tengah 20 ml (3-200 ml), hari kedua 22,02
kontrol didapatkan median lamanya henti perdarahan ml nilai tengah 10 ml (0-150 ml), hari ketiga 21,12
mencapai 4 hari, dengan nilai kisaran 1-7 hari. Untuk ml nilai tengah 5 ml (0-300 ml), hari keempat 12,55
memberikan gambaran sebaran data lama perdarahan ml nilai tengah 2 ml (0-330 ml), hari kelima 10,58 ml
pada kedua kelompok, data dijelaskan pada gambar nilai tengah 0 (0-250 ml), hari keenam 5,26 ml nilai
boxplot dibawah ini. Uji statistik yang digunakan tengah 0 (0-100 ml), hari ketujuh 2,66 ml nilai tengah
untuk menilai kemaknaan lamanya henti perdarahan 0 (0-30 ml). Hasil analisis statistik untuk menilai
dari kedua kelompok pengobatan dipakai uji mann kemaknaan dari perbedaan kedua kelompok
whitney dengan nilai p<0,001. Dengan demikian pengobatan, khusus dalam menilai laju perdarahan
dapat disimpulkan bahwa pada kelompok perlakuan ternyata hasilnya adalah bermakna dengan nilai p<
lama perdarahannya lebih singkat dan berbeda 0,001, seperti pada gambar 2.
bermakna dibandingkan pada kelompok kontrol.

_________________________________________________________________________________________
Departemen Pulmonologi & Ilmu Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 5
RS Persahabatan - Jakarta, 2014
`
150 kelompok perlakukan biayanya lebih besar dengan
Ketera nga n :
150
nila p<0,05, seperti pada gambar 3.
 Perlakuan
Keterangan :  Kontrol
 

Perlakuan
 Kontrol
 100
Jumlah perdara han

700000.00

100
Jumlah perdarahan

(ml)

543
600000.00
19
(ml)

50 500000.00
50



 

Total Biaya
    400000.00
     
   
   
0
     
0 300000.00

200000.00
Batuk Darah Sebelum Pengobatan

Jumlah Batuk Darah Hari Ke-1

Jumlah Batuk Darah Hari Ke-2

Jumlah Batuk Darah Hari Ke-3

Jumlah Batuk Darah Hari Ke-4

Jumlah Batuk Darah Hari Ke-5

Jumlah Batuk Darah Hari Ke-6

Hari Ke-7
Batuk Darah Sebelum Pengobatan

Hari Ke-1

Jumlah Batuk Darah Hari Ke-2

Jumlah Batuk Darah Hari Ke-3

Jumlah Batuk Darah Hari Ke-4

Jumlah Batuk Darah Hari Ke-5

Jumlah Batuk Darah Hari Ke-6

Jumlah Batuk Darah Hari Ke-7


Sebelum 100000.00
Batuk Darah

Terapi
JumlahDarah

0.00

Gambar 2. Perbandingan laju perdarahan awal


Jumlah Batuk

Perlakuan Kontrol
Crome + Vit K + Vit C Vit K + Vit C
pengobatan dan selama pengamatan Perlakuan Terapi

Hari antara kelompok perlakuan dengan


kontrol
Hari Gambar 3. Perbandingan biaya obat hemostatik
antara kedua kelompok
Penilaian efek samping pada masing-masing
kelompok PEMBAHASAN

Dari seluruh subyek penelitian yaitu 134 Pada penelitian ini jumlah penderita yang
penderita, pada saat penelitian berlangsung tidak semula dikutsertakan yaitu 138 akan tetapi 4 subjek
didapatkan efek samping maupun komplikasi akibat yang semuanya dari kelompok kontrol dikeluarkan
pengaruh obat yang digunakan. Ini menunjukan dari penelitian oleh karena satu kasus pulang paksa
pemberian obat karbazokrom 50 mg, vitamin K 10 sebelum selesai pengobatan dan tiga kasus
mg dan vitamin C 200 mg secara iv bolus aman buat mengalami batuk darah masif. Hal ini menunjukan
pasien. Tetapi untuk membandingkan manfaat yang penambahan karbazokrom pada kelompok perlakuan
diperoleh baik pemberian iv atau drip pada dapat mencegah tejadinya batuk darah masif.
karbazokrom perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. Karateristik tiga pasien yang drop out karena batuk
darah masif terdiri dari dua laki-laki dan satu
Perbandingan biaya obat hemostatik pada kedua perempuan, semua dengan diagnosis Tb paru BTA
kelompok positif dengan riwayat jumlah batuk darah sebelum
pengobatan antara 200-400 ml. Diagnosis ini sesuai
Perbandingan biaya yang dianalisis adalah dengan penelitian oleh Shigemura dkk di China
hanya total biaya untuk obat hemostasis. bahwa batuk darah masif paling banyak disebabkan
Perbandingan biaya obat selama 5 hari untuk oleh Tb paru (55%).12 Di Afrika Knot-Kraig dkk
kelompok perlakuan 431.900 rupiah (1 hari 86.380 menemukan penyebab paling banyak batuk darah
rupiah) sedangkan kelompok kontrol 148.500 rupiah masif juga karena Tb paru (85%). Penelitian lain di
(1 hari 29.600 rupiah) dengan selisih 283.400 rupiah Singapura dan Perancis menunjukan penyebab paling
(1 hari 56.780 rupiah). Biaya obat hemostatik perhari sering pasien batuk darak masif adalah bronkiektasis.
dikalikan lama perdarahan selama pengamatan 7 hari Di Austria penyebab paling sering adalah kanker paru
diperoleh hasil penelitian total biaya untuk kelompok (20,35%) kemudian Tb paru (13,23%). 13 Perbedaan
perlakukan rata-rata 202.805 rupiah nilai tengah ini karena kasus penyebab batuk darah berbeda antar
172.760 (86.380-04.660) upiah dan untuk kelompok negara maju dan negara berkembang, di negara maju
kontrol rata-rata 125.686 nilai tengah 118.400 kasus kanker paru lebih banyak dibanding infeksi
(29.600-207.200) rupiah dengan perbedaan biaya seperti Tb paru.
rata-rata 77.119 rupiah. Hasil analisis statistik Jumlah seluruh subjek berdasarkan umur dan
menujukan terdapat perbedaan bermakna bahwa jenis kelamin, diketahui bahwa variasi umur adalah
16-81 tahun dengan umur rata-rata yaitu 45 tahun dan
_________________________________________________________________________________________
Departemen Pulmonologi & Ilmu Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 6
RS Persahabatan - Jakarta, 2014
`
umur ≤ 40 tahun sebesar 39,6 %. Hal ini sedikit (2%) dan tumor mediastinum (1%) ini sama dengan
berbeda dengan penelitian sebelumnya Depari dkk di penelitian Depari dkk. Untuk diagnosis Tb paru
RSUP Persahabatan untuk kelompok umur ≤ 40 (52%), bekas Tb (34%) dan bronkiektasis (8%).
tahun sebesar 60 %, penelitian Winurti dkk sebesar Keadaan ini juga sesuai dengan penelitian terdahulu
73,5%, Wihastuti dkk 67,5% dan Hamid dkk 73%. bahwa terutama di negara berkembang, penderita
Sehingga untuk kelompok produktif dan non batuk darah karena Tb terbanyak terjadi pada usia
produktif sudah imbang disebabkan peningkatan muda.20 Penelitian sebelumnya yang dilakukan di RS
terapi pada infeksi TB yang sering menyerang usia Persahabatan mendapatkan kelompok umur
muda dan mulai meningkat kasus tumor paru. Jenis terbanyak pada usia 30-40 tahun, disusul kelompok
kelamin terbanyak didapatkan pada laki-laki umur 20-30 tahun.21 Di Amerika sebagai negara maju
dibanding perempuan, yaitu 97 orang (72,4 %) laki- penyebab batuk darah oleh karena bronkitis 26%,
laki dan 37 orang (27,6%) perempuan. Hal ini sesuai kanker paru 23%, pnemonia 10% dan tuberkulosis
dengan penelitian sebelumnya yang mengatakan 10%.5 Di Turki dari 249 pasien batuk darah penyebab
bahwa penderita batuk darah terbanyak pada laki- yang pertama adalah karsinoma bronkus 31%,
laki.14,7, 15-17 Penelitian di Turki juga menunjukan hydatid cyst 25 %, bronkiektasis 12% dan
pada 249 pasien batuk darah diperoleh hasil laki-laki tuberkulosis 6%, ini karena penyakit infeksi di
67,9% dan perempuan 32,1% dengan umur rata-rata negara maju lebih sedikit dibandingkan negara
39 tahun.18 berkembang seperti Indonesia dan penyakit kanker
Hasil pemeriksaan masa perdarahan dan masa paru semakin meningkat.18
pembekuan pada seluruh batuk darah sebelum Pada kelompok Tb didapatkan bahwa
dilakukan pengobatan dalam batas normal yaitu penyebab batuk darah terbanyak didapatkan pada
untuk nilai CT dan BT rata-rata 7,18±0,73 dan penderita dengan BTA negatif, yaitu dari 134 pasien
3,10±0,60, ini sesuai dengan penelitian Hamid dkk7 batuk darah terdapat 40 orang (30%) sedangkan
ini menunjukan bahwa pada batuk darah tidak ada BTA positif 38 orang (28%). Ini berbeda dengan
gangguan fungsi trombosit. Pada hasil pemeriksaan penelitian yang dilakukan oleh Arief, serta Hananto
PT dan APTT dibagi kontrol di peroleh hasil PT nilai dkk yang menunjukan hasil BTA positif lebih banyak
minimal 0,78 dan maksimal 1,28 (rata-rata 0,95), dan mendapatkan angka yaitu masing-masing 53% dan
nilai APTT nilai minimal 0,59 dan nilai maksimal 54% penderita batuk darah dengan BTA positif.21,
22,23
1,73 (rata-rata 1,042) sehingga tidak ada Perbedaan ini dimungkinan oleh karena
pemanjangan. Ini menunjukan pada batuk darah tidak penelitian Arief dan Hananto ditujukan pada
ada kelainan pada faktor koagulasi atau pembekuan. penderita dengan batuk darah masif, dan dilakukan di
Vitamin K berfungsi meningkatkan biosintesis faktor Indonesia yang prevalensi Tbnya masih tinggi.
koagulasi yaitu protombin (faktor II), prokonvertin Sedangkan penelitian oleh Fartoukh dkk dalam
(faktor VII), christmas factor (faktor IX) dan stuart penelitiannya mendapatkan 129 orang Tb aktif dari
factor (faktor X) yang berlangsung di hati sehingga 1.087 penderita batuk darah (12%) dan bekas Tb 143
fungsi vitamin K pada batuk darah masih orang (13%), dilakukan di negara maju dengan angka
dipertanyakan. Dan pada penelitian Hamid dkk Tb yang rendah dan ditujukan pada penderita batuk
pemberian vitamin K dan vitamin C dibandingkan darah masif, sehingga angka didapat lebih kecil.24
plasebo (suportif) dalam menghentikan batuk darah Dari penelitian ini berarti penderita dengan batuk
diperoleh hasil yang tidak berbeda bermakna baik darah yang diduga oleh karena Tb, ternyata 1 dari 2
dalam mengontrol perdarahan, lama perdarahan atau penderita merupakan sumber penularan terhadap
laju perdarahan.7 Nilai fibrinogen dari 31 pasien yang lingkungan maupun masyarakat sekitarnya.
diperiksa masih dalam batas normal yaitu nilai Pada kelompok nonTb penderita batuk darah
minimal 240 dan nilai maksimal 804 (rata-rata 506). terbanyak didapatkan pada bekas TB yaitu 33 orang
Untuk menilai sistem fibronilisis seharusnya (25%). Tuncozgur dkk mendapatkan angka 12%
diperiksa D-dimers atau Fibrin degradation products penderita batuk darah karena bronkiektasis.25
(FDPs), tetapi pada penelitian ini tidak diperiksa Fartoukh dkk di Perancis mendapatkan angka 20%
sehingga kita tidak mengetahui apakah pada batuk untuk bronkiektasis, 18% untuk kriptogenik, 17%
darah terjadi fibrinolisis atau tidak dan ini berkaitan kanker.24 Perbedaan disini dimungkinan oleh karena
dengan pemakaian asam traneksamat pada batuk penggunaan antibiotik di negara maju telah
darah yang berfungsi sebagai antifibrinolisis.19 berkembang pesat untuk mengatasi infeksi
Diagnosis penyebab batuk darah paling dibandingkan negara berkembang namun dipihak lain
banyak adalah tuberkulosis paru yaitu 58 % yang pada saat itu, di negara maju terjadi peningkatan
ikuti oleh bekas Tb (25%), tumor paru (9%), pencemaran udara/lingkungan akibat industri.
bronkiektasis (3%), jamur paru (3%), pneumonia
_________________________________________________________________________________________
Departemen Pulmonologi & Ilmu Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 7
RS Persahabatan - Jakarta, 2014
`
Hasil pengamatan pemeriksaan CT (clotting sebelum diberikan pengobatan rata-rata jumlah darah
time), BT (bleeding time), PT, APTT, trombosit pada yang dibatukan yaitu 107,8 ml nilai tengah 50 ml (5
seluruh subyek penelitian tidak ada gangguan atau ml - 500 ml) dan secara statistik kedua kelompok ini
pemanjangan sehingga pada batuk darah tidak tidak berbeda bermakna (p>0,05). Selama serta
tampak ada gangguan hemostasis, oleh karena prinsip sesudah pengobatan, diamati jumlah perdarahan yang
untuk terjadinya kelainan pada masa perdarahan terjadi setiap hari hingga 7 hari. Dari uji statistik laju
adalah bila kelainan terjadi pada ektravaskuler, perdarahan selama pengobatan pada kedua kelompok
dinding kapiler serta trombosit hal ini sesuai dengan berbeda bermakna yaitu pada kelompok perlakuan
penelitian yang terdahulu khususnya CT, BT dan terjadi penuruan laju perdarahan yang lebih besar
trombosit.14 Ini terjadi karena proses perdarahan dari dibanding kelompok kontrol (p<0,001).
paru atau batuk darah disebabkan pecahnya cabang- Tidak didapatkan efek samping dan
cabang arteri pulmonalis (Rasmussen aneurysme) komplikasi dari pengobatan pada seluruh subyek
atau pecahnya arteri bronkialis yang merupakan penelitian, sesuai dengan penelitian yang dilakukan
pembuluh darah yang letaknya didalam (profunda) oleh Hamid dkk.7 Ini menunjukan pemberian vitamin
sehingga tidak berpengaruh pada uji hemostasis.26, 27 K, vitamin C, karbazokrom dengan dosis sesuai
Pada penilain tingkat efektivitas kedua penelitian secara iv bolus aman diberikan kepada
kelompok sesuai dengan kondisi terkontrol dan pasien. Perbandingan biaya obat selama 5 hari untuk
tidaknya perdarahan diperoleh hasil pada kelompok lebih besar pada kelompok perlakuan Rp. 431.900,-
perlakuan secara bermakna terkontrolnya lebih sedangkan kelompok kontrol Rp. 148.500,- dengan
banyak dibandingkan dengan kelompok kontrol selisih Rp. 283.400,- (1 hari Rp. 56.780,-). Pada
dengan nilai p<0,001. Hal ini peran karbazokrome perbandingan biaya obat hemostatik sesuai dengan
mempunyai peranan dalam membantu mempercepat lama perdarahan sampai pengamatan 7 hari diperoleh
pengurangan perdarahan. Faktor yang juga berperan kelompok perlakukan lebih besar dengan nilai
penting dalam mempercepat penyembuhan penyakit median Rp. 172.760,- sedangkan kelompok kontrol
dengan pemberian obat-obat kausatif pada penyakit Rp. 118.400,- selisih Rp. 54.250,- dan secara satistik
yang mendasari terjadinya batuk darah. Obat anti bermakna dengan nilai p <0,05. Biaya ini akan
tuberkulosis dan antibiotik berperan dalam mengatasi berbeda apabila ditambahkan biaya perawatan yang
reaksi inflamasi ataupun infeksi yang terjadi pada selisih rata-rata dua hari, dapat lebih hemat sebagai
jaringan sekitar pembuluh darah yang mengalami contoh biaya perawatan kelasa II Rp. 230. 000,-
cidera. perhari, jika berbeda dua hari selisihnya Rp.
Penilaian tingkat efektifitas kelompok 460.000,- dan ini lebih besar dibanding selisih biaya
perlakuan dibandingkan kontrol yang berhubungan perlakuan dan kontrol sehingga dalam hal ini
dengan lamanya henti perdarahan pada kedua kelompok perlakuan lebih hemat dibanding
kelompok adalah pada kelompok perlakuan rata-rata kelompok kontrol. Perbedaan harga karbazokrom
henti perdarahan adalah 2 hari dengan nilai kisaran 1- dengan vitamin C atau vitamin K yang cukup tinggi
7 hari, pada kelompok kontrol rata-rata henti tiap ampulnya yaitu karbazokrom (cromeR) Rp.
perdarahan adalah 4 hari, dengan nilai kisaran 1-7 19.000,- sedangkan vitamin C Rp. 8.000,- dan
hari. Untuk kisaran sama karena pengamatan kita vitamin K Rp. 2.500,-. Karena keterbatasan waktu
dibatasi hanya sampai hari ke-7, sehingga mereka pengamatan, biaya perawatan tidak hanya biaya
mangalami batuk darah lebih dari 7 hari dimasukan kamar dan lama perawatan yang menetukan bukan
pada 7 hari. Pasien yang mengalami batuk darah ≥ 7 peneliti sehingga peneliti tidak dapat menganalisa
hari kelompok perlakuan 3 orang (14%) dan kontrol total biaya yang dikeluarkan pasien selama
19 (87%) orang, ini menunjukan kelompok perlakuan perawatan. Peneliti menyadari ini sebagai salah satu
lebih banyak yang berhenti sebelum akhir keterbatasan penelitian ini.
pengamatan dibandingkan kontrol. Uji statistik untuk
membandingkan lamanya henti perdarahan antar
kedua kelompok didapatkan kelompok perlakuan KESIMPULAN
secara bermakna (p<0,001) lebih cepat berhenti dan
ini berpengaruh dari segi ekonomi atau psikologi 1. Batuk darah disebabkan paling banyak oleh
pasien. tuberkulosis (Tb) kemudian bekas Tb.
Hasil yang didapat dari 69 penderita yang 2. Tingkat efektivitas pada kelompok perlakuan
termasuk kelompok perlakuan perdarahan awal yaitu secara bermakna lebih banyak pasien yang
perdarahan yang didapat sebelum pengobatan 112.54 terkontrol perdarahannya dibanding dengan
ml, nilai tengah 100 ml (15 ml - 500 ml). Pada kelompok kontrol.
kelompok kontrol didapatkan hasil perdarahan awal
_________________________________________________________________________________________
Departemen Pulmonologi & Ilmu Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 8
RS Persahabatan - Jakarta, 2014
`
3. Lama perdarahan pada kelompok perlakuan 9. Winurti MC. Hasil Terapi Konservatif pada
berhenti lebih cepat dibandingkan dengan penderita batuk darah di RSUP Persahabatan.
kelompok kontrol secara bermakna. Jakarta: FKUI; 2000.
4. Laju perdarahan kelompok perlakuan lebih 10. Arief N, Bernida I, editors. Pendekatan
cepat berkurang secara bermakna dibandingkan diagnostik pada batuk darah kronik dan batuk
kelompok kontrol. darah. Simposisum batuk kronik dan batuk
5. Tidak ditemukan efek samping pengobatan pada darah; 1991; Jakarta. Bagian Pulmonologi dan
kedua kelompok pengobatan. Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI
6. Total biaya obat hemostasis kali lama batuk 11. Swidarmoko B. Batuk darah (hemoptisis). In:
darah lebih besar pada kelompok perlakuan Swidarmoko B, Susanto AD, editors.
dibanding dengan kelompok kontrol. Pulmonologi intervensi dan gawat darurat
napas. Jakarta: FKUI; 2010. p. 28-53.
SARAN 12. Shigemura N, Wan IY, Yu SCH, Wong RH,
Hsin MKY, Thung HK, et al. Multidisciplinary
1. Pada penderita batuk darah karena penyakit management of life-threatening massive
paru dapat dipertimbangkan pemberian hemoptysis: A 10-year experience. Ann Thorac
karbazokrom ditambah vitamin K dan vitamin C Surg 2009;87:849-53.
sebagai obat hemostatik. 13. Sakr L, Dutau H. Massive hemoptysis: An
2. Perlu dilakukan penelitian dengan jumlah update on the role of bronchoscopy in diagnosis
subyek lebih banyak, multisenter dan subjek and management. Respiration 2010;80:38-58.
yang lebih homogen untuk menilai efektivitas 14. Peetosutan E, Tirtawinata AT, Sajarwo B,
karbazokrom. Husodo HOS. Percobaan trans AMCHA pada
hemoptisis. Laporan Pendahuluan pada MKI
1971:328-31.
DAFTAR PUSTAKA 15. Winurti MC. Hasil terapi konservatif pada
penderita batuk darah. Jakarta: Universitas
1. Sood R, Mukhopadhyaya S. Approach to a Indonesia; 2000.
patient with haemoptysis and normal chest x- 16. Depari RESS. Kriteria pulang pasien batuk
ray. Clinical Medicine, JIACM 2002;3(1):14- darah dan evaluasi dalam satu bulan di rumah
22. sakit persahabatan. Jakarta: Universitas
2. Abal AT, Nair P, Cherian J. Haemoptysis: Indonesia; 2010.
aetiology, evaluation and outcome a prospective 17. Wihastuti R, Winurti MC, Situmeang TS,
study in a third world country. Respir Med Yunus F. Profil penderita hemoptisis yang
2001;95:548-52. berobat di bagian paru RSUP persahabatan,
3. Jean BE. Clinical assessment and management Jakarta J Respir Indo 1999;19(2):54-9.
of massive hemoptysis. Crit Care Med 18. Tuncozgur B, Isik AF, Nacak I, Akar E, Elbeyli
2000;28:1642-7. L. Dilemma on the treatment of haemoptysis :
4. Bone R. Massive hemoptysis: diagnosis and an analysis of 249 patients. Acta chir belg
treatment. In: RP Dellinger RT, JL Zimmerman, 2007;107:302-6.
editor. Critical care a concise review. 1st ed. 19. Weitz JI. Hemostasis, thrombosis, fibrinolysis,
Illinois: American College of Chest Physicians; and cardiovascular disease. In: Bonow R, Mann
1995. p. 257-61. D, Zipes D, Libby P, editors. Braunwald's heart
5. Jacob L, Robert W. Hemoptysis : diagnosis and disease a textbook of cardiovascular medicine.
management. America Family Physician 9th ed. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2012. p.
2005;72:1253-60. 1844-66.
6. Johston H, Reisz G. Changing spectrum of 20. Wedzicha JA, Pearson MC. Management of
hemoptysis. Arch Intern Med 1989;149:1666-8. massive hemoptysisi. Respiratory Medicine
7. Hamid A. Uji perbandingan klinis antara 1990;84:9-12.
etamsilat dengan vitamin K + vitamin C. 21. Arief N, Busroh I, Safar H. Penanggulangan
Jakarta: Universitas Indonesia; 1992. batuk darah masif pada penderita tuberkulosis
8. Busroh I, editor. Surgical management of paru. Simposium 1 Beberapa masalah
massife hemoptysis. Presented on the 14th Asia kegawatan. Dalam buku KKPIK-X / FKUI
Pacific on Diseases of Chest and The 7th 1979:41-9.
Conggres of The Indonesian Association of 22. Hananto I, Suryatenggara W, Arief N, Jusuf A,
Pulmonogist; 1996 June; Denpasar. Mashabi A, Busroh I. Batuk darah masif pada
_________________________________________________________________________________________
Departemen Pulmonologi & Ilmu Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 9
RS Persahabatan - Jakarta, 2014
`
penderita-penderita tuberkulosis paru. Prognosis
pada pengobatan konsevatif dan operatif. Dalam
buku kumpulan naskah ilmiah lengkap konggres
IDPI I - Jakarta 1978:401-6.
23. Yang CT, Berger HW. Conservative
management of life threatening hemoptysis.
Mout Sinai J Med 1978;45:329-33.
24. Fartoukh M, Khoshnood B, Parrot A, Khalil A,
Carette M-F, Stoclin A, et al. Early prediction of
In-hospital mortality of patients with
hemoptysis: An approach to defining severe
hemoptysis. Respiration 2012;83:106–14.
25. Tuncozgur B, Isik AF, I. Nacak, Akar E, Elbeyli
L. Dilemma on the treatment of haemoptysis :
An analysis of 249 patients. Acta chir belg
2007;107:302-6.
26. Warren K. Life threatening hemoptisis. The
Lancet 1987;13:1354-6.
27. Muthuswamy PP, Akbik F, Franklin C.
Management of mayor or massive hemoptysis
in active pulmonary tuberculosis by bronchial
arterial embolization. Chest 1987;92:77-81.

_________________________________________________________________________________________
Departemen Pulmonologi & Ilmu Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 10
RS Persahabatan - Jakarta, 2014
`

You might also like