You are on page 1of 13

47

UPAYA MENINGKATKAN TINGKAT KEPATUHAN PENYAMPAIAN


SPT TAHUNAN PPh ORANG PRIBADI PADA KANTOR
PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN BELAWAN


Syamsul Bahri
(bahrisyamsul47@yahoo.com)
Dosen Tetap STIE Harapan Medan


ABSTRACT

Annual Income Tax reporting level is one indicator of the performance of taxpayer
compliance. The purpose of this study is to analyze the efforts made to increase the level
of tax compliance in reporting SPT Personal Income Tax in KPP Pratama Medan
Belawan. Data collected sourced from primary data collected using interview data
collection techniques to related parties at the KPP Pratama Medan Belawan and
analyzed by using analysis of tree.
The results of this study indicate that there are several factors that lead to low
levels of tax compliance reporting annual SPT Personal Income Tax, which is not
optimal team performance Recipients SPT caused by specific causes lack of team
personnel and the lack of motivation of the team. An alternative solution is to increase
the number receiving SPT team involving other department is in the reception SPT. Then
the optimal application of the rule has not been caused by a specific cause has not been
optimal application of the rules of the drop box and not the optimal implementation of tax
corner. Alternative solutions are distributing corner of taxes on strategic places.
Furthermore, lack of awareness of the taxpayer against the tax liability due to a lack of
understanding of the specific causes of taxes and less optimal enforcement of any
taxpayer. An alternative solution is to arrange the socialization of taxation on individual
taxpayer.

Keywords: Compliance Rate, Annual Tax Return and Personal Income Tax



PENDAHULUAN

Rencana strategis (Renstra)
menjadi komitmen seluruh jajaran
Direktorat Jenderal Pajak (DJP) serta
berfungsi untuk mengarahkan dan
mengkoordinasikan seluruh potensi yang
ada dalam rangka mewujudkan tujuan
organisasi. Renstra terdiri dari 136
program dan 41 indikator kinerja utama
atau key performance indicator (KPI)
untuk mengukur pencapaian sasaran
organisasi DJP. Dalam upaya untuk
memaksimalkan tujuan organisasi maka
DJP dapat memaksimalkan peran dari
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama
yang ada. Adapun tugas pokok KPP
Pratama berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 100 tahun 2008
tentang Struktur Organisasi Direktorat
Jenderal Pajak adalah mengelola
pelaksanaan penyuluhan, pelayanan, dan
pengawasan Wajib Pajak di bidang
perpajakan dalam wilayah wewenangnya
berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Tugas ini juga
disematkan pada KPP Pratama Medan
Belawan.
Salah satu indikator pengukuran
KPI untuk sasaran tingkat kepatuhan
Wajib Pajak adalah persentase
penyampaian SPT Tahunan terhadap
jumlah Wajib Pajak terdaftar, hal ini
sesuai dengan Peraturan Direktur
Jenderal Pajak Nomor 18/PJ/2011,
kantor pusat menetapkan rasio
Jurnal Keuangan dan Bisnis
Vol. 5, No. 1, Maret 2013
47 - 59 Jurnal Keuangan & Bisnis Maret
48

penyampaian SPT Tahunan PPh untuk
tingkat kanwil di luar Kanwil Madya
minimal pencapaiannya 62,5 persen
sehingga semua KPP Pratama di bawah
kanwil tersebut juga harus mencapai
minimal 62,5 persen.
Saat ini rasio kepatuhan SPT
Tahunan PPh untuk KPP Pratama
Medan Belawan dalam 3 tahun terakhir,
ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1
Rasio Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi PPh
KPP Pratama Medan Belawan

Tahun
Pajak
Jumlah WP. OP.
Terdaftar
Jumlah S.P.T. Masuk
% Ratio
Kepatuhan
3 : 2
1 2 3 4
2010
2011
2012
45.802
51.989
57.452
18.924
17.889
18.589
41%
34%
32%
Sumber : KPP Pratama Medan Belawan


Tabel 1 menunjukkan bahwa rasio
kepatuhan wajib pajak orang pribadi
PPh KPP Pratama Medan Belawan di
bawah 62,5 persen seperti yang telah
ditentukan dalam Surat Edaran DJP.
Rendahnya tingkat rasio kepatuhan
wajib pajak tersebut disinyalir
diakibatkan karena belum optimalnya
kinerja Tim Penerima SPT, belum
optimalnya penerapan aturan dan
kurangnya kesadaran Wajib Pajak
terhadap kewajiban perpajakan,
kurangnya jumlah personel tim dan
kurangnya motivasi tim dan kurangnya
kesadaran Wajib Pajak terhadap
kewajiban perpajakan disebabkan
kurangnya pemahaman masyarakat
tentang pajak dan kurang optimalnya
penegakan hukum atas Wajib Pajak
Tidak Patuh.

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka
permasalahan yang akan dianalisis
dalam tulisan ini adalah Penyebab
rendahnya tingkat rasio kepatuhan wajib
pajak dan upaya untuk meningkatkan
tingkat kepatuhan penyampaian SPT
Tahunan PPh Orang Pribadi di KPP
Pratama Medan Belawan.

TINJAUAN PUSTAKA

Kepatuhan berasal dari kata dasar
patuh, yang menurut Kamus Umum
Bahasa Indonesia, patuh berarti suka
menurut perintah, taat kepada perintah
atau aturan, berdisiplin. Sedang
kepatuhan berarti sifat patuh, ketaatan,
tunduk atau patuh pada ajaran atau
aturan. Kepatuhan wajib pajak
didefinisikan oleh Salamun (1991)
adalah sebagai pemenuhan kewajiban
pajak mulai dari menghitung,
memungut, memotong, menyetorkan,
hingga melaporkan kewajiban pajak oleh
wajib pajak sesuai peraturan perundang-
undangan perpajakan yang berlaku.
Definisi kepatuhan Wajib Pajak menurut
Eliyani yang dikutip dari Kiryanto
(1999) menyatakan bahwa Kepatuhan
Wajib Pajak di definisikan sebagai
memasukkan dan melaporkan pada
waktunya informasi yang diperlukan,
mengisi secara benar jumlah pajak yang
terutang, dan membayar pajak pada
waktunya, tanpa ada tindakan
pemeriksaan. Kepatuhan Wajib Pajak
erat kaitannya dengan pelaksanaan Hak
dan Kewajiban Wajib Pajak.
Dalam Buku Panduan Hak dan
Kewajiban Wajib Pajak (Direktorat
2013 Syamsul Bahri
49

Jenderal Pajak, 2008) dijelaskan
Kewajiban Wajib Pajak adalah:
1. Kewajiban mendaftarkan diri
2. Kewajiban pembayaran,
pemotongan/pemungutan, dan
pelaporan pajak
3. Kewajiban dalam hal diperiksa;
pelaksanaan pemeriksaan dilakukan
dalam rangka menjalankan fungsi
pengawasan terhadap Wajib Pajak
yang bertujuan untuk meningkatkan
kepatuhan Wajib Pajak. Dalam hal
ditemukan adanya ketidakpatuhan
maka DJP berwenang mengeluarkan
ketetapan.
4. Kewajiban memberi data

Hak Wajib Pajak adalah:
1. Hak atas kelebihan pembayaran
pajak
2. Hak dalam hal Wajib Pajak
dilakukan pemeriksaan
3. Hak untuk mengajukan keberatan
dan banding
4. Hak-hak Wajib Pajak lainnya,
seperti hak kerahasiaan, hak
penundaan pembayaran, hak
pengangsuran pembayaran dan lain-
lain.
Tingkat pelaporan SPT Tahunan
PPh merupakan salah satu indikator
kinerja kepatuhan Wajib Pajak. Tata
cara penerimaan dan pengolahan Surat
Pemberitahuan diatur dalam pasal 3
Undang-Undang No. 28 Tahun 2007
tentang Ketentuan Umum Perpajakan :
1. Setiap Wajib Pajak wajib mengisi
Surat Pemberitahuan dengan benar,
lengkap, dan jelas, dalam bahasa
Indonesia dengan menggunakan
hurut Latin, angka Arab, satuan
mata uang Rupiah, dan
menandatangani serta
menyampaikannya ke kantor
Direktorat Jenderal Pajak tempat
Wajib Pajak terdaftar atau
dikukuhkan atau tempat lain yang
ditetapkan oleh Direktur Jenderal
Pajak.
2. Wajib Pajak sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (1a)
mengambil sendiri Surat
Pemberitahuan di tempat yang
ditetapkan oleh Direktur Jenderal
Pajak atau mengambil dengan cara
lain yang tata cara pelaksanaannya
diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan.
3. Batas waktu penyampaian Surat
Pemberitahuan adalah:
a. untuk Surat Pemberitahuan
Masa, paling lama 20 (dua
puluh) hari setelah akhir Masa
Pajak.
b. untuk Surat Pemberitahuan
Tahunan Pajak Penghasilan
Wajib Pajak orang pribadi,
paling lama 3 (tiga) bulan
setelah akhir Tahun Pajak.
c. untuk Surat Pemberitahuan
Tahunan Pajak Penghasilan
Wajib Pajak badan, paling lama
4 (empat) bulan setelah akhir
Tahun Pajak.

Dalam rangka meningkatkan
pelayanan kepada Wajib Pajak dan
memberikan kemudahan dalam hal
pelaporan SPT Tahunan maka untuk
tahun 2009 dikeluarkan aturan di bawah
Undang-Undang yang mengatur tata
cara penyampaian Surat Pemberitahuan
yaitu Peraturan Dirjen Pajak Nomor
19/PJ/2009 dan tata cara penerimaan dan
pengolahan Surat Pemberitahuan
pelaporan SPT Tahunan. Hal-hal
penting yang diatur dalam peraturan
tersebut adalah :
1. SPT yang berbentuk formulir kertas
(hardcopy) dapat diambil langsung
di tempat-tempat sebagai berikut :
a. Kantor Pelayanan Pajak (KPP);
b. Kantor Pelayanan, Penyuluhan
dan Konsultasi Perpajakan
(KP2KP);
c. Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Pajak;
47 - 59 Jurnal Keuangan & Bisnis Maret
50

d. Kantor Pusat Direktorat Jenderal
Pajak;
e. Pojok Pajak;
f. Mobil Pajak.
2. Aplikasi e-SPT yang dapat
digunakan untuk membuat e-SPT
dapat diambil langsung di Kantor
Pelayanan Pajak (KPP).
3. SPT dan aplikasi e-SPT selain dapat
diambil secara langsung oleh Wajib
Pajak pada tempat-tempat juga dapat
dilakukan dengan mengunduh /
mendownload dari situs internet
Direktur Jenderal Pajak dengan
alamat http://www.pajak.go.id.
4. Wajib Pajak dapat mencetak,
menggandakan, dan/atau fotokopi
sendiri SPT selama tidak mengubah
bentuk, ukuran dan isi SPT.
5. Wajib Pajak dapat menyampaikan
SPT Tahunan/e-SPT Tahunan
melalui:
a. Secara langsung ke Tempat
Pelayanan Terpadu (TPT) atau
Pojok Pajak/Mobil Pajak/Drop
Box terdekat;
b. Pos dengan bukti pengiriman
surat atau melalui perusahaan
jasa ekspedisi atau jasa kurir
dengan bukti pengiriman surat
ke Kantor Pelayanan Pajak
dimana Wajib Pajak terdaftar; e-
filing melalui ASP.
6. Penyampaian SPT Tahunan/e-SPT
Tahunan secara langsung
disampaikan dalam amplop tertutup
dengan menulis:
a. Nama Wajib Pajak;
b. NPWP;
c. Tahun Pajak;
d. Status SPT (Nihil/Kurang
Bayar/Lebih Bayar);
e. Nomor Telepon.
7. SPT Tahunan/e-SPT Tahunan yang
disampaikan oleh Wajib Pajak
diberikan tanda terima SPT tanpa
dilakukan penelitian terlebih dahulu.
8. Pada saat penerimaan SPT Tahunan
di TPT/Mobil Pajak/Drop Box yang
diserahkan Wajib Pajak pada
prinsipnya tidak dapat ditolak.
9. Pegawai yang ditunjuk sebagai
Petugas Penerima SPT pada
TPT/Pojok Pajak/Mobil Pajak/Drop
Box wajib menggunakan tanda
pengenal pegawai yang sah.
10. Jadwal pelayanan dan lokasi Drop
Box ditetapkan oleh Kepala KPP
sebagai Penanggung Jawab Drop
Box / pojok pajak dengan koordinasi
Kepala Kantor Wilayah DJP.
11. Untuk mengatasi beban puncak
dengan mempertimbangkan beban
kerja, Kepala KPP dapat membentuk
tim/satgas untuk melakukan proses
penerimaan dan pengolahan SPT
Tahunan / e-SPT Tahunan.
12. Kantor Pelayanan Pajak wajib
mengirimkan SPT Wajib Pajak yang
tidak terdaftar pada Kantor
Pelayanan Pajak tersebut kepada
Kantor Pelayanan Pajak tempat
Wajib Pajak terdaftar, paling lambat
dalam jangka waktu 10 (sepuluh)
hari, kecuali untuk SPT Lebih Bayar
(LB) paling lambat dalam jangka
waktu 3 (tiga) hari sejak SPT
diterima.
13. Setiap hari petugas penerima SPT
menyerahkan berkas SPT ke Kasi
Pelayanan. Proses serah terima
dituangkan dalam Berita Acara
Serah Terima SPT.
14. Merekam Tanda Terima dan
informasi yang tertulis di dalam
amplop SPT dan mencetak Daftar
Nominatif pada Aplikasi
Pengawasan Penerimaan SPT yang
telah disiapkan oleh Direktorat
TTKI. Proses selanjutnya
pengolahan SPT di Seksi Pelayanan.

Pojok Pajak dan Mobil Pajak
sebagai tempat lain pengambilan dan
penerimaan SPT Tahunan diatur dengan
Peraturan DJP No. 43/PJ/2008 dirubah
dengan Peraturan DJP No. 18/PJ/2009
sebagai berikut : Pojok Pajak adalah
2013 Syamsul Bahri
51

sarana penyuluhan dan pelayanan
perpajakan bagi masyarakat dan/atau
Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban
perpajakannya yang ditempatkan di
pusat-pusat perbelanjaan, pusat-pusat
bisnis, pameran-pameran atau tempat-
tempat tertentu lainnya di seluruh
Indonesia.
Dalam penerimaan dan
pengelolaan SPT Tahunan, sumber daya
manusia sebagai salah satu unsur
manajemen merupakan penggerak utama
organisasi. Menurut kamus online
Wikipedia, sumber daya manusia (SDM)
adalah kemampuan terpadu dari daya
pikir dan daya fisik yang dimiliki
individu, perilaku dan sifatnya
ditentukan oleh keturunan dan
lingkungannya, sedangkan prestasi
kerjanya dimotivasi oleh keinginan
untuk memenuhi kepuasannya. Prestasi
kerja harus terus ditingkatkan dengan
melakukan penilaian kinerja pada SDM
yang bersangkutan.
Penilaian kinerja atau penilaian
prestasi kerja tidak dapat dipisahkan dari
keseluruhan proses kegiatan manajemen
SDM. Menurut Davis (1996)
sebagaimana dikutip oleh Hadiati dan
Sukadarto (2008) penilaian kinerja dapat
diartikan sebagai proses dimana
organisasi menilai kinerja individual
pegawai. Penilaian ini dapat meliputi
produktivitas, sikap, disiplin,
kompetensi, dan sebagainya untuk
menemukan di level mana seorang
pegawai melaksanakan tugasnya.
Tujuan dari penilaian kinerja
adalah menyediakan gambaran akurat
dari kinerja pegawai di masa lalu dan
prediksi untuk masa depan. Untuk
mencapai hal tersebut perlu disusun
suatu standar kinerja yang berdasarkan
kepada kriteria pekerjaan. Pengukuran
dan penilaian kinerja harus dilaksanakan
secara langsung dan obyektif. Ada tiga
pihak yang terlibat dalam penilaian
kinerja yaitu unit SDM, atasan langsung,
dan pegawai yang bersangkutan. Demi
menjaga obyektifitas penilaian maka
prinsip-prinsip penilaian harus
diperhatikan yaitu keadilan,
transparansi, independent,
pemberdayaan, non diskriminasi, dan
semangat berkompetensi (Hadiati dan
Sukadarto, 2008).

METODE PENELITIAN

Untuk mengidentifikasi berbagai
penyebab permasalahan tidak
tercapainya target rasio kepatuhan SPT
Tahunan PPh Orang Pribadi di KPP
Pratama Medan Belawan, serta untuk
menemukan alternatif solusi maka
penelitian ini berjenis penelitian
deskriptif.
Data yang dikumpulkan
bersumber dari data primer yang
diperoleh dengan menggunakan teknik
pengumpulan data wawancara dengan
menggunakan interview guide kepada
pihak-pihak terkait di Direktorat
Jenderal Pajak.
Untuk melakukan analisis penulis
menggunakan alat bantu analisis pohon
(Lembaga Administrasi Negara, 2008)
yang terdiri dari:
1. Pohon masalah adalah suatu teknik
untuk mengidentifikasi semua
masalah dalam suatu situasi tertentu
dan memperagakan informasi
sebagai rangkaian hubungan sebab
akibat.
2. Pohon sasaran adalah suatu teknik
untuk mengidentifikasi sasaran yang
ingin diwujudkan. Pohon sasaran
merupakan rangkaian sebab akibat
yang pernyataannya merupakan
kebalikan dari pernyataan pada
pohon masalah.
3. Pohon alternatif merupakan
serangkaian pernyataan hasil
pemilihan dari cabang yang ada pada
pohon sasaran setelah cabang
tersebut dikaji berdasarkan
keterbatasan sumber. Cabang yang
dipilih dianggap sebagai cara yang
paling efektif untuk memecahkan
masalah yang dihadapi unit kerja.
Selanjutnya dilakukan beberapa
metode analisis untuk memperoleh
47 - 59 Jurnal Keuangan & Bisnis Maret
52

penyebab spesifik dominan dari masing-
masing penyebab pokok dan mencari
alternatif terpilih yang akan dilanjutkan
untuk membuat Matrik Rincian Kerja
(MRK). Metode Analisis yang
dipergunakan dalam penulisan ini antara
lain :
1. Metode USG adalah metode untuk
menyusun permasalahan prioritas
dengan menjumlahkan U (Urgent),
S (Serious) dan G (Growth) setelah
sebelumnya diberi bobot. Masalah
yang mempunyai nilai bobot
tertinggi akan menjadi prioritas
yang harus segera diatasi.
2. Metode Matrik Cost Benefit atau
Metode Biaya-Manfaat adalah
metode untuk menyusun skala
prioritas suatu masalah dengan
perkiraan berapa besar manfaat
yang didapat apabila dibandingkan
dengan biaya yang dikeluarkan,
dengan dibobot berdasarkan
gradasi/skala penilaian. Kemudian
nilai manfaat dibagi nilai biaya,
dimana semakin besar manfaat yang
didapat dan semakin kecil biaya
yang dikeluarkan maka semakin
tinggi nilai bobotnya. Rasio
tertinggi merupakan prioritas yang
harus diselesaikan terlebih dahulu.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari masalah utama dilakukan
identifikasi untuk memperoleh 3 (tiga)
penyebab pokok, yang dapat dilihat pada
Gambar 1.











`









Sumber : Data Primer Diolah
Gambar 1. Analisis Pohon Masalah


Penyebab pokok tidak tercapainya
target rasio kepatuhan SPT Tahunan PPh
KPP Pratama Medan Belawan antara
lain :
1. Belum Optimalnya Kinerja Tim
Penerima SPT
Tim Penerima SPT dibentuk dengan
dengan Nota Dinas ND No :
34/WPJ.01/KP.0401/2011 tentang
penunjukan operator tim dan tim
penerima SPT melalui Drop Box .
Tim ini terdiri dari 16 orang
penerima SPT melalui Drop Box.
Dari masalah pokok kurang
optimalnya kinerja tim penerima
SPT, selanjutnya masalah
diidentifikasi lagi untuk mencari
Gambar 1 : Analisis Pohon Masalah
AKIBAT
SEBAB
Tidak tercapainya target rasio kepatuhan SPT
Tahunan PPh KPP Pratama Medan Belawan
Tidak tercapainya target rasio kepatuhan SPT Tahunan
PPh Orang Pribadi KPP Pratama Medan Belawan
Belum Optimalnya kinerja
Tim Penerima SPT
Belum Optimalnya
Penerapan Aturan
Kurangnya kesadaran wajib
Pajak Terhadap kewajiban
Perpajakan
Kurangnya
Jumlah
Personel Tim
Kurangnya
Motivasi
Tim
Belum
Optimalnya
Penerapan Aturan
Drop box
Belum
Optimalnya
Pelaksanaan
Pojok Pajak
Kurangnya
Pemahaman
Masyarakat
Tentang Pajak
Kurang Optimalnya
Penegakan Hukum
Atas Wajib Pajak
Tidak Patuh
2013 Syamsul Bahri
53

penyebab yang lebih spesifik dari
masing-masing masalah pokok.
Penyebab masalah spesifik adalah
sebagai berikut :
a. Kurangnya Jumlah Personel
Tim
Wilayah kerja KPP Pratama
Medan Belawan meliputi empat
wilayah kerja, yaitu Wilayah
kerja Medan Labuhan, Wilayah
Kerja Medan Marelan, Wilayah
Kerja Medan Deli dan Wilayah
Kerja Medan Belawan dengan
luas wilayah sebesar 127,81
KM2. Jumlah Wajib Pajak
Orang Pribadi yang terdaftar di
KPP Pratama Medan Belawan
tahun 2010 sebanyak 45.802,
tahun 2011 sebanyak 51.989
dan tahun 2012 sebanyak
57.452 wajib pajak. Tim
penerima SPT terdiri dari 16
personel. Dalam pelaksanaan di
lapangan 16 personel ini tidak
bisa bekerja optimal karena
luasnya wilayah kerja KPP
Pratama Medan Belawan dan
jumlah Wajib Pajak yang
menyebar di empat wilayah
kerja.
b. Kurangnya Motivasi Tim
Tim Penerima SPT yang terdiri
dari 16 pegawai berasal dari
beberapa seksi yang memiliki
tupoksi tersendiri diluar
penerimaan dan pengelolaan
SPT Tahunan. Oleh karena tim
penerima SPT diambil dari
beberapa seksi, dimana mereka
masih mempunyai tugas rutin
yang harus diselesaikan,
akibatnya tim tidak bisa
bekerja optimal. Meskipun
jadwal penempatan drop box
sudah dibuat, seringkali jadwal
tidak dapat diikuti karena
kepentingan tugas rutin dari
masing-masing personel tim.
Selain itu dukungan pemberi
kerja untuk memotivasi
pegawainya untuk memasukkan
SPT sangat rendah
menyebabkan jumlah SPT yang
masuk sangat rendah. Hal ini
juga turut menurunkan
motivasi dari tim karena ketika
drop box ditempatkan pada
suatu lokasi antusias dari Wajib
Pajak sangat rendah. Sehingga
banyak waktu dari tim terbuang
untuk menunggu Wajib Pajak
memasukkan SPT melalui drop
box.
Setelah dilakukan analisis
terhadap penyebab pokok dan
penyebab spesifik dari masalah
utama, dilanjutkan dengan
pemilihan penyebab dominan
dengan menggunakan matriks
USG pada Tabel 2.

Tabel 2
Matrik USG Memilih Penyebab Dominan:
Belum Optimalnya Kinerja
Tim Penerima SPT

No Penyebab U S G Total
1 Kurangnya
jumlah
personel tim
5 4 4 13
2 Kurangnya
motivasi tim
3 4 4 11
Sumber: Data Primer Diolah

Berdasarkan hasil analisis USG
diperoleh nilai untuk penyebab
kurangnya jumlah personel tim
lebih besar daripada penyebab
kurangnya motivasi tim. Penulis
memilih penyebab kurangnya
jumlah personel tim lebih
dominan karena dari segi
urgensinya jumlah personel tim
sangat berpengaruh terhadap
pelayanan penerimaan SPT. Hal
ini disebabkan personel tim
diambil dari beberapa seksi yang
memiliki tupoksi berbeda
dengan tupoksi penerimaan dan
pengolahan SPT. Sehingga agar
tidak menggangu kinerja di seksi
dan pelayanan penerimaan SPT
47 - 59 Jurnal Keuangan & Bisnis Maret
54

tetap lancar maka perlu ditambah
jumlah personel tim.

2. Belum Optimalnya Penerapan
Aturan
Untuk mendukung kegiatan
penerimaan SPT melalui Drop Box,
KPP Pratama menyiapkan sarana
dan prasarana pendukung dan
menyusun jadwal kegiatan.
Sebelum tim mulai bekerja, kepala
kantor melalui surat resmi
menghubungi Pimpinan dari
perusahaan-perusahaan yang
mempunyai jumlah karyawan yang
cukup besar di daerah wilayah kerja
KPP Pratama Medan Belawan untuk
menyiapkan lokasi penempatan
drop box.
Dalam pelaksanaannya kegiatan
penerimaan SPT melalui drop box
belum berjalan optimal. Hal ini
bisa dilihat dari rendahnya rasio
penyampaian SPT Tahunan PPh OP
tahun 2010 dan 2011 di KPP
Pratama Medan Belawan. Dari
masalah pokok belum optimalnya
penerapan aturan, selanjutnya
masalah diidentifikasi lagi untuk
mencari penyebab yang lebih
spesifik dari masing-masing
masalah pokok. Penyebab masalah
spesifik adalah sebagai berikut :
a. Belum optimalnya penerapan
aturan drop box
Drop box yang tersedia di KPP
Pratama Medan Belawan
berjumlah 8 kotak. Masing-
masing kotak menjadi tanggung
jawab tim kecil yang terdiri
dari 2 (dua) orang.
Berdasarkan jadwal yang sudah
disusun, tiap-tiap tim
bertanggung jawab atas
beberapa lokasi. Dalam
pelaksanaan kegiatan, SPT
Tahunan yang masuk melalui
drop box banyak yang tidak
dapat diolah lebih lanjut
sehingga Wajib Pajak dianggap
tidak memasukkan SPT
Tahunan. Hal ini disebabkan
SPT yang diterima adalah SPT
Tidak Lengkap dan Wajib
Pajak tidak mencantumkan
nomor telepon yang bisa
dihubungi karena alasan
keengganan atau tidak
memiliki telepon.
Pada tanggal terakhir jatuh
tempo pemasukan SPT
Tahunan, KPP Pratama juga
membuat tempat-tempat
penerimaan SPT drop box di
depan kantor. Banyak
bendahara yang membawa SPT
Tahunan pegawai instansi
tanpa memasukkan ke dalam
amplop. Karena keterbatasan
waktu akhirnya SPT tetap
diterima tetapi ketika akan
dilakukan penelitian ternyata
masuk kriteria SPT Tidak
Lengkap dan WP tidak bisa
dihubungi karena data di SPT
tidak mencantumkan alamat
dan nomor telepon. Sementara
karena SPT tersebut telah
bercampur di dalam drop box,
maka timbul kesulitan ketika
akan menghubungi
bendaharanya untuk meminta
kelengkapan SPT.
b. Belum optimalnya pelaksanaan
pojok pajak
Di KPP Pratama Medan
Belawan, pojok pajak belum
dilaksanakan optimal sesuai
tugas dan fungsinya. Pada saat
penerimaan SPT Tahunan di
lokasi luar KPP Pratama
Medan Belawan, pojok pajak
belum dilaksanakan secara
optimal dan belum
disosialisasikan kepada
masyarakat tentang pojok
pajak. Sehingga ketika dibuat
lokasi penerimaan SPT diluar
KPP Pratama Medan Belawan
belum mendapat apresiasi baik
dari masyarakat.
Setelah dilakukan analisis
terhadap penyebab pokok dan
penyebab spesifik pada
masalah utama, dilanjutkan
dengan pemilihan penyebab
2013 Syamsul Bahri
55

dominan dengan menggunakan
matriks USG pada Tabel 3.

Tabel 3
Matrik USG Memilih Penyebab Dominan:
Belum Optimalnya Penerapan Aturan

No Penyebab U S G Total
1 Belum
optimalnya
penerapan
aturan drop
box
4 4 3 11
2 Belum
optimalnya
pelaksanaan
pojok pajak
5 5 3 13
Sumber: Data Primer Diolah

Berdasarkan analisis USG
diperoleh nilai untuk penyebab
belum optimalnya pelaksanaan
pojok pajak lebih besar
daripada belum optimalnya
penerapan aturan drop box.
Penulis tidak memilih belum
optimalnya penerapan aturan
drop box sebagai penyebab
dominan karena apabila tim
penerima SPT di lapangan
lebih teliti terhadap SPT yang
masuk maka akan
meminimalisir jumlah SPT
Tidak Lengkap. Sementara itu
berdasarkan pelaksanaan pojok
pajak, dengan luasnya wilayah
kerja KPP Pratama Medan
Belawan maka pihak KPP
harus dapat melakukan jemput
bola dengan membuka pojok
pajak pada tempat-tempat
strategis.

3. Kurangnya Kesadaran Wajib Pajak
Terhadap Kewajiban Perpajakan.
Di KPP Pratama Medan Belawan
tingkat kesadaran terhadap
pelaksanaan kewajiban perpajakan
masih rendah. Salah satu indikator
yang bisa diukur adalah tingkat
kepatuhan penyampaian SPT
Tahunan, dimana rasio kepatuhan
SPT Tahunan PPh Orang pribadi
tahun 2010 sebesar 41% dan tahun
2011 sebesar 32% , ratio tersebut
masih jauh berada di bawah rasio
target rasio kepatuhan nasional
untuk KPP Pratama yaitu sebesar
62,5 persen. Dari masalah pokok
kurangnya kesadaran Wajib Pajak
terhadap kewajiban perpajakan,
selanjutnya masalah diidentifikasi
lagi untuk mencari penyebab yang
lebih spesifik dari masing-masing
masalah pokok. Penyebab masalah
spesifik adalah sebagai berikut :
a. Kurangnya pemahaman
masyarakat tentang pajak
Pemahaman masyarakat
dipengaruhi oleh informasi
perpajakan yang mereka terima
serta tingkat kepercayaan
masyarakat terhadap pelayanan
publik. Di KPP Pratama
Medan Belawan setiap Wajib
Pajak yang baru mendaftarkan
diri akan memperoleh
informasi mengenai hak dan
kewajibannya sebagai Wajib
Pajak beserta brosur
perpajakan. Selain itu telah
disediakan ruang konsultasi
apabila ada Wajib Pajak yang
ingin berkonsultasi masalah
teknis perpajakan. Akan tetapi
respon Wajib Pajak yang ada di
wilayah kerja KPP Pratama
Medan Belawan terhadap hak
dan kewajiban masih sangat
rendah. Hal ini tampak dari
rendahnya tingkat pelaporan di
Tempat Pelayanan Terpadu dan
masih banyaknya pembayaran
pajak nihil atau pembayaran
pajak tidak sesuai potensi.
Salah satu penyebabnya adalah
motivasi masyarakat untuk
mendapatkan NPWP lebih
kepada kepentingan pribadi
karena perintah pemberi kerja,
keperluan bebas fiskal, atau
keperluan pinjaman dan selain
itu rendahnya tingkat
kepercayaan terhadap
47 - 59 Jurnal Keuangan & Bisnis Maret
56

pelayanan publik menyebabkan
masyarakat enggan membayar
pajak, karena muncul persepsi
di masyarakat bahwa
pemanfaatan uang pajak bukan
untuk kepentingan masyarakat.
b. Kurang optimalnya penegakan
hukum atas Wajib Pajak Tidak
Patuh
Penegakan hukum atas Wajib
Pajak dimulai saat
dikeluarkannya ketetapan baik
berupa Surat Tagihan Pajak dan
Surat Ketetapan. Apabila
Wajib Pajak tidak menanggapi
ketetapan tersebut maka akan
dilakukan tindakan penagihan.
Sebelum dilakukan
moderenisasi di DJP, ketetapan
yang seharusnya dikeluarkan
oleh KPP Pratama Medan
Belawan karena ketidakpatuhan
Wajib Pajak masih rendah.
Akibatnya Wajib Pajak merasa
tidak ada konsekuensi yang
harus ditanggung karena tidak
melakukan kewajiban
perpajakan. Sejak dilakukan
moderenisasi tindakan
penegakan hukum baik
dikeluarkannya ketetapan dan
tindakan penagihan mulai
dibenahi sehingga kinerja
penagihan di KPP Pratama
Medan Belawan melampaui
target. Akan tetapi telah
muncul persepsi di masyarakat
bahwa tidak ada konsekuensi
yang harus ditanggung karena
tidak melakukan kewajiban
perpajakan.
Setelah dilakukan analisis
terhadap penyebab pokok dan
penyebab spesifik dari masalah
utama, dilanjutkan dengan
pemilihan penyebab dominan
dengan menggunakan matriks
USG pada Tabel 4.




Tabel 4
Matrik USG Memilih Penyebab Dominan:
Kurangnya Kesadaran Wajib Pajak
Terhadap Kewajiban Perpajakan

No Penyebab U S G Total
1 Kurangnya
pemahaman
masyarakat
tentang pajak
5 4 4 13
2 Kurang
optimalnya
penegakan
hukum atas
Wajib Pajak
Tidak Patuh
3 4 4 11
Sumber: Data Primer Diolah


Berdasarkan hasil analisis USG
diperoleh nilai untuk penyebab
kurangnya pemahaman
masyarakat tentang pajak lebih
besar daripada penyebab
kurang optimalnya penegakan
hukum atas Wajib Pajak Patuh.
Penulis memilih penyebab
kurangnya pemahaman
masyarakat terhadap kewajiban
perpajakan lebih dominan
karena bagi masyarakat di
wilayah KPP Pratama Medan
Belawan istilah pajak masih
menjadi sesuatu yang asing.
Meskipun pada saat mendaftar
NPWP telah dijelaskan hak dan
kewajiban perpajakan. Hal ini
menyebabkan tingkat
kepatuhan untuk Wajib Pajak
terdaftar di KPP Pratama
Medan Belawan rendah.

Setelah melakukan identifikasi
dan analisis atas penyebab masalah
dominan, serta merumuskan sasaran,
maka selanjutnya adalah melakukan
identifikasi alternatif atau pemecahan
masalah Untuk mewujudkan sasaran
yang telah ditentukan. Alternatif solusi
ditentukan terhadap penyebab-penyebab
dominan yang telah diperoleh
2013 Syamsul Bahri
57

sebelumnya. Alternatif solusi untuk
setiap penyebab dominan dapat
diikhtisarkan sebagai berikut:
1. Atas penyebab dominan kurangnya
jumlah personil Tim Penerima SPT
dapat diatasi dengan solusi
(Tabel 5) :


Tabel 5
Matriks Cost Benefit untuk Memilih
Solusi Terbaik dari Kurangnya Jumlah
Personil Tim Penerima SPT

No Alternatif Manfaat Biaya Rasio
1.
Menambah
jumlah
personel tim
penerima
SPT
7 7 1
2.
Melibatkan
seksi-seksi
lain di
lingkungan
KPP dalam
penerimaan
SPT
7 4 1,75
Sumber: Data Primer Diolah


Berdasarkan hasil Matrik Cost
Benefit pada Tabel 5 terhadap kedua
alternatif solusi tersebut di atas,
didapat solusi terbaik yaitu
melibatkan seksi-seksi lain yang
berada dilingkungan KPP Pratama
Medan Belawan dalam penerimaan
SPT. Dengan melibatkan seksi-seksi
lainnya maka tidak perlu menambah
personil. Selain itu dari segi biaya
akan lebih efisien karena tidak perlu
menambah personil baru sehinnga
dapat meminimize biaya yang
dibebankan ke KPP. Hal ini
menyebabkan pelayanan penerimaan
SPT bisa optimal.

2. Atas penyebab dominan belum
optimalnya pelaksanaan pojok pajak
dapat ditempuh solusi
(Tabel 6) :

Tabel 6
Matriks Cost Benefit untuk Memilih Solusi
Terbaik dari Belum Optimalnya
Pelaksanaan Pojok Pajak

No Alternatif Manfaat Biaya Rasio
1.
Penyebaran
Pojok Pajak
pada tempat-
tempat
strategis
9 6 1,5
2.
Peningkatan
pelayanan di
setiap Pojok
Pajak
6 9 0.66
Sumber: Data Primer Diolah

Berdasarkan hasil Matrik Cost
Benefit pada Tabel 6 terhadap kedua
alternatif solusi tersebut didapat
solusi terbaik yaitu penyebaran
pojok pajak pada tempat-tempat
strategis. Penyebaran pojok pajak
dilaksanakan antara tim penerima
SPT dengan KP2KP melalui
pembagian lokasi yang efektif dan
efisien.

3. Atas penyebab dominan kurangnya
pemahaman masyarakat tentang
pajak dapat ditempuh solusi (Tabel
7) :


Tabel 7
Matriks Cost Benefit untuk Memilih Solusi
Terbaik dari Kurangnya Pemahaman
Masyarakat tentang Pajak

No Alternatif Manfaat Biaya Rasio
1.
Mengadakan
sosialisasi
perpajakan
8 8 1
2.
Memberikan
konsultasi
pada Wajib
Pajak Baru
5 6 0.83
Sumber: Data Primer Diolah

47 - 59 Jurnal Keuangan & Bisnis Maret
58

Berdasarkan hasil Matrik Cost
Benefit pada Tabel 7 terhadap kedua
alternatif solusi tersebut didapat
solusi terbaik yaitu mengadakan
sosialisasi perpajakan. Apabila
dibandingkan tingkat efektivitasnya
maka program sosialisasi
perpajakan lebih baik karena
biasanya melibatkan Wajib Pajak.

KESIMPULAN dan SARAN

Kesimpulan

Kesimpulan penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Belum optimalnya kinerja Tim
Penerima SPT disebabkan oleh
penyebab spesifik kurangnya jumlah
personel tim dan kurangnya motivasi
tim. Setelah dilakukan analisis USG
dapat diidentifikasi penyebab
spesifik dominan adalah kurangnya
jumlah personel tim. Selanjutnya
ditentukan alternatif solusi yaitu
menambah jumlah tim penerima SPT
dengan melibatkan seksi seksi lain
yang ada di lingkungan KPP
Pratama Medan Belawan dalam
penerimaan SPT.
2. Belum optimalnya penerapan aturan
disebabkan oleh penyebab spesifik
belum optimalnya penerapan aturan
drop box dan belum optimalnya
pelaksanaan pojok pajak. Setelah
dilakukan analisis USG dapat
diidentifikasi penyebab spesifik
dominan adalah belum optimalnya
pelaksanaan pojok pajak.
Selanjutnya ditentukan alternatif
solusi yaitu penyebaran pojok pajak
pada tempat-tempat strategis.
3. Kurangnya kesadaran Wajib Pajak
terhadap kewajiban perpajakan
disebabkan oleh penyebab spesifik
kurangnya pemahaman masyarakat
tentang pajak dan kurang optimalnya
penegakan hukum atas Wajib Pajak
Tidak Patuh. Setelah dilakukan
analisis USG dapat diidentifikasi
penyebab spesifik dominan adalah
kurangnya pemahaman masyarakat
tentang pajak. Selanjutnya
ditentukan alternatif solusi yaitu
mengadakan sosialisasi perpajakan.


Saran

Berdasarkan kesimpulan maka
dapat disarankan beberapa hal berikut :
1. Perlu adanya dukungan Informasi
Teknologi yang memadai untuk
memudahkan petugas membuat
tanda terima SPT tahunan yang
diserahkan oleh wajib pajak dan
mempercepat proses
pengadministrasian nya.
2. Perlu adanya pemberitahuan melalui
media cetak, media elektronik dan
selebaran kepada wajib pajak
mengenai tempat dan lokasi pojok
pajak disertai dengan jadwal dan jam
kerja yang pasti sehingga wajib
pajak dapat menggunakan layanan
pojok pajak dengan semaksimal
mungkin.
3. Perlu adanya kerja sama yang lebih
erat dengan KPP Madya untuk
mensosialisasikan tata cara
pengisian SPT tahunan kepada
seluruh karyawan yang bekerja di
perusahaan-perusahaan yang berada
di wilayah kerja KPP Madya untuk
menyampaikan SPT tahunan PPh
Orang Pribadi di KPP-KPP Pratama
terdekat, lokasi Drop Box dan pojok
pajak.

DAFTAR PUSTAKA

Keputusan Direktur Jenderal Pajak
Nomor KEP-111/PJ/2008 Tentang
Rencana Strategis Direktorat
Jenderal Pajak.
Lembaga Administrasi Negara (2008).
Pola Kerja Terpadu.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 100
tahun 2008 Tentang Struktur
Organisasi Direktorat Jenderal
Pajak.
2013 Syamsul Bahri
59

Hadiati, Sri dan Sukadarto. (2008).
Manajemen Keuangan dan Materiil.
Jakarta : Lembaga Administrasi
Negara.
Salamun, A.T. (1991). Citra Pajak dan
Upaya Pembaharuannya. Jakarta:
Bina Rena Pariwara
Kiryanto. (1999). Perubahan
Lingkungan Perpajakan Kita.
Jurnal Kipas Vol. 1 Nomor 13,
Oktober.
Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 28 tahun 2007 tentang
Perubahan Ketiga atas Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 1983
Tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan.
Direktorat Jenderal Pajak. (2008). Buku
Panduan Hak dan Kewajiban Wajib
Pajak.
Peraturan Direktur Jenderal Pajak
Nomor 19/PJ/2009 Tentang Tata
Cara Penerimaan dan Pengolahan
Surat Pemberitahuan Tahunan.
Peraturan Direktur Jenderal Pajak
Nomor 18/PJ/2009 Tentang
Perubahan Peraturan DJP Nomor
43/PJ/2008 tentang Pojok Pajak dan
Mobil Pajak.
Peraturan Direktur Jenderal Pajak
Nomor 18/PJ/2011 Tentang Target
Ratio Kepatuhan Penyampaian
Surat Pemberitahuan.

You might also like