You are on page 1of 9

24, Seminar Nasional Industri dan Teknologi, Volume 2, Nomor 1, Desember 2013, hlm.

24 - 32
STUDI FORMULASI CAMPURAN DAN METODE PEMADATAN BETON RINGAN
ARANG CANGKANG SAWIT SEBAGAI BAHAN BATAKO

Alamsyah
1
, Armada
2
, Razali
3
J urusan Teknik Sipil
1,2
, Teknik Mesin
3
Politeknik Negeri Bengkalis
J l. Bathin alam sungai alam Bengkalis 28761
email: alamsyah@polbeng.ac.id
1
, armada@polbeng.ac.id
2
, razali@polbeng.ac.id
3


ABSTRACT
Concrete construction of buildings has weight of large structures, one of the causes of weight is a wall. The use
of the relatively heavy red brick and the manufacturing process environmentally damaging, need to find a
replacement to become green building and structures are lightweight and economical. Brick with a mixture of
palm shell charcoal is an alternative to making a wall, in which they used a mixture of cement, sand, charcoal
and water, were then made by the method of pressed / pressed, skewer and mashed. Expected advantages of this
brick is lighter, cheaper and more powerful. Grouping class brick based of SNI 03-0349-1989 and the process of
making the test specimen using w/c 0.3 and 0.35 with the addition of variations of palm shell charcoal at 0% and
50%. testing brick made in the market also performed and analyzed compressive strength and heavy volume.
Source materials composer of brick obtained from sand Tanjung Balai Karimun, sei Injab and strait of morong
each of which is made for the age of 7 days, 14 days, 21 days and 28 days. The results of these tests indicate that
the concrete blocks in the community (hollow brick) including brick class 4 with heavy volume of 1591.24 kg/m
3
.
Heavy volumes of palm shell charcoal lighter than sand of 683.84 kg/m
3
, while the weight of the volume of
concrete blocks 50% charcoal mix for various types of compaction is smaller than 1600 kg/m
3
and lighter when
compared to brick without shell. The results of maximum compressive strength test obtained on concrete blocks
with compaction press and followed by crushed compacting bricks and sticks. Brick with palm shells 50% has
class 3 brick and has compressive strength higher than the compressive strength of concrete blocks without palm
shell.

Keywords : Oil palm shell, compaction, compressive strength.

PENDAHULUAN
Kebutuhan material seperti pasir, kerikil
dan bata merah terus mengalami pening-
katan sejalan meningakatnya jumlah pem-
bangunan. Kondisi wilayah kepulauan yang
tidak banyak memiliki sumber material pa-
sir dan kerikil sehingga harus didatangkan
dari daerah lain mengakibatkan harganya
relatif mahal oleh karena itu perlu dicarikan
bahan alternatif yang murah dan ramah
lingkungan untuk dapat dijadikan bahan. Ke-
butuhan bata merah yang banyak menye-
babkan terjadinya kerusakan lingkungan da-
lam bentuk penggalian tanah sebagai bahan
dasar pembuatan bata merah tersebut harus
segera dicarikan alternatif lain. Selain itu
juga, kondisi tanah yang ada di Pulau Be-
ngkalis tidak memiliki tahanan ujung yang
besar sehingga konstruksi yang cocok ada-
lah kondisi dengan berat gedung yang re-
latif ringan. Untuk memperoleh gedung ya-
ng lebih ringan salah satunya bisa dilaku-
kan dengan cara mengurangi berat dinding
yang umumnya 250 kg/m
2
dapat direduksi
apabila digunakan batako ringan. Arang
cangkang sawit diharapkan dapat menjadi
alternatif bahan yang murah dan mudah di-
dapatkan, dengan adanya pemanfaatan ara-
ng cangkang sawit sebagai bahan bangunan
diharapkan dapat mengurangi penggunaan
tanah liat untuk bata merah.

Identifikasi masalah
Adapun identifikasi permasalah yang akan
diteliti adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana karakteristik masing-masing
bahan campuran ?
2. Bagaimana pengaruh kadar arang ca-
ngkang sawit terhadap kuat tekan ba-tako
yang dihasilkan ?
3. Bagaimana pengaruh metode pemada-tan
dengan cara tusuk, ditumbuk dan ditekan
terhadap kuat tekan maksimum yang
dapat dicapai ?
4. Bagaimana berat isi yang didapat dari
masing-masing formulasi dan cara pe-
madatan ?
5. Apakah batako yang dihasilkan meme-
nuhi syarat sebagai batako dinding ?
25, Seminar Nasional Industri dan Teknologi, Volume 2, Nomor 1, Desember 2013, hlm. 25 - 32







Tujuan
Tujuan yang hendak dicapai dalam pene-
litian ini meliputi :
1. Mengetahui karakteristik masing-masi-
ng bahan campuran.
2. Mengetahui pengaruh kadar arang ca-
ngkang sawit terhadap kuat tekan bata-
ko.
3. Mengetahui pengaruh metode pemada-
tan dengan cara tusuk, tumbuk dan di-
tekan terhadap kuat tekan maksimum
yang dapat dicapai.
4. Mengetahui berat isi batako yang di-
buat sesuai formulasi rencana.
5. Mengetahui kualitas batako yang di ha-
silkan.

STUDI LITERATUR

Penelitian Terdahulu
Penelitian yang memanfaatkan arang
cangkang sawit sudah beberapa kali dila-
kukan, berikut beberapa penelitian tersebut.
Narayanan, et al (2007), dalam peneli-
tian dengan judul Flexural Behaviour of
Precast Slab Made of Ops Lightweight
Concrete; dengan komposisi campuran:
Semen 450 kg, air 171 kg, Coarse Ag-
gregate 488 kg, River Sand 629 kg dan Su-
per plasticizer 7,50 liter, diperoleh kuat te-
kan umur 28 hari mendekati 30 MPa. Cam-
puran ini dijadikan sebagai bahan pem-
buatan plat untuk dilakukan uji lentur. Hasil
pengujian menunjukkan initial crack load
beton OPS mendekati 50% initial crack
load beton coarse agregatte sandstone dan
Granit begitu juga failure load yang dicapai.
Fitriyani (2010) melakukan penelitian
dengan judul penelitian Pengaruh Abu
Cangkang Kelapa Sawit Sebagai Bahan
Tambahan Pada Pembuatan Batako, dalam
penelitian ini ditambahkan abu cangkang
kelapa sawit pada campuran batako dengan
komposisi 0%, 10%, 20%, 30%, 40% dan
50% dari berat pasir yang digunakan, hasil
pengujian menunjukkan Kuat tekan batako
dengan campuran abu cangkang kelapa sa-
wit pada komposisi 10% dan 20% hampir
menyamai kuat tekan batako normal, penye-

rapan air batako dengan menggunakan abu
cangkang kelapa sawit yaitu 15,03%-23,13%
lebih besar dari batako normal, densitas pa-
da batako dengan menggunakan abu cang-
kang kelapa sawit yaitu 1,69 gr/cm
3
-1,41
gr/cm
3
lebih rendah dari batako normal.

Gambaran umum Oil Palm Shell/OPS
Arang cangkang sawit merupakan pelindu-
ng bagian inti buah sawit yang memiliki ka-
rakteristik seperti tempurung kelapa (cang-
kang kelapasawit.com). Gambar 1 berikut
memberikan gambaran bagian-bagian dari
buah sawit.



Gambar 1. Bagian-bagian buah sawit
Sebagai pelindung bagian inti arang cang-
kang sawit relatif keras solid dan ringan.
Hasil utama dalam pengolahan buah sawit
adalah CPO (Crude palm Oil) yang meru-
pakan komponen terbesar daripada daging
buah selain serat/sabut. Dalam pengolahan
buah sawit terdapat produk samping/limbah
yang jumlahnya cukup besar yaitu arang
cangkang sawit Gambar 2 atau sering juga
dikenal dengan istilah OPS (oil palm shell)
atau PKS (Palm Kernel Shell).


Gambar 2. Bentuk Arang cangkang sawit
secara visual

Dari Gambar 2 terlihat bahwa limbah arang
cangkang sawit juga mengandung serat/ sa-
but yang umumnya masih melekat pada
arang cangkang sawit yang sering juga di-

DagingBuah
cangkang
inti
26, Seminar Nasional Industri dan Teknologi, Volume 2, Nomor 1, Desember 2013, hlm. 26 - 32

disebut sebagai limbah lignoseluloik yang


dianggap mencemari lingkungan (Bambang
et al, 2007). Kandungan kimia yang terda-
pat dalam komponen arang cangkang sawit
secara umum meliputi holoselulosa, lignin
dan lemak yang dalam penelitian menun-
jukkan bahwa unsur lemak merupakan pe-
ngganggu dalam proses ikatan semen
(Bambang, et al, 2007). Lebih rinci kompo-
sisi kimia arang cangkang sawit sebagai-
mana hasil penelitian adalah sebagaimana
dalam Tabel 1 berikut ini :

Tabel 1 Komposisi Kimia OPS
Elements Results (%)
Ash 1.53
Nitrogen (as N) 0.41
Sulphur (as S) 0.000783
Calcium (as CaO) 0.0765
Magnesium (as MgO) 0.0352
Sodium (as Na
2
O) 0.00156
Pottasium (as K
2
O) 0.00042
Almunium (as Al
2
O
3
) 0.130
Iron (as Fe
2
O
3
) 0.0333
Silica (as SiO
2
) 0.0146
Chloride (as CI) 0.00072
Loss on Ignition 98.5
Sumber : Teo, et al, (2007)

Teo DCL dalam penelitiannya (Teo et al,
2007) komponen Ash/debu dianggap seba-
gai komponen utama pengganggu ikatan se-
men dalam beton ringan arang cangkang
sawit. Selain adanya pengganggu ikatan se-
men, arang cangkang sawit memiliki ke-
lebihan dan kekurangan jika dibandingkan
dengan agregat batu pecah, diantara kele-
bihan tersebut adalah lebih ringan dan lebih
tahan terhadap aus (Los Angeles Test) atau
dengan kata lain agregat arang cangkang
sawit lebih daktail dibandingkan agregat
batu pecah. Dari nilai Impact Value terlihat
bahwa batu pecah lebih keras dibandingkan
arang cangkang sawit sehingga beton deng-
an agregat batu pecah lebih tinggi kuat te-
kannya.

Beton Ringan
Berdasarkan SNI-03-2847-2002 berat isi be-
ton normal berkisar antara 2200-2500 kg/m
3

sedangkan beton ringan tidak lebih 1900
kg/m
3
. Seiring perkembangan teknologi
pembuatan beton ringan dapat juga dila-
kukan dengan pembuatan rongga udara ke-
cil dalam beton semaksimal mungkin atau
yang sering dikenal sebagai beton aerasi
misalnya beton Hebel, dalam hal ini peng-
gunaan terminologi beton tidak lagi sama
seperti beton normal dimana dalam pembu-
atan beton adanya penggunaan agregat ka-
sar, sedangkan dalam pembuatan beton ae-
rasi tidak terdapat agregat kasar. Penelitian
beton ringan berbahan agregat organik saat
ini sedang banyak dilakukan di Eropa, hal
ini dilator belakangi oleh tuntutan untuk
mengurangi konsumsi energi dalam pro-
duksi material bangunan. Salah satu beton
ringan organik yang dikembangkan di Pe-
rancis saat ini adalah Bton de Chanvre/
Hemp Concrete yang merupakan material
beton ringan yang terbuat dari campuran
kapur hidrolis, air dan serbuk sisa olahan
rami/hemp. Kuat tekan hemp concrete yang
dicapai dalam penelitian ini hanya men-
capai kurang dari 1,5 MPa, hal ini terjadi
karena metode pamadatan yang kurang
optimum yakni hanya dilakukan dengan
metode tumbukan. Peningkatan kemampu-
an kuat tekan Hemp Concrete dapat dilaku-
kan dengan metode pemadatan dengan cara
ditekan (kompresi) sehingga pemadatan da-
pat dilakukan secara maksimum, namun da-
lam hal ini penggunaan air dipengaruhi de-
ngan kemampuan absorsi serbuk agregat,
karena penggunaan air yang berlebih dapat
menghambat proses pemadatan karena air
akan keluar dari campuran (Nguyen, 2010).

Arang cangkang sawit Sebagai
Campuran Beton Ringan
Bambang Subiyanto (Subiyanto.B, 2007)
melaporkan bahwa pengaruh penggantian
sebagian agregat kasar kerikil dengan ag-
regat arang cangkang sawit dapat menurun-
kan kuat tekan beton yang menunjukkan se-
lain pengaruh persentase penggantian juga
dipengaruhi oleh metode perawatan. Gam-
bar 3 berikut menggambarkan hasil uji kuat
tekan beton dengan agregat kasar arang ca-
ngkang sawit 0%, 50 % dan 100% dengan
27, Seminar Nasional Industri dan Teknologi, Volume 2, Nomor 1, Desember 2013, hlm. 27 - 32

agregat kasar arang cangkang sawit 0%, 50


% dan 100% dengan variasi perawatan di-
rendam dan ruangan lembab.


Gambar 3. Kuat tekan beton arang
cangkang sawit pada umur 7 dan 28 hari

A : Beton Normal perawatan ruang
lembab
B : Beton Normal Perawatan dengan
cara perendaman
C : Beton dengan agregat kasar 50%
arang cangkang sawit dirawat
dalam ruang lembab
D : Beton dengan agregat kasar 50%
arang cangkang sawit dirawat de-
ngan perendaman
E : Beton dengan agregat kasar 100%
arang cangkang sawit dirawat da-
lam ruang lembab
F : Beton dengan agregat kasar 100%
arang cangkang sawit dirawat de-
ngan perendaman

Gambar 3 menunjukkan bahwa penggunaan
arang cangkang sawit sebagai bahan cam-
puran beton tidak dapat menghasilkan kuat
tekan yang memadai sebagai beton struk-
tural namun masih memungkinkan untuk
digunakan sebagai beton ringan nonstruk-
tural.

Batako dan Proses Pembuatannya
Batako merupakan material bangunan yang
umumnya digunakan sebagai material pasa-
ngan dinding yang dibuat dari campuran se-
men, pasir dan air yang dicampur baik de-
ngan mesin maupun manual kemudian
dicetak dengan cara ditekan. Campuran se-
semen, pasir dan air yang dicampur baik
dengan mesin maupun manual kemudian di-
cetak dengan cara ditekan. Campuran adu-
kan untuk pembuatan batako umumnya me-
rupakan campuran gembur dengan sedikit
menggunakan air atau dengan kata lain pe-
nggunaan air diusahakan cukup memenuhi
syarat minimum faktor air semen sehingga
memungkinkan terjadinya proses hidrasi
semen hingga terjadi ikatan dan pengeras-
an.


Gambar 4. Batako setelah proses
pencetakan (kondisi di lapangan)

Komposisi campuran batako berlubang ya-
ng bisa digunakan yaitu perbandingan volu-
me antara semen : pasir : kerikil yaitu 1:2:3
dan untuk penggunaan air dicoba-coba de-
ngan melakukan uji gumpal pada hasil
adukan. Campuran siap dicetak jika digeng-
gam dengan tangan gumpalan tidak retak
dan tangan terasa lembab (Muller. C et al,
2006).

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan pada periode
bulan Mei sampai dengan bulan November
2013 di Laboratorium Uji Bahan Politeknik
Negeri Bengkalis.

Bahan Baku
Bahan baku yang akan digunakan dalam pe-
nelitian ini meliputi semen Portland, pasir,
arang cangkang sawit dan air. Pasir yang di-
gunakan adalah pasir dari pulau rupat yang
28, Seminar Nasional Industri dan Teknologi, Volume 2, Nomor 1, Desember 2013, hlm. 28 - 32

proses pemadatan. Berat air yang dapat


dikeluarkan dari serat arang cangkang sawit
akan mengurangi kebutuhan tambahan air
untuk proses hidrasi semen. Adapun ilus-
trasi pengujiannya adalah sebagai berikut :
Gambar 5. Skema pengujian penentuan
berat air terkompresi

selain dapat mengetahui berat air yang da-
pat dikeluarkan dengan adanya pemadatan
dengan metode tekan dari pengujian ini ak-
an didapatkan juga gaya tekan yang diper-
lukan (F) serta besaran penurunan (dx) ya-
ng terjadi sampai pemadatan maksimum.
Dengan di ketahuinya parameter tersebut
diharapkan dapat digunakan dalam menen-
tukan rasio antara volume padat yang diha-
rapkan dan volume gembur yang disiapkan.

Formulasi Campuran dan proses
pemadatan
Metode yang digunakan dalam penyusunan
formulasi campuran yang akan dibuat ada-
lah dengan menggunakan pendekatan meto-
de perbandingan volume dengan variasi
prosentase cangkang sawit dan pembentu-
kan sampel diawali dengan pengadukan de-
ngan tahapan pengadukan mengikuti pro-
tocol Cerezo (Cerezo, 2005). Dengan
tahapan pengadukan sebagai berikut:
1. Masukkan arang cangkang sawit dan
pasir diaduk selama 5 menit
2. Masukkan air secara perlahan agar ter-
jadi penyerapan sempurna oleh arang
cangkang sawit dan diaduk selama 10
menit
3. Masukkan semen dan aduk selama 10
menit sampai campuran terlihat
homogen.
4. Keluarkan adukan dari mesin pengaduk
dan adukan siap dicetak.
memiliki karakteristik halus dan lebih mu-
rah dan pasir Tanjung Balai Karimun, se-
dangkan arang cangkang sawit didapat dari
Pabrik Pengolahan buah sawit yang ada di
Dumai-Riau.

Peralatan
Peralatan yang dibutuhkan dalam penelitian
ini umumnya sama dengan peralatan yang
digunakan dalam pengujian beton. Adapun
peralatan yang diperlukan meliputi:
1. Seperangkat alat uji saringan agregat
halus dan kasar
2. Timbangan digital
3. Cetakan benda uji cylinder d 15 cm, 30
cm.
4. Mesin uji tekan
5. Mesin pengaduk
6. Mesin Hidrolik (direncanakan menggu-
nakan alat sondir Hidrolik P max 600
kg/cm
2
)

Variabel dan Parameter
Variabel yang akan diteliti dalam penelitian
ini meliputi rasio berat air terhadap berat
arang cangkang sawit untuk mendapatkan
pemadatan yang optimum. Adapun faktor
air semen (fas) yang digunakan adalah 0,3
dan 0,35 sedangkan rasio antara berat pasir
terhadap berat cangkang adalah 0% dan
50%. Sebagaimana dalam penelitian beton
umumnya, variabel yang juga digunakan
dalam penelitian ini juga menggunakan
variabel umur yaitu umur 7, 14, 21 dan 28
hari. Untuk menentukan formulasi yang
terpilih akan ditinjau kualitas batako deng-
an parameter uji kuat tekan dan berat isi.
Selain itu juga akan dapat diketahui metode
pemadatan yang menghasilkan kuat tekan
terbaik.

Pengujian Rasio maksimum volume
gembur terhadap volume padat.
Dengan hipotesa bahwa arang cangkang sa-
wit yang masih mengandung serat/sabut
memiliki memampuan absorbsi yang ting-
gi, maka akan dilakukan serangkaian peng-
ujian untuk mendapatkan rasio antara volu-
me gembur dan volume padat dan berat air
maksimum yang dapat dikeluarkan selama
Arang
cangkang
sawit
jenuhair
Gayatekan
Beratair
yangdapat
dikeluarkan
dX
29, Seminar Nasional Industri dan Teknologi, Volume 2, Nomor 1, Desember 2013, hlm. 29 - 32

Karakterisasi Batako
Untuk mendapatkan kualitas batako yang
diharapkan maka dilakukan pengujian yang
bertujuan untuk mendapatkan gambaran/
karakterisasi batako yang dihasilkan sesuai
formulasi campuran yang digunakan. Ada-
pun karakteristik yang dilakukan yaitu pe-
ngujian berat isi dan kuat tekan. Penge-
lompokkan jenis batako dapat dilihat pada
tabel berikut ini.

Tabel 2. Pengelompokkan kelas batako
No
Syarat
Fisis
Kelas
1
Kelas
2
Kelas
3
Kelas
4
1
Kuat
Tekan
brutto
rata-rata
(kg/cm
2
)
100 70 40 25
2
Kuat
Tekan
masing-
masing
(kg/cm
2
)
90 65 35 21
Sumber SNI 03-0349-1989

Berat volume (berat isi)
Berat isi atau berat volume (BV) batako da-
pat dihitung dengan persamaan :

BV =BS/VS ...(1)

dengan,
BV : berat volume (kg/m
3
)
BS : berat sample (kg)
VS : volume sample (m
3
)

Kuat Tekan (Compressive Strength)
Pengukuran pada kuat tekan (compressive
strength) dapat dihitung dengan persamaan
sebagai berikut :


..(2)
dengan,
: Kuat tekan (N/mm
2
)
F : Gaya tekan (N)
A : Luas penampang (mm
2
)

Hasil Pengujian
Hasil pemeriksaan terhadap sifat fisik kua-
litas agregat halus dari Sei. Injab, Selat Mo-
rong, Tanjung Balai dan Arang cangkang
sawit (dari Dumai) dilakukan dengan serang-
Selanjutnya campuran dicetak dalam silin-
der dengan dimensi cetakan diameter 15 cm
tinggi 60 cm dengan target dimensi benda
uji yang dihasilkan adalah diameter 15 cm
tinggi 30 cm. proses pemadatan masing-
masing sampel dengan cara press/tekan
(300 kg/cm
2
), tusuk dan tumbuk. Proses
masing-masing pemadatan dapat dilihat
pada Gambar 6, Gambar 7 dan Gambar 8
berikut ini:


Gambar 6. Pemadatan dengan press/tekan


Gambar 7. Pemadatan dengan tumbuk


Gambar 7. Pemadatan dengan tusuk
30, Seminar Nasional Industri dan Teknologi, Volume 2, Nomor 1, Desember 2013, hlm. 30 - 32

Hasil Pemeriksaan Berat Volume Batako




Gambar 9. Berat volume batako

Dari Gambar 9 dapat dilihat bahwa batako
yang menggunakan campuran arang cang-
kang sawit sebesar 50% memberikan berat
volume yang kecil dan ini akan dapat me-
reduksi beban gedung jika batako tersebut
digunakan sebagai dinding.

Hasil Pengujian Kuat Tekan Batako
Dengan menggunakan persamaan 2, diper-
oleh rerata hasil uji kuat tekan batako umur
28 hari dengan pemadatan tekan sebagai
berikut.


Gambar 10. Kuat tekan batako umur 28
hari (pemadatan tekan)

Hasil yang ditunjukkan Gambar 10 mem-
berikan kesimpukan bahwa kuat tekan ba-
tako dengan menggunakan campuran 50%
arang cangkang sawit lebih tinggi dibandi-
serangkaian penggujian untuk dapat dike-
tahui gambaran sifat fisik material yang di-
gunakan meliputi susunan gradasi, kadar
air, kadar lumpur, berat jenis dan berat vo-
lume. Untuk pengujian saringan diperoleh
zona pasir tanjung balai termasuk zona 2,
pasir sei injab termasuk zona 3 dan pasir
selat morong termasuk zona 4. Pengujian
awal juga dilakukan terhadap batako yang
diproduksi dimasyarakat (jenis batako ber-
lobang) dengan hasil pada tabel berikut :

Tabel 3. Pengujian batako di lapangan

Sumber : Hasil pengujian (2013)

Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa batako ya-
ng diproduksi dimasyarakat termasuk bata-
ko kelas 4. Untuk pengujian berat volume
masing-masing material penyusun batako
dapat dilihat pada gambar berikut ini.


Gambar 8. Berat volume material

Dari Gambar 8 dapat diketahui bahwa ara-
ng cangkang memiliki berat volume yang
paling kecil sehingga diharapkan akan me-
nghasilkan batako dengan bobot yang ring-
an.
P
(cm)
L
(cm)
T
(cm)
Berat
(kg)
Beban
(kg)
Berat Volume
(kg/m
3
)
Kuat Tekan
(kg/cm
2
)
30 15.2 7.5 5.564 13328 1626.90 29.23
30 15.1 7.7 5.547 12343 1590.26 27.25
30 15.2 7.6 5.463 14653 1576.35 32.13
30 15.1 7.5 5.420 13351 1595.29 29.47
30 15.2 7.6 5.432 14369 1567.41 31.51
31, Seminar Nasional Industri dan Teknologi, Volume 2, Nomor 1, Desember 2013, hlm. 31 - 32

umur 28 hari. Sebagaimana dijelaskan di at-


as, hal ini terjadi karena proses ikatan
semen belum terselesaikan secara keseluru-
han.

Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh dari pe-
ngujian ini adalah:
1. Komposisi campuran batako meng-
gunakan fas berkisar 0,3 dan 0,35 dan
prosentase campuran arang cangkang
sawit sebesar 0% dan 50%.
2. Pengelompokkan zona pasir dari ana-
lisa saringan yaitu pasir tanjung balai
(zona 2), pasir sei. Injab (zona 3) dan
pasir selat morong (zona 4).
3. Hasil pengujian batako yang ada di la-
pangan (batako berlobang) termasuk
batako kelas 4.
4. Berat volume arang cangkang sawit le-
bih kecil dibandingkan berat volume
agregat halus (pasir).
5. Berat volume batako dengan campuran
arang cangkang sawit 50% lebih ren-
dah dibandingkan dengan batako tanpa
arang, dan secara keseluruhan lebih ke-
cil dari 1600 kg/m
3

6. Kuat tekan batako campuran cangkang
50% dengan pemadatan tekan/press,
paling tinggi diperoleh pada batako ya-
ng menggunakan pasir tanjung balai.
7. Kuat tekan maksimum batako dari ter-
tinggi ke terendah secara berurutan
diperoleh pada batako dengan pemada-
tan tekan, tumbuk dan tusuk.
8. Kuat tekan batako umur 7 hari lebih
rendah dibandingkan umur 28 hari un-
tuk keseluruhan jenis pemadatan.
9. Batako dengan arang cangkang 50%
termasuk batako kelas 3 dan dapat di-
gunakan pada gedung.

DAFTAR PUSTAKA
Badan Standarisasi Nasional, (1989), Bata
Beton untuk Pasangan Dinding, SNI
03-0349-1989.
Badan Standarisasi Nasional, (2002), Tata
cara Perhitungan Struktur Beton
untuk Bangunan Gedung, SNI 03-
2847-2002
dibandingkan batako tanpa arang cangkang
sawit. Untuk hasil pengujian kuat tekan ba-
tako dengan variasi pemadatan dapat dilihat
pada Gambar berikut ini.


Gambar 11. Kuat tekan batako dengan
variasi pemadatan

Dari Gambar 11 dapat dilihat bahwa kuat
tekan maksimum untuk batako dengan
campuran arang cangkang sawit diperoleh
pada batako dengan pemadatan tekan. Ke-
seluruhan benda uji dengan campuran arang
cangkang sawit 50% dikelompokkan se-
bagai batako kelas 4 dan dapat digunakan
sebagaimana batako lainnya. Selain itu
juga, sebagaimana pada beton secara um-
um, perbedaan umur batako akan menye-
babkan adanya perbedaan kuat tekan batako
tersebut, untuk lebih jelas dapat dilihat pada
Gambar berikut.



Gambar 12. Kuat tekan batako dengan
perbedaan umur

Proses hidrasi semen dan air yang belum
sempurna apabila umur batako tidak mele-
bihi umur 28 hari menyebabkan kuat tekan
32, Seminar Nasional Industri dan Teknologi, Volume 2, Nomor 1, Desember 2013, hlm. 32 - 32

Badan Standarisasi Nasional, (2002), Spe-


sifikasi Agregat Ringan Batu Cetak
Beton Pasangan Dinding, SNI 03-
6821-2002
Ng, C.,H. Z. Ideris1, S. P. Narayanan1, M.
A. Mannan1 and V. J . Kurian
(2007). Lightweight Precast Floor
Slab Made Of Oil Palm Shell (Ops)
Hybrid Concrete, Article Universiti
Malaysia Sabah
Fitriyani, (2010), Pengaruh Abu Cangkang
Kelapa Sawit Sebagai Bahan Tam-
bahan Pada Pembuatan Batako,
Skripsi, Departemen Fisika FMIPA,
Universitas Sumatera Utara
Ideris, S.P, V. J . Kurian, Doh Shu Ing, Z.
Narayanan, Lillian Gungat, (2007),
Use Of Ops Concrete In Semi-
Precast Concrete Slab, World
Engineering Congress 2007,
Penang, Malaysia.
Laksono D.W, (2009), Pengaruh
Penggantian Sebagian Agregat Pasir
Dengan Agregat Dari Limbah Plas-
tik Dalam Pembuatan Batako Ter-
hadap Karakteristik Dan Kuat Te-
kan Batako Dengan Metode Pres-
sing, Skripsi, J urusan Sipil Fakul-
tas Teknik Universitas Muhamma-
diyah Malang
Mller.C, Fitriani.E, Halimah, Febriana.I,
(2006), Modul Pelatihan Pembuatan
Ubin Atau Paving Blok Dan
Batako, Modul Pelatihan, Internati-
onal Labour Office.

Nguyen.T.T (2010) Contribution a ltude


de la formulation et du procde de
fabrication dlments de
construction en bton de chanvre,
Thse Gnie civil Science pour
lingnieur, Universit de Bretagne-
sud, Janvier 2010, 168 p.
Payam.S, Zamin.M J umaat, Mahmud.H,
(2010). Mix design and mechanical
properties of oil palm shell
lightweight aggregate concrete: A
review, International Journal of the
Physical Sciences Vol. 5(14), pp.
2127-2134.
Subiyanto. B, Basri.H, Nurmala-Sari.L,
Triastuti, Rosalita .Y, (2007), Kom-
ponen Kimia Arang cangkang sawit
(Elaeis guineensis J acq.) dan Pe-
ngaruhnya terhadap Sifat Beton Ri-
ngan, Journal Tropical Wood Scien-
ce and Technology Vol.5. No. 1
Teo, D C L, Mannan, M A & Kurian, V J
(2006a) Flexural behaviour of
reinforced lightweight conrete
beams made with Oil Palm Sheel
(OPS). Journal of Advanced
Concrete Technology (4): 1-10
Teo, D C L, Mannan, M A & Kurian, V J
(2007) Structural concrete using Oil
Palm Shell (OPS) as lightweight
aggregate. Turkish Journal of
Engineering and Environmental
Sciences (30): 251-257
Tronet. P, Vincent.P, Thibaut.L, et
Christophe.B, (2011), Bton de
chanvre : Effet du dosage en
granulat sur les proprits
thermique et mcanique, Comptes
Rendus des JNC 17 Poitiers 2011,
Universit Bretagne Sud, 2011. 11p.

You might also like