You are on page 1of 9

127

RANCANG BANGUN GELAGAR ACUAN PERANCAH MPBI TANPA


TIANG DENGAN TINJAUAN SISTEM SAMBUNGAN GESER
KOLOM
Sudarmono
Email : darmono_polines@yahoo.com
Abstract
This present report engineering result rumbles knock down Track Stank's model
scaffold to optimize timbered material purpose that at consolidated with armor. It is
done because timbered frame system in structured scaffold has gotten special interest
in world construction industry, and is hard look for thread form alternative among
timbered frame element.. In this research is developed a model forms frame structure
to rumble log and floor scaffold by use of frame element formation of log 5 / 7 and 5 /
12 ones at consolidated with diameter armor among 12 mm to rumble childs and 16
mm to rumble parents. To get tall optimum bases pressing good element force (wood
and armor) and also spectacular (armor) dianalisis's model by use of SAP90'S
software help. From analisis is gotten that frame element force will optimal on
merging frame system with tall frame 35 cm and 25 cm masing to rumble parent and
child rumble and corner of among element 45 degrees. meanwhile of material
requirement facet knock down Track Stank's model frame point out cost-saving that
really signifikan. To reduce or removes debilitation on element thread can be settled
by link plate that strung up by diamater's bolt 12 until 16 mm. Of examination result
points out that deflection that happening up to moulding process 4 cm can be
settled by accelerates track stank's threads, so on yielding final condition moulding
makes a abode rolled out don't melendut despitefully base continuing research result
that emphasizes on column purpose as supplementary as steel proof points out that by
use of prop which is fastened on column do not happen meaning shift which is just
decrease 0,65 mm on rekasi's charges 600 kg
Key Word:, detention shear of column, frame girder, knock down's, optimum high
frame, track stank, thrift, deflection,
PENDAHULUAN
Perkembangan pembangunan sarana
gedung bertingkat saat ini menuntut
pemakaian teknologi yang tepat dan
cepat agar dapat diperoleh efisiensi
pengerjaan yang maksimal sehingga
waktu dan biaya yang dibutuhkan
untuk pekerjaan semakin irit atau
efisien. Oleh karena itu, diperlukan
pembaharuan teknologi yang
mengarah ke efisiensi tersebut. Salah
satu usaha tersebut pada saat ini
sedang berlangsung dalam penelitian
ini adalah mengefisiensikan
pemakaian gelagar pada pekerjaan
acuan dan perancah untuk membentuk
struktur sesuai yang direncanakan.
Perancah-perancah tersebut terutama
untuk pendukung balok dan pelat
lantai yang pada umumnya
membutuhkan banyak tiang perancah.
Pekerjaan acuan dan perancah
merupakan pekerjaan sementara tetapi
mempunyai peranan penting terhadap
hasil akhir suatu pekerjaan konstruksi
bangunan dengan material beton. Hal
ini disebabkan kegagalan dalam
pelaksanaan dan perancangan dapat
mengakibatkan keruntuhan dan kurang
optimal bentuk yang dihasilkan setelah
cetakan dilepas. Melihat potensi
128 Wahana TEKNIK SIPIL Vol. 14 No. 3 Agustus 2009: 127- 135
penggunaan komponen perancah pada
pembangunan khususnya bangunan
gedung bertingkat, apabila pekerjaan
perancah dikerjakan dengan baik dan
dilakukan alternatif pemilihan tipe
yang tepat, pemilihan bahan untuk
perancah, dan papan acuan didasarkan
oleh kemampuannya dapat digunakan
berulang-ulang dalam jangka waktu
yang panjang sehingga diharapkan
dapat diperoleh penghematan biaya
pembangunan yang cukup berarti, di
samping itu kemudahan pemasangan
dan pembongkaran juga merupakan
hal penting selain ekonomi. Hal ini
dikarenakan dalam pelaksanaan, biaya
yang dikeluarkan untuk penyediaan
komponen acuan dan perancah
mempunyai nilai persentase yang
cukup besar, terutama untuk pekerjaan
beton yang dicetak ditempat.
Kayu merupakan material produksi
alam dengan pertumbuhan sangat
lambat dibandingkan kebutuhan
manusia akan kayu dalam pekerjaan
konstruksi bangunan. Oleh karena itu,
diperlukan penghematan dalam
penggunaan kayu tanpa mengurangi
kekuatan dan fungsinya. Dalam hal ini
fungsi penggunaan sebagai gelagar,
tiang, dan penyokong.
Pemilihan jenis perancah sering
menjadi masalah bagi pelaksanaan,
bagaimana memilih perancah yang
tepat dan ekonomis, misalnya bahan
dapat digunakan berulang-ulang,
pembongkarannya mudah dan cepat ,
dapat menahan beban selama
pengecoran, tidak mengganggu
kelancaran suplai material atau tenaga
kerja, dan hasilnya sesuai yang
diharapkan. Untuk mengatasi masalah
ini perlu dilakukan penelitian terhadap
alternatif model perancah, antara lain
model konvensional (dolken) dengan
schafolding, rangka buatan model
knock down. Analisis dilakukan
dengan membandingkan kebutuhan
bahan yang digunakn dari ketiga
model tersebut. Diharapkan pada
rangka buatan model knock down
dapat menjadi pilihan terbaik dan
termurah.
Bentuk model yang digunakan dalam
penelitian adalah bentuk rangka
diagonal murni terputus-putus dengan
sambungan model knock down.
Dengan model ini diharapkan dalam
pekerjaan perancah dalam satu gelagar
hanya dibutuhkan dua tiang sehingga
keruwetan di bawah pekerjaan lantai
teratasi untuk melihat pola lendutan
yang terjadi pada model knock down.
Gambar 1 dan 2 berikut menunjukkan
susunan model alat sambung yang
digunakan dalam penelitian ini :
Gambar 1. Model Rangka Knock Down
Gambar 2. Detail Model Sambungan Rangka Knock Down
A
A
Pelat Baja 3 mm
Baja
tulangan
Mur
baut
Pot A-A
Rancang Bangun Gelagar Acuan Perancah (Sudarmono) 129
Tujuan penelitian ini dikelompokkan
dalam beberapa tinjauan berikut.
Tinjauan Numerik
Pada tahap ini telah dilakukan
perhitungan kebutuhan dimensi
material, bentuk dan dimensi model,
serta model alat sambung untuk rangka
knock down. Adapun perangkat yang
digunakan meliputi secara manual
maupun dengan bantuan software
SAP90 atau SAP2000.
Tinjauan Kebutuhan Material
Secara singkat tujuan tinjauan
kebutuhan material (biaya bahan) dari
penelitian adalah
a. menganalisis kebutuhan biaya
pembuatan acuan perancah dengan
mengkomparasi antara model
konvensional (dolken) dan
schafolding, dan rangka buatan
model knock down yang telah
dilakukan pada penelitian
sebelumnya;
b. melakukan tanggapan atas hasil
perbandingan dengan menunjukan
suatu kesimpulan hemat dan
efisiennya penggunaan kayu.
Tinjauan Eksperimental
Pada tahap ini dilakukan pembuatan
dan pengujian model skala penuh di
bengkel Jurusan Sipil Politeknik negeri
Semarang dengan menggunakan alat
sambung yang direncanakan yaitu
model knock down. Hal ini perlu
dilakukan untuk menghindari
terjadinya kerusakan model dan
hancurnya alat ukur. Alat sambung
yang digunakan direncanakan batang
penegang yang dapat diatur
ketegangannya (track stank). Besarnya
dimensi track stank merupakan fungsi
dari mutu bahan dari track stank.
Dengan berhasilnya penelitian ini akan
dihasilkan suatu model perancah yang
irit kebutuhan kayu sebagai gelagar
dan tiang. Hal ini terjadi karena setiap
bentang 4 m cukup dibutuhkan dua
tiang penyangga, sehingga apabila kita
hendak mengecor pelat lantai dengan
ukuran ruang (4 x 4) m cukup
dibutuhkan dua gelagar utama, 6
gelagar anak dan empat tiang
penyangga. Di samping itu, ruang di
bawah pekerjaan pengecoran tersebut
juga menjadi bersih dari tiang yang
banyak sehingga lalulintas
pengangkutan material dan perjalanan
pekerja tidak terganggu serta secara
tidak langsung akan mengefisienkan
waktu yang dibutuhkan untuk
pekerjaan pembuatan acuan dan
perancah, dan pada akhirnya biaya
konstruksi menjadi lebih ekonomis.
Sistem gelagar kayu saat ini masih
menjadi kajian secara mendalam bagi
praktisi di bidang konstruksi untuk
memanfaatkan produksi hasil hutan ini
secara optimal dan efisien, di samping
teknologi yang digunakan pada sistem
ini cukup sederhana. Dalam teknologi
barat model perancah ini biasa disebut
PERI system( ), di mana
komponennya menggunakan baja. Di
Indonesia model ini kurang cocok
diterapkan, dengan melihat bahwa kita
merupakan negera dengan produksi
kayu yang cukup besar maka akan
lebih baik bila digunakan dengan
bahan tersebut, sehingga dapat
menghemat impor baja.
Tegangan-tegangan yang terjadi pada
elemen perancah umumnya masih
didominasi oleh tegangan lentur. Dari
hasil penelitian secara numerik yang
penulis lakukan sebelumnya
menunjukkan bahwa tinggi model
rangka akan efektif 25 sd 40 cm
memberikan kekuatan untuk menahan
beban sampai kurang lebih 2 ton
dengan panjang bentang 4 meter.
Sedangkan apabila digunakan balok
masif 6/12 hanya cukup untuk
menahan beban 400 kg untuk bentang
4 meter.
Penggunaan perancah dengan kayu
dalam sistem perancah konvensional
atau scafolding, sekarang dirasa tidak
efisien lagi karena ditinjau dari segi
teknis, pekerjaan tersebut
130 Wahana TEKNIK SIPIL Vol. 14 No. 3 Agustus 2009: 127- 135
membutuhkan waktu dan tenaga tidak
sedikit selain itu menimbulkan
keruwetan pada lantai di bawah
bekisting sehingga dapat
membahayakan pekerja yang berada di
bawah dan kesulitan transportasi beton
cor pada waktu pengecoran. Untuk itu
dalam penelitian ini dicoba suatu
sistem baru yaitu penggunaan gelagar
rangka knock down, yang fungsinya
mengurangi keruwetan perancah dan
dapat menghemat tenaga, waktu dan
bahan yang dibutuhkan untuk
perancah.
METODE PENELITIAN
Pengembangan teori mekanika akan
menjadi acuan utama dalam penelitian
ini, yaitu masalah tegangan lentur,
geser, dan lendutan dari sistem gelagar
akibat pola pembebanan pada
pekerjaan struktur. Tegangan-tegangan
yang ditimbulkan oleh pembebanan
luar akan dianalisis dengan model
elemen frame dalam eksperimen.
Berdasarkan analisis numerik ini
selanjutnya didapat model rangka yang
sesuai dan optimal untuk digunakan
sebagai gelagar seperti ditunjukkan
dalam Gambar 1 dan 2.
Prosedur Analisis
Untuk menganalisis gelagar model
analogi rangka, di bawah ini
merupakan ringkasan langkah-langkah
penelitian berikut, yaitu:
a. menentukan sifat material dan
dimensi struktur;
b. menentukan bentuk dan susunan
rangka model (mengaju pada hasil
penelitian sebelumya);
c. menganalisis tegangan-tegangan
yang terjadi dengan peninjauan
model elemen frame.
d. menentukan bentuk model
sambungan struktur gelagar rangka
knock down;
e. menganalisis ekonomi dengan
membandingkan kebutuhan bahan,
model rangka knock down, model
schafolding dan perancah
konvensional (dolken);
f. melakukan eksperimental dengan
tahap pertama adalah menetukan
dimensi secara detail alat sambung
(track stank) untuk menghindari
gagalnya percobaan pada tahap
berikutnya, yaitu rusaknya model
dan alat ukur yang digunakan;
g. melakukan uji pembebanan skala
penuh di bengkel Jurusan Teknik
Sipil Polines;
h. melakukan uji penggunaan
pengecoran balok lantai (tahun
berikutnya).
Pada penelitian telah dilakukan studi
kasus model struktur berikut.
a. Model gelagar rangka knock down
dengan bahan elemen tekan atas
balok 5/7 terputus-putus untuk
elemen tengah dan balok 5/12
untuk elemen tepi.
b. Bentuk model rangka yang
mewakili dan terbukti lebih baik
adalah rangka diagonal murni.
c. Tinjauan daerah perletakan pada
analogi rangka (balok perletakan
diperbesar untuk menahan geser
lintang).
Gambar 3a Model Pengujian Skala Penuh Di Bengkel Sipil Polines
Beban
Perletakan
Pengukur Lendutan
Rancang Bangun Gelagar Acuan Perancah (Sudarmono) 131
Gambar 3b. Susunan Rangka Knock Down Induk
Gambar 3c Susunan Rangka Knock Down Anak
HASIL
Dimensi model alat sambung yang
digunakan berdasarkan hasil
perhitungan kekuatan adalah sebagai
berikut.
a. Diameter track stank untuk gelagar
utama adalah 16 mm (Gambar 4a).
b. Boks sambung menggunakan pelat
tebal 3 mm ukuran box luar 5/7 cm,
diberi perkuatan tarik di
dalamnya(Gambar 4b).
c. Diameter track stank untuk gelagar
anak adalah 12 mm.
d. Boks sambung menggunakan pelat
tegal 3 mm ukuran luar boks 5/7
cm, diberi perkuatan tarik
didalamnya.
e. Pembuatan alat penyangga untuk
penahan gelagar pada kolom.
a. Modifikasi Track Stangk b. Box
Sambung
Gambar 4. Model Alat Sambung
Gelagar
Dari gambar di samping menunjukkan
bahwa ukuran tinggi rangka akan
optimal bila 35 cm dengan
menggunakan balok 5/7 dan track
stank diameter 16 mm sehingga
panjang antar segmen yang ideal
adalah 70 cm.
Tabel 1 Perbandingan Kuat Izin
dengan Gaya Terjadi
TINGGI
(cm)
Btg
Mendatar
Tekan
Pijin/Ptjd
Btg
Diagonal
Tekan
Pijin/Ptjd
Btg
Diagonal
Tarik
Pijin/Ptjd
Btg
Mendatar
Tarik
Pijin/Ptjd
25,000 0,814361 1,021284 1,648910 1,072500
29,167 0,952965 0,930272 1,694786 1,224828
35,000 1,060606 0,795743 1,744847 1,513200
43,750 1,348296 0,581623 1,884458 1,838572
58,330 1,546488 0,370276 2,120807 2,762613
Gambar 5. Perbandingan Gaya Izin
dengan Gaya Terjadi
70 70 70 70
35
7x @ 50 cm
25 cm
0.0
1.0
2.0
3.0
25 29.167 35 43.75 58.33
R
a
s
i
o
P
i
j
i
n
/
P
t
j
d
Tinggi Rangka
Grafik Pengaruh Tinggi Rangka
Terhadap Rasio Gaya Tekan
model Rk Diagonal
men data
r tek an
Diagona
l Tekan
132 Wahana TEKNIK SIPIL Vol. 14 No. 3 Agustus 2009: 127- 135
Gambar 6. Tampak Atas Susunan Penyangga Gelagar pada Kolom
Tabel 2. Pengukuran Pergeseran
Penyangga Gelagar Induk 1(Kayu)
Beban (kg)
Pergeseran
Tumpuan (mm)
100 0.000
200 0.000
300 0.000
400 0.000
500 0.500
600 0.550
Tabel 3. Pengukuran Pergeseran
Penyangga Gelagar Induk 2 ( Kayu)
Beban (kg)
Pergeseran
Tumpuan (mm)
100 0.000
200 0.000
300 0.000
400 0.000
500 0.500
600 0.650
Gambar 7 Pengujian Geser Penyangga
Gelagar Induk MPBI dari Kayu
Tabel 4. Pengukuran Pergeseran
Penyangga Gelagar Induk 1 (Baja)
Beban (kg)
Pergeseran
Tumpuan (mm)
100 0.000
200 0.000
300 0.000
400 0.000
500 0.600
600 0.750
Tabel 5. Pengukuran Pergeseran
Penyangga Gelagar Induk 2 (Baja)
Beban (kg)
Pergeseran
Tumpuan (mm)
100 0.000
200 0.000
300 0.000
400 0.000
500 0.600
600 0.650
Gambar 8 Penyetelan Penyangga
Gelagar MPBI dari Baja
Kolom
Gelagar MPBI
Penyangga
Gelagar
Rancang Bangun Gelagar Acuan Perancah (Sudarmono) 133
Gambar 9 Pengencangan Penyangga
Gelagar MPBI dari Baja
Gambar 10 Penyangga Geser untuk
Gelagar Dua Arah
Gambar 11 Penyangga Geser untuk
Gelagar Induk Menerima Beban
PEMBAHASAN
Dari data pengukuran tersebut dapat
dikatakan bahwa penyangga gelagar
dapat menahan dengan baik sehingga
tidak akan terjadi penurunan tumpuan
cetakan pada ujung gelagar.
Perbedaan besaran penurunan antara
penyangga kayu dan baja terjadi pada
pembebanan yang mencapai 600 kg,
yaitu pergesaran antara penyangga dari
kayu dan baja. Pada penyangga dari
kayu, karena merupakan bahan yang
kasar sehingga dapat menempel
dengan baik pada kolom jadi yang
sudah halus. Hal ini juga disebabkan
koefisien gesek yang terjadi cukup
besar sehingga penurunan relaif kecil.
Pada penyangga yang menggunakan
baja kanal pada beban yang sama
penurunan yang terjadi relatif lebih
besar karena baja mempunyai
permukaan yang halus dan harus
menempel pada kolom yang sudah jadi
yang mempunyai permukaan halus
juga, sehingga gaya gesek yang
dihasilkan menjadi kecil.
Namun, untuk penggunaan pada kolom
yang belum dihaluskan (langsung dari
beton setelah mengeras), yakni
permukaan lebih kasar, maka
penggunaan peyangga baja akan
memberikan kekuatan dukung yang
lebih baik.
Di samping itu, dengan digunakannya
baja drat untuk menahan gelagar
dimungkinkan untuk pengencangan
kembali bila akan terjadi penurunan
akibat geser. Agar kekuatan penahan
geser dapat dijamin, maka sebaiknya
pada permukaan kolom tempat
dipasang penahan geser kolom yang
diperkecil kurang lebih 3 cm untuk
menjamin bahwa penyangga tidak
akan tergeser. Hal ini disebabkan luas
bidang geser pada kolom merupakan
luasan lebar kolom di kali tingginya
yang cukup besar sehingga
kemungkinan terjadinya geser akan
sangat kecil.
Pada penggunaan penyangga geser
dari baja dihasilkan pola penyanggaan
yang lebih baik dan dapat digabungkan
untuk menyangga gelagar dalam empat
arah seperti yang ditunjukkan dalam
Gambar 10.
Karena keterbatasan dari dimensi
penyangga, maka untuk variasi ukuran
kolom yang relatif banyak menjadi
134 Wahana TEKNIK SIPIL Vol. 14 No. 3 Agustus 2009: 127- 135
tidak efisien. Namun, untuk ukuran
kolom dari 25 cm sampai 100 cm
dengan variasi 10 cm atau 5 cm dapat
digunakan alat ini dengan tanpa
membuat perubahan ukuran, yaitu
tinggal memindahkan pengunci pada
lobang yang sesuai dengan ukuran
kolom.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil perhitungan secara
numerik untuk penentuan dimensi
model, maka pembuatan rangka model
dapat dilakukan secara skala penuh
sehingga secara teoritis dapat
dilaksanakan model rangka knock
down = 350 cm sampai 400 cm.
Dari lendutan yang terjadi dengan
menggunakan track stank sebagai
elemen tarik dapat dielminasi, namun
perlu penyempurnaan alat sambung
trak stank sehingga lebih halus dan
ringan. Dengan penggunaan dudukan
pada kolom yang terbuat dari balok
kayu 6/12 dapat menahan gelagar dari
geseran, sehingga tidak diperlukan
tiang perancah pada tepi, tiang
perancah hanya dibutuhkan pada
pertemuan gelagar tengah. Hal ini
ditunjukkan oleh pergeseran
penyangga yang cukup kecil saat
beban mencapai 500 kg.
Selanjutnya dengan penahan geser
yang terbuat dari profil baja kanal
dapat dihasilkan kedudukan penyangga
geser yang dapat dipindah dan dapat
menyangga gelagar MPBI dalam
empat arah.
Semakin banyak jumlah tiang
perancah (ruwet), maka semakin tidak
efisien dalam pekerjaan konstruksi,
sedangkan lantai semakin tinggi
tingkat keruwetan dalam pekerjaan
acuan dan perancah maka komponen
bahan yang lebih banyak. Penggunaan
material setempat akan memberikan
tingkat efisiensi yang relatif lebih baik
dibandingkan dengan mendatangkan
material lain. Dalam hal ini dengan
menggunakan rangka batang beton
prategang dengan bahan utama kayu
ternyata memberikan efisiensi yang
lebih baik (murah).
Penggunaan gelagar rangka model
knock down ternyata memberikan
keuntungan yang signifikan untuk
dikembangkan dalam pekerjaan
konstruksi sipil khususnya pekerjaan
acuan dan perancah lantai.
Hubungan antara steel proof dengan
rangka perlu dibuat model sambungan
yang mudah dipasang dan dibongkar
(dipabrikasi).
Gelagar perancah ini dapat digunakan
untuk proses pengecoran lantai.Hal ini
dapat dilihat dari proses pembebanan
skala penuh yang menunjukkan
lendutan yang terjadi dapat diatasi
dengan mengencangkan trak stank.
Rangka akan lebih stabil dalam kondisi
terangkai dari beberapa gelagar
dilapangan dari pada saat pengujian
beban terdiri dari gelagar tunggal yang
memungkinkan terjadi lendutan
kesamping, hal ini diatasi dengan
memasang pengaku pada tengah
bentang.
Dudukan penyangga gelagar induk
MPBI lebih baik bila dibuat di pabrik
dengan menggunakan baja profil yang
dapat diatur sesuai dengan ukuran
kolom. Perlu adanya dukungan dana
berikutnya untuk penyempurnaan hasil
penelitian ini.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penelitian diperlukan ketekunan,
keseriusan untuk mencapai suatu hasil
yang maksimal, di samping dana yang
diperlukan tidak sedikit, namun
kadang-kadang yang menjadi kendala
dalam keberhasilan dan kelanjutan
penelitian tersebut. Untuk selanjutnya
diterapkan untuk para praktisi,
akadmisi, dan masyarakat.
Dalam penelitian ini atas nama tim
peneliti mengucapkan terima kasih
Rancang Bangun Gelagar Acuan Perancah (Sudarmono) 135
kepada berbagai pihak yang telah
mendukung pelaksanaan penelitian ini,
antara lain Polines telah mendanai
penelitian ini, UP2M yang telah
membantu terselenggaranya penelitian
ini, yang telah memberikan
kesempatan untuk melakukan
penelitian, serta rekan-rekan yang telah
banyak memberikan saran dan
masukkan.
DAFTAR PUSTAKA
Amri, S., 1997. Analisa Biaya
Pekerjaan Acuan Perancah dalam
Seminar Sehari Perkembangan dan
Peranan Teknologi Acuan Perancah
(Formwork) pada Industri
Konstruksi, Jurusan Sipil Politeknik
ITB, Bandung.
Cavanagh, K.J., 1985 Plywood in
Concrete Forwork. Cement and
Concrete Association of Australia.
Cook, R.D. and Young, W.C., 1985.
Advanced Mechanics of Materials.
New York: Macmillan Publishing
Company.
Gardner, N.J., 1980. Pressure of
Concrete Against Formwor. ACI
Journal, Procedings V. 77, No. 4,
pp. 279-286.
Hoedayanto, D, 1997.Perkembangan
Teknologi Acuan Perancah
(Formwork) pada Industri
Konstruksi di Indonesia dalam
Seminar Sehari Perkembangan dan
Peranan Teknologi Acuan Perancah
(Formwork) pada Industri
Konstruksi, Jurusan Sipil Politeknik
ITB, Bandung.
Ricauard, M.J., 1980. Formwork For
Concrete Construction. New York:
McGraw-Hill International.
Sudarmono, Eka, W., Kusumastuti, D,
R., 2004. Analisis Kelayakan
Teknis Pelaksanaan Konstruksi
Lantai Bangunan Gedung
Bertingkat Dengan Tinjauan
Optimasi Material Sistem
Gelagar Acuan Perancah Model
Knock Down, Jurnal Wahana,
Semarang.
Sudarmono, Eka, W., Goro, G.L,
Hardono, T,S., Kusumastuti, D, R.,
2002, Studi Experimental Optimasi
Sistem Gelagar Kayu Pada Acuan
Perancah Untuk Mendukung
Industri Konstruksi Dengan
Tinjauan Optimasi Panjang
Bentang, Ekonomi, Alat Sambung
dan Lendutan. Hasil Penelitian,
P5D, Bandung.
Sudarmono, Goro, G.L, Hardono, T,S.,
2001. Studi Numerik Optimasi
Sistem Gelagar Kayu Pada Acuan
dan Perancah Untuk Mendukung
Industri Konstruksi. Hasil
Penelitian, DIK-S 2001, Semarang.
Wigbout, F. I, 1992, Buku Pedoman
Tentang Bekisting. Jakarta:
Erlangga, Jakarta.

You might also like