Marxist-Socialism is a doctrine of socialism which dominantly used to analyze a change in the world toward egalitarianism in a society. The struggle to achieve a fair society without class is almost entirely run by marxism. The prophetic movement (Prophecy) is a revolutionary movement in the struggle for social order without the without any class conflict as in oligarchic capitalist society.
Marxist-Socialism is a doctrine of socialism which dominantly used to analyze a change in the world toward egalitarianism in a society. The struggle to achieve a fair society without class is almost entirely run by marxism. The prophetic movement (Prophecy) is a revolutionary movement in the struggle for social order without the without any class conflict as in oligarchic capitalist society.
Marxist-Socialism is a doctrine of socialism which dominantly used to analyze a change in the world toward egalitarianism in a society. The struggle to achieve a fair society without class is almost entirely run by marxism. The prophetic movement (Prophecy) is a revolutionary movement in the struggle for social order without the without any class conflict as in oligarchic capitalist society.
Marxist-Socialism is a doctrine of socialism which dominantly used to analyze a change in the world toward egalitarianism in a society, and oppression against humans. The struggle to achieve a fair society without class is almost entirely run by Marxism. Marx and Engels considered previous socialist scholars before them as "utopian socialism" as they claim themselves as "Scientific Socialism." Utopian socialism expects an ideal society without any social and religious belief. The transformation of socialism into a movement which is known later as modern socialism is formed simultaneously with the French revolution and industrial revolution. Marx was able to provide critical-emancipatory analysis for the structure of society which was limited by economics and politics to became the ideology of the oppressed. Emancipatory consciousness is a power of socialism and marxism in seeing the reality of society. New awareness of the society is the influence of socialism. In history, the prophetic movement (Prophecy) is a revolutionary movement in the struggle for social order without the without any class conflict as in oligarchic capitalist society.
Key Words: Sosialisme, Marx, ideologi kaum terindas, Gerakan profetis dan egalitarianisme
A. ANTARAN Sosialisme-Marxis merupakan doktrin sosialisme yang paling dominan dan dijadikan pijakan fundamental dalam menganalisa suatu perubahan dunia menuju masyarakat egalitarianisme, hilangnya segala eksploitasi dan penindasan
* Penulis adalah dosen Fakultas Ushuluddin Surabaya IAIN Sunan Ampel. 2 atas manusia. Perjuangan untuk mencapai tatanan masyarakat yang adil dan tanpa kelas oleh sosialisme hampir sepenuhnya dijalankan marxisme. Marxisme sebagai suatu idiologi perjuangan kelas buruh dibawah pimpinan partai-partai yang berhaluan kiri merupakan antitesa terhadap perjuangan kaum Pro Status quo (kapitalisme). Pada akhirnya, Sosialisme-Marxis telah menjelma menjadi suatu idiologi kaum tertindas sebagai landasan perjuangan untuk memprotes penindasan dan deskriminasi pemilik modal (bahkan negara) terhadap kaum buruh dalam rangka memperjuangkan kesederajatan dan keadilan distributif, sehingga kaum buruh tidak dijadikan sapi perahan seperti selama ini. Beberapa tahun terakhir ini, muncul peristiwa yang mengguncang dunia, yaitu sosialisme khusasnya marxisme sebagai simbol perjuangan kaum tertindas dalam bentuk gerakan transformasi sosial yang memberikan secercah harapan dan keyakinan selama kurang lebih satu setengah abad sudah mulai rapuh dan tidak lagi progresif. Harapan dan keyakinan Marxis untuk mengubah wajah dunia telah kehilangan elan vitalnya, bahkan menjelma sekedar menjadi alat atau metode analisa sosial sehingga pengaruhnya kian merosot dan dideskriditkan. Perkembangan selanjutnya, terjadi guncangan yang menampakkan kecenderungan tersingkirnya sosialisme-marxisme sebagai idiologi kaum tertindas yang progresif. Sosialime-Marxis mulai ditinggalkan yang tersisa hanya suatu sikap pragmatis dan dalam berbagai bentuknya saat ini adalah pemborjuisan (embourgoisment). Pemborjuisme ini merupakan ciri modernitas yang pada akhirnya mengambil peran dalam mengubah dunia. Salah satu proyek modernitasnya kaum borjuis dengan melanggengkan kelasnya adalah 3 imperialisme baru melalui developmentalisme. 1 Proyek ini menjadi trend untuk menjajah suatu negara dalam dunia ketiga. Pada ujung-ujungnya justru bukan kemakmuran rakyat, tetapi malah eksploitasi terhadap manusia maupun alam dan hanya lebih menguntungkan kaum pemilik modal sebagai pilar kapitalisme perlindungan atas negara, merupakan hantaman telak bagi sosialisme yang akhirnya banyak negara sosialis ambruk. Semenjak itulah di negara berkembang (dunia ketiga) kaum tertindas (para buruh) tidak lebih sekedar obyek kekuasaan (negara) dan kaum pemilik modal, kesenjangan ekonomi dan dan rendahnya upah buruh merupakan bentuk penindasan baru sebagai akibat develomentalisme yang dijalankan negara berkembang. Peran negara terlalu kuat disatu sisi, pada sisi yang lain dalam dunia ketiga dengan develomentalisme masyarakat tercerahkan sehingga menuntut adanya upaya aksi emansipatoris terhadap negara (kapital). Disinilah sosialisme mulai tumbuh sebagai idiologi baru dalam memberikan analisa sosial relitas terhadap menumbuhkan sikap kritis hampir semua negara dunia ketiga. Sosialisme mulai diminati sebagai antitesa terhadap kemapanan (status quo) dan dampak develomentalisme, sebagai salah satu program rasionalisme kapitalisme.
1 Istilah developmentalisme merupakan proyek negara-negara Barat yang dipelopori oleh Amerika Serikat untuk melakukan perubahan-perubahan pada dunia berkembang yang dirancang oleh kepentingan Barat, terutama Amerika Serikat. Konsep developmentalisme ini digagas pertama kali oleh Presiden Amerika Serikat untuk menghadang pertumbuhan Komunis yang dipelopori Uni Sovyet pada saat perang dingin antara blok Barat dan Blok timur. Konsep ini pada akhirnya diterapkan pada dunia ketiga, yaitu negara-negara berkembang dengan istilah pembangunan yang popular di Indonesia. Pada akhirnya dengan proyek pembangunan ini, masyarakat di dunia ketiga sangat bergantung pada Amerika yang ujung-ujungnya adalah untuk kepentingan Amerika dan Barat. 4 B. Sosialisme dan Upaya Pembebasan Secara etimologis, sosialisme berasal dari bahasa Latin SOCIUS yang berarti sahabat atau teman. Istilah ini merupakan suatu prinsip pengendalian harta dan produksi serta kekayaan oleh kelompok. 2 Gerald Braunthal mendifinisikan sosialisme sebagai suatu teori ekonomi dan politik yang menekankan pentingnya peranan Komusial dan Pemerintah dalam menguasai alat-alat produksi dan distribusi barang. 3 Lawan dari sosialisme adalah kapitalisme yangjustru menekankan pentingnya kepemilikan swasta, kompetisi dan laba. Disamping itu Term sosialisme merupakan suatu teori dan gerakan untuk menentang kaum borjuis dan menekankan pada tujuan hidup bersama dan kepemilikan umum. Istilah ini dipakai pertama kali oleh Carl Grunberg di perancis pada tahun 1831- 1832 dan Inggris pada tahun 1837. 4
Istilah menjadikan umum di Inggris dan dipelopori oleh Robert Owen yang menuntut komunitas-komunitas yang sedia hidup bekerja dan belajar bersama. Robert Owen merupakan Bapak penemu gerakan kerjasama yang kemudian mengilhami formulasi pengertian sosialisme dari berbagai sudut pandang. 5 Istilah sosialisme digunakan secara luas pada tahun 1830-an oleh para pengikut Saint-Simon untuk menentang individualisme. Saint Simon merupakan
2 Lorens Bagus, Kamus Filsafat, (Jakarta :Gramedia, 1996), hal. 1030-1032). 3 Gerald Braunthal, Socialisme and Social Democracy, (Encyclopedia Americana vol 25, 1996), hal. 146 4 C.D. Kernig, Marxism, Communisme and Western Society : A Comparative and Encyclopedia (Vol III), HAL. 442-449 5 Margaret Cole, Socialisme dalam The Encyclopedia of Philosophy, Editor of Paul Edward (New York : Macmillan Publication, 1984), hal. 467 449 5 pendiri sosialisme perancis yang menganjurkan pembaharuan pemerintah yang bermaksud mengembalikan harmoni pada masyarakat. 6
Menurut Margaret Cole, Marx dalam karya The Communist Manifesto telah membagi sosialisme menjadi sosialisme sebelum dan sesudah Marx. 7 Marx dan Engels menganggap sebelum mereka sebagai Sosialisme Utopian sementara mereka menciptakan Sosialisme Ilmiah. Sosialisme utopian mengharapkan suatu tatanan masyarakat ideal yang bersifat sosial dan tak lagi religius. Adanya konflik sosial, penindasan dan ketidakadilanbertentangan dengan kodrat manusia, kehendak Tuhan maupun alam. Ini semua karena adanya hak milik pribadi. 8
Marx menyebutnya sebagai sosialisme ilmiah, karena ingin menunjukkan secara ilmiah bahwa revolusi sosialis dan masyarakat tanpa kelas merupakan hasil obyektif dan niscaya dari kontradiksi-kontradiksi dalam produksi kapitalis sendiri. Komunis bukan suatu keharusan moral, melainkan keniscayaan sejarah, kapitalisne akan menggali kuburnya sendiri. 9 Sosialisme sebagai sebuah semangat dan cita-cita yaitu bahwa semua memiliki semuanya secara bersama atau kemakmuran ideal sudah ditemukan dalam budaya Yunani Kuno, tepatnya pada karya plato yang berjudul Republic
6 Lorenz Bagus, Kamus, hal. 1030-1032 7 Margaret Cole, Socialisme, hal. 448 8 Franz M. Suseno, Pemikiran Karl Marx, ( Jakarta : Gramedia, 1999), hal. 13 17). 9 Marx bersama Engels mempopulerkan istilah "Sosialisme Utopian" untuk semua pandangan yang menganut cara damai, evolusi atau persuasi terhadap perubahan masyarakat. Marx dan Engels membuat pembedaan yang tegas dan diterima luas antara Sosialisme dan Komunisme. Sosialisme merupakan tahap yang dilalui masyarakat menuju Komunisme. Komunisme berada pada babakan akhir sejarah, sedangkan Sosialisme adalah sarana atau alat untuk mencapai tujuan ini. Marx beranggapan bahwa tahap Sosialisme merupakan tahap kediktatoran proletariat yang berbeda dengan sosialisme awal. Dengan munculnya komunisme, maka kapitalisme akan hancur. Lebih jelasnya, Ibid, hal. 137-142.
6 dimana kelas penguasanya tidak memiliki kekayaan pribadi dan sama-sama membagikan semua yang ada. 10 Sosialisme menjadi suatu gerakan transformasi yang akhirnya dikenal sebagai sosialisme modern terbentuk bersamaan dengan revolusi perancis dan rfevolusi industri. Kedua revolusi inimemperlihatkan tuntutan Egalitarianisme secara moral pada masyarakat antara yang kaya dan yang miskin. Ini karena dampak kedua revolusi memperlihatkan kesenjangan antara kaya semakin kaya dan yang miskin semakin tanpa harapan. Kaum miskin (proletariat) sebagai kelompok tertindas merupakan kelas yang mengembangkan gerakan pembebasan dari ketertindasan ekonomi maupun pilitik. Sosialisme modern yang memusatkan perhatian untuk membebaskan kelas pekerja industri dari belenggu kapitalisme industri sejak revolusi perancis dan industri. Pandangan ini merupakan reaksi yang mencerminkan perubahan- perubahan dalam organisasi sosial yang disebabkan oleh industrialisasi yang bertepatan dengan lahirnya gerakan Buruh terorganisasi di Inggris. Relevan sekali pandangan Saint Simon bahwa industri merupakan suatu kekuatan yang melahirkan dekadensi dunia. 11 Karena itu bagi Saint Simon yang terpenting adalah Reorganisasi masyarakat dengan tujuan agar segi-segi negatif industrialisasi itu dapat teratasi Berdasarkan perkembangan dan cita-cita sosialisme, maka perjuangan sosialisme mencapai puncak prosesnya pad Marx. Karena Marx memberi
10 William Ebenstein dan Edwin Fogelman, Isme-isme Dewasa ini, ( Jakarta : Erlangga, 1994), hal. 208 211).
7 landasan filosofis-idiologis terhadap gerakan pembebasan kaum tertindas dari cengkraman kaum pemilik modal. Marx mampu memberikan analis kritis- emansipatoris terhadap struktur masyarakat yang dibatasi oleh ekonomi dan politik sebagai suatu perbedaan kelas akhirnya menjadi idiologi bagi kaum tertindas. Marx maupun pengikutnya (marxisme) mempunyai suatu kesepakatan gerakan yaitu pembebasan. C. Konsep Dasar Sosialisme Konsep dasar yang mempersamakan semua doktrin sosialisme. Pertama, penolakan terhadap ekonomi yang berdasarkan kompetisi (pasar bebas). Sosialisme modern berusaha mengembangkan sistem ekonomi yang memadukan sector-sector public dan swasta, desentralisasi perencanaan, meminimalkan ketidak merataan kepemilikan dan pendapatan. Kebebasan individu, martabat kemanusiaan, solidaritas dan keadilan sosial dimaksimalkan dibawah perlindungan negara. 12 Kedua, penghapusan kesenjangan kelas melalui negara demokrasi partisipatoris. Konsep ini diperjuangkan oleh partai-partai sosialis pada abad 20. Mereka memodifikasikan sistem kapitalis melalui demokratisasi pusat- pusat kekuasaan politik dan ekonomi yang terkontrol, sehingga mendorong pemerataan ekonomi dan membudayakan demokrasi partisipatoris. 13
Keyakinan fundamental Sosialisme yang ketiga adalah sistem institusi- institusi sosial masyarakat yang ada dianggap tidak adil dan bermoral rendah.
11 Michael A. Riff, Kamus Ideologi Politik Modern, (Jogjakarta :Pustaka Pelajar, 1995), hal. 275 276)
12 Michael Oakeshoft, et.al, Ideologis of Politics, (Oxford :Oxford University Press, 1978), hal. 79
8 Institusi-institusi yang disoroti sebagai tidak adil berbeda-beda mulai dari kepemilikan tanah (lanlordism), industri manufakturing, gereja, hukum, pemerintahan, dan sebagainya, tergantung mana yang berpotensi menjadi mesin penindasan. Pergerakan Saint-Simonian (1830-an) dan Febian (1880-an) mengarahkan kritiknya antara lain terhadap ketidak efisienan sistem ekonomi dan sosial. Sosialis seperti Fourier (Perancis) dan William Morris (Inggris) lebih menekankan kepada kebebasan, kebahagiaan, keindahan daripada kepada kesejahteraan materiil. 14 Keempat, adalah keyakinan bahwa masyarakat yang lebih baik dalam nilai-nilai moral dan tidak korup bisa terwujud. Karenanya manusianya sendiri yang akan menciptakan masyarakat adil seperti itu, maka manusia harus mendengar dan mengikuti nilai-nilai moral yang tinggi. Owen dalam tulisan bukunya A new View of Society menyatakan kebenaran (keadilan) pada akhirnya akan menang. The truth is great and will prevail. 15 Apakah keadilan, dalam institusi sosial, berarti persamaan ? apakah itu juga demokrasi ? Jawaban tokoh-tokoh sosialis terhadap pertanyaan itu pada umumnya positif tetapi tidak selalu sama. Persamaan hak didepan hukum diakui semua orang. Hampir tidak ada perselisihan terhadap diktum Konstribusi terhadap orang sesuai kemampuannya. Selanjutnya kelompok sosialis menambahkan : Untuk setiap orang sesuai usahanya atau produktivitasnya. Sebagian sosialis adalah demokrat dalam pengertian demokrasi sebagai mana
13 Gerald Braunthal, Socialisme, hal. 147
14 I bi d
9 dipahami di barat, tetapi sebagian lagi menolak demokrasi seperti itu dan memilih konsensus komunal menyerupai sense of the meeting dari sekte Kristen Quaker atau general will dari Rousseau. Sosialisme pasca Marx mengembangkan apa yang disebut sentralisme demokratik. 16
Sebagai reaksi terhadap pertumbuhan awal kapitalisme di Inggris, Thomas Carlyle (1795-1881) dalam bukunya Past and Present mengecam industri karena akibat-akibat buruk terhadap pekerjaannya. Kesengsaraan mereka berasal dari ketidakadilan ; laissez-faire ekonomi bisa membawa kemiskinan ;tetapi laissez- faire politik, yaitu demokrasi, membawa ketidakadilan. Carlyle menganggap laissez-faire politik sebagai kemahiran tugas Gubernur, suatu pengakuan yang tidak kompeten untuk memerintah. Semesta adalah suatu monarki. Carlyle menggambarkan massa jelata sebagai makluk goblok yang menjerit marah dan kesakitan yang harus dibimbing. Demokrasi mengingkari tertib alam. Dalam demokrasi tidak boleh ada khairul kalamDemokrasi adalah rangkaian urusan yang saling membatalkan ; dan akhirnya akan kembali ke nolLaissez-faire adalah injil terburuk yang pernah dikhotbahkan karena telah mengganti ikatan- ikatan sosial organik dengan ikatan-ikatan yang semata-mata mekanis ; menyebabkan pembayaran uang menjadi satu-satunya hubungan antar manusia. 17
Kelima, asumsi fundamental dari Sosialisme adalah bagaimana memperjuangkan sosialisme ? Semua aliran setuju untuk diperjuangkan lewat
15 I b i d
16 Margaret Cole, Socialisme, hal. 448
17 Bernard Murchland, Humanisme dan Kapitalisme, (Jogjakarta : Tiara Wacana, 1992), hal. 2-4 10 pendidikan, persuasi, dan propaganda. Diantaranya ada yang bekerja sama dengan trade union dan organisasi-organisasi pekerja yang sudah menerima aspek-aspek penting dari ajaran sosialisme. Dalam semangat ini Marx bekerja sama dengan serikat dagang Inggris yang mendukung International Working Mens Association sebagai pendorong revolusi proletar. Pemogokan, ancaman akan pemogokan, dan bentuk-bentuk lainnya yang kemudian disebut sebagai direct action, memperkuat usaha persuasi mereka terhadap penguasa untuk bisa memberikan berbagai konsesi. Walaupun ada perbedaan antara kelompok gradualis yang menganggap bahwa perubahan bisa dilakukan secara damai dan tidak perlu menyeluruh (bisa sebagian-sebagian) dan kelompok revolusioner yang menganggap kalau perlu berbenturan langsung dengan penguasa, tetapi perbedaan itu tidak setajam yang diduga banyak orang. Berdasarkan realitas tersebut Karl Marx menjadikan sosialisme lebih revolusioner pada tataran Prakxis. Bagi Marx, teori interprestasi, spekulasi yang masih berbentuk abstrak harus ditinggalkan karena yang dibutuhkan dalam merevolusi struktur-struktur masyarakat pada praksis sosial secara nyata. Marx menuntut penciptaan masyarakat tanpa kelas, terhapusnya penindasan kaum buruh, Egalitarianisme dan hilangnya alienasi ekonomi, sosial maupun politik sebagai refleksi Marx terhadap setting sosial masyarakat Eropa waktu itu, dimana kesenjangan ekonomi, politik antara kalangan Borjuis dan kaum buruh yang tertindas. Karena itu, Marx menawarkan negara tanpa kelas, masyarakat yang sama. Semua itu, dibutuhkan suatu ideologi sosialisme komunisme.
11 D. Sosialisme dan Misi Perjuangan Profetis (Sebuah Catatan) Misi perjuangan Sosialisme termasuk Marx merupakan perjuangan untuk menciptakan kesadaran emansipatoris. Kesadaran emansipatoris ini merupakan suatu kekuatan Sosialisme dan Marxisme dalam melihat realitas masyarakat. Selama bertahun-tahun sosialisme menjadi menjadi simbol perjuangan kaum tertindas sebagai bentuk protes atau antitesa kaum Borjuis. Kesadaran baru sosial ,masyarakat merupakan pengaruh sosialisme yang sangat urgen dalam gerakan pembebasan. Analisa sosial Marx (Sosialisme) merupakan metode paling ampuh dalam membangun masyarakat Egalitarianisme. Kesadaran kritis maupun menghilangkan kesenjangan sosial. Gerakan ini memberikan pengaruh yang besar terhadap lahirnya Teologi Pembebasan di Amerika Latin yang dipelopori oleh Guiterrez, 18 seorang pendeta dalam dunia Kristen yang selalu gelisah melihat realitas umatnya yang tertindas oleh kekuasan negara maupun kapitalisme dan gerakan pembebasan dalam semangat Islam yang di pelopori Hasan Hanafi dengan jargon Kiri Islamnya dan Asghar Ali Engineer dengan paradigma pemikirannya yang progresif dengan semangat teologi pembebasannya.. 19
18 Guiterrez merupakan pelopor teologi pembebasan di Amerika Latin yang mempergunakan Marxisme sebagai metode kritis terhadap realitas yang ada. Teologi pembebasan meletakkan beberapa dasar pembebasan, yaitu (a) bebas dari kendala ekonomi, sosial dan politik (b) bebas manusiawi yang menciptakan manusia baru dalam masyarakat solidaritas baru (c) bebas dari dosa dan masuk dalam persekutuan dengan Tuhan dan sesama manusia, lihat FR Wahono Nitiprawiro, Teologi Pembebasan, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1985), hal 55.
19 Hasan Hanafi dan Asghar Ali Engineer merupakan seorang teolog Islam yang progressif yaitu meletakkan pembebasan dalam kerangka Islam dengan pendekatan Marxisme. Hasan Hanafi pemikir radikal dari Mesir dengan karya utamanya Kiri Islam, Minal Aqidah ila al- Tsaurah, Al-Istighrab, sedangkan Asghar Ali Engineer merupakan pemikir Pakistan dengan karyanya Islam dan Pembebasan. Kedua tokoh pemikir ini merupakan intelektual Muslim yang meletakkan semangat pembebasan sebagai lan vital agama Islam, karena menurut kedua tokoh ini 12 Gerakan pembebasan dalam Islam dan Kristen merupakan gerakan misi baru Perjuangan sosialisme-marxisme dalam membebaskan masyarakat tertindas dan Egalitarianisme. Itu semua merupakan misi perjuangan profetis 1 . Dalam sejarah, gerakan profetis (kenabian) merupakan gerakan revolusi dalam memperjuangkan tatanan sosial kemasyarakatan yang satu tanpa adanya pertentangan klas, adil dan tidak eksplotatif, sebagaimana pada masyarakat kapitalis yang oligarki dan oligopoli. Ini dapat kita saksikan dalam sejarah bahwa para nabi dan rosul merupakan mujaddid revolusioner sejati. Nabi Ibrahim misalnya, dianggap sebagai simbolisme revolusi akal dalam menundukkan tradisi paganisme. Nabi Musa mampu merefleksikan revolusi pembebasan kaun Bani Israil yang tertindas melawan otoritasme dan bentuk kediktatoran Firaun. Nabi Isa (Yesus) pun hadir dengan revolusi spiritualisme atas dominasi materialisme. Bahkan Nabi Muhammad pun hadir sebagai pembebas kelompok tertindas (budak) atas perilaku kaum elite Quraisy yang kapitalistik. Misi suci perjuangan Sosialisme dan Marxisme ini akhirnya melemah setelah terjadi pembaharuan pemikiran Marx. Yang terpenting bahwa dialektika sosial dalam kehidupan kurang disadari bggetul, sehingga perubahan yang sinergis antara kultural dan stuktural kurang diperhatikan. Ketika kultural sudah
bahwa para nabi dan rosul, khususnya nabi Muhammad adalah nabi yang meletakkan dasar-dasar pembebasan umatnya, sehingga lan vital perjuangan rosul tersebut mandeg tatkala umat Islam sudah terlena dengan hasil karya para imam mujtahid. Untuk itu, kedua pemikir progresif ini membuka kembali jalan-jalan progresif dan pembebasan yang dilakukan oleh nabi. Untuk lebih jelasanya, lihat Hasan Hanafi, Kiri Islam, (Jogjakarta : LKIS, 1994). Dan bandiangkan dengan Asghar Ali Engineer, Islam dan Pembebasan, (Jogjakarta : LKIS, 1995) dan karya-karya lainnya.
13 tercerahkan, sosialisme tidak memfollow up perubahan struktur, sehingga terjadi benturan. Sosialisme sebagai suatu gerakan melupakan naluri fitrah bahwa hak-hak milik pribadi merupakan keniscayaan ,sehingga membuat sosialisme melupakan hak dasar manusia. Karen itu, sosilisme semakin rapuh, sejak rasionalisme (modernisme) yang menghargai kepenuhan pribadi dan bebas untuk bersaing telah maju pesat di Eropa. Akhirnya sosialisme hanya tinggal kenangan bahkan lebih parah lagi, ketika blok Sosialisme ambruk. Melihat seperti tersebut maka solusi terpenting adalah mengembangkan sosialisme Religius sebagaiman diperjuangkan para nabi dan rosul. Para nabi dan rosul memperjuangkan bentuk sosialisme religius dengan penekanan pada moral, spiritual. Sosilisme religius meletakkan keseimbangan bahwa dalam milik pribadi terdapat hak milik sosial. Disamping itu, adanya perjuangan keadilanyang humanis tanpa kekerasan atau lebih dikenal dengan konsep al-adl wa al-ihsan (keadilan dan kebajikan) sebagaimana dilaksanakan oleh para nabi.